Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan pendidikan merupakan latar tempat terjadinya pendidikan
yang di dalamnya terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Selama hidupnya manusia akan selalu
berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya sehingga akan memengaruhi
manusia secara bervariasi. Lingkungan yang dimaksud di atas disebut sebagai
lingkungan pendidikan yang mana terdiri atas keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama bagi manusia. Meskipun demikian, semakin bertambah usia manusia
peranan sekolah dan masyarakat luas semakin penting. Menurut UU RI No. 2
Rahun 1989 tentang Sisdiknas, peranan tripusat pendidikan itu menjiwai berbagai
ketentuan di dalamnya. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan (Undang-Undang, 1992: 25). Oleh karenanya, kajian tentang peranan
dan fungsi dari pusat pendidikan atau lingkungan pendidikan sangat penting,
sebab akan menambah wawasan yang tepat serta pemahaman yang luas tentang
lingkup kegiatan dan upaya pendidikan.
Pemahaman tentang betapa pentingnya peranan keluarga, sekolah, dan
masyarakat sebagai tiga komponen lingkungan pendidikan dalam upaya
membantu perkembangan peserta didik secara optimal memiliki keterkaitan dan
saling memengaruhi antar ketiganya. Kajian tentang lingkungan pendidikan akan
dimulai dari pengertian pendidikan, fungsi pendidikan, tripusat pendidikan,
kemudian disusul dengan pengaruh timbal baik antara tripusat pendidikan
terhadap perkembangan peserta didik. Kajian ini akan dilakukan dengan baik
ditinjau dari segi konseptual dan operasional yang dengan demikian akan
diperoleh hasil yang sesuai dengan yang direncanakan. Namun dalam
perencanaan dan pelaksanaannya, pendidikan memerlukan pertimbangan yang
tepat sebab hasil pendidikan tidak terjadi secara instan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan peranan lingkungan pendidikan bagi peserta didik?
2. Apa pengaruh antar ketiga tripusat pendidikan terhadap perkembangan
peserta didik?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian dan peranan lingkungan pendidikan bagi peserta
didik.
2. Memahami pengaruh antar ketiga tripusat pendidikan terhadap
perkembangan peserta didik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Manusia mempunyai sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan


melalui pengalaman yang pengalaman tersebut terjadi karena interaksi manusia
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia
secara efisien dan efektif, itulah yang disebut dengan pendidikan. Dan latar tempat
berlangsungnya pendidikan tersebut disebut lingkungan pendidikan, khususnya
pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat
(Umar Tirtaraharja et. al., 1990: 39-40). Lingkungan pendidikan pertama dan
utama adalah lingkungan keluarga. Semakin bertambah usia seseorang, peranan
lingkungan pendidikan oleh sekolah dan masyarakat semakin penting meskipun
pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut.

Berdasarkan penyelenggaraan pendidikan pada ketiga lingkungan


pendidikan itu, maka ketiganya dibedakan sebagai pendidikan informal,
pendidikan formal, dan pendidikan nonformal. Pendidikan informal terjadi dalam
lingkungan keluarga yang berlangsung alamiah dan wajar. Contohnya, seorang
anak diajarkan nilai-nilai moral seperti menghormati dan bertutur kata sopan
kepada orang yang lebih tua oleh orang tuanya sejak dini. Sebaliknya, pendidikan
formal yang diselenggarakan di sekolah adalah pendidikan yang secara sengaja
dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, seperti harus
berjenjang dan berkesinambungan. Contohnya, seorang siswa yang hendak naik
kelas harus mengikuti ujian kenaikan kelas, dimana dalam pelaksanaan ujian
tersebut siswa harus menaati peraturan-peraturan yang ada di sekolahnya.
Sedangkan, pendidikan nonformal terjadi di lingkungan masyarakat yang mana
tidak disyaratkan berjenjang dan berkesinambungan, serta tidak memiliki aturan-
aturan yang ketat. Contohnya, seseorang yang mengikuti kursus mengemudi
karena ingin memenuhi persyaratan dalam pembuatan SIM.

3
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan

Secara umum, fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta


didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, terutama
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar tujuan pendidikan yang
optimal dapat tercapai. Penataan lingkungan pendidikan itu dimaksudkan supaya
proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif. Untuk mengatur dan
mengendalikan lingkungan pendidikan secara optimal diperlukan berbagai usaha
sadar dan lingkungan pendidikan melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya.
Masyarakat diharapkan dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya dalam berbagai
hal, baik pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu, proses pendidikan harus berfungsi untuk mengajarkan tingkah laku
umum dan mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu.

Program umum yang diberikan pendidikan formal didasarkan pada asumsi


bahwa setiap anak harus memiliki pengetahuan umum, seperti: membaca, menulis
dan berhitung. Di sisi lain, program umum perlu dilakukan untung memberikan
dasar kebudayaan umum yang kuat demi kelangsungan hidup dan perkembangan
masyarakat. Program pendidikan yang diberikan bertujuan untuk mempersiapkan
individu menempati berbagai posisi di dalam masyarakat. Menurut UU RI No.
2/1989 Pasal 1 Ayat 1 dikemukakan bahwa pelaksanaan pendidikan dilakukan
melalui tiga hal, yakni membimbing, mengajar, dan melatih. Tujuan pokok dari
ketiganya adalah :

1. Membimbing, terutama berkatitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi


dari segi-segi perilaku umum (aspek pembudayaan).
2. Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, dan
3. Melatih, terutama berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran (aspek
teknologi).

