Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

BAB IV
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK

4.1 Tujuan Pengujian


1. Mengetahui tegangan yield, tegangan ultimate, tegangan putus suatu bahan.
2. Mengetahui regangan yield, regangan ultimate, regangan putus suatu bahan.
3. Mengetahui modulus elastisitas dan kontraksi dari suatu bahan.
4. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap parameter diatas.
5. Mengetahui cara pengujian tarik.

4.2 Definisi Kekuatan Tarik


Kekuatan Tarik adalah tegangan maksimal yang dapat diterima oleh struktur dari
sebuah spesimen. Jika tegangan ini diberikan ke sebuah spesimen dan dipertahankan,
maka akan terjadi keretakkan (fracture) (Callister, 2014, p.181). Pengujian tarik
bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, dan Modulus elastis bahan dengan
menarik spesimen sampai putus (Firmansyah, 2018, p.129).

4.3 Pelaksanaan Pengujian


4.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
a. Spesifikasi alat yang digunakan
1. Mesin Uji Tarik
Alat ini di gunakan untuk memberikan beban tarik kepada spesimen.
Spesifikasi mesin uji tarik :
Merk : MFL Piuf – Und Me Bysteme GmbH D6800 Mannheim
Kapasitas : 100kN
Tipe : U PD 10
Tahun : 1982

Mesin ini memiliki tiga skala pengukuran beban, yaitu:


A : 0–20 kN
A+B : 0–50 kN
A+B+C : 0–100 kN

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 36
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Gambar 4.1 Mesin Uji Tarik

Keterangan Gambar:
1. Skala ukur pembebanan
2. Jarum pembebanan
3. Crane pengunci fluida
4. Crane pengatur kecepatan tarik
5. Chuck lever
6. Chuck
7. Pengukur pertambahan panjang
2. Dapur listrik
Dapur ini digunakan untuk proses pemanasan (heating), penahanan
(holding), dan pendinginan (cooling) dalam dapur. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.3.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 37
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

3. Tang penjepit
Digunakan untuk mengambil benda uji dari dapur listrik pada proses
perlakuan panas. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.
4. Bak pendingin
Digunakan sebagai tempat media pendingin spesimen pada perlakuan
panas.
5. Drawing pen
Digunakan untuk menandai spesimen.

Gambar 4.2 Drawing Pen

6. Stopwatch
Digunakan untuk mengukur waktu holding. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.5.
7. Jangka sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi spesimen. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.7.
8. Kertas gosok
Digunakan untuk membersihkan spesimen dari terak dan kotoran. Seperti
ditunjukkan pada gambar. 2.6.
9. Penggaris
Digunakan untuk mengukur dimensi spesimen. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.8.
b. Komposisi Kimia Spesimen
Spesimen yang akan digunakan adalah baja Esser (ST 37) dengan kandungan
komposisi:
C = 0,6%
Mn = 0,8%
Si = 0,35%

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 38
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

c. Pergeseran Titik Eutectoid

Tabel 4.1
Pergeseran Titik Eutectoid
Unsur paduan % Bahan Suhu Eutectoid % Eutectoid
Mn 1 720,5⁰C 0,72
Si 0,35 725,6⁰C 0,75

∑~ ′
𝑐=𝑎(𝑇𝐶 𝑥 %𝐶)
TC = ∑~
𝑐=𝑎 %𝐶

(720,5 𝑥 0,72)+(725,6 𝑥 0,75)


= 0,72+0,75

= 723,102⁰C
∑~ ′
𝑐=𝑎(𝑇𝐶 𝑥 %𝐶)
%C = ∑~ ′
𝑐=𝑎 𝑇𝐶

(720,5 𝑥 0,72)+(725,6 𝑥 0,75)


= 720,5+725,6

= 0,735%

Gambar 4.3 Grafik Pergeseran Titik Eutectoid

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 39
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

d. Bentuk dan Dimensi Spesimen


• (Lampiran)

4.3.2 Prosedur Pengujian


1. Spesimen dipanaskan dan di-holding dengan suhu dan waktu tertentu
2. Spesimen dipindahkan dari dapur listrik ke bejana pendingin untuk proses
pendinginan pada media tertentu
3. Spesimen dibersihkan dari kotoran dan terak.
4. Dilakukan pengukuran dimensi spesimen, meliputi diameter awal dan panjang awal,
kemudian spesimen dibagi kedalam segmen-segmen dengan panjang masing-
masing 5 mm.
5. Spesimen dipasang dengan erat pada alat uji.
6. Alat uji diatur pada kecepatan angkat 1,8 liter/menit dengan pembebanan pada
posisi A+B, skala pertambahan panjang 0 mm, dan jarum beban pada posisi nol.
7. Mesin dinyalakan, dan dilakukan pengamatan dengan teliti terhadap beban,
pertambahan panjang, dan perubahan diameter sampai spesimen patah.
8. Setelah patah, dilakukan pengukuran dimensi akhir spesimen.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 40
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

4.4 Pengolahan Data


4.4.1 Data Kelompok
a. Spesimen dengan perlakuan 850 oC, 60’, oli

Tabel 4.2
Pertambahan Panjang, Beban, dan Diameter Saat Pengujian
No Pertambahan panjang (mm) Diameter (mm) Beban (kN)

1 0 6,04 0
2 1 6,03 12,5
3 1 5,98 14,9
4 1 5,96 17,4
5 1 5,90 18,3
6 1 5,85 18,9
7 1 5,76 19,1
8 1 5,64 19,1
9 1 5,00 18,1
10 1 4,00 15,8
11 0,1 3,17 11,7

Tabel 4.3
Diameter Tiap Segmen Sebelum dan Sesudah Patah
Segmen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebelum 6,35 6,05 6,14 6,14 6,04 6,06 6,11 6,10 6,10 6,14
Sesudah 5,95 5,79 5,73 3,17 4,20 5,71 5,67 5,65 5,70 5,31

Diameter awal (D0) = 6,14 mm


Diameter ultimate (Du) = 5,64 mm
Diameter patah (Df) = 3,17 mm
Diameter yield (Dy) = 6,03 mm
Beban yield (Py) = 12,5 KN
Beban ultimate (Pu) = 19,1 KN
Beban patah (Pf) = 11,7 KN
Panjang awal (l0) = 50 mm
Panjang ultimate (lu) = 57 mm
Panjang akhir (lf) = 59,1 mm

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 41
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Panjang yield (ly) = 51 mm

Contoh Perhitungan
1. Luas Penampang
a. Luas penampang awal (A0)
𝜋
A0 = x Do2 ....................................................................................................(4-1)
4
𝜋
A0 = 4 x (6,14)2

A0 = 29,61 mm2
b. Luas penampang ultimate (Au)
𝜋
Au = 4 x Du2 ....................................................................................................(4-2)
𝜋
Au = 4 x (5,64)2

Au = 24,98 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af)
𝜋
Af = x Df2 .....................................................................................................(4-3)
4
𝜋
Af = 4 x (3,17)2

Af = 7,89 mm2
2. Regangan
a. Regangan ultimate rekayasa (Ɛur)
𝑙𝑢−𝑙𝑜
Ɛur = x 100% ...........................................................................................(4-4)
𝑙𝑜
57−50
Ɛur = x 100%
50

Ɛur = 14%
b. Regangan ultimate sejati (Ɛus)
Ɛus = ln(Ɛur + 1) 100% .......................................................................................(4-5)
Ɛus = ln(0,14 + 1) x 100%
Ɛus = 13,1%
c. Regangan patah rekayasa (Ɛfr)
𝑙𝑓−𝑙𝑜
Ɛfr = x 100% ...........................................................................................(4-6)
𝑙𝑜
59,1−50
Ɛfr = x 100%
50

Ɛfr = 18,2%

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 42
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

d. Regangan patah sejati Ɛfs


𝐷𝑜
Ɛfs = (2 x Ln 𝐷𝑓 ) x 100% .................................................................................(4-7)
6,14
Ɛfs = (2 x Ln 3,17 ) x 100%

Ɛfs = 132,22%
e. Titik yield (y)
y = 0,2% x regangan rekayasa total ................................................................(4-8)
y = 0,2% x 18,2
y = 0,036%
f. Regangan yield (Ɛy)
𝑙𝑦−𝑙𝑜
Ɛy = x 100% ............................................................................................(4-9)
𝑙𝑜
51−50
Ɛy = x 100%
50

Ɛy = 2%
3. Tegangan
a. Tegangan ultimate rekayasa (σur)
𝑃𝑢
σur = 𝐴𝑜 ..........................................................................................................(4-10)
19100
σur = 29,61

σur = 645,05 N / mm2


b. Tegangan ultimate sejati (σus)
𝑃𝑢
σus = 𝐴𝑜 x (Ɛur + 1) ..........................................................................................(4-11)
19100
σus = x (0,14 +1)
29,61

σus = 735,36 N / mm2


c. Tegangan patah rekayasa (σfr)
𝑃𝑓
σfr = ..........................................................................................................(4-12)
𝐴𝑜
11700
σfr = 29,61

σfr = 395,14 N / mm2


d. Tegangan patah sejati (σfs)
𝑃𝑓
σfs = 𝐴𝑓 ..........................................................................................................(4-13)
11700
σfs = 7,89

σfs = 1482,89 N / mm2

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 43
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

e. Tegangan yield (σy)


𝑃𝑦
σy = 𝐴𝑦 ..........................................................................................................(4-14)
12500
σy = 28,56

σy = 437,67 N/mm2
4. Kontraksi (Q)
(𝐷𝑜 2 −𝐷𝑓 2 )
Q= ................................................................................................(4-15)
𝐷𝑜 2
(6,142 −3,172 )
Q= x 100%
6,14 2

Q = 73,34%
5. Modulus Elastisitas (E)
σ𝑝
E = Ꜫ ............................................................................................................(4-16)
𝑝

422,15
E= 0,02

E = 21107,5 N/mm2

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 44
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

b. Spesimen tanpa perlakuan

Tabel 4.4
Pertambahan Panjang, Beban, dan Diameter Saat Pengujian
No Pertambahan panjang (mm) Diameter (mm) Beban (kN)

1 0 6,41 0
2 1 6,36 12,7
3 1 6,35 13,8
4 1 6,31 14
5 1 6,23 14,4
6 1 6,14 15,3
7 1 6,08 15,7
8 1 6,04 16,9
9 1 5,98 16,9
10 1 5,65 16,7
11 0,1 4,12 11,4

Tabel 4.5
Diameter Tiap Segmen Sebelum dan Sesudah Patah
Segmen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebelum 6,57 6,41 6,45 6,54 6,52 6,47 6,53 6,48 6,5 6,49
Sesudah 6,37 5,92 5,8 5,76 5,4 4,12 5,41 5,63 5,9 6,02

Diameter awal (D0) = 6,47 mm


Diameter ultimate (Du) = 5,98 mm
Diameter patah (Df) = 4,12 mm
Diameter yield (Dy) = 6,36 mm
Beban yield (Py) = 12,7 kN
Beban ultimate (Pu) = 16,9 kN
Beban patah (Pf) = 11,4 kN
Panjang awal (l0) = 50 mm
Panjang ultimate (lu) = 58 mm
Panjang akhir (lf) = 59,1 mm
Panjang yield (ly) = 51 mm

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 45
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Contoh Perhitungan
1. Luas Penampang
a. Luas penampang awal (A0)
𝜋
A0 =4 x Do2 ...................................................................................................(4-17)
𝜋
A0 = 4 x (6,47)2

A0 = 32,88 mm2
b. Luas penampang ultimate (Au)
𝜋
Au = 4 x Du2 ..................................................................................................(4-18)
𝜋
Au = 4 x (5,98)2

Au = 28,09 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af)
𝜋
Af = x Df2 ...................................................................................................(4-19)
4
𝜋
Af = 4 x (4,12)2

Af = 13,33 mm2
2. Regangan
a. Regangan ultimate rekayasa (Ɛur)
𝑙𝑢−𝑙𝑜
Ɛur = x 100% .........................................................................................(4-20)
𝑙𝑜
58−50
Ɛur = x 100%
50

Ɛur = 16%
b. Regangan ultimate sejati (Ɛus)
Ɛus = ln(Ɛur + 1) x 100% ..................................................................................(4-21)
Ɛus = ln(0,16 + 1) x 100%
Ɛus = 14,84%
c. Regangan patah rekayasa (Ɛfr)
𝑙𝑓−𝑙𝑜
Ɛfr = x 100% ..........................................................................................(4-22)
𝑙𝑜
59,1−50
Ɛfr = x 100%
50

Ɛfr = 18,2%
d. Regangan patah sejati (Ɛfs)
𝐷𝑜
Ɛfs = (2 x Ln 𝐷𝑓 ) x 100% ...............................................................................(4-23)
6,47
Ɛfs = (2 x Ln 4,12 ) x 100%

Ɛfs = 90,26%

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 46
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

e. Titik yield (y)


y = 0,2% x regangan rekayasa total ...............................................................(4-24)
y = 0,2% x 18,2
y = 0,035%
f. Regangan yield (Ɛy)
𝑙𝑦−𝑙𝑜
Ɛy = x 100% ..........................................................................................(4-25)
𝑙𝑜
51−50
Ɛy = x 100%
50

Ɛy = 2%
3. Tegangan
a. Tegangan ultimate rekayasa (σur)
𝑃𝑢
σur = 𝐴𝑜 .........................................................................................................(4-26)
16900
σur = 32,88

σur = 513,99 N / mm2


b. Tegangan ultimate sejati (σus)
𝑃𝑢
σus = 𝐴𝑜 x (Ɛur + 1) ..........................................................................................(4-27)
16900
σus = x (0,16 + 1)
32,88

σus = 596,23 N / mm2


c. Tegangan patah rekayasa (σfr)
𝑃𝑓
σfr = ..........................................................................................................(4-28)
𝐴𝑜
11400
σfr =
32,88

σfr = 346,71 N / mm2


d. Tegangan patah sejati (σfs)
𝑃𝑓
σfs = 𝐴𝑓 ..........................................................................................................(4-29)
11400
σfs = 13,33

σfs = 855,21 N / mm2


e. Tegangan yield (σy)
𝑃𝑦
σy = 𝐴𝑦 ...........................................................................................................(4-30)
12700
σy = 31,77

σy = 399,75 N / mm2

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 47
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

4. Kontraksi (Q)
(𝐷𝑜 2 −𝐷𝑓 2 )
Q= ................................................................................................(4-31)
𝐷𝑜 2
(6,472 −4,122 )
Q= x 100%
6,472

Q = 59,45%
5. Modulus Elastisitas (E)
σ𝑝
E = Ꜫ ............................................................................................................(4-32)
𝑝

386,25
E= 0,02

E = 19312,5 N/mm2

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 48
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Tabel 4.6
Hasil Pengolahan Data Spesimen Tanpa Perlakuan
Panjang Beban Diameter Luas Teg Rekayasa Teg. Sejati Reg. Rekayasa Reg. Sejati Kontraksi
No.
(mm) (kN) (mm) (mm2) (N/mm2) (N/mm2) (%) (%) (%)

1. 50 0 6,47 32,88 0 0 0 0 0

2. 51 12,7 6,36 31,77 386,25 393,98 2 1,98 3,37

3. 52 13,8 6,35 31,67 419,71 436,5 4 3,92 3,67

4. 53 14 6,31 31,27 425,79 451,34 6 5,83 4,88

5. 54 14,4 6,23 30,48 437,96 472,99 8 7,7 7,28

6. 55 15,3 6,14 29,6 465,33 511,86 10 9,53 9,94

7. 56 15,7 6,08 29,03 477,49 534,79 12 11,33 11,69

8. 57 16,9 6,04 28,65 513,99 585,95 14 13,1 12,85

9. 58 16,9 5,98 28,08 513,99 596,23 16 14,84 14,57

10. 59 16,7 5,65 25,07 507,91 599,33 18 16,55 23,74

11. 59,10 11,4 4,12 13,33 346,71 855,21 18,2 90,26 59,45

Tabel 4.7
Hasil Pengolahan Data Spesimen dengan Perlakuan 850 oC, 60’, Oli
Panjang Beban Diameter Luas Teg Rekayasa Teg. Sejati Reg. Rekayasa Reg. Sejati Kontraksi
No.
(mm) (kN) (mm) (mm2) (N/mm2) (N/mm2) (%) (%) (%)

1. 50 0 6,14 29,61 0 0 0 0 0

2. 51 12,5 6,03 28,56 422,15 430,6 2 1,98 3,55

3. 52 14,9 5,98 28,09 503,21 523,34 4 3,92 5,14

4. 53 17,4 5,96 27,9 587,64 622,9 6 5,83 5,78

5. 54 18,3 5,90 27,34 618,03 667,48 8 7,7 7,66

6. 55 18,9 5,85 26,88 638,3 702,13 10 9,53 9,22

7. 56 19,1 5,76 26,06 645,05 722,46 12 11,33 12

8. 57 19,1 5,64 24,98 645,05 735,36 14 13,1 15,62

9. 58 18,1 5 19,63 611,28 709,1 16 14,84 33,69

10. 59 15,8 4 12,57 533,6 629,65 18 16,55 57,56

11. 59,10 11,7 3,17 7,89 395,14 1482,89 18,2 132,22 73,34

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 49
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

4.5 Pembahasan
a. Grafik hubungan tegangan (sejati + rekayasa) – regangan rekayasa tanpa perlakuan
panas

Grafik 4.1 Grafik Hubungan Tegangan (Sejati + Rekayasa) – Regangan Rekayasa


Tanpa Perlakuan Panas

Pada grafik diatas menjelaskan tentang grafik hubungan tegangan (rekayasa-


sejati) dengan regangan (rekayasa) spesimen tanpa perlakuan panas. Pada grafik
terdapat dua garis, untuk garis warna oranye menunjukkan tegangan sejati dan garis
biru menunjukkan tegangan rekayasa. Sumbu X pada grafik menunjukkan
persentase regangan rekayasa. Sumbu Y pada grafik menunjukkan besar tegangan
dengan satuan ( N/mm2 ). Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan
panas dan media pendingin. Media pendingin sangat berpengaruh pada kecepatan
pendinginan, semakin cepat material mengalami pendinginan, maka kekuatan
tariknya akan semakin besar. Pada material tanpa perlakuan panas faktor-faktor
yang mempengaruhinya adalah jumlah inti, berbanding lurus dengan tingkat
kekerasannnya. Sedangkan ukuran butir berbanding terbalik dengan kekuatan
tariknya, semakin kecil ukuran butir maka kekuatan tariknya semakin baik.
Pada spesimen tanpa perlakuan panas berlaku hukum Hooke yang menyatakan
tegangan sebanding dengan regangan pada daerah elastis. Jika beban ditambahkan
secara perlahan maka pertambahan beban juga akan menambah regangan secara
linier.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 50
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Dari hasil pengujian dan teori menunjukkan bahwa grafik tegangan sejati
selalu berada di atas grafik tegangan rekayasa. Ini disebabkan pada tegangan sejati
menggunakan luasan aktual sebagai pembanding sedangkan pada tegangan
rekayasa yang digunakan adalah luasan awal. Begitu juga titik ultimate tegangan
sejati lebih tinggi daripada tegangan rekayasa. Hal ini sesuai dengan rumus
tegangan sejati yakni:
𝑃𝑖
σs= 𝐴𝑖

Dimana σs merupakan tegangan sejati, Pi menunjukkan keadaan beban pada


spesimen dalam kondisi saat itu, Ai menunjukkan keadaan luasan spesimen pada
kondisi saat itu. Dan percobaan di atas juga sesuai dengan rumus:
𝑃𝑖
σr= 𝐴𝑜,

Dimana σr menunjukkan tegangan rekayasa, Pi menunjukkan beban sesaat, dan


Ao menunjukkan keadaan spesimen pada kondisi awal.

b. Grafik hubungan tegangan (rekayasa + sejati) – regangan rekayasa spesimen


dengan perlakuan 850 oC, 60’, oli

Grafik 4.2 Grafik Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) – Regangan Rekayasa


Spesimen dengan Perlakuan 850 OC, 60’, Oli

Pada grafik di atas menjelaskan tentang hubungan tegangan (rekayasa-sejati)


dengan regangan (rekayasa) spesimen dengan perlakuan 850 oC, 60’, oli. Pada
grafik terdapat dua garis, untuk garis warna biru menunjukkan tegangan sejati dan

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 51
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

garis oranye menunjukkan tegangan rekayasa. Sumbu X pada grafik menunjukkan


persentase regangan rekayasa. Sumbu Y pada grafik menunjukkan besar tegangan
dengan satuan ( N/mm2 ). Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan
panas dan media pendingin. Media pendingin sangat berpengaruh pada kecepatan
pendinginan, semakin cepat material mengalami pendinginan maka kekuatan
tariknya akan semakin besar.
Pada pengujian tarik ini berlaku hukum Hooke yang menyatakan tegangan
sebanding dengan regangan pada daerah elastis, sesuai dengan rumus modulus
elastisitas:
σp
E= εp

Dimana σp merupakan tegangan yield dan εp merupakan regangan yield, dan


jika beban ditambah secara perlahan maka penambahan beban akan menambah
tegangan sampai batas elastisnya dimana beban tetap akan menambah regangan.
Sesuai teori pada diagram hubungan tegangan-regangan, grafik tegangan sejati
akan selalu lebih tinggi daripada grafik tegangan rekayasa karena tegangan sejati
beban yang terjadi akan dibandingkan dengan luasan aktualnya, sedangkan pada
tegangan rekayasa beban akan dibandingkan luasan awal, seiring menurunnya
luasan permukaan maka tegangan akan semakin meningkat pada tegangan sejati,
sedangkan pada tegangan rekayasa luas penampangnya tetap sehingga tidak terjadi
kenaikan tegangan secara signifikan jika dibandingkan dengan tegangan sejati.
Dari hasil pengujian dan teori menunjukkan bahwa grafik tegangan sejati
selalu berada di atas grafik tegangan rekayasa. Ini disebabkan pada tegangan sejati
menggunakan luasan aktual sebagai pembanding sedangkan pada tegangan
rekayasa yang digunakan adalah luasan awal. Begitu juga titik ultimate tegangan
sejati lebih tinggi daripada tegangan rekayasa.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 52
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

c. Grafik hubungan regangan (rekayasa-sejati) - kontraksi spesimen tanpa perlakuan


panas

Grafik 4.3 Grafik Hubungan Regangan (Rekayasa-Sejati) - Kontraksi Spesimen Tanpa


Perlakuan Panas

Pada grafik di atas menjelaskan tentang grafik hubungan regangan (rekayasa-


sejati) dengan kontraksi spesimen tanpa perlakuan panas. Pada grafik terdapat dua
garis, untuk garis warna oranye menunjukkan regangan sejati dan garis biru
menunjukkan regangan rekayasa. Sumbu X pada grafik menunjukkan persentase
kontraksi. Sumbu Y pada grafik menunjukkan persentase regangan. Kekuatan tarik
suatu material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan media pendingin. Media
pendingin sangat berpengaruh pada kecepatan pendinginan, semakin cepat material
mengalami pendinginan maka kekuatan tariknya akan semakin besar.
Pada teorinya penambahan regangan berbanding lurus dengan kontraksinya.
Hal ini menunjukkan regangan berbanding lurus dengan kontraksi. Regangan
menunjukkan deformasi aksial (perubahan dimensi sejajar sumbu spesimen)
sedangkan kontraksi menunjukkan deformasi lateral (perubahan dimensi tegak
lurus dengan sumbu) sehingga jika spesimen mengalami pertambahan panjang,
maka akan selalu diikuti dengan mengecilnya luas penampang.
Pada percobaan didapatkan grafik yang menunjukkan perubahan yang sesuai
pada teori yang ditunjukkan oleh regangan sejati dan regangan rekayasa, namun
pada regangan rekayasa tidak terjadi perubahan persentase regangan yang begitu
signifikan. Pada awal grafik menunjukkan regangan rekayasa berada diatas

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 53
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

regangan sejati dan kemudian keadaan ini berbalik. Hal ini dikarenakan pada
regangan rekayasa luas penampang yang digunakan sebagai pembagi adalah luas
penampang awal sedangkan pada regangan sejati luas penampang yang digunakan
adalah luas penampang aktual atau luas penampang yang berubah ketika spesimen
mengalami pertambahan panjang sehingga ketika benda mengalami pertambahan
panjang maka luas penampang sebagai pembagi akan mengecil dan menghasilkan
nilai regangan yang lebih besar.

d. Grafik hubungan regangan (rekayasa-sejati) - kontraksi pada spesimen dengan


perlakuan 850 oC, 60’, oli.

