Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup tersusun atas sel-sel yang berperan aktif dalam
proses metabolisme. Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam
tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel
tersebut mampu untuk tetap bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan reproduksi.
Proses metabolisme di dalam sel melibatkan aktivitas sejumlah besar katalis
biologik yang disebut enzim dan berlangsung melalui Respirasi (katabolisme) dan
sintesis (anabolisme).
Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme
dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim atau aktivitas enzim terganggu maka
reaksi metabolisme sel akan terhambat sehingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung
di dalam sel. Secara umum, enzim memiliki fungsi sebagai biokatalisator yaitu
berfungsi mempengaruhi dan mempercepat berlangsungnya sebuah reaksi kimia
di dalam tubuh organism, baik itu reaksi penguraian ataupun reaksi pembentukan.
Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang
dengan cepat. Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata enzim mempunyai
gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam
ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Apa itu enzim?
2. Apa saja komponen penyusun enzim?
3. Apa saja sifat-sifat enzim?
4. Bagaimana tata nama dan klasifikasi enzim?
5. Bagaimana cara kerja enzim?
6. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu enzim.
2. Untuk mengetahui komponen penyusun enzim
3. Untuk mengetahui sifat-sifat enzim.
4. Untuk mengetahui tata nama dan klasifikasi enzim.
5. Untuk mengetahui cara kerja enzim
6. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

1.4 Manfaat Penulisan


Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita mengenai materi enzim
yaitu sifat-sifat enzim, cara kerja enzim dan factor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas enzim, dll.

2
BAB II
ULASAN MATERI

2.1 Pengertian Enzim


Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.
Enzim atau fermen (Yunani, en = di dalam, zyme = ragi) adalah senyawa
organik yang tersusun atas protein, dihasilkan oleh sel, dan berperan sebagai
biokatalisator dalam reaksi kimia. Enzim adalah biokatalisator, yang artinya dapat
mempercepat reaksi- reaksi biologi tanpa mengalami perubahan struktur kimia.
Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai
substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang
berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim
agar dapat berlangsung dengan cepat. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim
terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat dan pertumbuhan sel juga
terganggu.

2.2 Biosintesis Enzim


Sebelum kita masuk pada enzim, terlebih dahulu kita memahami konsep
protein. Enzim merupakan protein? Benar? Ya! Sebelum terbentuknya enzim,
kita perlu memahami biosintesis protein, agar konsep dasar pembentukan
enzim dapat dipahami dengan baik.
Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non
esensial, melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon
non asam amino menjadi asam amino dan turunan lain yang mengandung
nitrogen. Tetapi, hati merupakan tempat utama metabolisme nitrogen. Dalam
kondisi surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan
melalui transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon
umumnya diubah menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau
menjadi asam lemak melalui jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal
ini, asam amino dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu asam amino
glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan ketogenik. Asam amino

3
glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi
piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau
oksaloasetat. Semua asam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa
melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam amino kecuali lisin dan leusin
mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah asam amino yang
semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat asetil KoA
atau asetoasetil KoA Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin,
fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin bersifat glukogenik dan ketogenik.
Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3 kemungkinan penggunaan asam
amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka karbon digunakan
untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2 dan H2O.
Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita
sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini
dinamakan asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat
disintesis dari asam amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-
esensial. Dari sekumpulan asam amino inilah terbentuklah suatu jenis protein,
yang jika menjalankan fungsi tertentu dapat disebut protein fungsional, yang
kita bahas dalam paper ini sebagai enzim.
2.3 Komponen Penyusun Enzim
Enzim tersusun atas dua senyawa yaitu :

1. Senyawa protein
Komponen protein yaitu Apoenzim. Apoenzim bersifat mudah berubah dan
dipengaruhi oleh suhu dan pH.

2. Senyawa non protein.


Senyawa atau komponen dari non protein yaitu gugus prostetik. Gugus
prostetik dapat berupa ion anorganik maupun senyawa organik kompleks.
Komponen gugus prostetik terbagi menjadi :
a) Kofaktor, adalah gugus prostetik dari ion anorganik. Misalnya : Ca, Cl,
Na, K. atom logam juga dapat dijadikan sebagai kofaktor. Misalnya :
Zn, Fe, Cu, Mg. Kofaktor berfungsi sebagai katalis yang dapat

4
meningkatkan fungsi enzim misalnya enzim ptialin pada saliva (air
ludah) akan bekerja lebih baik jika terdapat ion Cl dan Ca.
b) Koenzim, adalah gugus prostetik dari senyawa organic kompleks.
Contohnya : Vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B11, B12, vitamin H,
NADH.
Koenzim berfungsi memindahkan gugus kimia, atom atau electron dari
satu enzim ke enzim lainnya

2.4 Sifat-sifat Enzim


Enzim memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sebagai Biokatalisator
 Enzim adalah senyawa organik, yaitu senyawa protein yang dihasilkan
oleh sitoplasma sel dan berperan sebagai katalisator, yang disebut
biokatalisator
 Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat atau memperlambat
reaksi kimia , tetapi zat itu sendiri tidak ikut dalam reaksi.

2. Enzim menurunkan energi aktivasi


Enzim mengkatalis reaksi dengan meningkatkan kecepatan reaksi,
dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk
memulai suatu reaksi).

3. Enzim merupakan protein


Enzim merupakan protein, sehingga sifat-sifat enzim sama dengan
protein, yaitu dipengaruhi oleh suhu dan Ph. Pada suhu rendah dan tinggi
enzim akan mengalami kerusakan koagulasi (penggumpalan), yang
akhirnya akan terdenaturasi enzim akan terdenaturasi.

4. Enzim bekerja spesifik


Enzim bekerja spesifik satu enzim hanya khusus untuk satu substrat.
Contoh enzim maltase hanya dapat memecah maltosa menjadi glukosa.

5
5. Mampu bereaksi dengan asam ataupun basa
6. Berupa koloid
7. Dapat digunakan berulang kali. Karena enzim tidak ikut bereaksi.
8. Enzim dapat bekerja bolak-balik atau dua arah (reversible). Artinya enzim
dapat menguraikan suatu senyawa dan dapat menyusun senyawa itu
kembali.

2.5 Tata nama dan Klasifikasi Enzim


 Tata Nama pada Enzim
Sebagian besar enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran –ase
pada nama substrat enzim tersebut. Sebagai contoh, maltase bekerja pada
maltose, urease pada urea dan sebagainya

 Klasifikasi enzim
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, daya
katalisisnya, dan cara terbentuknya.
1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya
 Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang
bekerjanya di dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan
untuk proses sintesis di dalam sel dan untuk pembentukan energi (ATP)
yang berguna untuk proses kehidupan sel. Misalnya dalam proses
respirasi.

 Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang
bekerjanya di luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan”
substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana
sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan
pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan dalam
proses kehidupan sel.

6
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
 Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan
pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah
enzim elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase).
Ada beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim
oksidase, oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.

 Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu
molekul ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim
sebagai berikut:
- Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan
amina.
- Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan
fosfat.
- Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.

 Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh
enzim adalah:
- Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan
ester karboksil.
- Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
- Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan
polipeptida.

 Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau
penambahan gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses
hidrolisis, sebagai contoh adalah:

7
1. L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis
reaksi pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
2. Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis
reaksi pengambilan gugus karboksil.

 Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi
isomerisasi, yaitu:
- Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
- Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat  D-xylulosa-5-fosfat
- Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal
- Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-
fosfat dihidroksi aseton fosfat
- Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA
suksinil-CoA

2.6 Cara Kerja Enzim


Ada dua teori mengenai cara kerja enzim yaitu :
a. Teori kunci dengan gembok (lock and key theory)

Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan


enzim karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs
aktif (active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku.
Substrat berperan sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan
sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan
kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim
akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok.
Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, maka bentuk sisi aktif
berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.

8
b. Teori kecocokan induksi (induced fit theory)

Menurut teori kecocokan induksi, enzim mempunyai bentuk sisi aktif


yang fleksibel. Pada saat substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
enzim akan termodifikasi melingkupi substrat sehingga terbentuk ikatan
kompleks antara enzim dengan substrat. Setelah produk terlepas, sisi aktif
enzim akan kembali seperti semula. Jika masih ada substrat yang lain, akan
terjadi ikatan kompleks kembali dan seterusnya.

2.7 Faktor-faktor yang Memperngaruhi Kerja Enzim


Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
a. Temperatur
Enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap
temperature. Temperature yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi
protein. Temperature yang terlalu rendah dapat menghambat reaksi. Pada
umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40ºC. Kebanyakan enzim
tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai 0ºC , namun enzim tidak
rusak, bila suhu normal maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada
suhu rendah, namun rusak diatas suhu 50ºC.

b. Perubahan pH
Enzim juga sangat terpengaruh oleh pH. Perubahan pH dapat
mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga
menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya. pH optimum yang
diperlukan berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.

9
c. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim
dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu
banyak, maka reaksi akan berjalan lambat bahkan ada substrat yang tidak
terkatalisasi. Semakin banyak enzim, maka reaksi akan semakin cepat.

d. Inhibitor
Enzim seringkali dihambat oleh suatu zat yang disebut inhibitor, ada dua
jenis inhibitor yaitu sebagai berikut:
 Inhibitor kompetitif. Pada penghambatan ini zat- zat penghambat
mempunyai struktur yang mirip dengan struktur substrat. Dengan
demikian baik substrat maupun zat penghambat berkompetisi atau bersaing
untuk bersatu dengan sisi aktif enzim, jka zat penghambat lebih dulu
berikatan dengan sisi aktif enzim, maka substratnya tidak dapat lagi
berikatan dengan sisi aktif enzim.
 Inhibitor nonkompetitif. Pada penghambatan ini, substrat sudah tidak
dapat berikatan dengan kompleks enzim inhibitor, karena sisi aktif enzim
berubah.

e. Aktivator
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara
enzim dengan substrat. Biasanya zat ini bergabung dengan enzim pada tempat
yang disebut sisi alosterik, sehingga disebut afektor alosterik. Penggabungan
antara efektor alosterik dan enzim menyebabkan perubahan pada bentuk
molekul enzim sehingga sisi aktif enzim cocok dengan substrat dan kerja
enzim menjadi lebih efektif.

