Anda di halaman 1dari 31

PETUNJUK PRAKTIKUM SIMULASI

FISIOLOGI KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI


Kontributor:
Prof. dr. Zaenal Muttaqien, Sp. BS, PhD
Dr. dr. Shofa Chasani, SpPD-KGH
dr. Endang Ambarwati, Sp. KFR (K)
dr. Hardian
dr. Budi Laksono
dr. Yosef Purwoko, M.Kes, Sp. PD
dr. Yuriz Bakhtiar, Ph.D
dr. Gana Adyaksa, M.Si.Med
dr. Muflihatul Muniroh, M.Si. Med
dr. Tanjung Ayu Sumekar, M.Si.Med
dr. Darmawati Ayu Indraswari
dr. Ainun Rahmasari Gumay

Editor :
dr. Darmawati Ayu Indraswari

Asisten Praktikum:
Fajar Alex Prastiyo, SE
Agnes Lusiana, Amd.EM

Diterbitkan oleh:
DEPARTEMEN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP
SEMARANG
2020

i
PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum ini merupakan buku yang digunakan sebagai petunjuk
praktikum fisiologi kardiovaskuler dan respirasi. Buku ini memuat peraturan dan tata cara
praktikum serta dapat memberikan petunjuk dan informasi kepada peserta didik agar
pelaksanaan praktikum dapat berjalan lancar dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Perlu diperhatikan, bahwa selama praktikum berlangsung diharapkan semua peserta
didik dapat memahami dengan tekun dan teliti. Hasil dan pembahasan yang dikerjakan
harus diskusikan oleh dosen pembimbing pada akhir kegiatan praktikum. Dengan demikian,
diharapkan tujuan praktikum dapat tercapai.

Semarang, April 2020

Editor

ii
PETUNJUK UMUM

1. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum, yang terdiri atas:


a. PhysioEx kardiovaskuler:
Kelas A dan B Selasa 14 April 2020 pukul 12.15-14.10,
Kelas C dan D Rabu 15 April 2020 pukul 8.00-10.00
b. Simulasi kardiovaskuler dan respirasi:
Kelas A dan B Selasa 14 April 2020 pukul 14.10-14.40,
Kelas C dan D Rabu 15 April 2020 pukul 10.00-10.30
2. Mahasiswa harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan.
3. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum tidak akan mendapatkan nilai Fisiologi (nilai
Tidak Lengkap).
4. Mahasiswa wajib membuat 2 (dua) laporan pribadi, berisi hasil dan pembahasan
praktikum dan disahkan oleh asisten pembimbing kelompok yaitu:
a. Laporan pribadi PhysioEx: dibuat di file word menggunakan format yang diunggah di
kelas praktikum MS Teams,
b. Laporan pribadi simulasi kardiovaskuler dan respirasi: dibuat di file word
menggunakan format yang diunggah di kelas praktikum MS Teams
5. Selesai praktikum, mahasiswa wajib mengerjakan 2 laporan pribadi di atas dan post test
(responsi)
6. Post test (responsi) dilaksanakan dengan media dan waktu yang akan ditentukan
7. Laporan pribadi wajib diserahkan oleh ketua kelompok melalui surel ke dosen
pembimbing kelompok (alamat surel diunggah di tempat lain) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Laporan berbentuk Word
b. Format penamaan laporan: kata pertama nama dosen pembimbing_jenis
praktikum_kelas_dua kata pertama nama_NIM,
contoh: drHardian_physioex_A_Hanif Nurrifqi_1234567890,
contoh: drHardian_simulasi_A_Hanif Nurrifqi_1234567890,
c. Laporan sudah disahkan dan dinilai oleh asisten pembimbing kelompok (teknis
diserahkan kepada masing-masing asisten per kelompok),
d. Dikirimkan paling lambat untuk kelas A dan B hari Kamis 16 April 2020 pukul 21.00,
kelas C dan D hari Jumat 17 April 2020 pukul 21.00.
8. Syarat mendapatkan nilai fisiologi (nilai lengkap) adalah:
- Telah mengikuti kegiatan praktikum di Microsoft Teams
- Telah mengikuti post test
- Telah mengumpulkan 2 laporan pribadi ke dosen pembimbing kelompok

iii
PRAKTIKUM 1
PHYSIOEX CARDIOVASCULAR ACTIVITY 6

(dalam file terpisah)

4
PRAKTIKUM 2A
KARDIOVASKULER
Percobaan Tekanan Darah Dengan Pendinginan (Cold Pressure Test),
Elektrokardiografi, Harvard Step Test dan Tes Ergometer Sepeda

1. PERCOBAAN TEKANAN DARAH DENGAN PENDINGINAN (COLD


PRESSURE TEST)

Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mempelajari fungsi kardiovaskuler dengan parameter tekanan darah
arteri.

Tujuan Khusus:
Mahasiwa dapat mempelajari pengaruh suhu (pendinginan) terhadap tekanan darah
arteri manusia.

Alat dan Bahan:


1. Sphygmomanometer.
2. Stetoskop
3. Air es + termometer
4. Pengukur waktu arloji atau stopwatch.
Catatan:
a. Tiap regu praktikum diperlukan 1 orang percobaan untuk seluruh latihan ini. b.
Penetapan tekanan darah dilakukan secara auskultasi

Cara Kerja:
1. Pasanglah manset pada lengan atas kanan orang percobaan
2. Suruhlah orang percobaan berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit.
3. Tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai terdapat hasil yang sama tiga
kali berturut-turut (tekanan darah basal).
4. Dengan manset tetap di lengan atas kanan, mintalah orang percobaan memasukkan
tangan kirinya kedalam air es (4oC) sampai pergelangan tangan.
5. Dengan tangan kirinya didalam air es, tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya
pada detik ke-30 dan ke-60.
6. Suruhlah orang percobaan sekarang mengeluarkan tangan kirinya dari air es dan
tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke
tekanan normal.

Catatan:
a. Bila terdapat kesukaran pada waktu penetapan tekanan sistolik dan diastolik pada
detik ke-30 dan 60, percobaan dapat dilakukan 2 kali. Mula-mula pada percobaan
pertama hanya dilakukan penetapan tekanan sistolik pada detik ke-30 dan 60,
kemudian pada percobaan kedua hanya dilakukan penetapan tekanan diastolik pada
detik ke-30 dan 60.

b. Tangan kiri harus dipertahankan didalam air es selama 1 menit, kecuali bila orang
percobaan tidak dapat menahan dinginnya atau bila tekanan darahnya menjadi sangat
tinggi hingga dapat dianggap berbahaya bagi susunan peredaran darahnya, seperti
pada penderita hipertensi dan hiperaktif.
Tekanan sistolik di atas 200 mm Hg adalah berbahaya.

5
c. Orang-orang dengan tekanan darah normal dapat dibagi dalam 2 golongan:
1. Golongan Hiporeaktor.
Pada golongan hiporeaktor dijumpai kenaikan tekanan sistolik kurang dari 22 mm
Hg setelah percobaan dengan pendinginan.
2. Golongan Hiper-reaktor.
Pada golongan hiper-reaktor dijumpai tekanan sistolik lebih dari 22 mm Hg setelah
percobaan dengan pendinginan.
Kenyataan stastistik menunjukkan bahwa golongan hiper-reaktor mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk menjadi penderita hipertensi dibanding dengan golongan
hiporeaktor.

Hasil Praktikum
Probandus: pria 19 th, TB 177 cm, BB 65 kg
Tekanan darah basal:
Menit ke-5: 120/80
Menit ke-10: 120/80
Tekanan darah saat percobaan:
No Percobaan Tek. Sistolik Tek. Diastolik Tek. Sistolik Tek. Sistolik
detik ke-30 detik ke-30 detik ke-60 detik ke-60
1 I 140 90 130 85
2 II 135 90 130 80
Tekanan darah setelah percobaan menit ke-2: 120/80

2. ELEKTROKARDIOGRAFI

Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip penggunaan alat Elektrokardiografi (EKG)
dan dapat menginterpretasi elektrokardiogram yang normal.
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat mengetahui:
1. Cara pencatatan hantaran-hantaran dasar anggota gerak (Standard Limb Leads): I,II,
dan III.
2. Cara pencatatan hantaran-hantaran anggota gerak kutub tunggal yang diperbesar
(Augmented Unipolar Limb Leads): aVR, aVL dan aVF.
3. Cara pencatatan hantaran-hantaran dada kutub tunggal (Unipolar Chest Leads atau
Unipolar Precordial Leads): V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.

1. Alat elektrokardiograf + perlengkapannya:


tapal (pasta)
elektroda-elektroda
karet-karet pengikat
2. Kapas + alkohol
3. Tempat tidur & alas
Catatan:
Untuk demonstrasi ini diperlukan 1 orang percobaan untuk tiap kelompok
Orang percobaan tersebut harus berbaring dengan tenang di atas bangku tidur.

6
Semua pencatatan akan diambil dengan kepekaan alat 1 mV = 1 cm (ini diatur
dengan mengatur tombol kepekaan atau "sensitivity") dan dengan kecepatan 25
mm/detik.

Pencatatan dilakukan sebanyak 5-6 siklus, minimal 4 siklus.


Bila didapatkan gambaran ireguler yang jelas, maka dilakukan perekaman lead II
yang diperpanjang hingga 10 siklus.