Grafik 4.4 Grafik Hubungan Regangan (Rekayasa-Sejati) - Kontraksi pada Spesimen


Dengan Perlakuan 850 OC, 60’, Oli

Pada grafik diatas menjelaskan tentang grafik hubungan regangan (rekayasa-


sejati) dengan kontraksi spesimen dengan perlakuan 850 oC, 60’, oli. Pada grafik
terdapat dua garis, untuk garis warna oranye menunjukkan regangan sejati dan garis
biru menunjukkan regangan rekayasa. Sumbu X pada grafik menunjukkan
persentase kontraksi. Sumbu Y pada grafik menunjukkan persentase regangan.
Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan media
pendingin. Media pendingin sangat berpengaruh pada kecepatan pendinginan,
semakin cepat material mengalami pendinginan maka kekuatan tariknya akan
semakin besar. Pada teorinya penambahan regangan berbanding lurus dengan
kontraksinya.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 54
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Regangan menunjukkan deformasi aksial (perubahan dimensi sejajar sumbu


spesimen) sedangkan kontraksi menunjukkan deformasi lateral (perubahan dimensi
tegak lurus dengan sumbu) sehingga jika spesimen mengalami pertambahan
panjang, maka akan selalu diikuti dengan mengecilnya luas penampang.
Dari grafik hasil pengujian menunjukkan regangan sejati lebih rendah daripada
regangan rekayasa. Hal ini berlangsung sampai menjelang patah. Dimana sesuai
teori bahwa pertambahan regangan akan selalu diikuti penambahan kontraksi. Dari
grafik percobaan di atas juga menunjukkan perubahan yang signifikan dari
regangan sejati, yang pada awal grafik, regangan sejati berada di bawah regangan
rekayasa, hal ini berbalik dikarenakan pada regangan rekayasa luas penampang
yang digunakan sebagai pembagi adalah luas penampang awal sedangkan pada
regangan sejati luas penampang yang digunakan adalah luas penampang aktual atau
luas penampang yang berubah ketika spesimen mengalami pertambahan panjang
sehingga ketika benda mengalami pertambahan panjang maka luas penampang
sebagai pembagi akan mengecil dan menghasilkan nilai regangan yang lebih besar.

e. Grafik hubungan tegangan (rekayasa-sejati) dengan kontraksi pada spesimen tanpa


perlakuan.

Grafik 4.5 Grafik Hubungan Tegangan (Rekayasa-Sejati) dengan Kontraksi Pada


Spesimen Tanpa Perlakuan

Pada grafik diatas menjelaskan tentang grafik hubungan tegangan (rekayasa-


sejati) dengan kontraksi spesimen tanpa perlakuan panas. Pada grafik terdapat dua

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 55
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

garis, untuk garis warna biru menunjukkan regangan rekayasa dan garis oranye
menunjukkan tegangan sejati. Sumbu X pada grafik menunjukkan persentase
kontraksi. Sumbu Y pada grafik menunjukkan besar tegangan dengan satuan
( N/mm2 ). Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan
media pendingin, media pendingin sangat berpengaruh pada kecepatan
pendinginan, semakin cepat material mengalami pendinginan maka semakin keras
material tersebut dan kekuatan tariknya akan semakin besar.
Secara teori tegangan dan kontraksi memiliki kecenderungan yang sama
dengan regangan dan kontraksi, dimana setiap pembebanan tegangan akan diikuti
pertambahan kontraksi namun pada tegangan dan kontraksi, tegangan sejati
memiliki kecenderungan naik lebih besar daripada tegangan rekayasa. Ini
disebabkan pada tegangan sejati menggunakan luasan aktual sebagai pembanding
sedangkan pada tegangan rekayasa yang digunakan adalah luasan awal.
Hal ini dapat kita lihat dari grafik hasil pengujian dimana titik awal kontraksi
3,37 % memiliki tegangan sejati sebesar 393,98 N/mm2 sedangkan tegangan
rekayasa sebesar 386,25 N/mm2. Pada tegangan sejati akan terus mengalami
penambahan tegangan hingga patah seangkan pada tegangan rekayasa tertingginya
513,99 N/mm2 dengan kontraksi sebesar 14,57% yang kemudian juga mengalami
penurunan setelah itu patah. Hal ini sesuai dengan rumus dari kontraksi yaitu
Q = (D02 – Df2) / D02 x 100 %.
Dimana D0 merupakan diameter awal pada spesimen dan Df merupakan
diameter spesimen pada saat patah.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 56
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

f. Grafik hubungan tegangan (rekayasa + sejati) – kontraksi pada spesimen dengan


perlakuan 850 oC, 60’, oli.

Grafik 4.6 Grafik Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) – Kontraksi pada Spesimen
dengan Perlakuan 850 OC, 60’, Oli

Pada grafik diatas menjelaskan tentang grafik hubungan tegangan (rekayasa-


sejati) dengan kontraksi spesimen dengan perlakuan 850 oC, 60’, oli. Pada grafik
terdapat dua garis, untuk garis warna oranye menunjukkan tegangan sejati dan garis
biru menunjukkan tegangan rekayasa. Sumbu X pada grafik menunjukkan
persentase kontraksi. Sumbu Y pada grafik menunjukkan besar tegangan dengan
satuan ( N/mm2 ). Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan panas
dan media pendingin, media pendingin sangat berpengaruh pada kecepatan
pendinginan, semakin cepat material mengalami pendinginan maka kekuatan
tariknya akan semakin besar.
Secara teori tegangan dan kontraksi memiliki kecenderungan yang sama
dengan regangan dan kontraksi, dimana setiap pembebanan tegangan akan diikuti
pertambahan kontraksi namun pada tegangan dan kontraksi, tegangan sejati
memiliki kecenderungan naik lebih besar daripada tegangan rekayasa.
Hal ini dapat kita lihat dari grafik hasil pengujian dimana pada tegangan sejati
grafik menunjukkan kecenderungan untuk terus naik sampai akhirnya patah. Hal
ini terjadi pada tegangan sejati sebesar 735,36 N/mm2 dengan kontraksi sebesar
15,62%. Sedangkan pada tegangan rekayasa, tegangan naik sampai 645,05 N/mm2

