Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh:
Kelompok 2 – Kelas 1A
Andini Dwita M 1918296
Annisa Nur Z. 1918301
Mira Rosanti 1918390
Mita Shopiyanti 1918391
Monica Olivia K. 1918394
Nizwa Aphria H. 1918438
Nur Kamilah F. 1918442
Pivi Triyana D. 1918447
Syayah Dini 1918493
Yani Permata S. 1918502

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


POLITEKNIK AKA BOGOR
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

   Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah ini. Makalah ini dibuat guna memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan.                                                     
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

                                                                                                Bogor, 22 Februari 2020

                                                                                                         Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II : ISI...................................................................................................................................6
2.1 Yang dimaksud dengan masyarakat madani dan civil society serta perbedaan
keduanya.....................................................................................................................6
2.2 Karakteristik masyarakat madani.................................................................................7
2.3 Peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani..........................................8
2.4 Yang dimaksud dengan ekonomi islam.......................................................................10
2.5 Pandangan islam terhadap harta..................................................................................12
2.6 Alasan mengapa umat islam tidak boleh miskin berdasarkan logika, Al Qur’an,
dan Hadist.....................................................................................................................14
2.7 Urgensi bisnis dalam islam dan bagaimana Rasulullah berbisnis...............................19
2.8 Peran zakat dalam islam..............................................................................................23
2.9 Manajemen zakat dan wakaf.......................................................................................23
BAB III : PENUTUP...................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................26
3.2 Saran............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana yang
dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan,muncul seperti demokrasi. Cita-cita suatu
masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini
terlaksana apabila semua bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang menjadikan manusia
sebagai subjek. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah kajian keilmuan dapat menyentuh
keberadaan manusia yang berperadaban. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah proses
yang dapat merubah watak, sikap dan perilaku masyarakat ke arah pembangunan yang dicita-
citakan. Indikator dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa sangat tergantung pada situasi
dan kondisi serta kebutuhan masyarakatnya. 
Munculnya istilah masyarakat madani pada era reformasi ini, tidak terlepas dari kondisi
politik negara yang berlangsung selama ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum
merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak
memberi kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara
maksimal. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani, asalkan semua
potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan dikembangkan.
Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk itu perlu adanya
strategi peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam mengangkat martabat manusia menuju
masyarakat madani itu sendiri.
Akhir-akhir ini sering muncul ungkapan dari sebagian pejabat pemerintah, politisi,
cendekiawan, dan tokoh-tokoh masyarakat tentang masyarakat madani (sebagai terjemahan dari
kata civil society). Tampaknya, semua potensi bangsa Indonesia dipersiapkan dan diberdayakan
untuk menuju masyarakat madani yang merupakan cita-cita dari bangsa ini. Masyarakat madani
diprediski sebagai masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan
agama. Demikian pula, bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan untuk
menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan
yang fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masyarakat pada era orde baru.
Kenapa, karena dalam masyarakat madani yang dicita-citakan, dikatakan akan memungkinkan
terwujudnya kemandirian masyarakat, terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan
masyarakat, terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan pluralisme , serta taqwa,
jujur, dan taat hukum.

4
Konsep masyarakat madani merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai torobosan
di dalam berpikir, penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan. Dengan kata lain, dalam
menghadapi perubahan masyarakat dan zaman,diperlukan suatu paradigma baru di dalam
menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filsuf Kuhn. Karena menurut Kuhn,
apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka
segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan.

1.2 Rumusan Masalah


- Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani dan civil society dan apakah perbedaan
keduanya ?
- Bagaimana karakteristik masyarakat madani ?
- Apa saja peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani ?
- Apa yang dimaksud dengan ekonomi islam ?
- Bagaimana pandangan islam terhadap harta ?
- Apa alasan umat islam tidak boleh miskin menurut logika, Al Qur’an, dan Hadist ?
- Apa saja urgensi bisnis dalam islam serta bagaimana Rasulullah berbisnis ?
- Apa saja peran zakat dalam islam ?
- Bagaimana manajemen zakat dan wakaf ?

1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masyarakat madani dan civil society dan
apakah perbedaan keduanya
- Untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat madani
- Untuk mengetahui apa saja peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekonomi islam
- Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap harta
- Untuk mengetahui apa alasan umat islam tidak boleh miskin menurut logika, Al Qur’an, dan
Hadist
- Untuk mengetahui apa saja urgensi bisnis dalam islam serta bagaimana Rasulullah berbisnis
- Untuk mengetahui apa saja peran zakat dalam islam
- Untuk mengetahui bagaimana manajemen zakat dan wakaf

5
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Masyarakat Madani dan Civil Society serta Perbedaan Keduanya

Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai suatu


masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya.
Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya civil atau civilized (beradab). Istilah
masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau civilized society, yang berarti masyarakat
yang berperadaban.

Untuk pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan
wakil perdana menteri Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem
sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat. Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa
pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau
keinginan individu

Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan peradaban


yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Dawam menjelaskan, dasar utama dari

6
masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman
hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup
dalam suatu persaudaraan.Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu
masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi,
berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu
berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang
paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga negara dari
perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan. Bahkan Masyarakat madani tiang utama
kehidupan politik yang demokratis. Sebab masyarakat madani tidak saja melindungi warga negara
dalam berhadapan dengan negara, tetapi juga merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.

Di Indonesia, istilah civil society oleh Nurcholis Madjid dipadankan dengan istilah
masyarakat Madani. Meskipun mirip, namun keduanya secara prinsipil memiliki perbedaan. Civil
society berakar dari Barat yang dibentuk dengan ideologi demokratis, sedangkan masyarakat
Madani adalah hasil pemikiran yang mengacu pada piagam Madinah, yang dibangun di atas
prinsip-prinsip Islam.

2.2 Karakteristik Masyarakat Madani

Karakteristik Masyarakat Madani :

1. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang
mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur
kehidupan sosial.

7
2. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam masyarakat
melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
3. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam
masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatankekuatan alternatif.
4. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan
program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
5. Terjembataninya kepentingankepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasiorganisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-
keputusan pemerintah.
6. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejimrejim totaliter.
7. Meluasnya kesetiaan (loyality) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
8. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan
berbagai ragam perspektif.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh
Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain
yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.

2.3 Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

8
Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat Islam harus berperan aktif
dalam mewujudkan Masyarakat Madani.

Artinya :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S.Ali Imron:110).
Oleh karena itu maka Umat Islam harus menunjukan perannya dalam mewujudkan
Masyarakat Madani yaitu antara lain;
1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus kemiskinan.
2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.
4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang adil.
5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan
pendidikan rakyat.
6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-hak
dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh,
TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa bahkan di bunuh oleh
majikannya dan lainlain).
7. Sebagai kontrol terhadap negara .
8. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure
group) dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan. Bangsa Indonesia berusaha
untuk mewujudkan Masyarakat Madani yang pada dasarnya adalah masyarakat sipil
yang demokratis dan agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan Masyarakat
Madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk

9
menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtaq,
kritis argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan
aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan
bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media
secara kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,
berani dan mampu menjadi saksi, memiliki wawasan yang luas, memiliki semangat
toleransi mengerti cita-cita nasional bangsa Indonesia yang demokratis, aman, adil dan
makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.

10
2.4 Yang dimaksud dengan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan sistem
ekonomi yang berbasis pada Al Quran dan Hadis. Nama lain dari ekonomi Islam adalah ekonomi
syariah. Sebutan ekonomi syariah juga tak lepas dari sumber sistem ekonomi yang berbasis
syariah, yaitu Al Quran dan As Sunnah.
Sebenarnya penggunaan istilah ekonomi Islam tidak steril dari perdebatan. Beberapa
intelektual Islam, seperti Tariq Ramadan misalnya, menyebutkan bahwa apa yang dimaksud
dengan ekonomi Islam sebenarnya adalah etika Islam dalam ekonomi. Artinya, apa yang
membedakan sistem ekonomi Islam dengan yang lain adalah pada prinsip etisnya.
Keberadaan ekonomi Islam dapat dilihat sebagai seperangkat prinsip ekonomi alternatif
yang menantang sistem ekonomi dominan yang berlaku saat ini. Salah satu dimensi penting yang
perlu dipahami terlebih dahulu di sini adalah prinsip ekonomi. Dalam sistem ekonomi
konvensional, ada sistem ekonomi yang kapitalistik, prinsip ekonomi merupakan suatu
pengetahuan. Namun dalam ekonomi Islam, prinsip ekonomi adalah produk dari pengetahuan
yang sumbernya Al Quran dan As Sunnah.
Dalam ekonomi konvensional, sumber pengetahuan ekonomi adalah prinsip-prinsip
ekonomi yang sudah menjadi pengetahuan itu sendiri. Dalam ekonomi Islam, sumber pengetahuan
ekonomi adalah Wahyu.
Prinsip ekonomi dalam ekonomi Islam merupakan produk dari wahyu (dari Allah yang
disampaikan pada Nabi saw). Dengan demikian pengertian ekonomi islam bisa dideskripsikan
sebagai sistem ekonomi yang prinsip-prinsipnya bersumber dari Al Quran dan Hadis.
Prinsip Ekonomi Islam, yakni : Allah menentukan mana yang baik dan yang buruk.
Sistem ekonomi syariah pertama-tama harus menentukan apa yang diharuskan dan apa yang
dilarang dalam Islam, apa yang halal dan apa yang haram, dan juga apa yang boleh dan apa yang
sebaiknya tidak dilakukan. Prinsip pertama ini sebenarnya berlaku lebih luas dari sekadar ranah
ekonomi. Dalam masyarakat yang menerapkan prinsip syariah, kekuatan Allah yang menentukan
benar dan salah berlaku di semua aspek kehidupan. Asas dalam prinsip ekonomi islam, yaitu :

a) Asas manfaat
Selain menentukan mana yang halal dan mana yang haram, Allah juga membolehkan
manusia untuk menikmati apa yang sudah diberikan oleh Allah sejauh memberi manfaat baginya.
Namun demikian, asas manfaat ini tidak boleh diselewengkan melampaui batas.
Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memiliki manfaat untuk digunakan atau
dikonsumsi oleh manusia. Manahan diri dari tidak menggunakan atau mengonsumsi padalah

11
sudah disediakan dengan alasan mencapai tingkat spiritualitas yang tinggi tidak dibolehkan. Oleh
karena itu orang yang menahan diri dari makan dan minum diwajibkan untuk berbuka ketika
waktunya tiba.
b) Asas pertengahan
Dalam memproduksi dan mengonsumsi, hendaknya penganut prinsip Islam tidak
kekurangan dan tidak berlebihan. Di sini manusia dianjurkan untuk berada pada posisi yang
moderat dalam melakukan kegiatan ekonomi. Kesalehan hendaknya tidak membawa diri pada
kefakiran yang ekstrim, namun juga tidak membawa diri pada sifat materialistik yang rakus.
Kekayaan bukanlah larangan dalam Islam sejauh diperoleh dengan cara yang halal.
Namun menumbun kekayaan secara berlebihan dilarang. Oleh karena itu, redistribusi kekayaan
dianjurkan melalui beberpa saluran, misalnya zakat, hibah dan sedekah. Perlu dicatat pula,
redistribusi kekayaan tidak boleh membawa kita pada kesengsaraan.
c) Asas kebebasan
Prinsip ini berkaitan dengan prinsip sebelumnya yaitu, manusia memiliki kebebasan untuk
memiliki harta yang menjadi hak milik pribadi dan kekayaannya. Namun demikian, kebebasan
yang diterapkan bukan kebebasan tanpa batas. Batasan ini bisa berupa halal dan haram
sebagaimana yang sudah disinggung di atas.
Prinsip kebebasan ini membedakan ekonomi Islam dengan sistem ekonomi komunis.
Komunisme tidak mengakui hak kepemilikan pribadi. Tetapi prinsip kebebasan ini juga tidak
berarti diperbolehkannya praktik akumulasi kapital tanpa batas oleh individu.

d) Asas keadilan
Prinsip kelima ini disebut ”justice” dalam bahasa Inggris atau ”adl” dalam bahasa Arab.
Keadilan dalam ekonomi Islam menjadi etika dasar segala bentuk kegiatan ekonomi. Keadilan,
dengan kata lain, memandu aspek dasar ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi dan
pertukaran.
Dengan asas keadilan berarti tidak ada seorangpun yang bekerja demi memenuhi
kebutuhan ekonominya dengan berada dibawah praktik eksploitasi. Pekerja harus terpenuhi
haknya sebelum keringatnya kering, artinya upah sesuai dengan tenaga dan pikiran yang
dikeluarkannya sebagai tenaga kerja.
Kelima prinsip tersebut menjadi fondasi penerapan sistem ekonomi syariah. Syariah dalam
ekonomi Islam semestinya bukan label untuk mencari segmen konsumen, melainkan prinsip yang
harus diterapkan. Syariah seringkali didefinisikan sebagai hukum. Definisi ini sebenarnya tidak
lengkap karena syariah juga meliputi cara pandang (worldview).

12
Ekonomi syariah, dengan demikian merupakan cara pandang Islam terhadap ekonomi,
dimana meliputi hukum-hukumnya. Jadi, definisi syariah sebagai hukum adalah definisi yang
sempit. Kesalahpahaman ini sering pula menimpa istilah ”jihad” yang mana sering didefinisikan
sebagai perang.
Beberapa contoh institusi ekonomi Islam :
 Bank Syariah
Sistem bank syariah sering pula diterjemahkan menjadi Islamic banking. Kita tidak bisa
menyatakan bahwa semua bank syariah pasti menerapkan prinsip ekonomi Islam, namun
eksistensi bank syariah pasti dipengaruhi oleh adanya prinsip ekonomi Islam.
 Baitul Mal
Baitul mal pada awalnya adalah rumah untuk menempatkan harta rampasan perang pada masa
Nabi saw. Pada masa kekhalifahan, baitul mal berfungsi mirip departemen keuangan, dimana
memiliki tugas mengelola keuangan umat.

Beberapa contoh transaksi ekonomi Islam :


 Syirkah
Syirkah bisa diartikan sebagai kerjasama, kongsi atau bersyarikat. Praktek syirkah ditujukan
untuk menggabungkan sumberdaya yang dimiliki perorangan atau kelompok demi mencapai
tujuan bersama.
 Mudharabah
Mudharabah dapat diartikan sebagai bagi hasil antara dua pihak, yaitu pemilik modal dan
pelaksana. Bagi hasil dilakukan dengan cara menentukan persentase keuntungan yang akan
diterima oleh kedua belah pihak.
 Bai Al Murabahah
Bisa diartikan sebagai akad yang berlaku untuk mengikat penjual dan pembeli dengan adanya
penyerahan kepemilikan antara penjual dan pembeli. Istilah lain dari bai al murabahah adalah jual
beli.

2.5 Pandangan islam terhadap harta


Harta merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena dengan harta kita bisa
memenuhi kebutuhan kita. Kita harus bisa mengelola harta kita dengan baik agar tidak salah
dipergunakan dan mempergunakannya untuk hal yang bermanfaat. Dalam bahasa Arab disebut al-
mal yang berarti condong, cenderung, miring. Manusia    cenderung ingin memiliki dan

13
menguasai harta. Dengan demikian maka dapat di katakan bahwa semua manusia pastinya ingin
selalu memperbanyak harta kekayaan dan selalu ingin memilikinya agar bisa menjadikan generasi
penerusnya menjadi lebih baik. Adapun harta menurut istilah ahli fikih terbagi dalam dua
pendapat yaitu:
Menurut Ulama Hanafiyah, harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil, disimpan, dan
dapat dimanfaatkan. Dengan pendapat demikian maka harta berarti adalah suatu aset yang dapat
di pelihara, di gunakan di perbanyak dan juga bisa sewaktu-waktu berkurang.
Pendapat Jumhur Ulama Fikih selain Hanafiyah, segala sesuatu yang bernilai dan mesti rusaknya
dengan menguasainya. Maka berarti harta kekayaan bisa saja di salah gunakan sehingga bisa
menjadi miskin.
Ada pandangan yang sedikit berbeda mengenai harta. Sebagian besar orang memandang
positif terhadap harta, namun ada sebagian kecil yang bepandangan bahwa harta itu adalah
merupakan sesuatu yang negative. Dua pandangan yg berbeda ini barangkali muncul dari
pemahaman yang berbeda terhadap ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits nabi tentang harta.
Diantaranya adalah firman Allah swt :

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. QS Al-Anfaal (8):28.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala
yang besar. QS AT-Taghabun (64):15.

Dari ayat ini sebagian orang memandang bahwa harta adalah merupakan fitnah yang
sebaiknya dihindari, seorang muslim tidak boleh banyak berhubungan dengan urusan harta, tidak
boleh terlalu sibuk mencari dan mengumpulkan harta karena dia merupakan fitnah yang
berbahaya. 
Harta dan anak bisa menjadi fitnah namun juga bisa menjadi anugerah, bisa positif bisa negative,
bergantung kondisinya. Anak yang soleh adalah anugerah dari Allah swt yang kita idamkan, dia
adalah permata hati yang menjadi dambaan setiap muslim, namun sebaliknya, anak yang tidak
baik apalagi yang tidak beriman kepada Allah adalah merupakan fitnah besar.

14
Begitu pula dengan harta, harta yg halal dan barokah menurut saya adalah rizki atau anugrah yg
harus disyukuri. Harta yang barokah adalah harta yang menjadikan kita bersyukur, makin dekat
dan cinta kepada Allah swt. Harta yang barokah adalah harta yang sudah kita keluarkan zakatnya
dan selebihnya kita pergunakan untuk hal-hal yang positif.
Pengelolaan harta dalam islam dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Pengelolaan harta yang dihalalkan terdiri dari:
1.  Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal) yaitu pemberian harta kekayaan yang di miliki yaitu
memberikan sebagian harta kepada orang lain yang lebih membutuhkan karena harta yang kita
miliki titipan dari Allah dan sebagian dari harta kita merupakan milik orang lain yang
membutuhkan, jadi kita harus menzakatkan harta yang kita miliki kepada orang yang berhak
menerimanya.
2. Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal) yaitu kegiatan memperbanyak jumlah harta yang
dimiliki. Mengembangkan harta kekayaan bisa di lakukan dengan cara berbisnis atau di sahamkan
ke berbagai perusahaan atau dengan cara apapun asalkan itu halal.
b. Pengelolaan Harta yang diharamkan terdiri dari:
1.  Riba, riba bisa di katakan memberikan pinjaman kepada orang dengan mengambil bunga,
dan hal demikian di haramkan dalam islam.
2. Ihtikar (menimbun disaat orang lain membutuhkan), yaitu tidak memberikan sebagian dari
hartanya padahal ada seseorang yang sangat membutuhkan.
3. Penipuan, yaitu menjanjikan iming-iming untuk membawa hasil yang sangat
menguntungkan, padahal itu hanya sebagian dari unsur penipuan.
4. Berdagang barang-barang yang diharamkan, yaitu berbagi kepada orang akan tetapi harta
atau makanan yang di bagikan berupa barang curian atau benda lain yang di haramkan.

2.6 Alasan mengapa umat islam tidak boleh miskin berdasarkan logika, Al Qur’an, dan Hadist

Kewajiban Mengubah Nasib.


Firman Allah Swt : 
۟ ‫ۗ إِنَّ اللَّـهَ اَل يُ َغيِّ ُر َما ِبقَ ْو ٍم َحت َّٰى يُ َغيِّ ُر‬ 
ِ ُ‫وا َما بِأَنف‬
‫س ِه ْم‬
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar Ra'du : 11) 

Islam sangat hati-hati dalam memandang kekayaan dan kemiskinan. Namun Islam tidak
pernah melarang umatnya untuk menjadi kaya dan tidak pernah pula menyuruh umatnya untuk
menjadi miskin. Islam hanya memberikan warning agar umatnya tidak terjebak dalam kekayaan

15
semu. Kekayaan yang hanya bisa dinikmati di dunia, tetapi tidak berarti apa-apa di akhirat.  Islam
juga mengingatkan umatnya agar bersabar dalam kemiskikinan karena kemiskinan bisa
menjerumuskan umat ke dalam kekufuran. 
Rasulullah SAW. Bersabda : "Orang-orang fakir-miskin akan memasuki surga lima ratus tahun
sebelum orang-orang kaya memasukinya"  (HR. Tirmidezi dan Ahmad)

a. Alasan Orang Islam Harus Kaya 


Kalau kita pahami sejumlah ayat dan hadits, secara tersirat Islam lebih menyukai
umat yang kuat dan kaya dibandingkan yang lemah dan miskin. Kita pernah mendengar
ungkapan "Tangan di atas lebih baik dibandingkan tangan dibawah". Ternyata
ungkapan itu berasal dari hadits Rasullah saw. "Karena tangan di atas atau yang memberi
lebih utama dari tangan di bawah atau yang menerima. Dan muliakanlah dengan orang
yang kau tanggung." (Al-Hadits).
Kita pasti sudah mengerti arti hadits di atas bahwa memberi lebih utama dibanding
menerima. Lalu, apa yang bisa kita berikan?. Kita bisa memberikan segala hal kepada
orang lain yang memerlukan, baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Bagaimana
mungkin kita bisa memberi jika kita miskin yang tidak punya apa-apa untuk diberikan
kepada orang lain?. Kita harus punya banyak hal agar bisa menjadi yang memberi. Kita
harus menjadi kaya ilmu, kaya hati, dan kaya meteri.
Masih ada hadits lain yang menyebutkan secara implisit agar umat Islam harus
kaya. Hadits Rasulullah saw. ini membuat bulu kuduk merinding, "Sesungguhnya
kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran" (Al Hadits). Beliau juga melarang kita untuk
bermalas-malasan atau pasrah akan nasib sebagai orang miskin seperti sabdanya : "Setiap
muslim harus berusaha sekuat tenaga agar keluar dari kemiskinan dan semakin jauh
dari kekufuran" (HR. At-Thabrani)    
"Aku berlindung kepada-Mu dari kemiskinan dan kekufuran" (HR. Abu Daud). 

Jika kita membaca Al Quran maka ayat-ayat yang berkaitan dengan orang miskin
dan kaya selalu menyerukan bahwa orang kaya harus memberi kepada orang miskin.
Karena dalam setiap kekayaan yang kita miliki selalu ada hak untuk orang miskin.
Maknanya, kita harus mempunyai sesuatu agar bisa membagikan kepada orang lain. 
Berapapun yang kita miliki maka sebagiannya menjadi hak orang miskin.
Di dalam ajaran agama Islam, setiap orang yang memiliki harta harus
memanfaatkannya di jalan mulia, yaitu memberi dan menolong orang lain khususnya
orang miskin.  Kekayaan bukan untuk diri sendiri melainkan ada hak orang lain di

16
dalamnya.  Hal yang tidak pantas seorang muslim hanya memanfaatkan harta benda
untuk diri sendiri. Ia harus membagikannya kepada orang miskin yang
membutuhkannya. Pertanyaannya, siapa yang lebih disukai oleh Allah?  Jawabannya,
Allah menyukai orang Islam kaya yang suka memberi dan menolong orang lain.

b. Paradigma Keliru Tentang Kaya.   


Pandangan dari umat Islam, khususnya di Indonesia terhadap istilah kaya memang
lebih berkonotasi negatif dibanding positif. Buktinya kalau kita mendengar setiap
ceramah oleh ustad atau kiyai atau membaca buku-buku cerita, cerpen serta novel, atau
tayangan-tayangan tv, Kaya akan selalu identik dengan sifat-sifat yang keji, pelit, kikir,
rakus, dan tukang menumpuk harta.
Jarang ada cerita orang kaya yang digambarkan dermawan, baik hati, dan taat
kepada Allah.Kaya identik dengan harta benda. Kita tidak boleh munafik bahwa
kekayaan sering diartikan sebagai banyak harta.  Namun di dalam ajaran Islam kaya harta
saja tidak cukup. Orang kaya harus disertai dengan sifat-sifat baik, seperti bijaksana,
murah hati, dan taat pada Allah. Orang juga tidak bisa hanya kaya harta atau hati tetapi
juga ilmu. Orang kaya seperti itulah yang selalu disebutkan di dalam Al-Quran dan
Hadits. Allah mencela kepada orang yang hanya gemar menumpuk harta, tanpa
memelihara hatinya. Untuk mendapatkan keduanya, orang itu wajib menimba ilmu yang
benar.
Hingga kini gambaran negatif terhadap orang kaya begitu melekat di kebanyakan
benak umat Islam. Mereka ragu dan takut untuk menjadi orang kaya. Kalaupun mereka
mempunyai harta banyak akan disembunyikan karena takut di cap sebagai orang kaya.
Efeknya, pandangan negatif itu pun menerpa umat lain yang kaya. Jangan heran jika di
berbagai pelosok daerah melihat orang pemeluk agama non-Islam yang kaya akan
dibenci oleh penduduk di sekitarnya. Bahkan orang Islam yang kaya pun mendapat
pandangan negatif dari warga di daerah itu.  Bila ada orang Islam kaya melakukan
perbuatan salah maka masyarakat akan mengecapnya negatif dengan sebutan seperti,
kikir, rakus, atau si penumpuk harta.
Sudah saatnya paradigma keliru semacam ini dihapus dari pikiran umat Islam.
Allah swt. dan Rasulullah saw. selalu menyerukan pada umat Islam agar berfikir positif
(husnudzhon). Lalu mengapa kita berfikir negatif pada orang kaya. Secara tidak sadar,
umat islam di Indonesia sudah melabrak norma agamanya sendiri. Padahal umat Islam di
negeri lain misalnya, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Arab Saudi relatif kaya raya.
Paling tidak, mereka lebih sejahtera dibanding umat Islam Indosia. Mereka menganggap

17
kekayaan sebagi aset positif untuk perkembangan umat. Maka umat Islam di Indonesia
dihadapkan pada dua pilihan, yaitu tetap sengsara seperti sekarang atau mau mengubah
nasib untuk anak cucu kelak.
Di bagian atas tulisan ini, telah dijelaskan bahwa kita diperintahkan untuk
mengubah nasib dirinya sendiri. (Al Quran surat Ar Ra'd : 11).

Artinya : “ Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaga bergiliran, dari
depan dan belakang. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Rasulullah saw. pun tidak pernah menyebut bahwa kaya akan membawa manusia
ke neraka. Namun beliau mengatakan kalau miskin dekat dengan kekufuran. Beliau
mencela orang kaya yang hanya menumpuk harta dan menghitung-hitungnya.

Paradigma yang keliru juga berlaku pada uang. Bahkan uang dianggap sebagai
racun. Padahal, uang dalam pandangan Islam hanya sekedar alat tukar dalam perniagaan.
Oleh karena itu kita sebaiknya lebih menghargai uang bukan menjadi gelap mata hanya
karena benda yang satu ini. Pandangan positif atau negatif terhadap uang tergantung
orang yang memanfaatkannya dan mengelolanya. 
Kita mengakui bahwa uang diperlukan dalam kehidupan ini.  Untuk itu kita perlu
memandang uang dari sisi positif bukan negatifnya. Paradigma keliru terhadap orang
kaya dan uang harus segera diperbaiki mulai sekarang demi kemajuan Islam dan bangsa
Indonesia pada umumnya. 

18
c. Setiap Muslim Punya Hak Untuk Kaya.  
Dalam berbagai literatur Islam, tidak ada satupun ayat atau hadits yang melarang
umatnya menjadi orang kaya. Justru Islam mengajak seluruh umatnya agar menjadi kaya
dan suka memberi dibanding meminta.  Dalam hal ini pemberi berarti memiliki kedudukan
yang lebih dibanding orang yang menerima.  Bagaimana mungkin kita dapat memberi
kepada orang lain, sementara untuk diri sendiri saja masih belum cukup.  Makanya secara
tidak langsung Allah Swt.  dan Rasulullah saw. mengajak umat Islam menjadi manusia
yang berkecukupan dalam hal meterial maupun spiritual. 
Ada ayat  Al-Quran yang berkaitan dengan kekayaan, Allah membenci seseorang 
yang gemar dengan  menumpuk harta dan lebih mencintai dunia. Allah menyebutkan
dunia sebagai tempat senda gurau dan permainan. Allah juga mengatakan kehidupan
akhirat lebih baik, dibanding kehidupan dunia. Ayat tentang keburukan  dunia inilah yang
mungkin dipahami sebagian umat Islam sebagai larangan untuk menjadi kaya. Padahal
makna ayat itu memberikan perhatian kepada setiap manusia harus selalu ingat dan taat
kepada Allah dan Rasulullah baik dalam keadaan kaya atau miskin.
Apakah orang miskin boleh lupa kepada Allah? Tentu tidak. Demikian pula orang
kaya tidak sepantasnya melupakan Allah dan Rasulullah. Kaya atau miskin adalah sebuah
keadaan yang dapat dipilih oleh seseorang. Toh dari kedua kondisi tersebut, sama saja
dihadapan Allah. Hal yang membedakan manusia adalah ketakwaannya. OLeh karena itu
lebih baik taat kepada Allah dalam keadaan kaya dibanding miskin.
Saat ini masih banyak orang yang mengatakan bahwa Allah melarang hambaNya
menumpuk harta. Pertanyaanya adalah menumpuk harta seperti apa? . Apakah salah kalau
kita menumpuk harta untuk dimanfaatkan di jalan Allah?  Hal yang keliru adalah
menumpuk harta untuk kepentingan sendiri. Jangankan menumpuk harta, Allah melarang
segala hal yang melampau batas. Ilmu inilah yang harus kita pahami. sehingga kita tidak
melampaui batas dalam semua hal termasuk harta benda.
Allah dan Rasulullah khawatir terhadap kondisi umat Islam yang miskin. Pasalnya
pada kondisi miskin memaksa orang untuk sengaja melupakan Allah. Kondisi miskin
sangat menyiksa sehingga sering timbul prasangka buruk (zhuuzzon) terhadap Allah .
Mereka akan mengatakan  Ya Allah kenapa engkau jadikan aku seperti ini? sedangkan
orang lain tidak miskin sepeti aku? 
Hal ini telah disabdakan oleh Rasulullah saw : "Kemiskinan sangat dekat dengan
kekufuran" (HR At-ThabranI) Dengan kata lain orang miskin banyak yang menjadi kufur.

19
Jadi Apakah ada ayat dan hadits yang melarang umat Islam menjadi kaya?  Jawabannya
tidak ada. Kecuali larangan untuk bermegah-megahan dan menumpuk harta. Kaya atau
miskin sangat mungkin orang terlalu mencintai dunia. Oleh karena itu Allah
mengingatkannya, jadilah orang kaya yang berkecukupan dalam hal ilmu, harta dan hati,
dengan niat agar bisa semakin banyak memberi kepada orang lain khususnya orang
miskin.
Ia bisa memberi nasehat, memberi ilmu, dan memberi sebahagian hartanya kepada yang
berhak menerimanya. 
Allah juga melarang hambaNya beribadah tanpa menguasai ilmunya. Demikian hal
nya dalam mengejar harta, mencari ilmu, dan memupuk hati, kita harus menguasai
ilmunya agar tidak tersesat. Jadikan semua unsur kehidupan ini sebagai ibadah yang
dilandasi dengan Ilmu yang benar

2.7 Urgensi bisnis dalam islam dan bagaimana Rasulullah berbisnis


Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bisnis merupakan amaliyah yang memiliki banyak
keutamaan. Begitu besar keutamaan bisnis ini, hingga Allah SWT ketika menggambarkan tentang
keutamaan kehidupan akhirat, Allah SWT menggambarkannya dengan bisnis (QS. As-Shaf/ 61:
10 – 13):

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan (bisnis)
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu
jika kamu mengetahuinya. niscaya Allah akan mengampuni dosadosamu dan memasukkan kamu
ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat

20
tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia
yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat
(waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”
Selain keutamaan binsis sebagaimana dalam gambaran di atas, bisnis juga memiliki
keutamaan lain, diantaranya adalah:
a. Bisinis merupakan pekerjaan yang paling mulia. Dalam hadits diriwayatkan:
Dari Hani' bin Nayar bin Amru ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai
pekerjaan yang paling mulia. Beliau menjawab, 'Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan
tidak mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan kedua
tangannya." (HR. Ahmad)
b. Artinya cara mencari rizki dengan berbisnis merupakan cara yang mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda;
"Penjual dan pembeli keduanya bebas memilih selagi keduanya belum berpisah. Maka jika
keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada bisnis keduanya.
Namun jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah keberkahan jual beli tersebut.
(HR. Bukhari – Muslim).
c. Pelaku bisnis yang jujur dan amanah akan dikumpulkan kelak di akhirat bersama para
nabi, shiddiqin dan syuhada'. Sedang mereka semua di akhirat tidak memiliki tempat melainkan di
surga. Dari Abu Sa'id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang pebisnis yang jujur lagi
amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'. (HR. Turmudzi)
d. Dalam beberapa kitab sirah nabawiyah bahkan digambarkan bahwa masyarakat Mekah
tidak dianggap sebagai orang yang terhormat dan memiliki "mahabah' (baca ; kewibawaan),
kecuali jika ia merupakan seorang pebisnis.
e. Banyak ulama yang mengatakan, bahwa orang yang berbisnis lebih dapat mengatur waktu
dan kehidupannya secara baik. Seperti lebih dapat meluangkan waktu untuk berda'wah,
mengarahkan umat dsb. Oleh karenanya tidak heran jika ulama-ulama besar umat ini, mereka juga
adalah pengusaha besar. Sebut saja nama Imam Malik, Imam Al Khattabi dsb.

Beginilah Rasulullah Berbisnis


a. Jujur di dalam Bisnisnya
Kejujuran adalah syarat fundamental dalam berbisnis yang dilakukkan oleh RasullAllah
Muhammad SAW. Beliau pernah melarang para pedagang untuk meletakkan barang Busuk/jelek
di dalam dagangannya. dan beliau selalu memberikan barang sesuai dengan seadannya dan terbaik
bagi Konsumennya.

21
b. Berprinsip pada nilai Illahi
Bisnis yang di lakukkan tidak terlepas dari pengawasan Tuhan. Dan menyadarkan manusia
sebagai makluk Illahiyah (berTuhan).
c. Prinsip kebebasan Individu yang bertanggung Jawab
Bukan bisnis hasil dari paksaan atau riba yang menjerat kebebasan Individu.
d. Bertanggung Jawab
Bertanggung Jawab moral kepada Tuhan atas perilaku Bisnisnya maupun Orang lain/Partner
Bisnisnya maupun Konsumennya.
e. Keadilan dan Keseimbangan
Keadilan dan keseimbangan sosial, bukan hanya keuntungan semata tetapi Kemitraan/bantu
membantu di dalam bisnisnya (Win-Win Solution)
f. Berniat baik di Bisnisnya
Berniat baik adalah aset paling berharga oleh pelaku bisnis selain untuk menjadi terbaik tapi
bermanfaat bagi orang lain.
g. Berani mewujudkan Mimpi
RasullAllah dari seorang penggembala Kambing, berniat untuk mengubah hidupnya menjadi lebih
baik lagi, menjadi pedagang, lalu Manager hingga beliau mewujudkan cita-citanya menjadi
Owner (Pemilik perusahaan) dengan menikahi Siti Khadijah. Beliau adalah Enterprenur Cerdas.
h. Branding/Menjaga nama baik
RasullAllah selalu menggunakan cara ini sebagai Modal Utama, Track Record sebagai orang
Terpercaya (Al Amin), Justru paling di cari dan siapapun ingin bekerja sama dengannya.

Cara Merintis Bisnis:


 Fokus dan Konsentrasi, RasulAllah selalu Fokus terhadap bisnis yang beliau tekuni, Tidak
mengerjakan bisnis yang satu ke satunya lagi sebelum beliau menyelesaikannya.
 Mempunyai Goal dan rencana yang jelas.
 Merintis Bisnis Dari NOL, kesuksesan beliau tidak datang dalam satu malam walaupun
seorang RasullAllah, tetapi harus dimulai dari langkah-langkah kecil. Dari seorang
Karyawan/Salles hingga jadi Owner. Dan semua tanpa ada praktek KKN.
 Tidak Mudah Putus Asa, beliau berkata: Janganlah kamu berdua putus asa dari rizky
selama kepalamu masih bergerak. Karena manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan

22
merahtidak mempunyai baju, Kemudian Allah SWTmemberikan rizky kepadanya (HR.
Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya).
 Berusaha Menjadi Trend Center.
 Inovatif, Semua barang yang di Jual Rasul selalu berbeda dari kompetitornya, dengan
harga murah tetapi Hight Quality.
 Memahami kondisi dan analisa Pasar.
 Kemampuan merespon strategi Pesaingnya.
 Belajar menguasai pasar. Dikisahkan Ketika beliau di Mekkah para pedagang dari kaum
Quraisy yang ingin menjatuhkan Bisnisnya, dengan menjatuhkan Harga dengan tidak
Wajar. Tetapi beliau menerapkan Hukum Suply&Demand, beliau menyiasati dan bersabar.
Hingga semua dagangan para Kompetitornya habis semua.Rasul baru menjual
dagangannya karena Rasul percaya kalau jumlah Permintaan (Demand) jauh lebih tinggi
dari jumlah Penawaran (Supply) di Kota itu. Tak lama kemudian Rakyat Kota tersebut
membeli Barang Dagangan Rasul dengan Harga Normal, ketika rombongan Pedagang itu
pulang Mekkah gempar. Semua pedagang Rugi akibat banting harga kecuali Nabi
Muhammad SAW yang untung besar. Itulah kejelian melihat, menganalisis, dan
memahami Pasar. Hingga menguasai Pasar yang ada.
 Mampu Memanagement Organisasi secara Efektif.
 Bisa menghilangkan Mental Blocking, Atau juga yang di sebut dengan Ketakutan yang
Berlebihan dalam menghadapi kegagalan usaha. Rasul selalu bisa mengalahkan diri sendiri
dari hal-hal Negatif (mujahadah).
 Mampu menarik dan meyakinkan pemilik Modal untuk ikut serta dalam bisnis yang
dilaksanakannya.

2.8 Peran zakat dalam islam

• Zakat merupakan ibadah wajib dengan ketentuan yang telah ditetapkan syariah, sebagaimana
tercantum dalam QS. At-Taubah (9:60)

23
• Zakat mewujudkan keseimbangan antara pemilik harta yang berlebih dengan mereka yang
membutuhkan (DHU’AFA)

• Zakat membantu kehidupan mereka yang kekurangan (lemah secara ekonomi) untuk bertahan
hidup dan menjadi lebih berdaya dengan program pengembangan zakat secara produktif.

• Zakat digunakan sebagai sumber dana untuk program-program pembangunan ekonomi, sosial,
pertahanan keamanan, pnyebaran fikrah Islam, dan program program pembangunan lainnya sesuai
kebutuhan negara.

• Zakat menumbuhkan rasa kemanusiaan yang tinggi. Kesadaran untuk berbagi terhadap mereka
yang membutuhkan akan membentuk rasa kepedulian sosial yang tinggi, sehingga dengan
sendirinya peran zakat dalam pembangunan masyarakat dapat berjalan.