Cara Kerja:
a. Cara pencatatan hantaran-hantaran dasar anggota gerak: I, II dan III.
1. Bersihkanlah dengan kapas dan alkohol bagian kulit didekat kedua pergelangan
tangan dan didekat kedua pergelangan kaki.
2. Berilah sedikit tapal pada elektroda-elektroda, dan pasanglah kemudian elektroda-
elektroda tersebut didekat kedua pergelangan tangan dan didekat kedua
pergelangan kaki yang telah bersih itu.
3. Hubungkanlah kawat elektroda-elektroda itu sebagai berikut:
- kawat RA, elektroda didekat pergelangan tangan kanan
- kawat LA, elektroda didekat pergelangan tangan kiri.
- kawat RL, elektroda didekat pergelangan kaki kanan.
- kawat LL, elektroda didekat pergelangan kaki kiri.
4. Seorang asisten akan memutar sakelar pemilih (selector switch) berturut-turut dan
mencatat hantaran I, II dan III. Elektroda didekat pergelangan kaki kanan tidak
digunakan sebagai hantaran pencatatan EKG, akan tetapi hanya digunakan
sebagai hantaran tanah.
b. Cara pencatatan hantaran anggota gerak kutub tunggal yang
diperbesar: aVR, aVL dan aVF.
Dengan elektroda-elektroda tetap seperti pada bagian A, asisten sekarang akan
memutar sakelar pemilih berturut-turut dan mencatat hantaran aVR, aVL dan aVF.
Catatan:
Dasar pencatatan hantaran aVR, aVL dan aVF sebenarnya ialah sbb:
Untuk hantaran aVR:
Elektroda di dekat pergelangan tangan kiri digabungkan dengan elektroda di dekat
pergelangan kaki kiri, dan dihubungkan melalui suatu tahapan listrik, dengan maksud
supaya tahanan listrik tangan kiri dan kaki kiri menjadi sangat besar, hingga voltase
boleh dianggap 0.
Untuk hantaran aVL:
Elektroda di dekat pergelangan tangan kanan digabungkan dengan elektroda di dekat
pergelangan kaki kiri, dan dihubungkan melalui suatu tahanan listrik, dengan maksud
yang sama seperti diatas.
Untuk hantaran aVF:
Elektroda di dekat pergelangan tangan kanan digabungkan dengan elektroda di dekat
pergelangan tangan kiri, dan dihubungkan melalui suatu tahanan listrik, dengan
maksud yang sama seperti di atas.
Pada alat elektrokardiograf yang baru, hal-hal tersebut tidak perlu lagi dikerjakan
sendiri, oleh karena dengan memutar sakelar pemilih, berturut-turut secara otomatis
ke-aVR, aVL dan aVF dengan sendirinya.
c. Cara pencatatan hantaran-hantaran dada kutub tunggal: V1,V2,V3,V4,V5 dan V6.
1) Dengan elektroda-elektroda tetap seperti pada bagian A, bersihkanlah sekarang
berturut-turut tempat-tempat tersebut (lihat gambar 22).
1. ruang interkostal IV parasternal kanan
2. ruang interkostal IV parasternal kiri

7
3. bagian tengah-tengah garis lurus yang menghubungkan 2 dan 4
4. ruang interkostal V kiri digaris medioclaviculer.
5. titik potong antara garis axiler kiri depan dengan garis mendatar dari 4.
6. titik potong antara garis axiler kiri tengah dengan garis mendatar dari 4 dan 5
2) Berilah sedikit tapal pada elektroda pencari (exploring elektrode), dan pasanglah
elektroda pencari tersebut ditempat 1
3) Hubungkanlah elektroda pencari dengan kawat C.
4) Asisten sekarang akan memutar sakelar pemilih ke huruf V dan kemudian akan
melakukan pencatatan dari hantaran-hantaran V1.
5) Selanjutnya, untuk pencatatan hantaran-hantaran V2,V3,V4,V5 dan V6, pasanglah
elektroda pencari berturut-turut ditempat 2, 3, 4, 5 dan 6.
Catatan:
Dasar pencatatan hantaran-hantaran V1,V2,V3,V4,V5 dan V6 sebenarnya ialah
dengan menghubungkan elektroda2 didekat kedua pergelangan tangan dan didekat
pergelangan kaki kiri dengan suatu "Central Terminal dari Wilson", masing-masing
melalui suatu tahanan listrik sebesar 5000 ohm.
Pada alat-alat elektrokardiograf yang baru hal-hal tersebut tidak perlu lagi
dikerjakan sendiri, oleh karena dengan memutar sakelar pemilih ke huruf V, dengan
sendirinya hal-hal tersebut diatas telah dikerjakan.

Gambar 1. Pemasangan elektroda dan gambaran normal EKG

8
Gambar 2: Lokasi Pemasangan Elektroda Pre Cordial EKG

Gambar 3: Segitiga Einthoven

9
Gambar 4: Contoh rekaman gelombang listrik jantung hasil rekaman EKG

10
Gambar 5: Nilai normal axis jantung

11
Hasil Praktikum
Probandus: pria 19 th, TB 177 cm, BB 65 kg
Gambaran EKG seorang Pria usia 19 tahun
12
LAPORAN DEMONSTRASI EKG

Tanggal :
Kelompok :
Nama dan tanda :
tangan

Bagian A:
1. Cantumkanlah elektrokardiogram hantaran I, II dan III.
2. Isilah berdasarkan elektrokardiogram tersebut
Frekwensi atrium :.................... denyut/menit.
Frekwensi ventrikel:.................... denyut/menit.
(Perhatikanlah adanya
variasi).
3. Isilah berdasarkan elektrokardiogram hantaran
II.
a. Lama interval P-R : .............. detik
b. Lama komplek QRS : .............. detik
c. Lama interval Q-T : .............. detik
d. Lama 1 siklus rata2 (C) : .............. detik.
Lama interval Q-T dapat pula dihitung dengan rumus:

Lama interval Q-T = 0,4 C detik C = lama 1 siklus atau R - R


Hitunglah lama interval Q-T dengan rumus tsb. dan bandingkanlah dengan hasil
yang
diperoleh pada butir 3c.
4. Hitunglah berdasarkan elektrokardiogram tsb. besar voltase puncak P,Q,R,S dan T !

Hantaran Puncak P Puncak Q Puncak R Puncak S Puncak T


(mV) (mV) (mV) (mV) (mV)
I
II
III

5. Apakah terdapat kelainan2 dalam hal waktu dan besar voltase ?


6. Buktikanlah kebenaran persamaan Einthoven: II - I - III pada komplek QRS.
7. Tentukanlah sumbu listrik jantung komplek QRS dengan menggunakan segitiga
Einthoven.

Bagian B:
Cantumkanlah elektrokardiogram hantaran aVR, aVL dan aVF.

Bagian C:
Cantumkanlah elektrokardiogram hantaran V1, V2, V3, V4, V5 dan V6

Dari petunjuk cara intepretasi EKG di atas, tulislah hasil pemeriksaan elektrokardiografi:
1. Irama:........................................................regularitas:......................................
2. Rate/frekwensi:...................................................
3. Axis:....................................................................
4. Posisi:....................................................................
5. Rotasi:..................................................................
6. Zona transisi:.........................................................
7. Gelombang P:..........................................................
8. Gelombang QRS:....................................................

13
9. Interval PR:.............................................................
10. Interval QRS:..............................................................
11. Interval QTc:.............................................................
12. Voltase:.......................................................................
13. Gelombang T:.............................................................
14. Segmen ST:................................................................
15. Gelombang U:.........................................................

Kesimpulan EKG:......................................................

14
C. PERCOBAAN NAIK TURUN BANGKU (HARVARD STEP TEST)

Tujuan:
Tujuan latihan ini ialah untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang
dimana parameter terbaik yang untuk menilai respon sistem kardiovaskuler ialah
tekanan darah arteri.

Alat dan Bahan:


1. Bangku Harvard setinggi 19 inchi ( 1inchi = 2.54 cm )
2. Metronom ( frekwensi 2 X ayunan per detik )

Cara Kerja:
1. Suruhlah orang percobaan berdiri menghadap bangku Harvard setinggi 19 inchi
dengan tenang serta penuh perhatian. Metronom (sebelumnya telah dicek keteli-
tiannya dan diatur untuk memberikan irama dengan kecepatan 120 kali per menit)
mulai dijalankan.
2. Suruhlah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya (yang kanan ataupun
yang kiri) diatas bangku tepat pada suatu detikan metronom.
Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan keatas bangku, sehingga orang
percobaan berdiri tegak di atasnya.
Pada detikan ketiga, kaki yang pertama kali naik keatas bangku diturunkan.
Pada detikan keempat kaki yang masih diatas bangku diturunkan pula, sehingga
orang percobaan berdiri lagi tegak didepan bangku.
Siklus tersebut diulangi terus menerus sampai orang percobaan tidak kuat lagi, tetapi
tidak lebih dari 5 menit.
Segera sesudah itu, orang percobaan disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung
selama 30 detik, 3 kali berturut-turut, masing-masing dari:
1’–1’30’’, dari 2’–2’30’’ dan dari 3’–30’’
Lamanya percobaan yang dilakukan dihitung dengan menggunakan sebuah
stopwatch.

Gambar 6. Harvard Step Test

3. Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilaiannya dapat dilakukan


dengan 2 cara:
a. Cara lambat:
Menghitung indeks kesanggupan badan dengan cara lambat dilakukan
dengan memakai rumus sebagai berikut:

15
Penilaiannya:
Kurang dari 55 = kesanggupan kurang
55–64 = kesanggupan sedang
65–79 = kesanggupan cukup
80–89 = kesanggupan baik
kesanggupan amat
lebih dari 90 = baik.

b. Cara cepat:
Menghitung indeks kesanggupan badan dengan cara cepat dapat dilakukan
dengan memakai rumus dan daftar sebagai berikut:

1. Dengan rumus:

Lama naik - turun (detik) X 100


Indeks Kesanggupa n Jasmani
5.5 X harga denyut nadi selama 30" pertama

Penilaiannya:
kurang dari 50 = kurang
50–80 = Sedang
lebih dari 80 = baik.