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 57
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

dengan kontraksi sebesar 15,62% hingga akhirnya patah. Hal ini sesuai dengan
rumus dari kontraksi yaitu
Q = (D02 – Df2) / D02 x 100 %.
Dimana D0 menunjukkan keadaan diameter awal pada spesimen dan Df
menunjukkan keadaan diameter saat patah pada spesimen.

g. Diagram perubahan diameter tiap segmen spesimen tanpa perlakuan

Grafik 4.7 Diagram Perubahan Diameter Tiap Segmen Tanpa Perlakuan

Pada diagram diatas menjelaskan tentang perubahan diameter tiap segmen


spesimen tanpa perlakuan panas. Pada grafik terdapat dua warna batang, untuk
batang warna biru menunjukkan diameter awal spesimen dan batang oranye
menunjukkan diameter spesimen setelah patah. Sumbu X pada grafik menunjukkan
segmen pada spesimen. Sumbu Y pada grafik menunjukkan besar diameter dengan
satuan mm. Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan
kecepatan pendinginan semakin cepat material mengalami pendinginan maka
kekuatan tariknya akan semakin besar.
Perubahan diameter suatu material bergantung pada kekuatan material itu
sendiri, apabila suatu material memiliki kekuatan tarik yang besar, maka
kemampuan untuk mempertahankan diameter akan semakin baik.
Pada diagram perubahan diameter spesimen tanpa perlakuan terlihat
perubahan terbesar terjadi pada segmen ke-6 dengan diameter awal 6,47 mm
menjadi 4,12 mm. perubahan sebesar 2,35 mm ini disebabkan material tanpa

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 58
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

perlakuan ini memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah dibanding material dengan
perlakuan karena material ini belum mengalami proses perlakuan panas yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kekuatannya dan juga fase yang terkandung di
dalamnya masih heterogen.

h. Diagram pertambahan panjang tiap segmen spesimen dengan 850 oC, 60’, oli

Grafik 4.8 Diagram Perubahan Diameter Tiap Segmen dengan Perlakuan 850 oC, 60’,
Oli

Pada diagram diatas menjelaskan tentang perubahan diameter tiap segmen


spesimen perlakuan 850oC, 60’, oli. Pada grafik terdapat dua warna batang, untuk
batang warna biru menunjukkan diameter awal spesimen dan batang oranye
menunjukkan diameter spesimen setelah patah. Sumbu Y pada grafik menunjukkan
besar diameter dengan satuan (mm). Sumbu X pada grafik menunjukkan segmen
pada spesimen.
Perubahan diameter suatu material bergantung pada kekuatan material itu
sendiri, apabila suatu material memiliki kekuatan tarik yang besar, maka
kemampuan untuk mempertahankan diameter akan semakin baik.
Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan kecepatan
pendinginan, semakin cepat material mengalami pendinginan maka kekuatan
tariknya akan semakin besar sehingga pada material dengan perlakuan terjadi
perubahan diameter yang lebih besar jika dibandingkan dengan material tanpa
perlakuan.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 59
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Pada diagram perubahan diameter spesimen dengan perlakuan 850oC, 60’, oli
terlihat perubahan terbesar terjadi pada segmen ke-4 dengan diameter awal 6,14
mm menjadi 3,17 mm terjadi perubahan sebesar 2,97 mm.

i. Grafik hubungan tegangan rekayasa (tanpa perlakuan + dengan perlakuan) –


regangan rekayasa pada spesimen

Grafik 4.9 Grafik Hubungan Tegangan Rekayasa (Tanpa Perlakuan + Dengan


Perlakuan) – Regangan Rekayasa pada Spesimen Uji

Pada grafik diatas menjelaskan tentang grafik hubungan tegangan rekayasa


(tanpa perlakuan-dengan perlakuan) dengan regangan (rekayasa) spesimen tanpa
perlakuan panas. Pada grafik terdapat dua garis, untuk garis warna oranye
menunjukkan tegangan rekayasa spesimen dengan perlakuan 850oC, 60’, oli dan
garis biru menunjukkan tegangan rekayasa pada spesimen tanpa perlakuan. Sumbu
X pada grafik menunjukkan presentase regangan rekayasa. Sumbu Y pada grafik
menunjukkan besar tegangan dengan satuan (N/mm2). Kekuatan tarik suatu
material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan media pendingin, media pendingin
sangat berpengaruh pada kecepatan pendinginan, semakin cepat material
mengalami pendinginan maka kekuatan tariknya akan semakin besar. Pada
material tanpa perlakuan panas faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah
ukuran butir berbanding terbalik dengan kekuatan tariknya, semakin kecil ukuran
butir maka kekuatan tariknya semakin baik.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 60
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

Pada spesimen-spesimen yang mengalami perlakuan, tingkat kekerasannya


dipengaruhi oleh laju pendinginan, jika semakin cepat tingkat pendinginannya
maka semakin keras pula spesimen tersebut dan dalam hal ini berbanding lurus
dengan kekuatan tariknya.
Dari hasil pengujian dan teori menunjukkan bahwa grafik tegangan rekayasa
pada spesimen dengan perlakuan berada di atas grafik tegangan rekayasa pada
spesimen tanpa perlakuan. Ini disebabkan tegangan rekayasa pada spesimen
dengan perlakuan mengalami laju pendinginan yang cepat sehingga membuat
spesimen ini menjadi getas dan membuat nilai kekuatan tarikannya pun menjadi
lebih besar, hal ini telah membuktikan dasar teori yang telah dibahas. Pada
spesimen tanpa perlakuan nilai kekuatan tariknya adalah 513,99 N/mm2 dengan
regangan sebesar 16%. Dan pada spesimen dengan perlakuan didapatkan nilai
kekuatan tariknya adalah 645,05 N/mm2 dengan regangan sebesar 14%.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 61
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

4.6 Kesimpulan dan Saran


4.6.1 Kesimpulan
1. Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka untuk spesimen tanpa perlakuan
panas didapat nilai tegangan yield sebesar 399,75 N/mm2, nilai tegangan ultimate
rekayasa sebesar 513,99 N/mm2 dan sejati sebesar 596,23 N/mm2, serta nilai
tegangan putus rekayasa sebesar 346,71 N/mm2 dan sejati sebesar 855,21 N/mm2.
Untuk spesimen dengan perlakuan 850oC, 60’, oli didapat nilai tegangan yield
sebesar 437,67 N/mm2, nilai tegangan ultimate rekayasa sebesar 645,05 N/mm2
dan sejati sebesar 735,36 N/mm2, serta nilai tegangan putus rekayasa sebesar
395,14 N/mm2 dan sejati sebesar 1482,89 N/mm2. Spesimen dengan perlakuan
panas dapat menerima tegangan dan kekuatan tarik yang lebih besar dikarenakan
semakin cepat spesimen didinginkan dalam perlakuan panas, maka nilai
kekerasannya akan semakin besar yang berbanding lurus dengan kekuatan tariknya.
2. Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka untuk spesimen tanpa perlakuan
panas didapat nilai regangan yield sebesar 2%, nilai regangan ultimate rekayasa
sebesar 16% dan sejati sebesar 14.84%, serta nilai regangan putus rekayasa sebesar
18.2% dan sejati sebesar 90,26%. Untuk spesimen dengan perlakuan 850oC, 60’,
oli didapat nilai regangan yield sebesar 2%, nilai regangan ultimate rekayasa
sebesar 14% dan sejati sebesar 13,1% serta nilai regangan putus rekayasa sebesar
18,2% dan sejati sebesar 132,22%.
3. Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka untuk spesimen tanpa perlakuan
panas didapat nilai modulus elastisitas sebesar 19312,5 N/mm2 dan nilai kontraksi
sebesar 59,45%. Untuk spesimen dengan perlakuan 850oC, 60’, oli didapat nilai
modulus elastisitas sebesar 21107,5 N/mm2 dan nilai kontraksi sebesar 73,34%.
Hal ini disebabkan spesimen dengan perlakuan memiliki kekuatan tarik yang lebih
tinggi dikarenakan pendinginan yang cepat dimana menyebabkan spesimen
menjadi lebih keras sehingga dapat menerima beban yang lebih tinggi dengan
regangan yang sama.
4. Dari data yang didapat maka pengaruh perlakuan 850oC, 60’, oli membuat
spesimen menjadi lebih getas sehingga tegangan yield jadi lebih tinggi dan daerah
ketangguhan lebih besar dimana menyebabkan kekuatan tarik meningkat.
5. Untuk mendapat data yang diperlukan dalam pengolahan data, maka perlu
dilakukan pengujian terhadap spesimen tersebut, dalam hal ini pengujian kekuatan

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 62
Kelompok 11 Pengujian Kekuatan Tarik

tarik. Prosedur sudah tertera di dalam modul dan sudah dilakukan melalui
praktikum pengujian kekuatan tarik.

4.6.2 Saran
1. Untuk Laboratorium, Dapat melakukan perbaikan alat-alat yang rusak dan juga
memperhatikan semua kondisi dari alat-alat sebelum melakukan praktikum, agar
praktikum yang dijalani bisa berjalan lancar dengan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan.
2. Untuk Praktikum, Praktikum sudah dijadwal dengan baik dan pengelompokkan
praktikum sudah dipilih dengan tepat.
3. Untuk Asisten, Asisten sudah melakukan pembimbingan dengan baik dan
menjelaskan kepada praktikan tentang materi dan praktikum dengan detail serta
penyampaian yang mudah dipahami.
4. Untuk Praktikan, Praktikan harus selalu melihat dan memperhatikan timeline yang
telah ditentukan, agar bisa lancar dalam menjalani rangkaian praktikum.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Laporan Semester Ganjil 2019/2020 63

Anda mungkin juga menyukai