Anda di halaman 1dari 4

Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam

perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar
bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama ditemukan
pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas,
mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.

Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report :
reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi
baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus
neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality
rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor
resiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.

Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi
oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai
bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih
cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus
rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor.

Pengertian
sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik dan
terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat
sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal
dalam 24 sampai 48 jam.
Etiologi
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit,
atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri seperti Acinetobacter sp,
Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B streptococcus,
Listeria sp, dan lain-lain.
 Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis
pada neonatus adalah:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit
Manifes
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta dapat
mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan
dapa neonatus yang menderita sepsis.

1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan


>60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang
dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari
aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat
menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan
bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari
protaglandin dan leukotrien.
2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga,
ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari
infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan
organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak
(meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga
menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah
dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi
gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.
3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi
dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari
ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi
yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang
keluar dari telinga
5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak terkendali
di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari
infeksi luka umbilikus.
Patofis
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh
bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada
sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya
adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan
disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara, yaitu :

1. Pada masa antenatal  atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan
toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus
masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara
tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi  atau port de entre
lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi  oleh kuman (misalnya herpes
genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya
melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus.
Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai