Anda di halaman 1dari 6

MENILAI KARYA MELALUI

RESENSI
(FILM G30S PKI)

KELOMPOK 3:
1. BIMO SURYA LESMANA
2. KAMILAH NURUL AZIZAH
3. WINA OKTANIA SABINA ALFAIRUZABADY
4. ZALFA DHIYA ULHAQ
I. Judul Resensi
Pengkhianatan G30S PKI (1984)

II. Sutradara
Arifin C. Noer

III. Penulis Naskah


Nugroho Notosusanto

IV. Produser
Gufran Dwiprayana

V. Produksi
PFN ( Produksi Film Negara )

VI. Pemeran
1. Bram Adrianto
2. Syubah Asa
3. Ade Irawan
4. Amoroso Katamsi
5. Umar Kayam
6. Didi Sadikin
7. Kies Slamet
8. Sofia WD
9. Rudy Sukma
10. Wawan Wanisar
11. Keke Tumbua

VII. Durasi Film


271 Menit

Pendahuluan
Penulis memilih film ini karena film ini menceritakan tentang bagaimana kemerdekaan itu
diperjuangkan oleh seluruh rakyat Indonesia sampai titik darah penghabisan. Sehinggamereka
rela berkorban demi Merah Putih.

Kedua, Film ini sebagai sarana edukasi. Dengan menyaksikan film tersebut kita bisa
mengetahui para pahlawan yang gugur terutama 7 jenderal revolusi yang berkorban demi
bangsa.

Ketiga, Film ini sebagai sarana pendidikan politik. Sebab, setiap peristiwa tertentu
menyangkut tindakan atau kegiatan politik yang mampu dijadikan sarana edukasi politik atau
bisa digunakan untuk mempelajari sejarah yang baik yang dilandasi sikap kritis. Sehingga
kejadian di masa lampau sangat mungkin bisa dijadikan acuan dalam menghadapi kehidupan
di masa depan.

Sinopsis Film
Di tahun 1960an, kondisi negara Indonesia dalam kekacauan. Penduduknya hidup dalam
kemiskinan, sementara orang kaya memamerkan kekayaan mereka. Presiden Sukarno
(dimainkan Umar Kayam) sakit dan mungkin akan segera meninggal. Sementara itu, konsep
politik Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme) telah mendorong pertumbuhan
cepat dari PKI (Partai Komunis Indonesia). Presiden yang lemah juga dimanipulasi oleh
partai tersebut.

PKI telah membuat sebuah cerita, berdasarkan dokumen Gilchrist yang dipalsukan, bahwa
Dewan Jenderal sedang mempersiapkan kudeta jika Sukarno mati. Aidit (dimainkan Syubah
Asa), Syam, dan pimpinan Partai Komunis diam-diam berencana menggunakan ini sebagai
alasan untuk kudeta mereka sendiri. Anggota partai dan anggota Partai menerima penjelasan
pimpinan dan, dengan bantuan tentara dan perwira "berpikiran maju" (kebanyakan dari
Angkatan Udara), bekerja untuk mengumpulkan kekuatan Partai.

Mereka berencana untuk menculik tujuh jenderal (yang dianggap sebagai anggota Dewan
Jenderal), menguasai Jakarta, dan mengamankan Sukarno. Gerakan ini diberi nama Gerakan
30 September (G30S). Anggota sayap kanan Angkatan Darat tidak sadar akan kudeta yang
akan datang ini, hidup bahagia bersama keluarga mereka. Pada saat mereka menyadari bahwa
ada sesuatu yang salah, semua sudah terlambat.
Pada malam tanggal 30 September-1 Oktober, tujuh unit dikirim untuk menculik para
jenderal yang terkait dengan Dewan tersebut. Nasution berhasil melarikan diri dengan
melompat tembok, sementara pengawalnya Pierre Tendean ditangkap dan, ketika ditanya di
mana Nasution berada, mengaku dirinya sebagai jendral itu untuk melindungi Nasution.

Ahmad Yani, yang melawan saat akan diculik, terbunuh di rumahnya; Mayjen M. T. Haryono
menemui nasib yang sama. Jaksa Militer Sutoyo Siswomiharjo, Mayor Jenderal Siswondo
Parman, dan Letnan Jenderal Soeprapto ditangkap. Brigadir Jenderal D. I. Pandjaitan
bersedia mengikuti penculik, tapi saat dia berdoa terlalu lama sebelum masuk truk dia
ditembak.

Mayat dan tahanan penculikan dibawa ke kamp G30S / PKI di Lubang Buaya, tempat korban
selamat disiksa dan dibunuh. Tubuh mereka kemudian dilempar ke dalam sumur. Keesokan
harinya, anggota gerakan tersebut mengambil alih kantor RRI dan memaksa staf di sana
untuk membaca pidato oleh Kolonel Untung (dimainkan Bram Adrianto), yang menyatakan
bahwa G30S telah bergerak untuk mencegah sebuah kudeta oleh Dewan Jenderal dan
mengumumkan pembentukan sebuah "Dewan Revolusi".

Gerombolan G30S / PKI lainnya pergi ke istana untuk menemui presiden namun Sukarno
sudah pergi. Di Halim, presiden berbicara dengan para pemimpin G30S dan menyatakan
bahwa dia akan memegang kendali penuh atas Angkatan Darat. Pidato radio lain segera
dibaca, menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan perubahan
pada hirarki Angkatan Darat. Para pemimpin G30S mulai merencanakan pelarian mereka dari
Halim, untuk dilakukan sebelum tengah malam.

