Disusun Oleh:
MANAJEMEN
2020
KATA PENGANTAR
Saya Ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah pada matakuliah Pengantar Ekonomi
Pembangunan ini yang berjudul “KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL”.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Individu
matakuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Reza Kurnia Sekedang, SE, M.SI selaku pembimbing matakuliah ini, serta kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk Saya jadikan sebagai bahan evaluasi
guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 4
BAB II Pembahasan............................................................................................5
BAB V PENUTUP..............................................................................................13
3.2. kesimpulan...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukdan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Supaya mahasiswa dapat lebih memahami kebijakan pembangunan di negara kita. Diharapkan pula
makalah ini dapat menjadi acuan belajar dalam mempelajari kebijakan ekonomi.
BAB II
Pembahasan
2.1 Perkembangan Orientasi Pembangunan di Indonesia
Dalam tulisan Mochtar Mas’oed (1989) disebutkan bahwa kebijakan pemerintah Orde Baru
dibuat dengan peraturan-peraturan dalam rangka mengubah tata cara pengelolan ekonomi Indonesia.
Peraturan-peraturan tersebut antara lain kebijaksanaan fiskal yang mengatur pemotongan belanja pada
APBN, perbaikan pengumpulan pajak seperti bea masuk, pajak langsung, pajak pembelian dan
penjualan, penghapusan subsidi dan penyesuaian harga. Pada kebijaksanaan moneter, diciptakan suatu
kebijaksanaan pengetatan peredaran uang, tabungan deposito untuk mengendalikan peningkatan
inflasi, penanaman modal asing, serta pengembalian perusahaan-perusahaan yang diambil alih oleh
rezim sebelumnya. Selain itu juga kebijakan peningkatan liberalisasi perdagangan luar negeri serta
debirokratisasi dan deetatisasi. Dalam tulisan Anne Booth (1999, 121) juga disebutkan bahwa secara
historis, Orde Baru berdampak pada transformasi struktural di Indonesia yang melibatkan beberapa
jenis industralisasi; proses produk agrikultural dan sumber daya alam, substitusi impor untuk pasar
domestik, dan manufaktur ekspor labor-intensive.
Dari penjabaran di atas bisa diringkas bahwa ada dua pendekatan dalam menstabilkan dan
membangun ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan yang dilaksanakan pada dua era pemerintahan
pemimpin yang berbeda. Kedua pendekatan tersebut adalah “berorientasi ke luar”, yang berarti
melakukan stabilisasi dan pembangunan ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan sumber-sumber
luar negeri, sedangkan pendekatan pengkitiknya yaitu “berorientasi ke dalam”, yang berarti stabilisasi
dan pembangunan ekonomi dengan memperkuat masyarakat bisnis pribumi, sedangkan bantuan dan
investasi asing dimanfaatkan dengan cara yang sangat hati-hati (Mas’oed 1989, 94-95).
Kendati kebijakan “berorientasi ke luar” yang diterapkan pada era Orde Baru bisa
dikatakan berhasil dengan indikasi peningkatan pendapatan ekspor yang mampu mengimbangi defisit-
defisit yang ada pada Orde Baru serta pencapaian salah satu tujuan stabilisasi, yakni pengendalian inflasi
dalam jangka pendek, namun kebijakan ini juga berdampak negatif bagi sebagian rakyat Indonesia.
Masalah baru muncul, antara lain bertambahnya jumlah pengangguran dan setengah-pengangguran
masalah kebangkrutan bisnis pribumi terutama yang menjalankan industri skala menengah dan kecil
akibat tak mampu bersaing dengan produk impor yang gencar masuk ke dalam negeri, munculnya
pengusaha dukungan negara, serta muncul berbagai macam protes dan tekanan. Ironis memang ketika
terlihat berbagai pencapaian positif dari kebijakan ekonomi yang “berorientasi ke luar” namun dalam
waktu yang sama juga menciptakan kondisi yang memprihatinkan bagi rakyat Indonesia sendiri. Namun
tak dapat dipungkiri bahwa dalam sistem ekonomi neoliberal dewasa ini memang keterlibatan modal
asing dalam perkembangan ekonomi Indonesia tetap dibutuhkan, sehingga bisa diasumsikan bahwa
orientasi yang efektif bagi Indonesia saat ini adalah kebijakan ekonomi “berorientasi ke luar”
meskipun tidak sepenuhnya kebijakan tersebut membawa dampak positif.
Pada tahun 2020, Indonesia akan menjadi negara berdaulat selama tujuh dekade, namun
masih dipertimbangkan mengalami ketertinggalan dari ekonomi yang telah maju di Eropa Barat,
Amerika Utara, dan Asia Timur Laut. Indonesia mungkin akan melebihi Malaysia atau Thailand atau
Singapura. Bahkan jika tujuan ambisius dari rencana perkembangan tersebut tercapai (seperti yang
terencanakan sebelum terjadi crash pada 1997-1998), Indonesia akan tetap menjadi seperti dalam
standard World Bank tahun 1977, yakni sebuah negara dengan pendapatan menengah ke bawah (Booth
1999, 134). Oleh karena itu dibutuhkan strategi baru untuk mendukung perkembangan pembangunan
ekonomi Indonesia yang benar-benar relevan dan sempurna dengan dampak negatif seminimal mungkin
demi tercapainya kesejahteraan rakyat dan kemajuan ekonomi Indonesia di masa depan. Kebijakan
tersebut berupa perlawanan terhadap gaya Soeharto “crony capitalism” yang akan mendorong
proses reformasi ke arah pencapaian pasar yang lebih transparan, efisien, dan impartial productive
(Boesuk 1999, 166-167).
