OLEH :
183110179
IIA
Dosen Pembimbing :
Tasman,S.Kp.M.Kep.Sp.Kom
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penyakit tidak menular dan
penyakit gangguan kardiovaskuler .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agen ( non living
agent) dengan host dalam hal ini manusia ( factor predisposisi, infeksi, dan lain-
lain) dan lingkungan sekita (source and vehicle agent).
1. DUNIA
Penyakit tidak menular (PTK) telah meningkat dengan tajam seiring dengan
perubahan gaya hidup dan perilaku tidak shat masyarakat. Berbeeda dengan
penyakit aku, PTM kerap kali baru dirasakan pada waktu komplikasi sudah t erjadi.
Hasil riset ksehatan dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa lebih dari 70%
penduduk yang hipertensi dan DM tidak terdiagnosa (undiagnosed). Fenomena ini
mengidentifikasika bahwa beban system pelayanan kesehatan sebenarny jauh lebih
besar dari koncdisi nyata saat ini.
Secara global, sekitar 63% penyebab kematian di dunia adlah penyakit tidak
menular (PTM) yang membunuh 63 juta jiwa pertahunnya. Keprihatinan terhadap
peningkatan pravelensi penyakit tidak menular telah mendorongnya berbagai
inisiatif di tingkat global dan regional. Pertemuan thunan World Health Organizatio
(WHO). Pada tahun 2000 telah dilahirkankesepakatan tentan strategi global dalam
pengulanggan penyakit tdak enulr, khususnya dinegara berkembang. Strategi
iniberdasarkan pada 3 pilar utama yaitu survelans, pencegahan primer dan
penguatan system layanan kesehatan.
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi salah satu penyebab utama kematian
di dunia. Peningkatan PTM juga terjadi di Provinsi Sumatera Barat. Demikian juga
halnya dengan Kota Solok. Salah satu kebijakan pengendalian PTM saat ini adalah
melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM berbasis masyarakat dengan
melakukan deteksi dini, pemantauan faktor risiko dan tindak lanjut secara promotif
dan preventif.
Salah satu program pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan dan
deteksi dini PTM adalah Pos Pembinaan Terpadu (posbindu) Penyakit Tidak Menular
(PTM). Posbindu PTM merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM yang
berada dibawah pembinaan puskesmas. Posbindu PTM yang dibangun berdasarkan
komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman
PTM. Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular
(PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat,
kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta
menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Sasaran utama
Posbindu PTM adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia
15 tahun ke atas.
2. NASIONAL
Indonesai saat ini berada dalam masa transisi pembangunan bidang kesehtan
menghadapi beban ganda penyakit satu pihak masih banyak penyakit yang menular
yang harusnya ditangani. Kementrian kesehtan melalui direktorat pengendalian
penyakit tidak menular juga tlah menetapkan jenis penyakit tidak menulr priorita
yaitu penyakit jantung dan pembulu darah, diabetes militus(DM) penyakit baru
kronis, kanker( khususnya kanker serviks dan payudara).
3. SUMATRA BARAT
Kota Solok merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat yang telah
menjalankan Posbindu PTM sejak tahun 2014. Berdasarkan data yang diperoleh,
distribusi Posbindu PTM yang dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat
dalam wadah kelurahan hingga akhir tahun 2017 telah dibentuk sebanyak 27
Posbindu PTM yang tersebar pada 13 kelurahan yang ada di Kota Solok.
Direktorat pengendalia penyakit tidak menular memiliki ruang lingkup keitan yang
terdiri dari :
a. Analisa situasi
b. Strategi
c. Aksi strategi
(peraturan menteri kesehatan republic Indonesia)
Factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh manusia adalah usia, jenis
kelamin, dan genetic. Sedangkan resiko yang dapat dimodifikasi adalah fakor yang
dapat di ubah melalui keadaan individu itu sendiri dan intervensi sosial. Factor-
factor yang dapat dimodifikasi tersebut adalah :
Merokok
Efek berbaahaya dari rokok terhadap kematin yang disebabkan oleh kanker,
penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis telah lama
diketahui. Selain itu, paparan asap rokok pasif seperti ibu hamil, anak- anak
dan orng dewasa yang tidak hamil dirumah ataupun ditempat umum.
Konsumsi alcohol
Alcohol merupakan zat psikoaktif denga memproduksi subtansi yang
membuatketergantungan pengosumsinya. Dampak alcohol ditentukan oleh
volume alcohol yang dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alcohol yang
dikonsumsi.
Pola makan yang buruk
Sekita 16 juta, potensi kehilangan nyawa karena kematian dini dan tahun-
tahun produkktif yang hilang kaena cacat, dan ,7 jut dari kematian di seluruh
dunia disebabkan ole kurangnya konsumsi buah dan sayur.
Kurangnya aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari 10 faktor utama
kematian global. Orang yang kurang aktif secara fisik memiliki 20-30%
peningatan factor resiko penyebab kematian disbanding dengan mereka yang
setidaknya melakukan aktifitas fisik.
Salah satu kebijakan dalam pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Posbindu ini menjadi salah
satu bentuk UKM yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) di bawah pembinaan puskesmas. Adanya Posbindu PTM
diharapkan dapat terlaksananya pencegahan dan pengendalian melalui deteksi dini,
pemantauan, dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara terpadu dan periodik.
Program Posbindu ini menjadi salah satu rencana aksi pemerintah dalam
penanggulangan penyakit tidak menular.
