Tesis - Vacuum Preloading Lateral Effect R11 - Revisi Final
Tesis - Vacuum Preloading Lateral Effect R11 - Revisi Final
TESIS
Oleh:
Andreas Erdian Wijaya
2017831031
Pembimbing:
Prof. Paulus Pramono Rahardjo, Ir., MSCE., Ph.D.
Oleh:
Andreas Erdian Wijaya
2017831031
Pembimbing:
ABSTRAK
Perbaikan tanah atau pematangan lahan pada tanah lempung merupakan tahapan
konstruksi yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan daya dukung (bearing
capacity) dan mengurai atau menghilangkan penurunan sisa (post settlement).
Perbaikan tanah untuk tanah lempung lunak yang paling lazim dilaksanakan adalah
percepatan proses konsolidasi settlement dengan installasi prefabricated vertical
drain (PVD) dan prapembebanan/preloading. Preloading adalah proses
pembebanan sementara pada lokasi perbaikan tanah yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan memanfaatkan tekanan atmosfir (vacuum
preloading). Analisa deformasi yang tersedia saat ini untuk vacum preloading
masih sangat terbatas dan sebagian besar didasari pada analisa deformasi akibat
beban tekanan. Sehingga diperlukan analisa/model yang lebih baik untuk dapat
memahami perilaku tanah dan mengantisipasi deformasi yang terjadi dari tekanan
negatif (suction) akibat vacuum preloading. Perbedaan deformasi terutama terjadi
pada daerah sekitar perbaikan tanah. Vacuum preloading menyebabkan deformasi
kedalam daerah perbaikan tanah, sedangkan preloading pada umumnya akan
menyebabkan tanah bergerak keluar daerah perbaikan tanah. Analisa deformasi
lateral ini coba dimodelkan secara numerik dengan bantuan software Geostudio.
Hasil analisis menunjukan model numerik dapat menghasilkan analisa deformasi
dan perilaku tanah yang sesuai dengan hasil monitoring di lapangan. Berdasarkan
model tersebut, diperoleh bahwa pengaruh signifikan (>5cm) vacuum preloading
terhadap tanah disekitar daerah perbaikan tanah dapat terjadi hingga jarak 20m.
ABSTRACT
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas cinta, dan karuniaNya
DENGAN METODE ELEMEN HINGGA”. Tesis ini merupakan salah satu syarat
akademik dalam menyelesaikan studi tingkat S-2 di Fakultas Teknik Program Studi
masalah. Namun berkat kritik, saran, dan dorongan semangat dari berbagai pihak
maka akhirnya skirpsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, penulis ingin
i
6. Semua anggota St.Lucia dan Lucita Choir atas canda tawa, latihan,
nyanyian dan jalan-jalannya saat penulis jenuh dan bosan,
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna. Penulis sangat berterima
kasih apabila ada saran dan kritik yang dapat membuat tesis ini akan menjadi lebih
baik lagi. Dibalik kekurangan tersebut, penulis berharap tesis ini dapat berguna bagi
2017831031
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
BAB 1 PENDAHULUAN 1
iii
2.2.2 Prefabricated Vertical Drain (PVD) 18
2.4 Piezocone 36
2.5 Inklinometer 37
48
5.1 Simpulan 91
5.2 Saran 92
DAFTAR PUSTAKA 93
v
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
av = koefisien kompresibilitas
Cc = indeks kompresibilitas
Cs = Indeks Swelling
E = modulus elastisitas
NC = normally consolidated
OC = overly consolidated
pc = tegangan prakonsolidasi
po = tekanan overburden
S = penurunan
Tv = faktor waktu
vii
DAFTAR GAMBAR
8-2002N).......................................................................................................... 8
Gambar 2.3 Ilustrasi Hubungan antara Tegangan Tanah, Tekanan Air Pori dan
Gambar 2.4 Tipikal grafik e – log(P) dari Uji Konsolidasi dan Penentuan
Gambar 2.5 Komponen dari Suatu Partikel Tanah (Das, 1985) ............................ 14
Gambar 2.6 Tegangan yang Diterima oleh Butiran Tanah (Potongan Melintang
Ǡ) ................................................................................................................... 15
Gambar 2.7 Ilustrasi Perbaikan Tanah dengan Metode Preloading (Jie Han, 1964)
....................................................................................................................... 17
Gambar 2.9 Ilustasi Jarak dan Arah Drainase Air Dalam Tanah .......................... 20
Gambar 2.12 Analogi Spring untuk proses konsolidasi (a) dengan preloading
konvensional (b) dengan vakum preloading (Chu dan Yan, 2008) ............... 26
Gambar 2.13 Contoh Tipikal Soil Water Characteristic Curve (SWCC) (Fredlund,
1994) .............................................................................................................. 26
Gambar 2.16 Konfiguras Vakum Preloading China & USA (Dam, 2006) ........... 29
viii
Gambar 2.17 Sistem Pompa dari Berbagai Negara ............................................... 30
Gambar 2.22 Deformasi lateral pada tanah dasar (Chai, 2005) ............................ 33
Gambar 2.23 Pola Deformasi dan Tekanan Tanah Akibat Vakum Preloading pada
kedalaman tertentu (a) lokasi irisan tinjauan (b) pada posisi keretakan (c)
(b) alat baca inklinometer, (c) gulungan kabel inklinometer (SNI, 3404:2008)
....................................................................................................................... 38
Gambar 3.2 Diameter Equivalent untuk Perhitungan Luas Pengaruh PVD ......... 47
Gambar 3.3 Contoh Jendela Input Jenis dan Kerapatan Element Hingga, dan
Standar Satuan............................................................................................... 49
Gambar 3.4 Contoh Jendela Input untuk Parameter Modified Cam Clay ............ 50
Gambar 3.5 Contoh Jendela Input untuk Parameter Mohr Columb Model .......... 50
Gambar 3.6 Contoh Jendela Input untuk Parameter Permeabilitas Tanah ........... 51
Gambar 3.7 Contoh Jendela Input untuk Volumetric Water Content Curve ........ 51
Gambar 3.17 Contoh Output Deformasi Tanah Akibat Vakum Preloading ......... 58
Gambar 3.18 Contoh Output Pergerakan Lateral Tanah 2.5m Diluar Batas
Gambar 4.6 Denah Lokasi Instrumentasi - Tokyo River Apartment Zone 2 ........ 63
Gambar 4.11 Hasil Monitoring Settlement Plate dan Vacuum Gauge .................. 65
Gambar 4.20 Contoh Analisa Hasil Uji Konsolidasi untuk Memperoleh Parameter
Gambar 4.22 Kolerasi Empiris Sudut Geser Dalam dengan PI (Gibson, 1953) ... 77
Gambar 4.27 Hasil Analisis Settlement pada Hari 140 Perbaikan Tanah (saat
Gambar 4.28 Settlement pada Muka Tanah Asli pada Saat Perbaikan Tanah
Selesai ........................................................................................................... 83
Gambar 4.29 Hasil Analisis Deformasi Lateral pada Hari 140 Perbaikan Tanah
xi
Gambar 4.30 Deformasi Lateral pada Muka Tanah Asli pada Saat Perbaikan
Gambar 4.31 Lokasi Titik Leleh pada Saat Perbaikan Tanah Selesai ................... 85
Gambar 4.32 Hasil Analisis Tekanan Air Pori Ekses Hari 140 Perbaikan Tanah
Gambar 4.33 Pengaruh Tekanan Air Pori Ekses di Luar Daerah Perbaikan Tanah
Preloading ...................................................................................................... 87
Gambar 4.38 Lintasan Tegangan pada Titik di Dalam Daerah Perbaikan Tanah . 89
Gambar 4.39 Lintasan Tegangan pada Titik di Luar Daerah Perbaikan Tanah .... 90
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.7 Rasio antara Permeabilitas Horisontal dan Vertikal untuk Tanah Lunak
Tabel 4.8 Estimasi Permeabilitas Tanah Berdasarkan Jenis Tanah (Burt Look,
2006) ............................................................................................................. 78
....................................................................................................................... 79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Perbaikan tanah atau pematangan lahan pada tanah lempung merupakan tahapan
berdiri diatasnya dapat dikonstruksi dengan biaya yang lebih efisien namun tetap
penurunan sisa (post settlement). Perbaikan pada tanah lempung lunak yang paling
lokasi perbaikan tanah yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
konstruksi terbatas dan tidak ekonomis serta stabilitas tanah dasar menjadi kendala
1
2
pergerakan tanah kearah dalam system, hal ini berbeda dengan pembebanan dengan
tanah kearah luar system. Untuk mencegah kerusakan pada struktur dan/atau utilitas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami mekanisme deformasi lateral
yang terjadi pada tanah lempung lunak akibat vacuum preloading agar dapat
memperoleh jarak aman dan besarnya pergerakan lateral yang terjadi pada jarak
tertentu dari batas perbaikan tanah serta faktor yang mempengaruhi pergerakan
lateral yang terjadi melalui model numerik dengan metode elemen hingga.