4
C. Tripusat Pendidikan

Manusia dalam hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga


lingkungan pendidikan yang utama, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Ketiganya disebut tripusat pendidikan. Tripusat pendidikan ini disebut juga jenis
lingkungan pendidikan.

1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri atas
sejumlah kecil orang yang terjadi karena adanya hubungan darah.
Keluarga dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan
anak), ataupun keluarga yang diperluas (di samping inti, ada orang lain:
kakek/ nenek, adik/ ipar, pembantu, dan lain-lain). Ibu merupakan anggota
keluarga yang paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
kendati seluruh anggota keluarga ikut berinteraksi dengan anak-anak.
Faktor seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya,
ikut pula mempengaruhi tumbuh kembang anak. Dengan kata lain, tumbuh
kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi
keluarganya.
Menurut pasal 10 ayat 4, pendidikan keluarga merupakan bagian
dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga
dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan
keterampilan. Dalam penjelasan undang-undang tersebut, ditegaskan
bahwa pendidikan keluarga adalah salah satu upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Selanjutnya, dalam
penjelasan Ayat 5 Pasal 10 ditegaskan bahwa pemerintah mengakui
kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam
lingkungan mandiri.
Lingkungan keluarga benar-benar merupakan pusat pendidikan
yang sangat menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara,
membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya
dengan optimal. Pada umumnya, ibu bertanggung jawab untuk mengasuh

5
anak, oleh karenanya pengaruh hubungan antara ibu dan anak perlu
mendapat perhatian dan pengawasan berlebih terhadap perkembangan
anak. Di samping hubungan antara ibu dan anak komposisi keluarga juga
memiliki pengaruh terhadap proses sosialisasi. Di sisi lain, beberapa hasil
penelitian telah memberi gambaran bahwa ayah memiliki arti yang
berbeda-beda di mata anak. Seorang anak kecil memandang ayahnya
sebagai seorang yang dapat melindungi dirinya dan sumber kekuatan yang
dapat mengatasi semua masalah. Bagi seorang anak laki-laki yang sedang
tumbuh, ayah dijadikan sebagai model yang patut dicontoh terutama dalam
proses sosialisasi. Dengan demikian, ketiadaan sosok ayah dalam keluarga
menimbulkan berbagai persoalan, seperti kurangnya rasa aman dan
ketiadaan model bagi anak laki-laki, ataupun perasaan kekosongan dan
tidak puas bagi anak perempuan. Oleh sebab itu, apabila ditemukan
seorang anak yang mengalami masalah “ketiadaan ayah”, maka guru
dapat membantu mengatasi masalah itu dengan mengalihkan kepada figur
pengganti ayah (Redja Mudyahardjo, 1992: Modul 5/58-59). Pada
akhirnya disamping pendidikan keluarga itu, keluarga juga harus ikut
mendukung program-program lingkungan pendidikan lainnya.
2. Sekolah

Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk


melaksanakan pendidikan. Karena ketidakmungkinan bagi keluarga untuk
memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek.
Sekolah dituntut menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia
Indonesia sebagai individu, warga masyarakat, warga negara dan warga
dunia di masa depan. Sekolah diharapkan mampu mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan mertabat manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Pasal 3). Salah satu
alternatif yang mungkin dilakukan di sekolah untuk melaksanakan
kebijakan nasional yaitu secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi
suatu tempat latihan manusia di masa depan. Dengan kata lain, sekolah
sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat
yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan

6
teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri keindonesiaan. Suatu alternatif
yang mungkin dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara
lain:

a. Pengajaran yang mendidik


Yakni pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian
tujuan instruksional bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan
lainnya.
b. Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan
penyuluhan (BP) di sekolah
Tugas dari progam BP ialah perkembangan pribadi peserta didik,
khususnya aspek sikap dan perilaku atau kawasan efektif.
c. Pengembangan perpustakaan sekolah menjdi pusat sumber belajar
(PSB)
Pengembangan PSB dapat dilakukan secara bertahap sehingga pada
akhirnya dapat berperan sebagai “mitra kelas” dalam proses belajar
mengajar. Suatu PSB yang memadai akan dapat mendorong siswa dan
warga sekolah lainnya untuk belajar mandiri.
d. Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah
Iklim kehidupan di sekolah mencerminkan kehidupan mayarakat yang
dicita-citakan yakni masyarakat demokratis yang dinamis dan terbuka.
3. Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi,
yakni :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang
dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan.
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan kelompok sosial di
masyarakat, baik secara langsung maupun tak langsung, ikut
mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang
dirancang maupun yang dimanfaatkan.

