Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehinnga penyusun dapat menyelesaikan modul dengan lancar,
serta dapat menyelesaikan modul tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Delitua, 2020
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................1
MODUL I.............................................................................................................3
ETIKA PROFESI................................................................................................3
1. Apotek.......................................................................................................3
2. Apoteker....................................................................................................4
EVALUASI..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
MODUL II
2
PELAYANAN FARMASI DI APOTEK
1. Apotek
A. Definisi Apotek
Surat izin apotek pada tempat tertentu diberikan oleh Mentri kepada
Apoteker penggelolah Apotek Surat izin yang diberikan Apoteker untuk dapat
melaksanakan pekejaan kefarmasiaan di Apotek. Menurut Kepmenkes Nomor
1332 tahun 2002 bahwa wewenang pemberian izin apotik dilimpahkan oleh
Mentri kepada Kepala Dinas Kesehatan. Sedangkan PP Nomor 51 Tahun 2009
fungsi dan tugas apotek adalah:
B. Persyaratan Apotek
3
Persyaratan apotek juga diatur dalam Kepmenkes No 1332 tahun 2002
adalah sebagai berikut:
C. Perlengkapan Apotek
2. Apoteker
A. Definisi Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
4
B. Tugas dan Fungsi Apoteker
2) Di bidang administrasi
b. Membuat laporan-laporan
perusahaan
3) Di bidang komersil
5
a. Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang yaitu obat, alat
penjualan bebas
penggunaan
6
3. Standar Pelayanan Farmasi
A. Pengelolaan Sumber
Daya
SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi
2004).
Dalam kode etik dan standar farmasis, sebagai contoh RPSGB (Royal
a). Farmasis memahami sifat dan khasiat bahan obat serta sediaan obat, dan
masyarakat.
7
b). Sepanjang masa farmasis harus bertindak demi kepentingan pasien dan
dan menjaga kerahasiaan. Farmasis harus menghormati hak pasien untuk ikut
integritas dan tulus, setia kepada perilaku standar pribadi dan profesional
yang diterima dan tidak melakukan setiap perilaku atau aktivitas yang
8
a) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
medikasi pasien
d) Ruang racikan
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung
dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi
a) Perencanaan
diperhatikan :
9
b) Pengadaan
Obat dan perbekalan farmasi di apotek harus bersumber dari pabrik farmasi.
Pedagang besar farmasi atau apotek lainnya atau obat distribusi yang sah. Obatnya
harus memenuhi ketentuan daftar obat, surat pesanan obat dan perbekalan
menyimpan obat dalam jumlah besar untuk dijual. PBF tidak boleh melayani obat
eceran, tidak boleh melayani resep dokter, tidak boleh menjual secara langsung ke
B. Pelayanan
a) Definisi resep
Resep adalah pesanan/ permintaan (tertulis) dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan dan praktisi lain yang berizin, kepada apoteker pengelola apotek (APA)
b) Skrining resep
10
Skrining resep merupakan pengujian atas keabsahan dan kelengkapan
resep yaitu meliputi:
g. Informasi lainnya
a. Bentuk sediaan
b. Dosis potensi
c. Stabilitas
d. Inkompatibilitas
e. Cara
f. Lama pemberian
a. Adanya alergi
11
b. Efek samping
c. Interaksi
C. Penyiapan obat
(1) Peracikan
(2) Etiket
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan
12
(5) Informasi obat
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
d. Aktivitas pasien
13
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Ri 2004, Peraturn Menteri Kesehatan Republik Indonesi
Nomor 5: Jakarta.
14