preloading.
kolerasi empiris hasil uji insitu pada pekerjaan perbaikan tanah dari proyek
perbaikan.
Metode penelitian yang digunakan terdiri atas studi literatur, pengambilan data di
buku teks, jurnal, artikel ilmiah, serta tesis peneliti terdahulu yang relevan sebagai
Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan pengujian CPTe, CPTu, dan
NSPT secara langsung di lapangan. Selain itu juga dilakukan uji di laboratorium
numerik.
4
data hasil uji lab dan kolerasi empiris serta justifikasi geoteknik dari hasil uji insitu
dan kondisi tipikal lapangan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam analisa.
prefabricated vertical drain, alat monitoring inclinometer, dan prinsip dasar metode
elemen hingga.
yang dimiliki dan latar belakang kasus yang menjadi objek penelitian dan
memaparkan data hasil uji lapangan dan hasil uji laboratorium serta menentukan
output model numerik dengan bacaan dan instrumentasi yang ada di lapangan.
Melakukan analisis dan kajian untuk peroleh hasil berupa pergerakan lateral tanah.
5
STUDI PUSTAKA
Karakteristik utama dari tanah lunak adalah kuat geser yang rendah yang
Pada umumnya tanah lunak dapat digolongkan menjadi tanah berbutir halus
(lempung dan lanau) atau tanah organik. Berbagai masalah yang dihadapi oleh
Tanah lunak dapat terbentuk akibat sedimen tanah, deposisi dari danau dan
erupsi lumpur. Pada umumnya tanah lunak tersebar pada daerah pesisir, sebaran
7
8
Ketika material dibebanin atau diberikan tegangan makan akan muncul deformasi
dan regangan. Terkadang, jika dilakukan terhadap material elastis, respon terhadap
beban yang diberikan adalah seketika. Namun, pada material lainnya (terutama
pada tanah lempung) dibutuhkan waktu yang relative panjang agar deformasi dapat
terjadi. Ketika tanah dibebani misalnya oleh stuktur ato timbunan tanah urugan,
deformasi akan terjadi. Total deformasi vertikal yang terjadi pada permukaan
Pergerakan pada umumnya terjadi kearah bawah seiring penambahan beban, atau
bergerak kearah atas (disebut swelling) seiring dengan pengurangan beban. Galian
muka air tanah akan menyebabkan settlement. Aspek penting lainnya terutama
untuk settlement pada tanah lempung adalah prilakunya yang bergantung pada
waktu.
9
Pada perancangan pondasi dan struktur, kita perlu mengetahui berapa besar
penurunan yang dapat terjadi dan seberapa cepat penurunan itu dapat terjadi.
teknis lainnya, terutama jika terjadi dalam waktu yang singkat. Total penurunan
St = Si + Sc + Ss (2-1)
Dimana,
St = penurunan total
primer merupakan proses yang bergantung pada waktu dan terjadi untuk tanah-
kecepatan drainase air pori. Penurunan konsolidasi sekunder, yang mana juga
bergantung terhadap waktu, terjadi pada tegangan efektif konstan dan tanpa
berpegas seperti Gambar 2.2. pada model tersebut, tanah dimodelkan sebagai pegas.
Pada saat beban diberikan, seluruh beban ditahan oleh air sehingga terjadi
penginkatan tekanan air pori. Seiring berjalannya waktu, maka kontribusi air dalam
memikul beban berkurang dan digantikan oleh tanah yang disertai dengan
10
terjadinya kompresi dan penurunan pada tanah. Proses ini akan berlanjut hingga
seluruh tekanan air pori ekses habis dan beban sepenuhnya dipikul oleh tanah.
Hubungan antara tegangan total, tegangan efektif dan tekanan air pori pada saat
berlangsung.
11
Gambar 2.3 Ilustrasi Hubungan antara Tegangan Tanah, Tekanan Air Pori
dan Penurunan pada Proses Pembebanan dan Konsolidasi
berdasarkan metode terzaghi dapat diperoleh dari uji konsolidasi. Uji konsolidasi
memberikan beban secara bertahap pada sampel tanah yang jenuh air lalu
kecepatan penurunan konsolidasi terjadi. Kurva hubungan antara angka pori (e)
terhadap beban (log(P)) dari hasil uji konsolidasi pada Gambar 2.4 dapat digunakan
Gambar 2.4 Tipikal grafik e – log(P) dari Uji Konsolidasi dan Penentuan
Tegangan Prakonsolidasi
nilai Over Consolidation Ratio (OCR) dengan menggunakan persamaan berikut ini
𝑃′𝑐 (2-2)
𝑂𝐶𝑅 =
𝑃′0
Dimana,
OCR = Over Consolidation Ratio
P c’ = Tegangan prakonsolidasi
P0’ = Tegangan vertikal efektif tanah
Dari nilai OCR tersebut, dapat diperoleh sejarah pembebanan yang pernah
dialami oleh tanah tersebut. Nilai OCR = 1 menunjukan bahwa tanah tersebut
13
Consolidated). Namun jika tanah memiliki nilai OCR<1, maka tanah tersebut masih
Tanah NC 𝑐𝑐 𝑃0 + ∆𝑃 (2-3)
𝑆𝑐 = 𝐻 log ( )
1 + 𝑒0 𝑃0
Tanah OC 𝑐𝑠 𝑃0 + ∆𝑃 (2-4)
𝑆𝑐 = 𝐻 log ( )
(𝑃0 + ∆𝑃) ≤ 𝑃𝑐 1 + 𝑒0 𝑃0
Tanah OC 𝑐𝑠 𝑃𝑐 𝑐𝑐 𝑃0 + ∆𝑃 (2-5)
𝑆𝑐 = 𝐻 log ( ) + 𝐻 log ( )
(𝑃0 + ∆𝑃) > 𝑃𝑐 1 + 𝑒0 𝑃0 1 + 𝑒0 𝑃𝑐
Dimana,
H = tebal lapis yang terkonsolidasi
Cc = indeks kompresi
Cs = indeks swelling / rekompresi
P0 = tegangan efektif tanah
P = penambahan tekanan vertikal / beban
e0 = angka pori mula-mula
Pada kondisi alamiah tanah terdiri dari tiga fase yaitu butiran tanah, air dan udara.