2.8 Degradasi Enzim


Untuk menyelaraskan konsep, yang kita ketahui bahwa enzim adalah protein,
ya dan benar. Enzim terdenaturasi oleh perubahan suhu. Dapatkah kita

10
menyebut ini proses degradasi? Bisa ya bisa tidak! Kata degradasi sendiri bisa
bermakna bahwa suatu bahan diuraikan menjadi bagian terkecil atau yang
sederhana. Untuk itulah digunakan istilah katabolisme atau penguraian.
Analogi yang paling tepat adalah antara katabolisme enzim dan katabolisme
protein. Keduanya saling berkolerasi. Mari kita simak penjelasan tentang
katabolisme protein terlebih dahulu.
Protein disusun oleh sejumlah asam amino. Asam-asam amino tidak dapat
disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau terjadi
kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan
menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat
dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini
kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.
Ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:
1. Transaminasi
Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat
menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan
aspartat
2. Deaminasi oksidatif
Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion amonium

2.9 Studi Kasus Enzim


“Identifikasi Potensi Enzim Lipase dan Selulase pada Sampah Kulit
Buah Hasil Fermentasi”
Persampahan di Indonesia memberikan masalah tersendiri dan menjadi
perhatian khusus. Sampah ini bisa dalam bentuk sampah organic maupun
anorganik. Sampah organic yang dihasilkan berupa sisa-sisa sayuran (akar,
batang, daun) dan kulit buah-buahan. Pengolahan sampah organic dengan proses
fermentasi anaerobic bisa igunakan sebagai solusi untuk menanggulangi masalah
sampah organic. Keuntungan yang bisa di dapat dari proses fermentasi anaerobic
ini diantaranya adalah kompos dan pupuk cair yang berguna dapat memperbaiki
struktur kimia tanah.

11
Sampah organic hasil fermentasi dapat dimanfaatkan untuk memproduksi
enzim, hasil dari ekskresi dan metabolism dari mikrob. Keadaan ini dapat terjadi
karena fermentasi merupakan proses biokonservasi untuk menghasilkan mikrob
anaerob yang menguntungkan dan dapat menghasilkan enzim. Diantara enzim
yang dapat dihasilkan adalah lipase dan selulase.
Lipase (triasilgliserol asihidrolase) adalah hydrolase serin yang
mengkatalisis hidrolis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas pada
fase minyak-air (Kamini & lefuji 2001; Gupta et al. 2004; Feng et al. 2013). Sifat
biokatalitik lipase ini memungkinkan penggunanya untuk berbagai keperluan
seperti formulasi detergen, biosensor, sintesis ester, dan pengolahan limbah.
Enzim lain yang juga penting adalah selulase. Selulase tidak dimiliki oleh
manusia tetapi terdapat pada hewan seperti kambing, sapi dan rayap. Karena
dalam sistem pencernaannya mengandung bakteri dan protozoa yang
menghasilkan selulase yang akan menghidrolisis ikatan glikosidik beta-1,4.
Mengingat pentingnya kedua enzim ini, keberadaannya dalam suatu bahan
perlu diketahui, terutama untuk memberi nilai tambah pada volume sampah kulit
buah pada saat ini bermasalah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.
Komponen pada enzim dibedakan menjadi 2 yaitu senyawa protein dan non
protein. Senyawa protein yaitu apoenzim dan senyawa non protein adalah gugus
prostetik. Enzim mempunyai sifat yaitu dapat bekerja secara spesifik, dapat
bekerja bolak-balik, dapat digunakan berulang kali, enzim diperlukan dalam
jumlah sedikit, bersifat koloid, dll.
Cara kerja pada enzim juga ada 2 yaitu teori gembok dengan kunci dan
teori kecocokan induksi. Adapaun factor yang mempengaruhi enzim diantaranya :
suhu, pH, inhibitor, activator, konsentrassi enzim dan substrat.

B. Saran
Dengan makalah ini, semoga dapat menambah pengetahuan lebih dalam
lagi mengenai enzim.

13
DAFTAR PUSTAKA

Irnaningtyas. 2015. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta. Penerbit Erlangga

F. Harahap. 2012. “BAB VI ENZIM” dalam buku : Fisiologi Tumbuhan : Suatu


Pengantar.

La Ode Sumarlin.dkk. 2013. “Identifikasi Potensi Enzim Lipase dan Selulase pada
Sampah Kulit Buah Hasil Fermentasi” dalam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI) Vol. 18 (3):159-166.

14

Anda mungkin juga menyukai