Dalam peraturan mentri kesehatan republic idonesia nomor 5 tahun 2017 :
Pasar 3
Dalm melaksanakan rencana aksi nasional penangulangan penyakit tidak
menular tahun 201-2019 pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat
melibatkan peran serta lintas sector masyarakat.
STRTEGI 4 BY 4:
1. GLOBAL
2. NASIONAL
Penyakit tidak mnular menjadi salah satu masalah kesehatan
msyarakat yang menimbulkan kesakitan, kecacataan dan kematian yang
tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan kesehatan. Salah satu penyakit
tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat sat ini adalah
penyakit jantung coroner yang setiap tahunnya mmengalami peningkatan
setiap tahunnya. Penyakit jantung coroner adalah kondisi pembuluh darah
arteri coroner yang menyulai darah ke otot- otot jantung terhambat yang
disebabkan terjadinya penumukan plat seperti lemak, kalsium dan jaringan
perut yang ada di dalam arter tersebut. Penyakit jantung coroner adalah
penyebab kematian tertinggi I seluruh dunia. Pada tahun 2013 di indonesa
yang terdiagnosa yang terdiagnosi penyakit jantung coroner telah tercatat
sebanyak 883.447, penderita mayoritas berusia 55-64 tahun. Tingkat keatian
yang diakibat dari penykit jantung coroner bisa dikaatakan tinggi, sehingga
mecpai sekitar 45% dari seluruh angka kematian di Indonesia.
3. SUMATRA BARAT
1. Indonesia
Jantung sehat, SDM unggul adalah tema nasional peringtan hari
jantung sedunia(HJS) tahun 2019 dan World Heart day 2019. Mellui tema
HJS tersebut kita diajak untuk melakukan perubahan kecil dalam hidu kita,
membuat sebuah janji sederhana untuk kesehatan jantung kita, dn kesehatan
jantung.
Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian didunia
disebabkan oleh penyakit tidak menular. Dari seluruh kematian yang di
sebabkan oleh penyakit tidak menular disebabkan oleh penyakit jantung
coroner. Penyakit kardovaskuler ini menjadi penyebab kematian nomor satu
di Indonesia. Indonesia leboh berpotensi mengalami penyakit jantung akibat
pola makan dan gaya hidup.
2. Sumatra barat
Penyakit jantung merupakan salah satu pembunuh aau penyebab
kematian utama di Sumatra barat, kata pejabat di dinas kesehatan (Dinkes).
Penyakit kardioaskular yang dominan sebagai penyebab kematian di
Sumatra barat terbagi atas tiga keyakinan yaitu gagal jantung, stoker dan
jantung coroner.secara umum, penyakit itu berkaitan dengan system
peredaran darah yakni system tubuh yang terdiri dari jantung, darah, dan
pembuluh darah sehingga saat terjadi masalah pada system tersebut, maka
seseorang mengalami gangguan jantung yang jenisnya lebih dari 60 macam
serta menyebabkan masalah kesehatan yang sserius termasuk kematian.
Factor resiko penyakit jantung dan pembuluh darah meliputi fakor resiko
yang tidak dapat dimodifikasi, seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin,
sedangkan factor resiko yang dimodifikasi, seperti : hipertensi, merokok, diabetes
militus, dispidemia ( metaboisme lemah yang abnormal)
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dekat yang terkena penyakit jantung dan pembulh
darah meningkat resiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih
besar disbanding dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga
Umur
Resiko penyakit jantung dan embuluh darah meningkat pada usia diatas
55 tahun untuk laki laki di atas 65 tahun untuk perempuan
Jenis kelamin
Hipertensi
Merokok
Perokok berisiko 2-4 kali menderita penyakit kardiovaskuler. Radikal
bebas pada rokok akan merusak dinding pembuluh darah jantung dan
menigkatkan terjadinya aterosklerosis.
a) Resiko Rendah
rehabilitasi dengan program latihan fisik (Semua karakteristik di bawah ini harus
terpenuhi) :
2) Tidak didapatkan angina atau gejala signikan (seperti sesak napas, mata
berkunang-kunang, atau pusing) ketika dilakukan dan ketika masa
pemulihan uji latih jantung
3) Hemodinamik normal ketika dilakukan dan ketika masa pemulihan uji latih
jantung (Peningkatan dan penurunan laju jantung dan tekanan darah sistolik
sesuai dengan peningkatan beban dan saat pemulihan uji latih jantung)
b) Resiko Sedang
1) Didapatkan angina atau gejala lain yang signikan (seperti sesak napas,
mata berkunang-kunang, atau pusing) yang hanya terjadi bila latihan sik
dilakukan pada level yang tinggi (≥7 METs)
2) Ditemukan level silent ischemia yang ringan hingga sedang ketika dilakukan
atau pada masa pemulihan uji latih jantung (segmen ST depresi <2 mm dari
baseline)
c) Resiko Tinggi
3) Ditemukan level silent ischemiayang tinggi ketika dilakukan atau pada masa
pemulihan uji latih jantung (segmen ST depresi ≥2 mm dari baseline)
1. Tujuan posbindu
a. Deteksi factor resiko PTM oleh masyarakat sedini mungkin
b. Terselenggaranya penanganan factor resiko PTM oleh
masyarakay sesegera mungkin
2. Sasaran posbindu
Alasan seluruh warga negar yang berusia > 15 tahun yang ada
diwilayah posbindu.
BAB III
PENUTUP
3.1. PEMAHASAN
3.2. SARAN