Dalam suatu satuan volume tertentu, butiran tanah tersebar secara acak dengan
14
Berdasarkan Gambar 2.5, tegangan total yang dialami pada titik A dapat dihitung
Dimana,
Tegangan total yang diperoleh dari persamaan diatas dapat dibagi menjadi
dua bagian utama yaitu sebagai tegangan yang diterima oleh air dalam rongga
(besarnya tegangan ini sama kesegala arah) dan sisa dari tengangan yang lainnya
15
diterima oleh butiran tanah pada titik-titik kontak sentuhan antara butiran satu dan
yang lainnya. Penjumlahan komponen vertikal dari gaya-gaya yang terbentuk pada
titik sentuhan antar butir ini per satuan luas penampang melintang masa tanah
Pada potongan melintang Ǡ pada Gambar 2.6, nilai P1, P2, P3, dan P4
merupakan gaya yang bekerja pada bidang kontak antar butir. Untuk memperoleh
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 + 𝑃4 (2-7)
𝜎′𝑣 =
Ǡ
tanah yang ditinjau, sedangkan nilai dan merupakan luas penampang
titik kontak antar butir tanah. Jika jumlah dari semua luas penampang titik kontak
antar butir tanah diberi notasi s, maka ruang yang ditempati oleh air adalah
𝑢(Ǡ − 𝑎𝑠 ) (2-8)
𝜎𝑣 = 𝜎′𝑣 + = 𝜎𝑣′ + 𝑢(1 − 𝑎𝑠′ )
Ǡ
Dimana,
Karena nilai ’s sangat kecil, sehingga dapat diabaikan dalam perhitungan. Oleh
𝜎𝑣 = 𝜎′𝑣 + 𝑢 (2-9)
Tegangan efektif merupakan gaya persatuan luas yang dipikul oleh butiran tanah.
perubahan volume dan kekuatan tanah bergantung pada besarnya tegangan efektif
yang bekerja didalamm massa tanah. semaking tinggi tegangan efektif maka
Berbagai metode perbaikan tanah sudah berkembang saat ini. Setiap metode
perbaikan tanah ditentukan oleh formasi geologi dari tanah, karakteristik tanah,
satu metode perbaikan tanah tradisional yang masih sering dilakukan adalah
preloading.
Konsep dasar dari metode preloading adalah mengurangi void ratio dari material
tanah melalui proses konsolidasi (disipasi air pori ekses) dengan memberikan beban
pada permukaan tanah untuk periode waktu tertentu yang kemudian akan dibuang
17
dan diganti dengan konstruksi struktur permanen. Ketika beban timbunan diangkat,
namun penurunan tanah yang terjadi pada struktur permanen setelah proses
preloading diharapkan jauh lebih kecil dibandingkan tanpa preloading. Gambar 2.7
Selama proses preloading, penurunan tanah akan terjadi seiring penambahan beban
dan waktu. Ketika beban diangkat, akan terjadi penyembulan pada tanah.
dibandingkan kondisi tanpa preloading. Pada Gambar 2.7 juga terdapat ilustrasi
penurunan sisa yang terus terjadi jika tidak dilakukan unloading tanah timbunan,
konsolidasi akan memerlukan waktu yang lebih lama sebab permeabilitasnya yang
rendah. Jika waktu preloading ditambah konstruksi telah melebihi waktu yang
tersedia, maka vertical drain dapat digunakan untuk memendekan jarak aliran air
Berbagai jenis vertikal drain yang digunakan untuk mengalirkan air secara vertikal
dari dalam tanah menuju ke permukaan contohnya pasir drainase (sand drains) dan
material alami sebab PVD lebih terandalkan, ekonomis, terjamin pasokannya, dapat
diproduksi sesuai dengan spesifikasi khusus yang dibutuhkan dan proses installasi
yang relatif lebih cepat. PVD biasanya terdiri dari bagian inti berpori yang
digunakan untuk mengalirkan air dan selimut dari bahan geotekstile yang berfungsi
untuk menyaring agar tanah tidak ikut masuk dan menyebabkan air tidak dapat
mengalir lagi di bagian inti. Jenis PVD yang paling umum dijumpai saat ini adalah
band-type dengan ukuran penampang 95-100mm dan tebal 2-4 mm seperti pada
Gambar 2.8.
Ketika dipasang didalam tanah, PVD berguna untuk memperpendek jalur alir air
(kearah radial), sehingga mencegah terbentuknya tekanan air pori ekses berlebih
lempung jenuh dibebani, tekanan air pori ekses akan tercipta. Dikarenakan
permeabilitas dari tanah butir halus yang rendah, proses disipasi tekanan air pori
Persamaan yang diusulkan oleh Terazaghi untuk melakukan estimasi waktu tunggu
𝑇𝑣 𝐻𝑑2 (2-11)
𝑡𝑐 =
𝐶𝑣
Dimana,
tc = waktu konsolidasi
Tv = faktor waktu
dipengaruhi secara kuadratis oleh jarak drainase. Jika jarak drainase air dapat
diperpendek maka waktu tunggu konsolidasi akan berkurang seperti ilustrasi pada
Gambar 2.9. Sebagai catatan tambahan untuk tanah-tanah hasil sedimentasi nilai
koefisien konsolidasi arah horizontal Ch memiliki nilai yang lebih besar dari pada
koefisien konsolidasi arah vertikal Cv sehingga laju konsolidasi dengan air yang
mengalir ke arah radial/horizontal akan lebih cepat walaupun dengan jarak alir yang
sama.
20
Gambar 2.9 Ilustasi Jarak dan Arah Drainase Air Dalam Tanah
𝑈 = 1 − (1 − 𝑈ℎ )(1 − 𝑈𝑣 ) (2-12)
Dimana,
berikut.
𝐶𝑣 𝑡𝑐 (2-13)
𝑇𝑣 =
𝐻𝑑2
dikehendaki dan rancangan spasi antar PVD (aliran air arah horisontal). Dengan
demikian derajat konsolidasi arah vertikal dapat diperoleh melalui formula berikut
𝑡 0.5 (2-14)
(4 𝜋𝑣 )
𝑈𝑣 = 0.179
𝑡 2.8
[1 + (4 𝜋𝑣 ) ]
Setiap PVD diasumsi memiliki luas daerah pengaruh berbentuk silindris dan arah
disipasi air pori adalah radial (horisontal). Waktu konsolidasi arah radian (tc) dapat
𝑇ℎ 𝐷2 (2-15)
𝑡𝑐 =
𝐶ℎ
1 1 (2-16)
𝑇ℎ = (𝐹𝑛 + 𝐹𝑠 + 𝐹𝑟 ) ln ( )
8 (1 − 𝑈ℎ )
Dimana,
𝜋𝐷 3 (2-17)
𝐹𝑛 = ln ( )−
2(𝑡 + 𝑤) 4
𝑘ℎ 𝑑𝑠 (2-18)
𝐹𝑠 = ( − 1) ln ( )
𝑘𝑠 𝑑𝑤
2(𝑡 + 𝑤) (2-19)
𝑑𝑤 =
𝜋
𝜋 𝑘ℎ 𝐿2 (2-20)
𝐹𝑟 =
6 𝑞𝑤
Dimana,
t = tebal PVD
Metode installasi PVD yang paling sering dijumpai dan diizinkan untuk
dilaksanakan saat ini adalah metode dengan mendorong mandrel secara langsung
kedalam tanah (tanpa penggetaran arah vertikal maupun lateral). Alat paling
sederhana dan mudah digunakan adalah mesin installasi PVD yang dirakit dengan
dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kondisi lahan yang dijumpai. Proses installasi
dilakukan dengan cara, memasang pelat angkur pada ujung PVD yang bertujuan
untuk menghalangi tanah masuk kedalaman mandrel dan mengangkur PVD agar
dengan cara menciptakan ruang kedap/hampa (vakum) di dalam massa tanah. Udara
bebas akan berusaha masuk mengisi ruang agar tercapai kesetimbangan. Namun
karena massa tanah sebelumnya telah dikedapkan terlebih dahulu, maka tekanan
atmosfir akan tertahan pada lapisan tersebut dan menekan massa tanah.
Kjellman (1942) di Swedia. Hingga saat ini, metode preloading dengan vakum
populer dilakukan ketika diperlukan beban tambahan (surcharge) yang tinggi untuk
biaya. Pada tanah yang sangat lunak, daya dukung tanah yang rendah menyebabkan
tinggi timbunan yang dapat dikonstruksi dibatasi oleh tinggi kritis timbunan
sehingga aplikasi dari tekanan vakum seringkali menjadi solusi yang optimal dalam
(surcharge) diberikan (p) beban tersebut dipikul seluruhnya oleh air. Sehingga,
untuk tanah yang jenuh air, besarnya tekanan air pori ekses initial u0 sama besar
25
dengan beban yang diberikan. Tekanan air pori akan berkurang perlahan-lahan dan
pemikulan beban juga berpindah dari air ke spring (analogi untuk butiran tanah).
Peningkatan teganan efektif yang terjadi dalam tanah sama besar dengan jumlah air
pori yang telah terdisipasi, p – u Gambar 2.12(a). Pada akhir proses konsolidasi,
u=0 dan total peningkatan tegangan efektif dalam tanah sama dengan beban yang
diberikan di atasnya. Perlu dipahami bahwa proses diatas tidak dipengaruhi oleh
seperti pada Gambar 2.12(b). Ketika beban vakum diberikan pada sistem, tekanan
air pori akan berkurang. Tegangan efektif dalam tanah meningkat tanpa terjadinya
perubahan pada tekanan total. Pada saat beban vakum sebesar -u diberikan,
tekanan air pori dalam tanah masih tetap sama pa. Perlahan-lahan tekanan air pori
peningkatan tegangan efektif pada butiran tanah. Jumlah dari peningkatan tegangan
efektif dalam tanah sama dengan jumlah pengurangan tekanan air pori, u, yang
mana tidak dapat melebihi tekanan atmosfir, Pa, atau pada prakteknya sebesar
Gambar 2.12 Analogi Spring untuk proses konsolidasi (a) dengan preloading
konvensional (b) dengan vakum preloading (Chu dan Yan, 2008)
Volumetric Water Content (VWC) merupakan ratio antara volume air (Vw) terhadap
kurva yang menunjukan perubahan VWC terhadap besaran suction yang biasa
suction tertentu, tanah tidak lagi jenuh sebab sebagian dari pori tanah telah terisi
udara, kondisi diamna titik ini dimulai disebut Air-entry valve. Contoh tipikal
Perubahan dari satu diantara tiga parameter volume-massa tanah (Sr, e, wn)
akan menyebabkan perubahan pada kedua parameter lainnya. Perubahan pada dua
perubahan angka pori (e) dan kadar air (wn) diketahui, maka derajat kejenuhan (Sr)
dapat dihitung. Sama halnya dengan perubahan pada (Sr) dan (e) atau (Sr) dan (wn)
diketahui maka perubahan dari (wn) dan (e), secara berturut-turut dapat dihitung.
(Fredlund, 2012)
Δ𝑤 = (𝑆𝑓 × Δ𝑒 − Δ𝑆 × 𝑒𝑖 ) / 𝐺𝑠 (2-21)
Pada vakum preloading, jika diketahui bahwa kondisi jenuh (Sr=1) tetap terjaga
Δ𝑒 (2-22)
Δ𝑤 =
𝐺𝑠
Secara umum terdapat tiga jenis konfigurasi vakum preloading yang dapat
serta China-USA.
Metode perbaikan tanah yang dikembangkan oleh Belgium Gambar 2.14 adalah
dengan melakukan installasi pasir drainase (sand drains) terlebih dahulu, kemudian
kepala dari sand drain tersebut ditutup dan dikedapkan dengan material tanah
lempung, kemudian disisi dari area perbaikan, dibuat sumur extraksi yang
dibawah tanah maka tekanan vacuum akan didistribusikan oleh sand drain menuju
28
tanah lunak diatasnya. Dengan menempatkan posisi pompa vacuum didalam tanah,
maka air akan mengalir searah dengan arah gravitasi dan menyebabkan air lebih
mudah menggalir. Namun metode ini tidak dapat diaplikasikan jika tidak dijumpai
lapisan tanah pasir dengan permeabilitas yang baik dibawah tanah yang akan
diperbaiki.
menggunakan vertical drain berbentuk pipa perforasi yang dipasang dengan jarak
1.4-1.5m lalu dikedapkan dengan lapisan lempung yang ditutup oleh lapisan
konfigurasi yang dikembangkan oleh China dan beberapa negara lainnya dengan
model serupa dari Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara di Asia (termasuk
Jepang). Pada metode ini digunakan prefabricted vertical drain dengan lapisan
kedap berupa geomembran yang dikunci kedalam tanah pada bagian keliling dari
Gambar 2.16 Konfiguras Vakum Preloading China & USA (Dam, 2006)
30
Untuk dapat menciptakan ruang vakum yang baik didalam tanah, riset
tersendiri. Beberapa system pompa vakum yang populer saat ini dapat dilihat pada
kapasitas tekanan vakum >90kPa yang berfungsi menyedot air dan udara sekaligus.
berfungsi menyedot udara saja pada pompa konvensional yang menyedot udara dan
air sekaligus, dapat digunakan untuk daerah layan yang lebih luas dengan tekanan
sistem pompa untuk udara dan air yang dapat mencapai tekanan 90kPa.
pada Gambar 2.18. PVD dan pipa horisontal digunakan untuk distribusi tekanan
vakum dari pompa kedalam tanah dan mengeluarkan air pori dari dalam tanah
keluar dari sistem. Pada umumnya digunakan pipa corrugated fleksible yang
31
dibungkus dengan filter. Lapisan kedap berupa geomembrane sebanyak 1-2 lapis
tanah, sehingga pada prakteknya daerah perbaikan tanah pada umumnya akan
dibagi menjadi beberapa zona perbaikan. Tekanan vakum harus diberikan secara
terus menerus dari pompa vakum selama durasi perbaikan tanah dilakukan.
20m.
32
dan secara umum akan menghasilkan penurunan konsolidasi yang lebih kecil
lateral tanah disekeliling daerah perbaikan ke arah luar daerah perbaikan. Kondisi
ini disebabkan oleh terjadinya tegangan geser yang disebabkan oleh beban
timbunan, dan apabila tegangan geser telah melampaui kuat geser tanah, kegagalan
dengan metode vakum preloading tegangan yang terjadi didalam masa tanah adalah
tanah ke arah dalam masa tanah sehingga dapat dijumpai keretakan pada daerah
Gambar 2.23 Pola Deformasi dan Tekanan Tanah Akibat Vakum Preloading
pada kedalaman tertentu (a) lokasi irisan tinjauan
(b) pada posisi keretakan (c) pada posisi tidak terjadi keretakan (Chai, 2005)
kearah dalam akibat dari tekanan vakum yang dapat menyebabkan terjadinya
rekahan tarik (tension crack) sedalam Zc. Untuk element tanah yang terletak pada
kedalaman kurang dari Zc, kondisi tegangan yang terjadi dapat didekati dengan
ilustrasi Gambar 2.23(b) dimana tekanan vakum yang bekerja lebih besar dari pada
tegangan lateral yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi k0. Sedangkan untuk tanah
dibawah Zc dan diatas Zl, dimana tidak ada perpindahan lateral terjadi, tegangan
efektif lateral terdiri dari dua komponen yaitu tekanan vakum (vac) dan tekanan
tanah yang diberikan oleh massa tanah disekitarnya (ka0 z’ ’). Di zona ini, tekanan
tanah horisontal berada di antara nilai aktif (ka) dan diam(k0) sehingga diwakilkan
sebagai ka0, yang nilainya semakin dekat dengan nilai koefisien tekanan aktif (ka)
pada kedalaman dekat Zc dan semakin dekat nilai koefisien tekanan tanah at rest
35
lateral lagi).
Tanah yang berada pada posisi yang dalam, dimana tanah tersebut tidak
Dimana,
𝜙′ (2-24)
𝑘𝑎 = tan2 (45 − )
2
2𝑐 ′ (2-25)
𝑧𝑐 = ; 𝑓𝑜𝑟 (𝑧𝑐 < 𝑧𝑤 )
𝛾𝑡 √𝑘𝑎
1 2𝑐 ′ (2-26)
𝑧𝑐 = ( − 𝛾𝑤 𝑧𝑤 ) ; 𝑓𝑜𝑟 (𝑧𝑐 > 𝑧𝑤 )
𝛾𝑡 − 𝛾𝑤 √𝑘𝑎
Dimana,
2.4 Piezocone
Piezocone atau dikenal dengan nama CPTu merupakan uji sondir elektrik yang
dilengkapi dengan pembacaan tekanan air pori. CPTu standar terdiri dari ujung
konus dengan sudut sebesar 60 derajat dengan luas penampang konus sebesar
10cm2, selimut sondir dengan luasan 150cm2, batu pori untuk pengukuran tekanan
air pori, penahan air (water seal), penahan tanah (soil seals), batang sondir (rod) dan
alat baca.
partially drained.
• Dapat mengkoreksi besarnya nilai tahanan ujung terhadap nilai tekanan air
pori.
• Lebih akurat dalam memprediksi jenis perilaku dan kuat geser tanah.
2.5 Inklinometer
untuk mengukur pergerakan lateral tanah. Inklinometer terdiri dari pipa fleksibel
yang memiliki alur baca khusus (Gambar 2.25) dan perlengkapan baca (Gambar
2.26).
berikut:
2. Posisi mesin bor dan putaran mata bor harus dibuat sedemikian rupa
vertikal).
39
6. Tutup bagian bawah pipa inklinometer dengan alat penutup yang telah
tanah/batuan.
penutup.
8. Apabila muka air tanah didalam lubang bor cukup tinggi sehingga
10. Bagian pipa yang disambung harus ditutup dengan pita penyambung
12. Tentukan posisi dan arah keempat alur sedemikian rupa sehinga
13. Atur dan potong pipa bagian atas sedemikian rupa untuk memudahkan
14. Angkat pipa pelindung tahap demi tahap dan isi celah antara pipa dan
15. Pada pemasangan pipa inklinometer melalui lubang bor yang sangat
b. Posisi keempat alur pada pipa harus dijaga tetap pada posisi
merubah bentuk pipa jika terbuat dari PVC, hal tersebut dapat
16. Periksa dan ukur posisi pipa inklinometer sesuai dengan yang
dikehendaki.
17. Ukur elevasi bagian atas dan bawah pipa inklinometer dengan alat
berikut :
5. Periksa apakah seluruh sistem alat baca, kabel dan torpedo sudah
bekerja dengan baik yaitu alat baca memberikan angka yang berubah-
d. Cuaca.
7. Buka penutup pipa inklinometer dan beri tanda pada setiap alur pipa
roda torpedo masuk kedalam salah satu alur yang ada dan turunkan
torpedo mulai dari dasar pipa inklinometer hingga bagian atas pipa
inklinometer.
11. Baca alat baca inklinometer dan isikan angka hasil pembacaan pada
12. Tarik kabel inklinometer ke atas perlahan-lahan, baca dan catat angka
berlawanan dari alur A dan cara yang sama untuk alur C dan D dengan
alur pipa inklinometer harus tetap posisinya, jadi roda torpedo yang
lubang bor yang sudah selesai tutup kembali penutup dan pelindung
pipa inklinometer.
17. Periksa dan simpan unit inklinometer pada tempat yang tertutup agar
METODE ANALISIS
Rangkaian tahapan penelitian ini ditunjukkan dengan diagram alir pada Gambar
dibawah ini.
Mulai
Studi Literatur :
• Perilaku Tanah Lunak Pengambilan Data
• Konsolidasi Tanah Lapangan
• Vacuum Preloading
• Prefabricated Vertical Drain
• Inclinometer Hasil Uji Lab
• Prinsip Dasar Metode Elemen Hingga Hasil Uji Insitu
Hasil Monitoring Lapangan
Pemodelan dengan
Geostudio
Sesuai data
Tidak monitoring lapangan
?
Ya
Selesai
45
46
(finite element) sebelum disatukan kembali melalui sistem persamaan tertentu guna
Estimasi hasil konsolidasi dan pergerakan lateral dari aplikasi vakum yang
ini akan dilakukan dengan metode element hingga yang diaplikasikan dengan
Prefabricated Vertical Drain yang dipasang pada lokasi titik-titik dengan jarak
tertentu untuk mengalirkan air secara tiga dimensi perlu disesuaikan agar dapat
dimodelkan dalam bentuk plain strain yang memiliki luasan daerah pengaruh yang
sama. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung spasi pemodelan plain strain
tanah sehingga tekanan atmosfer pada udara bebas akan berusaha mendesak masuk
dan menekan tanah. Sehingga stabilitas oleh tanah dasar akan meningkat dan
48
menggurangi penurunan saat masa layan. Metode ini biasanya diaplikasikan pada
menyalurkan tekanan pompa melalui vertical drain kedalam tanah sehingga tekanan
udara didalam tanah berkurang hingga hampir berada dalam kondisi vakum
sepenuhnya. Pada prakteknya tekanan vakum sempurna sebesar 100kPa tidak dapat
didalam tanah dan di dalam elemen vertical drain untuk memodelkan tekanan.
Sehingga vakum konsolidasi yang dimodelkan sebagai tekanan air pori negatif
(suction) tidak nyata adanya. Pengurangan muka air tanah ini akan menyebabkan
kondisi tanah menjadi unsaturated, yang seharusnya tanah tetap saturated. Sehingga
Pada software Geostudio, proses pemodelan dimulai dengan menentukan jenis dan
kerapatan meshing, satuan, batas geometri yang diperlukan dan besaran konstransta
yang diperlukan.
49
Gambar 3.3 Contoh Jendela Input Jenis dan Kerapatan Element Hingga,
dan Standar Satuan.
Untuk pemodelan jenis tanah akan digunakan modified cam clay (MCC) model
untuk tanah lunak yang menjadi kajian perbaikan tanah dan tanah timbunan yang
bersifat sangat lunak serta model mohr columb untuk tanah timbunan yang cukup
keras.
Gambar 3.4 Contoh Jendela Input untuk Parameter Modified Cam Clay
Gambar 3.5 Contoh Jendela Input untuk Parameter Mohr Columb Model
51
Gambar 3.7 Contoh Jendela Input untuk Volumetric Water Content Curve
Permeabilitas dan VWCC pada tanah diasumsikan konstan terhadap suction yang
tercipta sebab kondisi yang ingin dimodelkan adalah vacuum preloading dimana
52
kondisi tanah ada fully saturated. Kondisi ini berarti tidak terdapat udara yang
dan juga tidak terjadi perubahan VWC akibat tergantikan oleh udara, VWC hanya
mengambar poligon cluster tanah menggunakan tool draw region seperti yang
Input kondisi batas dibutuhkan agar perhitungan metode element hingga dapat
diselesaikan, adapun kondisi batas yang dapat ditentukan berupa kondisi batas
deformasi dan kondisi batas hidrolis. Untuk analisis yang akan dilakukan,
53
ditentukan kondisi batas pada sisi-sisi model agar tidak diizinkan deformasi arah
horisontal serta tidak diizinkan deformasi arah vertikal dan horisontal untuk bagian
bawah model. Sedangkan kondisi batas hidrolis ditentukan pada permukaan model
geometri agar tidak diizinkan adanya genangan air yang kemudian akan
kondisi total head di sepanjang boundary bernilai setara tekanan hidrostatik. Nilai
total head yang diinputkan adalah elevasi dari muka air tanah. Sedangkan
boundary bernilai 8m dibawah elevasi muka air tanah (setara kurang lebih 80kPa).
Boundary tersebut kemudian dimodelkan pada spasi equivalent seperti yang telah
dihitung sebelumnya.
Setelah model tanah dan model geometri selesai dibangun, dilakukan meshing atau
pemecahan masalah dan geometri global menjadi permasalahan dan geometri yang
lebih kecil dalam element hingga berbentuk segitiga atau segiempat sebelum
Setelah semua input telah dilakukan, dilakukan prosedur perhitungan tekanan insitu
dalam arah vertikal maupun horisontal tanah. prosedur yang digunakan adalah
dengan input nilai poisson ratio () prosedur ini dikenal juga dengan istilah gravity
loading, cocok digunakan untuk analisa jika tanah dalam kondisi tidak rata.
tiga buah persamaan ini, makan akan diperoleh besaran perpindahan (displacement)
PVD diganti dengan kondisi vakum. Waktu perhitungan phase vakum disesuaikan
sebelumnya berupa tekanan air negatif digantikan kembali dengan PVD normal.
57
Analisa stabilitas lereng pada Geostudio dilakukan dengan sub program Slope/W
yang berdasarkan metode Limit Equilibrium. Pada program ini dapat dilakukan
sebelumnya dari sub program Sigma (metode element hingga). Sehingga tegangan
yang dihasilkan dalam analisis element hingga dapat disesuaikan dengan durasi
Hasil analisis dapat disajikan dalam bentuk deformasi mesh, pergerakan lateral,
maupun potongan tanah secara vertikal. Hasil tersebut kemudian akan dicocokan
58
dengan hasil monitoring di lapangan dan dapat digunakan untuk memprediksi jarak
pengaruh dimana pergerakan tanah disekitar lokasi vakum tidak signifikan lagi.
Gambar 3.18 Contoh Output Pergerakan Lateral Tanah 2.5m Diluar Batas
Perbaikan Tanah
BAB 4
PIK2 terdiri dari 10 tower dengan jumlah lantai untuk masing-masing tower
sebangan 32 lantai yang akan dibangun secara bertahap. Pada studi kali ini, tinjauan
apatermen Tokyo Riverside, lokasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
lateral tiang dan mengguragi peristiwa negative skin friction, dilakukan perbaikan
59
60
diatasnya.
yang dijabarkan diatas, namun juga membawa serta dampak negatif. Diantaranya
adalah deformasi arah lateral pada daerah sekitar daerah perbaikan tanah yang
condong bergerak kearah dalam daerah perbaikan tanah (inward). Kajian mengenai
pergerakan lateral tanah disekitar daerah vavuum preloading masih sangat terbatas,
sehingga penentuan jarak aman antara batas lahan dengan bangunan maupun
studi ini disusun untuk membantu estimasi pergerakan lateral tanah disekitar daerah
Studi pergerakan lateral akan dilakukan pada lokasi seperti yang ditunjukan
lingkaran merah pada gambar dibawah ini. Pada lokasi ini terdapat 4 buah
Menurut peta Geologi Jakarta dan Kepulauan Seribu, kondisi geologi pada lokasi
proyek termasuk dalam endapan aluvium kuarter (Qa) yang didominasi oleh
material lempung, lanau, dan pasir, serta endapan pematang pantai (Qbr) berupa
material pasir halus hingga kasar dengan gradasi baik (well graded) dan cangkang
(shell). Material endapan alluvium dan endapan pematang pantai ini secara umum
memiliki konsistensi sangat lunak untuk material butir halus dan densitas lepas
Berdasarkan data yang diterima, lokasi spesifik tinjauan studi ini, terletak pada zona
perbaikan tanah “Tokyo River Apartment Zone 2”. Gambar dibawah ini merupakan
Berdasarkan data shop drawing yang ada, diketahui bahwa pada lokasi
tinjauan, panjang PVD adalah 14.5m dan kedalaman installasi dinding kedap
(slurry wall) adalah 6m. material yang digunakan untuk konstruksi dinding kedap
menurut informasi yang diterima merupakan material lumpur hasil galian dari
sekitar lokasi proyek yang kemudian diencerkan dengan air dan dicampur dengan
alat deep mixing sehingga tercipta dinding lumpur menerus yang memotong lapisan
dipasang di sekitar lokasi perbaikan tanah. Data dari Settlement plate no 5 (S5),
vacuum gauge no 5 (V5) dan Inklinometer (I2, I3, dan I4) yang terletak paling dekat
terdapat platform dengan ketebalan hanya sekitar 0.8m selebar 6m diikuti oleh
elevasi jalan yang hampir sama dengan timbunan dengan lebar sekitar 8m.
Informasi mengenai elevasi tanah dasar, elevasi atas platform kerja, posisi
inklinometer, posisi sealing wall dapat diperoleh dari gambar cross section dibawah
ini. Berdasarkan informasi yang diterima, tanah urugan platform setinggi 1.8m
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00 Inclino 2
8.00 Inclino 3
9.00 Inclino 4
10.00 Inclino zone2
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Inclino 2
10.00
Inclino 3
11.00 Inclino 4
12.00 200 days
13.00 Inclino 10
14.00 Inclino 11
Inclino 12
15.00
Inclino 5
16.00
Inclino 6
17.00
Inclino 7
18.00
Inclino 8
19.00 Inclino 9
20.00 Inclino 13
21.00
22.00
23.00
24.00
25.00
26.00
27.00
28.00
29.00
30.00
31.00
32.00
100
90
80
70
60 V5
50
40
30
20
10
0
8/16 8/23 8/30 9/6 9/13 9/20 9/27 10/4 10/11 10/18 10/25 11/1 11/8 11/15 11/22 11/29 12/6 12/13 12/20 12/27 1/3 1/10 1/17
8/16 8/23 8/30 9/6 9/13 9/20 9/27 10/4 10/11 10/18 10/25 11/1 11/8 11/15 11/22 11/29 12/6 12/13 12/20 12/27 1/3 1/10 1/17
0
200
S5
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
pada daerah yang ditinjau adalah 82-85kPa atau setara kurang lebih tekanan dari
8m kolom air. Data monitoring juga menunjukan bahwa proses vacuum terhenti
menyebabkan kehilangan tekanan vacuum, hal ini tidak akan dimodelkan dalam
-0.6
-0.7 SP5 monitoring
-0.8
-0.9
-1
-1.1
-1.2
-1.3
-1.4
-1.5
Uji Lapangan dilakukan meliputi 14 titik bor teknik dengan 6 titik bor dengan
kedalaman 80m yang disertai uji laboratorium yang mencangkup uji indeks
properties tanah, uji konsolidasi, dan uji triaxial UU. Selain data bor, dilakukan pula
beberapa titik CPTu serta CPTe. Lokasi titik penyelidikan tanah dapat dilihat pada
Stratifikasi tanah ditentukan berdasarkan data investigasi tanah dengan jarak paling
dekat ke lokasi tinjauan, diantaranya CPTe 3-4, CPTe 3-5, CPTu 03, BH-09 dan
BH-10.
68
0. Backfill
1. V.Soft to Soft Silty Clay Top
2. Silty Sand
BH-09 BH-10
GWL [m] :
-1.30 -1.25
0 - 2 1 1
2 - 4 6 1
4 - 6 7 1
6 - 8 1 1
8 - 10 1 1
10 - 12 1 1
12 - 14 1 1
14 - 16 8 5
16 - 18 9 16
18 - 20 11 9
20 - 22 12 11
22 - 24 13 7
24 - 26 17 8
26 - 28 39 9
28 - 30 50 50
30 - 32 19 50
32 - 34 20 29
34 - 36 17 32
36 - 38 18 47
38 - 40 27 26
40 - 42 31 23
42 - 44 26 24
44 - 46 24 20
46 - 48 25 21
48 - 50 27 23
50 - 52 25 22
52 - 54 28 24
54 - 56 29 25
56 - 58 27 26
58 - 60 29 28
clay
sand
dan dilengkapi dengan kolerasi empiris. Dikarenakan variasi stratifikasi tanah yang
berbeda antar titik investigasi, maka parameter tanah akan ditentukan berdasarkan
konsistensi tanah dari nilai NSPT dan bukan hanya berdasar pada kedalaman
pengambilan sample. Resume hasil uji laboratorium lengkap dapat dilihat pada
tabel 4.2.
BH-03 Gravelly silty clay Grey MH 12.55 1 2.17 0.84 26.44 0.36
BH-02 Silty clayGrey MH 8.75 2 2.38 1.02 30.03 0.16 0.441 0.451 0.068
BH-07 Silty sand with some shell Black N/A 2.55 1 1.05 0.20 9.90 0.07 0.09
BH-04 Silty clayGrey MH 16.55 1 1.81 0.98 34.88 0.45 0.16 0.426 0.402 0.068
BH-05 Silty clayBrown MH 22.55 8 1.13 0.30 14.04 0.12 0.10 0.130 0.102 0.044
BH-06 Silty clayLight grey MH 28.55 13 1.08 0.28 13.22 0.13 0.10 0.120 0.122 0.043
BH-08 Silty clayGrey MH 4.55 1 3.38 1.03 23.52 0.16 0.448 0.497 0.068
BH-08 Silty clayLight grey MH 22.55 15 1.66 0.59 22.11 0.08 0.14 0.256 0.214 0.059
BH-09 Silty clayLight grey MH 22.55 12 1.70 0.78 29.00 0.12 0.21 0.340 0.406 0.090
BH-10 Silty clayGrey MH 8.55 1 3.76 2.02 42.50 0.77 0.78 0.880 1.196 0.339
BH-10 Silty clayGrey MH 24.55 8 2.44 1.50 43.55 0.09 0.26 0.651 0.677 0.113
BH-11 Silty clayGrey MH 10.55 4 2.86 1.22 31.68 0.38 0.20 0.532 0.677 0.086
BH-12 Silty clayGrey MH 12.55 5 1.43 0.52 21.36 0.09 0.16 0.226 0.174 0.068
BH-07 Gravelly sandy siltLight brown MH 18.55 13 1.50 0.38 15.36 0.12 0.17
BH-13 Silty clayLight grey MH 16.55 12 1.48 0.52 20.93 0.19 0.17 0.226 0.187 0.075
BH-04 Silty clayLight grey MH 44.75 17 1.03 0.28 0.05 0.12
BH-03 Silty clayLight grey MH 42.55 19 1.07 0.39 0.08 0.17
BH-14 Silty clayGrey MH 22.55 20 2.09 0.89 0.06 0.39
BH-03 Silty clayLight grey MH 58.55 21 1.45 0.35 0.08 0.15
BH-02 Sandy siltLight grey MH 38.55 22 1.28 0.41 0.06 0.18
BH-05 Silty clayGrey MH 62.55 22 0.71 0.46 0.07 0.20
BH-04 Silty clayGrey CH 58.75 23 0.94 0.33 0.07 0.14
BH-05 Silty clayLight grey CH 52.55 23 1.10 0.28 0.06 0.12
BH-13 Silty clayLight grey MH 44.55 23 1.26 0.32 0.10 0.14
BH-06 Silty clayLight grey CH 48.55 26 1.01 0.42 0.08 0.18
BH-02 Silty clayLight grey CH 54.55 27 1.11 0.34 0.06 0.15
BH-14 Silty clayLight grey CH 42.55 29 1.18 0.25 0.07 0.11
BH-06 Silty clay Grey MH 73.55 35 1.32 0.64 0.09 0.28
Setelah memilih lapisan dengan deskripsi jenis tanah (silty clay) dengan konsistensi
yang sesuai (NSPT<15) untuk pembahasan pada studi ini, hasil uji laboratorium yang
BH-02 Silty clayGrey 8.75 2 2.38 1.02 0.16 0.441 0.451 0.068 0.35
BH-04 Silty clayGrey 16.55 1 1.81 0.98 0.45 0.16 0.426 0.402 0.068 1.00 0.66 1.51
BH-05 Silty clayBrown 22.55 8 1.13 0.30 0.12 0.10 0.130 0.102 0.044 1.20 0.90 1.33
BH-06 Silty clayLight grey 28.55 13 1.08 0.28 0.13 0.10 0.120 0.122 0.043 1.10 1.14 0.96
BH-08 Silty clayGrey 4.55 1 3.38 1.03 0.16 0.448 0.497 0.068 - 0.18
BH-08 Silty clayLight grey 22.55 15 1.66 0.59 0.08 0.14 0.256 0.214 0.059 2.30 0.90 2.55
BH-09 Silty clayLight grey 22.55 12 1.70 0.78 0.12 0.21 0.340 0.406 0.090 2.02 0.90 2.24
BH-10 Silty clayGrey 8.55 1 3.76 2.02 0.77 0.78 0.880 1.196 0.339 1.40 0.34 4.09
BH-10 Silty clayGrey 24.55 8 2.44 1.50 0.09 0.26 0.651 0.677 0.113 4.10 0.98 4.18
BH-11 Silty clayGrey 10.55 4 2.86 1.22 0.38 0.20 0.532 0.677 0.086 1.60 0.42 3.79
BH-12 Silty clayGrey 12.55 5 1.43 0.52 0.09 0.16 0.226 0.174 0.068 1.70 0.50 3.39
BH-13 Silty clayLight grey 16.55 12 1.48 0.52 0.19 0.17 0.226 0.187 0.075 1.70 0.66 2.57
NSPT (t/m3)
0 5 10 15 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80
- -
2 2
4 4
6 6
8 8
10 10
12 12
14 14
16 16
18 18
20 20
22 22
24 24
26 26
28 28
30 30
Berasarkan hasil uji laboratorium, untuk tanah jenis very soft to soft silty clay
(NSPT<2) digunakan nilai 14kN/m3 sedangkan untuk medium stiff silty clay (Nspt
5-11) 16.5kN/m3.
73
NSPT K e0
0 5 10 15 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 0.03 0.05 0.07 0.09 0.11 0.13 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
- - - -
2 2 2 2
4 4 4 4
6 6 6 6
8 8 8 8
10 10 10 10
12 12 12 12
14 14 14 14
16 16 16 16
18 18 18 18
20 20 20 20
22 22 22 22
24 24 24 24
26 26 26 26
28 28 28 28
30 30 30 30
Parameter deformasi modified cam clay (MCC) berupa lamda () dan Kappa ()
diperoleh dari uji konsolidasi yang diplot dalam grafik volume spesifik ( = +e)
terhadap tekanan (p’) dalam skala longaritma natural atau dapat pula dikonversi
Pada resume hasil lab yang ada, tidak dijumpai nilai swelling coefficient (cs),
sehingga dilakukan ploting ulang hasil uji konsolidasi dalam grafik volume spesifik
( = +e) terhadap tekanan (ln (p’)) dan dicari nilai parameter modified Cam-Clay
sesuai dengan kemiringan garis loading dan unloading hal ini juga dilakukan untuk
Salah satu contoh grafik analisa parameter deformasi tanah dapat dilihat pada
74
gambar berikut ini serta hasil ploting selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Resume hasil uji dapat dilihat pada tabel dan grafik yang sudah disampaikan
3.25
BH-02
4.25
3.75
c= 3.8000 c= 2.4500
loading
m= -0.2000 m= -0.0300
unloading
3.25 p e0=p.m+c p e0=p.m+c
VOLUME CHANGE
Pada analisa ini akan digunakan nilai Lamda untuk very soft to soft silty clay
lapisan atas sebesar 0.45, very soft to soft silty clay lapisan tengah sebesar 0.30 dan
untuk medium stiff silty clay 0.15. sedangkan nilai e0 untuk tanah very soft silty clay
untuk analisis digunakan nilai 3.0 untuk very soft to soft silty clay atas dan 2.5 untuk
cc/(1+e0)) dari lapisan tanah yang digunakan untuk analisis adalah sebesar 0.197
dan 0.259.