2.2 Macam-Macam Kebijakan Ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf
hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan
nonekonmi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan
ekonomi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
A. Kebijakan Mikro
Kebijakan mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan tanpa
melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana dan diwilayah mana perusahaan yang
bersangkutan beroperasi.
Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer dengan para pekerja),
kondisi kerja dalam perusahaan.
Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua sektor ekonomi.
Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
Menetapkan harga minimum dan maksimum untuk melindungi produsen atau konsumen.
B. Kebijakan Meso
1. Kebijakan ekonomi meso dalam arti sektoral adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditunjukan
pada sektor-sektor tertentu. Setiap departemen pemerintah mengeluarkan kebijakan sendiri, yang bisa
sama / berbeda, untuk sektornya. Kebijakan ini mencangkup keuangan, distribusi, produksi, tata niaga,
sistem pengadaan bahan baku, ketenagakerjaan, termasuk system penggajian, investasi, jaminan sosial
bagi bekerja dan sebagainya.
2. Kebijakan ekonomi meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi yang ditunjukan pada
wilayah tertentu.
Misalnya, kebijakan industri regional dikawasan timur Indonesia (KTI) yang menyangkup kebijakan
industry regional, kebijakan investasi regional, kebijakan fiscal regional, kebijakan pembangunan
infrastruktur regional, kebijakan pendapatan, dan pengeluaran pemerintah daerah,kebijakan distribusi
pendapatan regional, kebijakan pendapatan, kebijakan perdagangan regional, dan sebagainya.
Kebijakan ekonomi regional bisa dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
C. Kebijakan Makro
Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya kebijakan uang
ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi kebijakan meso (sektoral atau
regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif. Instrumen yang digunakan untuk kebijakan
ekonomi makro adalah tarif pajak, jumlah pengeluaran pemerintah melalui APBN, ketetapan
pemerintah dan intervensi langsung di pasar valuta untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah
terhadap valas. (Tulus Tambunan, 1996).
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan. Dengan kata lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana
pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai uang, ketersediaan uang,
dan biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi. Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu
perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi
hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran.
Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur menerbitkan
mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan
untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif biasanya berupa campur tangan bank sentral secara
langsung terhadap kebijakan perbankan. Maksudnya, bank indonesia berperan sebagai regulasi dan
bertindak secara aktif dalam kegiatan pasar uang. Adapun beberapa instrumen yang termaksud dalam
kebijakan moneter keantitatif,yaitu :
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga
bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus
meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar
berkurang.
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya berupa pengawasan dan imbauan bank sentral
kepada kegiatan perbankan. Maksudnya, bank sentral ( bank Indonesia) tidak
Yaitu kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan dan mengawasi corak pinjaman dan investasi
yang dilakukan oleh bank-bank
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan
memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit
untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang
beredar pada perekonomian.
2. Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal ini bisa mengurangi
biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan dan menyadari perlunya akses-
akses ke sejumlah layanan. Seperti intra dan inter-konektivitas antara pusat pertumbuhan serta pintu
perdagangan dan pariwisata internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai
keuntungan langsung dari konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang, meningkatkan standar
kehidupan.
Saat ini, aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota, khususnya Jawa dan Sumatra. Fasilitas
transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak menjangkau pelosok. Pada jangka pendek,
proyek-proyek yang perlu dibangun di Jawa adalah TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua,
Tanjung Priok. Pembangunan tersebut diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi kemiskinan di
Jawa yang melebihi 20 juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra yang sekitar tujuh juta jiwa.
Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek. Selain tiga strategi
utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti kebijakan investasi, perdagangan dan finansial.
Beberapa elemen utama di sektor Iptek adalah meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan
kejuruan tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber daya ahli.
Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah maupun swasta, dengan memberikan
insentif serta menaikkan anggaran. Kemudian mengembangkan sistem inovasi nasional, termasuk
pembiayaannya. Saat ini, masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan riset dan pengembangan
yang digunakan untuk mencari solusi teknologi. Kemampuan pengguna untuk menyerap teknologi yang
ada. Serta transaksi antara riset dan pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan
penggunanya tak terbangun dengan baik.
2. Dari isi Pasal 33 UUD 1945 bersama dengan pasal 34 dan pasal 27 ayat 2 mengandung amanat
kepada pemerintah untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial seluruh rakyat melalui :
a. Penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak.
Tujuan utama atau akhir kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat
kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat tercapai bila tingkat
pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan distribusi pendapatan yang retif merata. Tujuan ini
tidak bisa tercapai hanya dengan kebijakan ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non kebijakan
ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non ekonomi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut
masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dan kebijakan non ekonom harus saling
mendukung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus turut serta mendukung pelaksanakan
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pembangunan-ekonomi-di-indonesia.html
http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/
http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-
perencanaan/sistemperencanaanpembangunannasionalsppn
http://www.plengdut.com/2013/01/macam-macam-sistem-ekonomi.html
http://gatrickflash.wordpress.com/2012/11/17/macam-macam-sistem-ekonomi/