Anda di halaman 1dari 28

A.

Latar Belakang Masalah

Manusia menggunakan rasio akal pikirannya untuk menghasilkan suatu

karya, perbedaan terhadap rasio daya nalar setiap orang menghasilkan perbedaan

karya yang menjadi gambaran suatu kualitas dari karya tersebut. Perbedaan

diantara kualitas karya manusia menimbulkan perselisihan keinginan satu pihak

untuk mengakui atas suatu kualitas dari pihak lain, oleh karena itu diperlukan

suatu perlindungan bagi pembuat karya terhadap keaslian hasil karyanya.

Perlindungan terhadap karya tersebut sama tuanya dengan kemampuan manusia

untuk berfikir dalam menghasilkan karya.

Perkembangan perlindungan terhadap karya intelektual seseorang menjadi

pranata hukum yang dikenal sebagai Intellectual Property Rights atau Hak

Kekayaan Intelektual. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hal yang

dihargai keberadaannya, yang merupakan penghargaan atas hasil dari pemikiran

otak manusia yang menghasilkan suatu karya. Perlindungan terhadap Hak

Kekayaan Intelektual ini diatur oleh negara untuk menjamin adanya kepastian

hukum.

Organisasi Internasional di bawah PBB yang mengatur tentang

perlindungan hak Kekayaan Intelektual WIPO (World Intellectual Property

Organization) yang merupakan tindak lanjut dari adanya Konvensi Bern yang

mengatur tentang perlindungan karya seni dan sastra, merupakan persetujuan

internasional mengenai hak cipta, dan konvensi Paris mengatur perlindungan hak

kekayaan industri. WIPO didirikan berdasarkan konvensi yang ditandatangani di

1
Stockholm pada tanggal 14 Juli 1967 yang bernama Convention Of Establishing

The World Intellectual Property Organization berlaku pada tahun 1970 dan

menjadi badan khusus PBB pada bulan Desember 1974.1

Perlindungan HKI diatur juga dalam perjanjian GATT/WTO TRIPs

(Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) 1994.

Berdasarkan perjanjian tersebut, negara-negara yang turut dalam kesepakatan

Internasional harus menyesuaikan peraturan dalam negaranya dengan ketentuan

Internasional, sebagai salah satu dari Final Act Embody The Uruguay Round of

Multilateral Trade Negotiation, yang ditandatangani di Marakesh, pada bulan

April 1994 oleh 124 negara dan 1 wakil dari masyarakat Ekonomi Eropa.

Indonesia masuk dalam salah satu negara yang menandatangani kesepakatan itu

dan diratifikasi dengan undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 Perjanjian

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia. Akibatnya Indonesia tidak dapat

membuat peraturan extra-teritorial yang menyangkut tentang perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual, dan semua isu yang terdapat dalam kerangka WTO

Indonesia harus mengakomodirnya paling tidak harus memenuhi standar

minimum.2

Konsekuensi lebih lanjut dari keikutsertaan ini berarti juga memosisikan

Indonesia menjadi suatu negara yang siap melakukan persaingan pada era global.

Persaingan pada era global salah satunya akan ditandai dengan persaingan yang

1
Taryana Soenandar, Perlindungan Haki (Hak Kekayaan Intelektual) di Negara-Negara ASEAN,
Jakarta: Sinar Grafika, 2007, Hlm, 7
2
Ok.Saidin., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), Jakarta:
Rajawali Pers, 2010, Hlm. 23

2
diwarnai dengan penekanan pentingnya perlindungan barang atau jasa yang

tentunya berbasis HKI.3

The TRIPs agreement formally covers intellectual property in: copyright;


patens; trade marks; geographical indication; industrial design;
integrated circuits topographies and undisclosed information, all of which
have been subject to separate agreement under WIPO. The main aim of
the agreement is to bring all member states’ legislation into harmony an
thus to bring the same level of protection to intellectual property thet was
previously only available in developed states to all states global in the
global trading system.4 (Perjanjian TRIPs secara resmi meliputi kekayaan
intelektual yaitu : hak cipta ; paten ; merek dagang ; indikasi geografis ;
desain industri ; tata letak sirkuit terpadu dan rahasia dagang, hal-hal
tersebut telah menjadi subjek perjanjian yang terpisah dari WIPO, Tujuan utama
dari perjanjian ini adalah untuk membawa masing-masing peraturan dari
semua negara peserta dalam suatu kesamaan sehingga membawa peraturan
negara-negara tersebut pada tingkat perlindungan yang sama terhadap
HKI yang pada mulanya hanya berlaku di negara maju kemudian berlaku
di semua negara secara internasional dalam sistem perdagangan global).

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kedua organisasi ini

sama-sama mengatur tentang Hak Kekayaan Intelektual (intellectual Property

Rights), hanya saja berada dalam dua bagian yang berbeda bahwa WIPO

organisasi yang berada di bawah PBB, sedangkan TRIPs berada dalam

GATT/WTO. Kedua organisasi ini memiliki hak dan kewajiban masing-masing,

dan masing-masing memiliki anggota yang berbeda. Masuknya perlindungan Hak

Kekayaan Intelektul dalam GATT/WTO TRIPs diharapkan bahwa perlindungan

Hak Kekayaan Intelektual dapat berlaku di semua negara dan dapat membantu

dalam sistem perdagangan global. Standar yang diatur pada bidang HKI dalam

TRIPs merujuk secara langsung pada standar WIPO yang telah dijabarkan,

3
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Raja
Jakarta: Grafindo Persada, 2005, hlm 37
4
Christopher may, a global political economy of intellectual property rights the new enslosures,
London: Routledge, 2002, hlm 68

3
kerjasama dan hubungan resmi antara WIPO dan WTO, diatur Lebih lanjut dalam

Agreement Between the World Intellectual Property Organization and the World

Trade Organization yang disahkan pada tanggal 22 Desember 1995.

Pengertian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai hak kekayaan

yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI dikatagorikan

sebagai hak kekayaan, mengingat HKI menghasilkan karya-karya intelektual

berupa; pengetahuan, seni, sastra teknologi, dimana untuk mewujudkannya

membutuhkan tenaga, biaya, waktu dan pikiran. Adanya pengorbanan waktu

tenaga dan pemikiran tersebut maka karya intelektual menjadi bernilai.5

Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual terbagi dua yaitu hak cipta dan

Hak Kekayaan Perindustrian. Hak Kekayaan Perindustrian adalah hak yang

mengatur segala sesuatu tentang hak milik perindustrian, terutama yang mengatur

perlindungan hukum. Hak atas merek termasuk dalam salah satu hak milik

perindustrian6.

Pengertian merek terdapat dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 15

Tahun 2001 tentang merek, menurut Pasal 1 ayat 1

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-

angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa.

5
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin.,Op.Cit, hlm, 31
6
Sentosa Sembiring, Hak Kekayaan Intelektual Dalam Berbagai Peraturan Perundangundangan,
Bandung: CV. Yrama Widya, , 2002, Hlm 14

4
Merek harus memiliki daya pembeda yang cukup (capable of

distinguishing), artinya memiliki kekuatan untuk membedakan barang atau jasa

produk suatu perusahaan lainnya, agar mempunyai daya pembeda, merek itu harus

dapat memberikan penentuan (individual-sering) pada barang atau jasa yang

bersangkutan. Merek dapat dicantumkan pada barang, atau pada bungkusan

barang atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang bersangkutan dengan

jasa.7

Dimasukkannya Merek dalam Hak Kekayaan Perindustrian menunjukkan

bahwa merek berasal dari hasil karya seseorang untuk dipakai dalam hal yang

bersifat komersil, dipakai dalam bidang perindustrian sebagai simbol pembeda

pada suatu barang atau jasa yang ditawarkan industri tersebut.

