Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

SINUS PARANASAL

Disusun oleh:

Daffa Nadira Yoslizha (32171003)

Dhea Eka Safitri (32171004)

Yusuf Steven Hubert (32171007)

PROGRAM STUDI D3 RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA


JAKARTA

Jl. Bintaro Raya No. 10, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, 12240

Tahun Ajaran 2017-2018


A. INDIKASI PEMERIKSAAN
Secara umum sinus paranasal sering mengalami kelainan yang diakibatkan
karena adanya peradangan. Indikasi lain dari pemeriksaan sinus paranasal adalah
sinusitis yang terjadi jika pada rongga sinus terdapat cairan, trauma pada kepala
bagian muka yang memungkinkan pendarahan dan polippada rongga sinus, tumor
dirongga sinus.
B. ANATOMI
SINUS PARANASAL

Sinus paranasalis adalah rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang
cranium di sekitar rongga hidung yang terdiri dari sepasang sinus maxillaris, sepasang
sinus ethmoidalis, sepasang sinus frontalis, dan satu sinus sphenoidalis. Masing-
masing sinus memiliki ostia (lubang). Sinus-sinus ini bermuara ke rongga hidung dan
dilapisi oleh mukosa.
Sinus Frontal
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada
lainnya dan dipisahkan oleh sekret yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15%
orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus
frontalnya tidak berkembang.
Sinus Ethmoid
            Dari semua sinus paranasal, sinus ethmoid yang paling bervariasi dan akhir-
akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-
sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus ethomid seperti piramid dengan
dasarnya di bagian posterior.
Sinus Sphenoid
Sinus sphenoid terletak dalam os sphenoid di belakang sinus etmoid posterior.
Sinus sphenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersphenoid.
Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Dinding anterior
sinus ialah permukaan facial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding
posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah
dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding
inferiornya ialah processus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di
sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semi lunaris melalui
infindibulum etmoid.
C. PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi sinus paranasal
antara lain melepaskan benda-benda logam atau benda lain yang terdapat di kepala.
D. PROYEKSI PEMERIKSAAN
1. PARANASAL SINUSES
Lateral Projection
Posisi Pasien:
Posisikan pasien dalam posisi duduk atau berdiri dengan menghadap vertical grid.
Atur tubuh pasien dalam posisi RAO (Right Anterior Oblique) atau LAO (Left
Anterior Oblique). Jika pasien tidak dapat diposisikan duduk atau berdiri, pasien
dapat diposisikan dalam posisi dorsal decubitus.
Posisi Obyek:
Atur bagian lateral dari kepala menempel pada vertical grid, pastikan kepala
dalam posisi true lateral dengan mengatur mid sagittal plane sejajar dengan
vertical grid dan interpupilary line tegak lurus dengan vertical grid. Ekstensikan
kepala hingga Infra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan vertical grid.

Central Ray:
TegakLurus
Central Point:
Pada titik 1,5 – 2,5 cm di depan MAE
Kriteria:

Terlihat keempat sinus dengan sinus sphenoidalis yang paling terlihat jelas. Tidak
ada rotasi yang terdemonstrasikan dengan sella turcica terlihat pada tempatnya,
superposisi dari orbital roofs, dan superposesi dari ramus mandibular.
2. FRONTAL DAN ANTERIOR ETHMOIDAL SINUSES
PA Axial Projection
Posisi Pasien:
Posisikan pasien duduk atau berdiri dengan menghadap vertical
grid.PusatkanMidsagittalplane tubuhpasienpadapertengahan grid.
Posisi Obyek:
Angle Grid Technique:
Sebelum memposisikan pasien, atur vertical grid sampai membentuk sudut 15°.
Atur hidung dan dahi pasien menempel pada vertical grid dan pusatkan nasion
pada pertengahan vertical grid. Atur mid sagittal plane dan Orbito Meatal Line
(OML) kepala pasien tegak lurus dengan bidang IR.
Vertical Grid Technique:
Jika vertical grid tidak dapat disudutkan, ekstensikan leher pasien dan atur puncak
hidung menempel pada vertical grid. Atur kepala pasien sehigga Orbito Meatal
Line (OML) membentuk sudut 15° dengan vertical grid dan mid sagittal plane
tegak lurus dengan vertical grid. Untuk support, letakkan spons radiolucent di
antara dahi dengan vertical grid.

Central Ray:
Tegak Lurus
Central Point:
Menuju Nasion
Kriteria:

Pada angle grid technique dan vertical grid technique terlihat sinus frontalis
terbentang superior frontonasal suture, sinus ethmoidalis berada di kiri kanan
septum nasalis. Sinus sphenoidalis di proyeksikan persis pada nasal fossa atau di
antara ethmoidal air cells. Tidak ada rotasi yang didemonstrasikan dengan kedua
lateral border dari kepala jaraknya sama, dan petrous ridge simetris pada kedua
sisi.
3. MAXILLARY SINUSES
Parientoachantialprojection (Waters Method)
Posisi Pasien:
Posisikan pasien berdiri. Pusatkan mid sagittal plane tubuh pasien pada midline
grid.
Posisi Obyek:
Karena posisi ini tidak nyaman bagi pasien, atur IR dan peralatan lainnya sebelum
memposisikan pasien. Hyperextensi leher pasien dan pusatkan acanthion pada
pertengahan vertical grid. Letakkan dagu pasien pada pertengahan vertical grid
dan atur mid sagittal plane tubuh pasien tegak lurus dengan vertical grid. Atur
Orbito Meatal Line (OML) membentuk sudut 37° dengan bidang IR. Letakkan
kedua tangan disamping kepala untuk immobilisasi.

Central Ray:
Tegak lurus
Central Point:
Menuju acanthion
Kriteria:

Terlihat sinus maksillaris, sinus frontalis yang berubahbentuk, dan sinus


ethmoidalis. Sinus sphenoidalis tidak terlihat karena superposisi dengan gigi.
Tidak ada rotasi yang didemonstrasikan dengan kedua lateral border dari kepala
jaraknya sama, dan petrous ridge simetris pada kedua sisi.
4. MAXILLARY DAN SPHENOIDAL SINUSES
Parietoachantial Projection
Posisi ini dibuat untuk menghindari superposisi antara sinus sphenoidalis dengan
gigi.
Posisi Pasien:
Posisikan pasien berdiri. Pusatkan mid sagittal plane tubuh pasien pada midline
grid.
Posisi Obyek:
Karena posisi ini tidak nyaman bagi pasien, atur IR dan peralatan lainnya sebelum
memposisikan pasien. Hyperextensi leher pasien dan pusatkan acanthion pada
pertengahan vertical grid. Letakkan dagu pasien pada pertengahan vertical grid
dan atur mid sagittal plane tubuh pasien tegak lurus dengan vertical grid. Atur
Orbito Meatal Line (OML) membentuk sudut 37° dengan bidang IR. Letakkan
kedua tangan di samping kepala untuk immobilisasi. Instruksikan pasien untuk
membuka lebar mulutnya.

Central Ray:
Tegak lurus
Central Point:
Menuju acanthion
Kriteria:

Terlihat seluruh sinus, dengan sinus sinus sphenoidalis yang tidak superposisi
dengan gigi. Tidak ada rotasi yang didemonstrasikan dengan kedua lateral border
dari kepala jaraknya sama, dan petrous ridge simetris pada kedua sisi.
5. ETHMOIDAL DAN SPHENOIDAL SINUSES
Submentovertical projection
Posisi Pasien:
Pasien duduk membelakangi vertical grid. Atur jarak kursi dengan vertical grid
kira-kira 20-30 cm.
Posisi Obyek:
Hyperekstensi leher pasien sampai vertex menempel pada vertical grid. Jika mulut
pasien terbuka karena hyperekstensi, instruksikan pasien untuk menutup mulut
pasien. Atur kepala pasien sehingga mid sagittal plane tegak lurus dengan midline
grid.

Central Ray:
Tegak lurus
Central Point:
Ke garis IOML
Kriteria:

Terlihat sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis. Tidak ada rotasi yang
didemonstrasikan dengan kedua lateral border dari kepala jaraknya sama. Terlihat
mandibular condyles dan petrous pyramids.

Anda mungkin juga menyukai