2. Dengan daftar

Pemulihan nadi dari 1 menit hingga 1½


Lamanya menit
Percobaan 40–44 45-49 50-59 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90
0” – 20” 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0’30” – 0’59” 20 15 15 15 10 10 10 10 10 10 10
1’0” – 1’29” 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15
1’30” – 1’59” 45 40 45 35 30 30 25 25 25 20 20
2’0” – 2’29” 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
2’30 – 2’59” 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35
3’0” – 3’29” 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
3’30” – 3’59” 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45
4’0” – 4’29” 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50
4’30” – 4’59” 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55
5’ 0” 130 115 105 95 90 80 75 70 65 65 60

Petunjuk:
1. Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan.
2. Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30’’ pertama.
3. Indeks kesanggupan badan terdapat di persilangan baris dan lajur.

16
Hasil Praktikum:
Probandus: pria 19 th, TB 177 cm, BB 65 kg
Denyut jantung sebelum percobaan: 35x/30 detik.

Denyut jantung (satuan : kali/ 30 detik) setelah melakukan HST selama 5 menit diukur dari
Menit 1 sampai 1.30: 70
Menit 2 sampai 2.30: 69
Menit 3 sampai 3.30: 66

D. TES ERGOMETER SEPEDA

Tujuan:
Untuk memeriksa daya tahan jantung dan paru (Kardiorespirasi) dengan memeriksa
kapasitas aerobik/konsumsi oksigen maksimal (VO2 max).

Alat dan Bahan:


1. Ergometer sepeda
2. Alat elektrokardiograf + perlengkapannya:
- tapal (pasta)
- elektroda-elektroda
- karet-karet pengikat
3. Kapas + alkohol
4. Jam tangan/ stopwatch

Cara Kerja:
a. Pemeriksaan terhadap pengambilan oksigen maksimal:
Dengan menggunakan tes ergometer sepeda, dilakukan pengukuran pengambilan
oksigen maksimal secara tak langsung. Tes ini dilakukan dibawah maksimal (sub
maximal).
Ergometer sepeda yang digunakan telah diatur pembebanannya dan sudah
dikalibrasi. Selama tes berlangsung dilakukan juga pemeriksaan EKG. Frekuensi nadi
dihitung dari EKG. Suhu dan kelembaban udara dicatat.

Pelaksanaan tes:
1. Orang coba dilakukan fisik diagnostik, diukur berat badannya dan EKG istirahat.
2. Orang coba duduk diatas sedel sepeda, setelah tinggi sedel disesuaikan - bila
duduk diatas sadel tungkai lurus maka telapak tumit tepat menginjak pedal pada
posisi terbawah.
3. Setelah duduk tenang di atas sedel, direkam EKG lagi dan diukur tekanan
darahnya.
4. Elektrode dada dipasang seperti halnya sandapan dada konvensional, sedangkan
elektrode RA dan LA ditempatkan di Regio Subclavikularis pada garis
medioclavikuler setinggi SIC II dan elektrode RL dan LL atau RL saja di region
scapularis setinggi T4 pada garis paravetebralis.
5. Nadi istirahat dicatat, bila > 100 x/menit ditunggu agar nadi turun dulu.

17
6. Orang coba diminta mulai mengayuh pedal dengan irama 50 x/menit tanpa beban
selama 1-2 menit untuk pemanasan atau dengan melihat jarum speedometer.
7. Setelah pemanasan, beban mulai secara perlahan dinaikkan. Selama kerja EKG
direkam setiap menit dan tekanan darah di ukur pada permulaan dan akhir tahap
pembebanan.
8. Pada saat beban dimulai stopwatch mulai dijalankan, setiap satu menit beban
selalu diperiksa ketepatannya, putaran kaki dan irama harus sesuai.
9. Tes dilakukan selama 6 menit untuk setiap pembebanan dan tiap menit nadi
harus dicatat. Caranya dengan dengan mengambil denyut nadi pada 10 detik
terakhir menit tersebut.
10. Beban kerja diatur dan ditingkatkan setiap 6 menit, diharapkan pada pembebanan
ke III tercapai denyut nadi 170 x/menit.
Putri: dimulai dari 75 watt (450 KPM/menit)
kemudian berturut-turut 100 watt (600 KPM/menit)
125 watt (750 KPM/menit)
150 watt (900 KPM/menit)
Putra: dimulai dari 100 watt (600 KPM/menit)
kemudian berturut-turut 150 watt (900 KPM/menit)
200 watt (1200 KPM/menit)
250 watt (1500 KPM/menit)

Hal yang perlu diperhatikan:


Pencatatan denyut nadi dan tekanan darah (pre-exercise) dilakukan sewaktu
peserta berada di atas sepeda dalam keadaan diam (istirahat).
Tes dihentikan, jika:
1. Denyut jantung telah menunjukkan submaksimal: 170 x/menit.
2. Adanya indikasi untuk menghentikan tes.
- Gejala subyektif: nyeri dada kiri, pundak kiri (proyeksi eksternal gangguan
jantung/angina pektoris, pusing, terasa lelah, gelap, pingsan, sendi dan
otot sangat nyeri (claudicatio, artritis).
- Gejala obyektif:
a. Gejala klinis: pucat, sianosis, gelisah, kacau bila
ditanya, banyak
keringat, tekanan darah dan nadi turun dengan cepat.
b. Perubahan EKG:
elevasi segmen ST
depresi segmen ST lebih dari 0.2 mV (2mm)
kelainan berkas His
vibrilasi ventrikel
denyut prematur ventrikel yang jatuh sebelum akhir gelombang
T Pengambilan oksigen maksimal dinyatakan dalam 2 bentuk:
1. Dalam satuan liter/menit
2. Dalam satuan ml/kg bb/menit

b. Pemeriksaan masa pemulihan (recovery)


Untuk pemeriksaan masa pemulihan (recovery) diperlukan tes maksimal, dengan
denyut jantung 180 x/menit. Pada saat ini diperiksa tekanan darahnya. Setelah beban
ditiadakan orang coba berangsur-angsur menghentikan sepeda (cooling down) dan
diperiksa EKG dan tekanan darah masa pemulihan setiap menit sampai 6 menit,
dalam keadaan duduk diatas sepeda. Dihitung denyut jantung dan tekanan darah
pemulihan pada menit 1, 3 dan 5.

18
Syarat: Orang coba dalam keadaan sehat, tidak menunjukkan penyakit yang aktif
(infeksi), TB paru aktif, gagal ginjal akut, gangguan funsi hati yang nyata. EKG
sebelum tes tidak menunjukkan kelainan. Tes dilakukan paling cepat 2 jam setelah
makan dan minum, termasuk yang beralkohol, kopi dan merokok. Orang coba tidak
boleh minum obat apapun dan tidak boleh melakukan aktifitas fisik yang berat.

Penilaian:
Untuk menilai kondisi fisik orang coba dilakukan dengan memakai tabel Astrand
(Nomogram Astrand). Kemudian nilai denyut nadi tersebut dipadukan dengan tabel
beban (1 kg beban sama dengan 300 kpm menit) dan didapat nilai "VO2 max"
maximal pengambilan oxigen - ketahanan - daya tahan seseorang. VO2 max ini juga
akan dikoreksi dengan umur dan berat badan seseorang serta jenis kelamin

Contoh:
Orang coba pria usia 20 tahun, berat badan 50 kg, menjalani Tes Ergometer sepeda
selama 12 menit. Hasil tes sebagai berikut:
1. Sesuai tabel II faktor koreksi umur 20 th = 1.00.
2. Pada beban kerja 600 kpm/menit (enam menit tahap pertama), denyut jantung
pada menit ke 5 = 132/menit dan pada menit ke 6 = 136/menit: maka denyut
jantung rata-rata = 134/menit.
3. Pada beban kerja 900 kpm/menit (enam menit tahap II) denyut jantung pada
menit ke II = 170/menit dan pada menit ke 12 = 170/menit, maka denyut jantung
rata-rata = 170/menit.
4. Perhitungan konsumsi oksigen maksimal dari orang coba tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Untuk beban kerja 600 kpm/menit dengan denyut jantung 134/menit, tentukan
detak jantung 134/menit pada garis denyut jantung putra, kemudian tarik garis
lurus ke garis perpotongan beban kerja untuk putra (600 kpm/menit) maka
dapat diperoleh nilai pengambilan oksigen maksimal: 3.0 L/menit x 1.00 =
3.00 L/menit.
b. Untuk beban kerja 300 kpm/menit dengan denyut jantung 170/menit, dengan
cara seperti ad. a di atas, diperoleh nilai konsumsi oksigen maksimal: 2.6
L/menit x 1.00 + 2.6 L/menit.
c. Maka pengambilan oksigen maksimal rata-rata adalah sebagai berikut:

( 3.0 + 2.6 ) 1/menit = 2.8 L/menit


-----------------------
2

d. Untuk memperhitungkan konsumsi oksigen maksimal dalam satuan


ml/kg.bb/menit adalah sebagai berikut:

2.8 x 1.000 (L/menit) = 56 ml/kg.bb/menit.


------------------------
50 (kg.bb.)

e. Klasifikasi menurut tabel adalah: Tinggi

19
Hasil Praktikum:
Probandus: pria usia 19 tahun, berat badan 65 kg, menjalani Tes Ergometer sepeda
selama 12 menit. Hasil tes sebagai berikut:
1. Pada beban kerja 600 kpm/menit (enam menit tahap pertama), denyut jantung
pada menit ke 5 = 140/menit dan pada menit ke 6 = 146/menit
2. Pada beban kerja 900 kpm/menit (enam menit tahap II) denyut jantung pada
menit ke II = 190/menit dan pada menit ke 12 = 190/menit

20
Gambar 7. Nomogram Astrand

Untuk menilai VO2 max. Sebagai contoh, salah satu garis pada gambar di atas, beban 2 kg
(workload 600 kpm/mnt), perempuan tinggi badan 156 cm. Garis lainnya pada gambar di
atas, beban 4 kg (workload 1200 kpm/menit), laki-laki tinggi badan 166 cm.

21
Tabel 1. Faktor koreksi umur

Tabel 2. Klasifikasi VO2 Max

22
PRAKTIKUM 2B
RESPIRASI
Pemeriksaan Spirometri dengan: Collins, Autospiro dan Peak Flow Rate

1. PEMERIKSAAN SPIROMETRI
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip penilaian fungsi paru pada manusia.

Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kapasitas ventilasi paru seseorang, terutama
untuk mengetahui:
1. Vital Capacity (VC)
2. Forced Expiratory Volume in one second (FEV1) yaitu volume udara yang
diekspirasikan
pada detik pertama.
3. Inspiratory reserve volume.
4. Expiratory reserve volume.

Alat dan Bahan:


Spirometer:Collins, Autospiro, dan peak flow meter beserta kelengkapannya.

Cara Kerja:
Tabel 3: Klasifikasi mengenai ventilasi paru:

Klasifikasi VCR FEVR

Normal tipe 80% atau lebih 70% atau lebih

Restrictive impairment 80% atau kurang 70% atau lebih

Obstructive impairment 80% atau lebih 70% atau kurang

Mixed impairment 80% atau kurang 70% atau kurang

Catatan:
Dalam memperhitungkan vital capacity, maka hasilnya harus diperhitungkan faktor
koreksinya, yaitu tekanan udara dan temperatur atmosfer. Tetapi apabila test itu
dikerjakan dengan spirometer sederhana maka tidak perlu diadakan koreksi.
Perbedaan besarnya volume pernafasan antara yang tanpa koreksi dengan yang
dilakukan koreksi terhadap temperatur dan tekanan adalah sebesar 200 ml tiap 3 liter
volume udara.

Buat kesimpulan hasil pemeriksaan berdasarkan tabel di atas.

23
A. Spirometer Collins

Gambar 10. Bagan Spirometer Collins

Cara Kerja:
1. Spirometer diisi udara biasa secukupnya (dilakukan oleh petugas laboratorium)
2. Masukkanlah mouth-piece ke dalam mulut. Pada waktu ini orang percobaan masih
bernafas dengan udara luar dan mengeluarkan nafas ke udara luar. Arah masuk dan
keluarnya udara diatur melalui kran simpang tiga.
3. Kemudian putarlah kran simpang tiga sedemikian rupa sehingga orang percobaan
bernapas dari paru kedalam spirometer (tanpa diketahui oleh orang percobaan)
4. Buatlah pencatatan dari gerakan pernapasan sampai terlihat pada grafik bahwa
dalamnya dan frekwensi pernapasan sudah konstan (pernapasan normal).
5. Tentukan frekwensi pernapasan normal tersebut dan besar dari Tidal Volume.
6. Kemudian suruhlah orang percobaan melakukan inspirasi maximal yang disusul
dengan expirasi maximal. Kerjakan hal ini sampai 3 kali. Ukuran di kertas pencatat
mewakili volume udara pernapasan yaitu setinggi 5 cm setiap 1 liter.
7. Tentukan dari grafik yang Sdr. peroleh:
a. Vital Capacity
b. Inspiratory reserve volume.
c. Expiratory reserve volume.

8. Bandingkanlah Vital Capacity (VC) yang di dapat dengan percobaan dengan VC


perhitungan menurut rumus:

I. VC (liter) untuk pria = 2.5 x luas permukaan badan (m2)


VC (liter) untuk wanita = 2.0 x luas permukaan badan (m2)
II. VC (ml) untuk pria = (27.73 - 0.112 x umur dalam tahun) x TB (cm)
VC (ml) utk wanita = (21.78 - (0.101 x umur dalam tahun) x TB (cm)

24
Rumus untuk menghitung FVC (Forced Vital Capacity):

FVC (liter) untuk pria = (0.051 X TB cm) - (0.025 X Umur dalam tahun) - 3.55 FVC
(liter) untuk wanita = (0.033 X TB cm) - (0.023 X Umur dalam tahun) - 1.40

Rumus untuk menghitung luas permukaan badan (BSA= Body Surface Area)

Luas Permukaan Badan (m2) = 0.007184 X BB 0.425 X TB0.725

Cara lain untuk menentukan Luas Permukaan Badan adalah menggunakan Nomogram
Dubois