7
Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf
perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang
tersedia di dalamnya. Di Indonesia, perkembangan masyarakat itu sangat
bervariasi, sehingga wujud sosial kebudayaan dalam masyarakat Indonesia
dewasa ini, menurut Koentjaraningrat paling sedikit dapat dibedakan
menjadi lima tipe sosial budaya, yaitu :

a. Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana,


hidup dengan berburu, dan belum mempunyai kebiasaan menanam
padi. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil tanpa
diferensiasi dan stratifikasi yang berarti.
b. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau
sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem dasar kemasyarakatannya
adalah komunikasi petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial
sedang, dan yang merasakan diri sebagai bagian bawah dari suatu
kebudayaan yang lebih besar.
c. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau
sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem dasar kemasyarakatannya
adalah desa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial
sedang, gelombang-pengaruh kebudayaan Hindu tidak dialami atau
sangat kecil, sehingga terhapus oleh pengaruh agama Islam.
d. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di
sawah dengan tanaman pokok padi. Sistem dasar kemasyarakatannya
adalah komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial
yang agak kompleks.
e. Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat
pemerintahan dengan sektor perdagangan dan industri yang lemah.
Tipe masyarakat ini mengembangkan sektor perdagangan dan industri,
tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintahan dengan
suatu sektor kepegawaian yang luas.

Selain itu, terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan atau kelompok


sosial yang mempunyai peran dan fungsi edukatif yang besar, antara lain:
kelompok sebaya, organisasi kepemudaan (pramuka, karang taruna,

8
remaja masjid, dan sebagainya), organisasi keagamaan, organisasi politik,
organisasi ekonomi, organisasi kebudayaan dan lain-lain.

Akhirnya perlu dikemukakan salah satu faktor dalam lingkungan


masyarakat yang makin penting peranannya yakni media massa. Pada
umumnya, media massa mempunyai tiga fungsi, yakni informasi, edukasi,
dan rekreasi. Media massa sebagai alat komunikasi dan rekreasi yang
menjangkau banyak orang telah menjadi suatu kekuatan pendorong yang
besar dalam kehidupan orang. Media massa mempunyai sumbangan yang
besar dalam mengintegrasikan kebudayaan serta mensosialisasikan
generasi mudanya. Wayan Ardhana (1986: Modul 4/ 23) mengemukakan
bahwa media massa memiliki tiga macam pengaruh. Pertama, pengaruh
sosialisasi dalam arti luas, utamanya tentang sikap dan nilai-nilai dasar
masyarakat serta model tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan.
Kedua, pengaruh khusus jangka pendek, media massa mungkin
menyebabkan orang membeli produk tertentu ataupun memberi suara/
pendapat dengan cara tertentu. Ketiga, media massa memberikan
pendidikan dalam pengertian yang lebih formal, yaitu dalam memberikan
informasi atau menyajikan pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu.
Ketiga fungsi ini tentu saja di luar dari fungsi memberikan rekreasi dan
hiburan. Meskipun melalui fungsi rekreasi itu, media massa dapat pula
mempengaruhi perilaku manusia. Peranan media massa ini semakin
menentukan di masa depan.

C. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap


Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan peserta didik seperti tumbuh kembang anak pada umumnya


yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni hereditas, lingkungan proses
perkembangan, dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan tripusat
pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri ataupun
secara bersama-sama. Peranan ketiga tripusat pendidikan itu bervariasi meskipun
ketiganya melakukan tiga kegiatan pokok dalam pendidikan tersebut. Kaitan
antara tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan

9
jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemahiran keterampilan.
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam
ketiga kegiatan pendidikan, yakni:

1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.


2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Kontribusi itu akan berada bukan hanya antarindividu, tetapi juga faktor
pusat pendidikan itu sendiri yang bervariasi di seluruh wilayah Nusantara.
Namun, utamanya pada masyarakat modern, kontribusi keluarga pada aspek
penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan makin mengecil
dibandingkan dengan kontribusi sekolah dan masyarakat. Di samping
peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan
peserta didik, berbagai upaya dilakukan agar program-program pendidikan
dari setiap pusat pendidikan tersebut saling mendukung dan memperkuat
antara yang satu dengan yang lainnya.

Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal seperti perbaikan


gizi, permainan edukatif, dan sebagainya. Di lingkungan sekolah diupayakan
berbagai hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orang tua siswa seperti
organisasi orang tua siswa, kunjungan rumah oleh pihak sekolah, dan
sebagainya. Sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat
dengan masyarakat di sekitarnya. Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang
saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberi peluang
mewujudkan sumber daya manusia yang terdidik dan bermutu.

10
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang


unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya
tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan
pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta
lingkungan masyarakat. Hubungan dari ketiganya disebut sebagai tripusat
pendidikan. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling
mempengaruhi di antara lingkungan pendidikan.

B. Saran

Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang


maksimal, diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang erat. Maka dari itu,
diperlukan sebuah koordinasi antar lingkungan pendidikan. Dalam menentukan
kurikulum lingkungan formal, ada baiknya untuk mempertimbangkan faktor
lingkungan keluarga dan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tirtahardja, Umar. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai