Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB IV
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK
Keterangan Gambar:
1. Skala ukur pembebanan
2. Jarum pembebanan
3. Crane pengunci fluida
4. Crane pengatur kecepatan tarik
5. Chuck lever
6. Chuck
7. Pengukur pertambahan panjang
2. Dapur listrik
Dapur ini digunakan untuk proses pemanasan (heating), penahanan
(holding), dan pendinginan (cooling) dalam dapur. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.3.
3. Tang penjepit
Digunakan untuk mengambil benda uji dari dapur listrik pada proses
perlakuan panas. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.
4. Bak pendingin
Digunakan sebagai tempat media pendingin spesimen pada perlakuan
panas.
5. Drawing pen
Digunakan untuk menandai spesimen.
6. Stopwatch
Digunakan untuk mengukur waktu holding. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.5.
7. Jangka sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi spesimen. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.7.
8. Kertas gosok
Digunakan untuk membersihkan spesimen dari terak dan kotoran. Seperti
ditunjukkan pada gambar. 2.6.
9. Penggaris
Digunakan untuk mengukur dimensi spesimen. Seperti ditunjukkan pada
gambar 2.8.
b. Komposisi Kimia Spesimen
Spesimen yang akan digunakan adalah baja Esser (ST 37) dengan kandungan
komposisi:
C = 0,6%
Mn = 0,8%
Si = 0,35%
Tabel 4.1
Pergeseran Titik Eutectoid
Unsur paduan % Bahan Suhu Eutectoid % Eutectoid
Mn 1 720,5⁰C 0,72
Si 0,35 725,6⁰C 0,75
∑~ ′
𝑐=𝑎(𝑇𝐶 𝑥 %𝐶)
TC = ∑~
𝑐=𝑎 %𝐶
= 723,102⁰C
∑~ ′
𝑐=𝑎(𝑇𝐶 𝑥 %𝐶)
%C = ∑~ ′
𝑐=𝑎 𝑇𝐶
= 0,735%
Tabel 4.2
Pertambahan Panjang, Beban, dan Diameter Saat Pengujian
No Pertambahan panjang (mm) Diameter (mm) Beban (kN)
1 0 6,04 0
2 1 6,03 12,5
3 1 5,98 14,9
4 1 5,96 17,4
5 1 5,90 18,3
6 1 5,85 18,9
7 1 5,76 19,1
8 1 5,64 19,1
9 1 5,00 18,1
10 1 4,00 15,8
11 0,1 3,17 11,7
Tabel 4.3
Diameter Tiap Segmen Sebelum dan Sesudah Patah
Segmen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebelum 6,35 6,05 6,14 6,14 6,04 6,06 6,11 6,10 6,10 6,14
Sesudah 5,95 5,79 5,73 3,17 4,20 5,71 5,67 5,65 5,70 5,31
Contoh Perhitungan
1. Luas Penampang
a. Luas penampang awal (A0)
𝜋
A0 = x Do2 ....................................................................................................(4-1)
4
𝜋
A0 = 4 x (6,14)2
A0 = 29,61 mm2
b. Luas penampang ultimate (Au)
𝜋
Au = 4 x Du2 ....................................................................................................(4-2)
𝜋
Au = 4 x (5,64)2
Au = 24,98 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af)
𝜋
Af = x Df2 .....................................................................................................(4-3)
4
𝜋
Af = 4 x (3,17)2
Af = 7,89 mm2
2. Regangan
a. Regangan ultimate rekayasa (Ɛur)
𝑙𝑢−𝑙𝑜
Ɛur = x 100% ...........................................................................................(4-4)
𝑙𝑜
57−50
Ɛur = x 100%
50
Ɛur = 14%
b. Regangan ultimate sejati (Ɛus)
Ɛus = ln(Ɛur + 1) 100% .......................................................................................(4-5)
Ɛus = ln(0,14 + 1) x 100%
Ɛus = 13,1%
c. Regangan patah rekayasa (Ɛfr)
𝑙𝑓−𝑙𝑜
Ɛfr = x 100% ...........................................................................................(4-6)
𝑙𝑜
59,1−50
Ɛfr = x 100%
50
Ɛfr = 18,2%
Ɛfs = 132,22%
e. Titik yield (y)
y = 0,2% x regangan rekayasa total ................................................................(4-8)
y = 0,2% x 18,2
y = 0,036%
f. Regangan yield (Ɛy)
𝑙𝑦−𝑙𝑜
Ɛy = x 100% ............................................................................................(4-9)
𝑙𝑜
51−50
Ɛy = x 100%
50
Ɛy = 2%
3. Tegangan
a. Tegangan ultimate rekayasa (σur)
𝑃𝑢
σur = 𝐴𝑜 ..........................................................................................................(4-10)
19100
σur = 29,61
σy = 437,67 N/mm2
4. Kontraksi (Q)
(𝐷𝑜 2 −𝐷𝑓 2 )
Q= ................................................................................................(4-15)
𝐷𝑜 2
(6,142 −3,172 )
Q= x 100%
6,14 2
Q = 73,34%
5. Modulus Elastisitas (E)
σ𝑝
E = Ꜫ ............................................................................................................(4-16)
𝑝
422,15
E= 0,02
E = 21107,5 N/mm2
Tabel 4.4
Pertambahan Panjang, Beban, dan Diameter Saat Pengujian
No Pertambahan panjang (mm) Diameter (mm) Beban (kN)
1 0 6,41 0
2 1 6,36 12,7
3 1 6,35 13,8
4 1 6,31 14
5 1 6,23 14,4
6 1 6,14 15,3
7 1 6,08 15,7
8 1 6,04 16,9
9 1 5,98 16,9
10 1 5,65 16,7
11 0,1 4,12 11,4
Tabel 4.5
Diameter Tiap Segmen Sebelum dan Sesudah Patah
Segmen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebelum 6,57 6,41 6,45 6,54 6,52 6,47 6,53 6,48 6,5 6,49
Sesudah 6,37 5,92 5,8 5,76 5,4 4,12 5,41 5,63 5,9 6,02
Contoh Perhitungan
1. Luas Penampang
a. Luas penampang awal (A0)
𝜋
A0 =4 x Do2 ...................................................................................................(4-17)
𝜋
A0 = 4 x (6,47)2
A0 = 32,88 mm2
b. Luas penampang ultimate (Au)
𝜋
Au = 4 x Du2 ..................................................................................................(4-18)
𝜋
Au = 4 x (5,98)2
Au = 28,09 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af)
𝜋
Af = x Df2 ...................................................................................................(4-19)
4
𝜋
Af = 4 x (4,12)2
Af = 13,33 mm2
2. Regangan
a. Regangan ultimate rekayasa (Ɛur)
𝑙𝑢−𝑙𝑜
Ɛur = x 100% .........................................................................................(4-20)
𝑙𝑜
58−50
Ɛur = x 100%
50
Ɛur = 16%
b. Regangan ultimate sejati (Ɛus)
Ɛus = ln(Ɛur + 1) x 100% ..................................................................................(4-21)
Ɛus = ln(0,16 + 1) x 100%
Ɛus = 14,84%
c. Regangan patah rekayasa (Ɛfr)
𝑙𝑓−𝑙𝑜
Ɛfr = x 100% ..........................................................................................(4-22)
𝑙𝑜
59,1−50
Ɛfr = x 100%
50
Ɛfr = 18,2%
d. Regangan patah sejati (Ɛfs)
𝐷𝑜
Ɛfs = (2 x Ln 𝐷𝑓 ) x 100% ...............................................................................(4-23)
6,47
Ɛfs = (2 x Ln 4,12 ) x 100%
Ɛfs = 90,26%
Ɛy = 2%
3. Tegangan
a. Tegangan ultimate rekayasa (σur)
𝑃𝑢
σur = 𝐴𝑜 .........................................................................................................(4-26)
16900
σur = 32,88
σy = 399,75 N / mm2
4. Kontraksi (Q)
(𝐷𝑜 2 −𝐷𝑓 2 )
Q= ................................................................................................(4-31)
𝐷𝑜 2
(6,472 −4,122 )
Q= x 100%
6,472
Q = 59,45%
5. Modulus Elastisitas (E)
σ𝑝
E = Ꜫ ............................................................................................................(4-32)
𝑝
386,25
E= 0,02
E = 19312,5 N/mm2
Tabel 4.6
Hasil Pengolahan Data Spesimen Tanpa Perlakuan
Panjang Beban Diameter Luas Teg Rekayasa Teg. Sejati Reg. Rekayasa Reg. Sejati Kontraksi
No.
(mm) (kN) (mm) (mm2) (N/mm2) (N/mm2) (%) (%) (%)
1. 50 0 6,47 32,88 0 0 0 0 0
11. 59,10 11,4 4,12 13,33 346,71 855,21 18,2 90,26 59,45
Tabel 4.7
Hasil Pengolahan Data Spesimen dengan Perlakuan 850 oC, 60’, Oli
Panjang Beban Diameter Luas Teg Rekayasa Teg. Sejati Reg. Rekayasa Reg. Sejati Kontraksi
No.
(mm) (kN) (mm) (mm2) (N/mm2) (N/mm2) (%) (%) (%)
1. 50 0 6,14 29,61 0 0 0 0 0
11. 59,10 11,7 3,17 7,89 395,14 1482,89 18,2 132,22 73,34
4.5 Pembahasan
a. Grafik hubungan tegangan (sejati + rekayasa) – regangan rekayasa tanpa perlakuan
panas
Dari hasil pengujian dan teori menunjukkan bahwa grafik tegangan sejati
selalu berada di atas grafik tegangan rekayasa. Ini disebabkan pada tegangan sejati
menggunakan luasan aktual sebagai pembanding sedangkan pada tegangan
rekayasa yang digunakan adalah luasan awal. Begitu juga titik ultimate tegangan
sejati lebih tinggi daripada tegangan rekayasa. Hal ini sesuai dengan rumus
tegangan sejati yakni:
𝑃𝑖
σs= 𝐴𝑖
regangan sejati dan kemudian keadaan ini berbalik. Hal ini dikarenakan pada
regangan rekayasa luas penampang yang digunakan sebagai pembagi adalah luas
penampang awal sedangkan pada regangan sejati luas penampang yang digunakan
adalah luas penampang aktual atau luas penampang yang berubah ketika spesimen
mengalami pertambahan panjang sehingga ketika benda mengalami pertambahan
panjang maka luas penampang sebagai pembagi akan mengecil dan menghasilkan
nilai regangan yang lebih besar.
garis, untuk garis warna biru menunjukkan regangan rekayasa dan garis oranye
menunjukkan tegangan sejati. Sumbu X pada grafik menunjukkan persentase
kontraksi. Sumbu Y pada grafik menunjukkan besar tegangan dengan satuan
( N/mm2 ). Kekuatan tarik suatu material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan
media pendingin, media pendingin sangat berpengaruh pada kecepatan
pendinginan, semakin cepat material mengalami pendinginan maka semakin keras
material tersebut dan kekuatan tariknya akan semakin besar.
Secara teori tegangan dan kontraksi memiliki kecenderungan yang sama
dengan regangan dan kontraksi, dimana setiap pembebanan tegangan akan diikuti
pertambahan kontraksi namun pada tegangan dan kontraksi, tegangan sejati
memiliki kecenderungan naik lebih besar daripada tegangan rekayasa. Ini
disebabkan pada tegangan sejati menggunakan luasan aktual sebagai pembanding
sedangkan pada tegangan rekayasa yang digunakan adalah luasan awal.
Hal ini dapat kita lihat dari grafik hasil pengujian dimana titik awal kontraksi
3,37 % memiliki tegangan sejati sebesar 393,98 N/mm2 sedangkan tegangan
rekayasa sebesar 386,25 N/mm2. Pada tegangan sejati akan terus mengalami
penambahan tegangan hingga patah seangkan pada tegangan rekayasa tertingginya
513,99 N/mm2 dengan kontraksi sebesar 14,57% yang kemudian juga mengalami
penurunan setelah itu patah. Hal ini sesuai dengan rumus dari kontraksi yaitu
Q = (D02 – Df2) / D02 x 100 %.
Dimana D0 merupakan diameter awal pada spesimen dan Df merupakan
diameter spesimen pada saat patah.
Grafik 4.6 Grafik Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) – Kontraksi pada Spesimen
dengan Perlakuan 850 OC, 60’, Oli
dengan kontraksi sebesar 15,62% hingga akhirnya patah. Hal ini sesuai dengan
rumus dari kontraksi yaitu
Q = (D02 – Df2) / D02 x 100 %.
Dimana D0 menunjukkan keadaan diameter awal pada spesimen dan Df
menunjukkan keadaan diameter saat patah pada spesimen.
perlakuan ini memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah dibanding material dengan
perlakuan karena material ini belum mengalami proses perlakuan panas yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kekuatannya dan juga fase yang terkandung di
dalamnya masih heterogen.
h. Diagram pertambahan panjang tiap segmen spesimen dengan 850 oC, 60’, oli
Grafik 4.8 Diagram Perubahan Diameter Tiap Segmen dengan Perlakuan 850 oC, 60’,
Oli
Pada diagram perubahan diameter spesimen dengan perlakuan 850oC, 60’, oli
terlihat perubahan terbesar terjadi pada segmen ke-4 dengan diameter awal 6,14
mm menjadi 3,17 mm terjadi perubahan sebesar 2,97 mm.
tarik. Prosedur sudah tertera di dalam modul dan sudah dilakukan melalui
praktikum pengujian kekuatan tarik.
4.6.2 Saran
1. Untuk Laboratorium, Dapat melakukan perbaikan alat-alat yang rusak dan juga
memperhatikan semua kondisi dari alat-alat sebelum melakukan praktikum, agar
praktikum yang dijalani bisa berjalan lancar dengan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan.
2. Untuk Praktikum, Praktikum sudah dijadwal dengan baik dan pengelompokkan
praktikum sudah dipilih dengan tepat.
3. Untuk Asisten, Asisten sudah melakukan pembimbingan dengan baik dan
menjelaskan kepada praktikan tentang materi dan praktikum dengan detail serta
penyampaian yang mudah dipahami.
4. Untuk Praktikan, Praktikan harus selalu melihat dan memperhatikan timeline yang
telah ditentukan, agar bisa lancar dalam menjalani rangkaian praktikum.