Suharto (Amoroso Katamsi), yang bangun pagi-pagi, membantah pengumuman Untung, yang
menyatakan secara eksplisit bahwa tidak ada Dewan Jenderal dan membuat catatan catatan
tambahan tentang sifat sejati G30S. Karena ada kekosongan kekuasaan dengan kematian
Yani, Suharto mengambil alih kendali sementara Angkatan Darat dan mulai merencanakan
serangan balik dengan anak buahnya; Dia, bagaimanapun, tidak mau memaksakan
perlawanan.

Dia malah menyatakan bahwa dia akan memberikan pengumuman radio, yang disampaikan
setelah pasukan yang setia kepadanya merebut kembali kantor RRI; Ini menguraikan situasi,
menggambarkan G30S sebagai kontra-revolusioner, dan menyatakan bahwa Angkatan Darat
akan menghadapi kudeta tersebut. Para pemimpin G30S melarikan diri dari Halim, dan
pasukan Suharto merebut kembali pangkalan udara tersebut. Beberapa waktu kemudian,
pasukan pimpinan Suharto menyerang markas G30S / PKI. Sementara tentara yang berafiliasi
PKI berkelahi, pimpinan Partai lolos dan berpisah, berencana melanjutkan perjuangan mereka
di bawah tanah.

Suharto segera dipanggil ke Istana Bogor untuk berbicara dengan Sukarno. Di sana, presiden
mengatakan bahwa dia telah menerima jaminan dari Marsekal Udara Omar Dani bahwa
Angkatan Udara tidak terlibat. Suharto menolak pernyataan tersebut, mencatat bahwa banyak
anggota gerakan itu dari tentara Angkatan Udara.

Pertemuan tersebut akhirnya menjadikan Suharto sebagai pemimpin Angkatan Darat, bekerja
sama dengan Pranoto Reksosamodra. Dalam penyelidikan mereka terhadap kejadian tersebut,
Angkatan Darat menemukan markas G30S di Lubang Buaya - termasuk mayat para jenderal.
Para jenderal dikebumikan di tempat lain dan Suharto menyampaikan sebuah pidato di mana
dia mengutuk G30S dan PKI dan mendesak rakyat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan
para jenderal yang tewas.

Kekurangan
Menurut penulis terdapat kekurangan pada film ini diantaranya pada bagian
durasi,adegan,dan kualitas film
Pertama durasi, film ini memiliki durasi selama 271 menit yang dimana setara dengan kurang
lebih 4 jam hal ini dapat membuat penonton bosan.
Kedua adegan, dalam film ini adegannya masih mengandung unsur kekerasan dan kata-kata
kasar, jadi masih belum boleh di tonton anak di bawah 18 tahun.
Ketiga Kualitas Film, di bandingkan dengan film jaman sekarang yang di tambah animasi
serta effect-effect keren kualitas gambar HD dengan effect 3D, mungkin ini yang menjadi
kekurangan film G30S PKI ini, jadi kebanyakan kurang di minati remaja, bahkan
menontonnya saja butuh unsur paksaan dari pihak sekolah.

Kelebihan
Menurut penulis kelebihan dari film ini diantaranya yaitu alur yang ditampilkan sangat bagus
karena memang diambil dari sejarah yang bisa kita serap intisarinya serta mencotohnya agar
kita selanjutnya tidak jatuh ke lubang yang sama, kemudian adegan per adegan seperti nyata
sangat menggambarkan kedaan kala itu. kemiskinan, penyiksaan, suasana rapat PKI, sampai
pembunuhan para jendral.dan pada akhir film di sertakan Video dokumen asli pengangkatan
mayat-mayat para jendral dari dalam sumur di lubang buaya.sangat jarang ada film sejarah
yang menyertakan dokumen aslinya seperti film ini.

Saran
Menurut penulis sebaiknya film ini diperbarui agar penerus bangsa seperti kita dapat
menonton film ini yang memiliki banyak cerita sejarah didalamnya tanpa paksaan dari pihak
sekolah, dan juga untuk penayangan selanjutnya film ini dapat di perbarui kualitas filmnya
agar film ini dapat diterima oleh masyarakat luas.
Kaidah Kebahasaan :

1. Konjungsi penerang

Bahwa

- Yang menyatakan bahwa G30S telah bergerak untuk mencegah sebuah kudeta
oleh Dewan Jenderal dan mengumumkan pembentukan sebuah “Dewan Revolusi”

- Dan menyatakan bahwa dia akan memegang kendali penuh atas Angkatan Darat.

- Yang menyatakan secara eksplisit bahwa tidak ada Dewan Jenderal dan membuat
catatan catatan tambahan tentang sifat G30S.

- Dia malah menyatakan bahwa dia akan memberikan pengumuman radio.

Yaitu

- Menurut penulis kelebihan dari film ini diantaranya yaitu alur yang ditampilkan
sangat bagus karena memang diambil dari sejarah yang bisa kita serap intisarinya
serta mencontohnya.

2. Konjungsi temporal

Akhirnya

- Pertemuan tersebut akhirnya menjadikan Suharto sebagai pimpinan Angkatan


Darat.

3. Konjungsi penyebaban

Karena

- karena memang diambil dari sejarah yang bisa kita serap intisarinya serta
mencotohnya agar kita selanjutnya tidak jatuh ke lubang yang sama, kemudian
adegan per adegan seperti nyata sangat menggambarkan kedaan kala itu.
kemiskinan

Anda mungkin juga menyukai