75
dibandingkan dalam rentan nilai tipikal parameter kompresibiltas untuk tanah lunak
tanah di sekitar lokasi proyek yang disusun berdasarkan data base hasil uji lab yang
Tekanan pra konsolidasi (pc’) atau tekanan vertikal efektif maksimum yang pernah
berdasarkan hasil uji konsolidasi, namun pada tanah very soft clay dan soft clay,
beban pertama yang diberikan pada uji sering kali telah melampaui besarnya batas
tekanan pra konsolidasi (pc’). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut
dalam kondisi normaly consolidated (NC) atau nilai OCR=0. Hal ini juga diperkuat
dengan hasil uji sondir yang menunjukan lapisan tersebut NC sebelum dilakukan
Karena keterbatasan data pimer untuk parameter sudut geser dalam yang diperoleh
dari uji laboratorium, parameter sudut geser dalam untuk tanah butir halus akan
ditentukan berdasarkan nilai IP melalui kolerasi empiris (nilai rata-rata untuk peak
effective stress). Kolerasi yang digunakan ditunjukan pada gambar berikut ini.
77
Gambar 4.22 Kolerasi Empiris Sudut Geser Dalam dengan PI (Gibson, 1953)
Hasil kolerasi dengan nilai tengah dapat dilihat pada grafik dibawah ini, nilai
tersebut dapat bervariasi sebesar kurang lebih 2 derajat. Nilai = 28 derajat akan
digunakan untuk tanah very soft to soft silty clay, sedangkan untuk medium stiff silty
NSPT '
0 5 10 15 20 22 24 26 28 30 32 34
- -
2 2
4 4
6 6
8 8
10 10
12 12
14 14
16 16
18 18
20 20
22 22
24 24
26 26
28 28
30 30
4.6.2.5 Permeabilitas
Parameter permeabilitas ditentukan berdasarkan hasil curve fitting (trial and error)
sehingga diperoleh nilai yang sesuai dengan bacaan monitoring namun juga nilai
tersebut terdapat dalam rentang batas nilai tipikal sesuai tabel-tabel dibawah ini.
content (wn) dari tanah dan diasumsikan tidak berubah akibat suction. Modifikasi
ini dilakukan sebab perilaku tanah saat vacuum preloading adalah tetap jenuh dan
sebelumnya ditempati oleh air (tidak ada air entry point). Water content diperoleh
dari hasil uji labolatorium adalah (36-120%) dengan rata-rata 77% untuk tanah silty
empiris dan justifikasi engineering maka hasil dari analisis parameter yang akan
digunakan dalam model element hingga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Model geometri dan meshing yang dibentuk untuk analisis element hingga dapat
4.7.1.1 Penurunan
menunjukan nilai yang sesuai dengan hasil monitoring. Hasil perhitungan dan hasil
monitoring dapat dijumpati pada grafik antara waktu terhadap settlement dibawah
ini.
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
-1
-1.1
-1.2
-1.3
-1.4
-1.5
Hasil analisis pergerakan lateral yang terjadi pada jarak 2.5m dari batas
improvement dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Hasil perbandingan antara
analisis dengan data empat buah inklinometer yang dipasang disekitar daerah
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00 Inclino 2
Inclino 3
8.00
Inclino 4
9.00
Analysis (140 days)
10.00
Inclino zone2
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
4.7.2.1 Deformasi
(>5cm) disekitar daerah perbaikan tanah dapat mencapai 15m. Hasil analisa berupa
total deformasi yang terjadi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.27 Hasil Analisis Settlement pada Hari 140 Perbaikan Tanah
(saat Perbaikan Tanah Selesai)
Surface Settlement
Distance from boundary [m]
-50 -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5 Distance from boundary [m]
Settlement [m]
-0.8
-0.02
-0.9
-0.03
-1
-1.1 -0.04
-1.2 -0.05
-1.3 -0.06
-1.4
lateral lebih dari 5cm terjadi hingga jarak 20m dari batas perbaikan tanah.
Gambar 4.29 Hasil Analisis Deformasi Lateral pada Hari 140 Perbaikan
Tanah (saat Perbaikan Tanah Selesai)
-0.1
Lateral Dispacement [m]
-0.2
-0.3
Distance from boundary [m] (Zoom)
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
0
-0.4
Dispacement [m]
-0.01
Improvement Area
Lateral
-0.5 -0.02
-0.03
-0.6 -0.04
-0.05
-0.7
Gambar 4.30 Deformasi Lateral pada Muka Tanah Asli pada Saat Perbaikan
Tanah Selesai
Berdasarkan analisa yang dilakukan, yield pada tanah terjadi hingga jarak 25m dari
Gambar 4.31 Lokasi Titik Leleh pada Saat Perbaikan Tanah Selesai
Berdasarkan Analisa yang dilakukan, pengaruh tekanan air pori ekses akibat
vacuum preloading, tidak terjadi lagi pada jarak 5meter dari batas perbaikan atau
Gambar 4.32 Hasil Analisis Tekanan Air Pori Ekses Hari 140 Perbaikan
Tanah (saat Perbaikan Tanah Selesai)
86
Gambar 4.33 Pengaruh Tekanan Air Pori Ekses di Luar Daerah Perbaikan
Tanah pada kedalaman 1m
Berdasarkan analisa yang dilakukan pada garis diantara 2 buah PVD, peningkatan
tekanan tanah efektif dalam tanah rata-rata sebesar 70-80kPa. Sehingga, diestimasi
diperoleh faktor keamanan pada beberapa fase konstruksi. Hasil analisa stabilitas
6.92 dari kondisi awal 5.66 sebelum perbaikan tanah dilakukan. Faktor keamanan
selama perbaikan tanah dilakukan juga menunjukan nilai yang lebih tinggi dari
kondisi akhir.
Berdasarkan lintasan tegangan yang diperoleh pada titik-titik seperti pada gambar
dibawah ini, dapat diprediksi perilaku tanah saat dibebani dengan vacuum
preloading. Lintasan tegangan pada titik-titik yang berada dalam daerah perbaikan
yang sama, sedangkan titik yang berada diluar daerah perbaikan tanah, lintasan
A
B E
F
C
Stress Path (Vacuum Preloading) E. soft clay mid (2m outside) - platform
140
F. soft clay top (4m outside) - platform
A. Backfill - platform
40 A. Backfill - improvement
90
B. soft clay top - platform
80
50
A. Backfill - improvement
40
20
C. soft clay mid - improvement
10
30
platform
15
E. soft clay mid (2m outside) -
improvement
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35
p' [kPa]
5.1 Simpulan
lunak.
91
92
5.2 Saran
konstruksi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ameratunga, J., Sivakugan, N., Braja M. D., “Correlations of Soil and Rock
Properties in Geotechnical Engineering”., Springer New Delhi Heidelberg
New York Dordrecht London, ISBN 978-81-322-2629-1.
Atkinson, J.H., dan Bransby P.L. (1978). The Mechanics of Soil: An Introduction
to Critical State Soil Mechanics. McGraw-Hill Book Company (UK)
Limited, Maidenhead, Berkshire, England, ISBN 07 084135 7.
Chai, JC, Carter JP and Hayashi S (2005) Ground Deformation Induced by Vacuum
Consolidation. Journal of Geotechnical and Geoenviromental Engineering
131(12):1552-1561
Dam, L.T.K., Sandabata, I., dan Kimura, M. (2006), Vacuum Consolidaion Method
– Worldwide Practice and the Latest Improvement in Japan. Annual report
of Hazama, Japan.
Fredlund, D. G., Xing, A, (1994), Equations for the soil-water characteristic curve.
Canadian Geotechnical Journal, 31(3):521-532.
Han, J (1964), Principles and Practice of Ground Improvement / Jie Han. John
Wiley & Sons, Inc., Hokoben, New Jersey, USA. ISBN 978-1-118-25991-7.
Lunne, T., Robertson, P.K., Powel, J.J.M. (1997). “Cone Penetrometer Testing in
Geotechnical Practice”. Blackie Academic & Professional, London
95