• Zakat dapat digunakan untuk menjalankan program-program produktif yang dapat mengubah
tingkat ekonomi seseorang menjadi lebih baik, seperti zakat untuk program pemberdayaan
ekonomi.

2.9 Manajemen zakat dan wakaf


a. Manajemen zakat
Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang
berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang
dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah berjalan genap satu
tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk Islam yang mempunyai harta cukup
banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan
mengeluarkan zakatnya.

24
Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih,
dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut istilah fikih zakat berarti
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak.
Orang yang wajib zakat disebut “muzakki”, sedangkan orang yang berhak menerima zakat
disebut ”mustahiq”.Zakat merupakan pengikat solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa
untuk mengalahkan kelemahan dan mempraktikan pengorbanan diri serta kemurahan hati.
Zakat ada dua macam yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal adalah bagian dari harta
kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada mustahiknya setelah
mencapai nisab zakat, dan setelah dimiliki selama jangka tertentu pula. Sedangkan zakat fitrah
adalah zakat yang diwajibkan atas setiap orang muslim, laki-laki, perempuan, budak atau
merdeka, pada akhir puasa Ramadahan (Yusuf al-Qaradhawi). Zakat bentuk distribusi dari si kaya
kepada si miskin agar tidak terjadi jurang pemisah antara keduanya. Pengelolaan diatur
berdasarkan prinsip-prinsip yang baik dan benar. Jelas akan lebih baik meningkatkan manfaat
yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan pengelolaan zakat yang kurang
optimal. Pada tanggal 23 september 1999 ppresiden RI BJ Habibie mengesahkan UU No. 38
tahun 1999 tentang zakat untuk melaksanakan UU tersebut Mentri Agama RI menetapkan KPTS
Mentri Agama RI No.581 tahun 1999. Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya bergantung
pada banyaknya zakat yang terkumpul tetapi sangat bergantung pada dampak dan pngelolaan
zakat tersebut dalam masyarakat dan zakat tersebut benar-benar dapat mewujudkan kesejahteraan
dan keadilan sosial dalam masyarakat. Keadaan demikian sangat bergantung dari manajemen
yang diterapkan oleh BAZ (Badan Amal Zakat) dan dari pemerintah. Mustahiq Zakat ada delapan
sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin,
penurus-pengurus zakat (amil), para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekaan) budak,
orang yang terbelit utang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS at-Taubah: 60).
b. Manajemen wakaf
Wakaf adalah salah satu bentuk dari lembaga ekonomi Islam. Ia merupakan lembaga Islam
yang satu sisi berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan di sisi lain wakaf juga berfungsi

25
sosial. Secara umum tidak ada ayat al-quran yang menjelaskan tentang konsep wakaf. Maka
dasar yang digunakan para ulama dalam menjelaskan konsep wakaf adalah ayat-ayat Al-Qur’an
tentang Infaq fii sabilillah. Antara lain:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah,
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al-Baqarah: 267)

Wakaf muncul dari satu pernyataan dan perasaan iman yang mantap dan solidaritas yang
tinggi antara sesama manusia. Dalam fungsinya sebagai ibadah ia diharapkan akan menjadi bekal
bagi si wakif di kemudian hari, karena ia merupakan suatu bentuk amalan yang pahalanya akan
terus menerus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya,
wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat.
Istilah wakaf beradal dari “waqf” artinya menahan. Menurut H. Moh. Anwar disebutkan
bahwa wakaf ialah menahan sesuatu barang daripada dijual-belikan atau diberikan atau
dipinjamkan oleh yang empunya, guna dijadikan manfaat untuk kepentingan sesuatu yang
diperbolehkan oleh Syara’ serta tetap bentuknya dan boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh
orang yang ditentukan (yang menerima wakafan), perorangan atau umum.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari makalah yang telah kami selesaikan ini dapat disimpulkan bahwa sampai
saat ini belum ada satu kesepakatan rumusan teoritis dan konsep yang baku tentang konsep civil
society. Namun, menurut Dato Seri Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa civil society atau
masyarakat madani bisa diartikan sebagai kota peradaban atau masyarakat kota, suatu masyarakat
beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, penegakan nilai-nilai demokrasi, dan
penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.Sedangkan karakteristik civil society atau
masyarakat madani ini antara lain adalah Free Public Sphere, Demokratis, Toleransi, Pluralisme,
dan Keadilan Sosial (social justice). Dalam penegakan civil society pilar-pilar yang menjadi
prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan civil society adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi, dan Partai Politik. Di Indonesia sendiri, civil
society atau masyarakat madani secara historis telah muncul ketika proses transformasi akibat
modernisasi terjadi yang menghasilkan pembentukan masyarakat baru yang berbeda dengan
masyarakat tradisional. Dengan demikian, akar civil society di Indonesia bisa dirunut secara
historis semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial Belanda.

3.2 Saran
Di akhir dalam makalah ini kiranya pembaca dapat menjelaskan konsep civil society,
mengaplikasikan nilai-nilainya, mengenalisa posisi civil society dalam negara serta pembaca
dapat mengkritisi segala bentuk fenomena yang menyimpang dari nilai-nilai civil society,
terutama fenomena yang terjadi dan berkembang di Indonesia.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://nureuharisa.blogspot.com/2017/08/makalah-masyarakat-madani.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_madani

https://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2010/04/13/1195/civil-society-bukan-
masyarakat-madani.html

http://sosiologis.com/ekonomi-islam

https://www.dakwatuna.com/2014/10/02/57729/harta-dalam-pandangan-islam/#axzz6EmNQaFoa

https://www.kompasiana.com/lidiya/58b2ddf9b27e61aa084f7f3b/harta-dalam-pandangan-islam?
page=all

https://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/kecerdasan-finansial/175-pandangan-islam-terhadap-
harta

28

Anda mungkin juga menyukai