Gambar 11. Volume Pernafasan dan Kapasitas Pernafasan

25
Gambar 12. Nomogram Du Bois, alternatif Nomogram penentu Indeks Masa Tubuh

26
Hasil Praktikum (gambaran di kertas pencatat)

8
Panjang
di
kertas
(cm)

Keterangan:
waktu
Probandus pria usia 19 tahun,
TB/BB: 177 cm/65 kg

B. Autospiro

Gambar 13. Autospiro

27
Cara Menggunakan:
1. Hubungkan kabel adaptor ke unit spirometer, kemudian sambungkan kabel power ke
listrik 220 volt.
2. Buka layar/ monitornya.
3. Tekan tombol On/Off, monitor akan menyala dalam 2 detik.
4. Pada monitor akan muncul identitas pasien (ID) yang harus diisi oleh user dengan
menekan tombol ID (untuk pasien baru tekan > / mengedit data pasien tekan < )
5. Untuk memindahkan cursor setelah mengisi data-data ID gunakan tombol enter.
6. Tentukan suku/ etnis, kemudian tekan enter.
7. Pasang mouthpiece pada turbine sebelah kiri alat.
8. Masukkan mouthpiece ke dalam mulut pasien dengan posisi dijepit diantara gigi.
9. Selanjutnya lakukan test dengan menekan:
a. VC (Vital Capacity): Lakukan tes dengan menarik nafas sedalam-dalamnya
dengan lambat lalu buang sebanyak mungkin dengan lambat (seperti bernafas
normal). Untuk mengakhiri test tekan ESC.
b. FVC (Force Vital Capacity): Lakukan tes dengan menarik nafas sedalam-
dalamnya lalu membuang sedalam-dalamnya dengan cepat. Untuk mengakhiri
tes tekan ESC.
c. MVV (Maximum Voluntary Ventilation): Lakukan tes dengan menarik nafas
sedalam-dalamnya dengan cepat lalu buang dengan cepat. Untuk mengakhiri tes
tekan ESC.
10. Setelah semua pengukuran selesai, tekan tombol di atas tombol post sehingga
muncul hasil pengukuran. Untuk melihat hasil keseluruhan tekan tombol ke atas/
bawah.
11. Print hasilnya.
12. Bila alat telah selesai dipakai, matikan tombol On/Off nya, tutup kembali monitornya,
lepas mouthpiece dari turbine. Rapihkan dan masukkan alat ke dalam tas.

Setelah selesai percobaan, coba bandingkan masing-masing spirometer beserta hasil


yang diperoleh. Buat analisis sederhana dalam laporan praktikum (sementara dan tetap).

Hasil praktikum
Probandus pria 19 th, TB 177 cm, BB 65 kg.
MVV: Predicted 92, actual 80

28
3. PEMERIKSAAN PEAK FLOW RATE

Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mempelajari fungsi pernafasan pada manusia dan bagaimana
memberikan pernafasan buatan.

Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa dapat mengetahui jumalah aliran udara dalam jalan nafas dengan
menggunakan alat Peak Flow Meter.
2. Mahasiswa dapat mempelajari berbagai pola pernafasan pada manusia

- Pernapasan waktu bernapas biasa.


- Pernapasan waktu membaca keras.
- Pernapasan waktu menelan.
- Pernapasan waktu batuk.
- Pernapasan sesudah melakukan gerak badan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara memberikan pernafasan buatan.

Alat dan Bahan:


1. Peak Flow Meter
2. Tambur Merry + penulis
3. Pencatat waktu
4. Pneumograf + pipa karet penghubung
5. Kantong plastik
6. Manometer air raksa + botol perangkap
7. Manometer air.

Cara Kerja:
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam
jalan napas (PFR), digunakan untuk memonitor kemampuan untuk menggerakkan udara,
dengan menghitung aliran udara bronki dan untuk mengetahui adanya obtruksi jalan
napas. Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,
kekuatan otot pernapasan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Peak Flow Meter (PFM)
mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas.
Peak Flow Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang
menarik napas penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi
bermakna, orang yang melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan
yang sama, minimal sebanyak tiga kali.

Gambar 14. Mini-Wright Peak Flow Meter

29
1. Bersihkan mouth piece PFM dengan alkohol
2. Posisikan penanda volume pada tanda ”nol” (skala terbawah)
3. Genggam PFM dengan tangan seperti meniup terompet
4. Ambil nafas dalam dan tiup kedalam spirometer sekuat-kuatnya
5. Baca pada volume PFR skala yang ditunjukkan oleh penanda volume
6. Nilai tertinggi dari 3x percobaan digunakan. Nilai dikatakan normal jika ≥80% nilai
sesuai usia, jenis kelamin, dan tinggi badan menurut grafik di bawah ini.

Gambar 15. Peak Flow Meter Chart

30
Hasil praktikum
Probandus pria
Usia: 19 tahun
Tinggi badan: 177 cm
Berat badan: 65 kg
Percobaan I: 570 l/menit
Percobaan II: 580 l/menit
Percobaan III; 570 l/menit

31

Anda mungkin juga menyukai