Perlu adanya perlindungan terhadap merek untuk menjamin kepastian

hukum dan hak yang dapat diperoleh oleh pemegang hak atas merek. Sesuai

dengan konsideran dari Undang-Undang merek No 15 Tahun 2001 bahwa

Undang-Undang merek dibuat berdasarkan ratifikasi dari perjanjian internasional

untuk menjaga persaingan usaha sehat. Menurut Pasal 4 Undang-Undang No 15

Tahun 2001 bahwa pihak yang beritikad tidak baik tidak dapat mendaftarkan

mereknya. Bunyi Pasal 4 selengkapnya,

Merek tidak dapat didaftarkan atas dasar permohonan yang diajukan oleh

pemohon yang beritikad tidak baik.

7
Budi Agus Riswandi dan M Syamsudin, Op.Cit, hlm. 83

5
Tahapan sebuah merek dari suatu produk menjadi merek yang dikenal

(well known/famous mark) oleh masyarakat konsumen dan menjadikan merek

yang dikenal adalah tahapan yang sangat diharapkan. Terkenalnya suatu merek

mejadi well known/famous mark dapat memicu tindakan-tindakan pelanggaran

merek. Merek terkenal harus diberi perlindungan baik secara nasional ataupun

internasional.

Perlindungan terhadap merek terkenal secara nasional diatur dalam Pasal

6 ayat 1 huruf (b) Undang-Undang No 15 Tahun 2001 telah memenuhi kebutuhan

masyarakat untuk perlindungan terhadap hak atas merek terkenal. Pasal 6 ayat 1

menentukan

Permohonan harus ditolak oleh Direktoral Jenderal apabila merek tersebut:

Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek

yang sudah terkenal milik pihak lain atau barang dan/atau sejenisnya.

Permasalahan tentang hak kekayaan intelektual khususnya di bidang

merek telah banyak terjadi. Permasalahan umumnya terjadi terhadap kasus merek

yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek

milik pihak lain. Contoh kasus dalam penelitian ini adalah antara PT Merck dan

PT Phappros. PT Merck menggugat PT Phappros yang dianggap melakukan

peniruan terhadap merek dan logo Neurobion untuk kelas 5 dan Neurobion +

Logo. Putusan Mahkamah Agung Nomor 401 K/Pdt.Sus-HKI/2015 yang

menyatakan pada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah

tepat dan benar serta tidak bertentangan dengan hukum dalam perkara a quo,

6
bahwa pemohon kasasi yang mengajukan/mendaftarkan merek Bineuron yang

mempunyai persamaan pada pokonya dengan merek Neurobion adalah perbuatan

dengan itikad tidak baik, untuk meniru merek Penggugat/Termohon kasasi yang

telah terdaftar di Indonesia dan di berbagai negera menggunakan merek

Neurobion kelas 5 dan merek Neurobion + Logo. Bertentangan dengan Pasal 6

angka 1 huruf (B) mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau

sejenisnya, sehingga persamaan merek pada pokoknya dapat menyesatkan

konsumen.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil

perumusan masalah sebagai berikut: bagaimanakah penerapan Pasal 6 ayat 1

huruf (B) JO Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek, dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor : 409 k/Pdt.Sus-

HKI/2015.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Pasal 6 ayat 1 dan (B) JO Pasal

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,

dalam pemberian hak atas merek oleh Ditjen HKI dan dalam Putusan Mahkamah

Agung Nomor : 409 k/Pdt.Sus-HKI/2015.

D. Kegunaan Penelitian

7
1. Kegunaan Teoretis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan

manfaat secara teoritis bagi pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hak

atas Merek dalam ruang lingkup Hak Kekayaan Intelektual pada khususnya.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

manfaat secara praktis bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, dan Pemilik

Hak atas Merek pada khususnya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan mengenai Hak Kekayaan Intelektual

a. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Menurut Adrian Sutedi dalam bukunya dengan judul Hak Atas


Kekayaan Intelektual, HKI adalah hak atau wewenang atau kekuasaan
untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut dan hak tersebut
diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku. Kekayaan
intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan
daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, sastra, seni, karya tulis,
karikatur, pengarang lagu. Hak itu sendiri dapat dibagi menjadi dua.
Pertama, Hak dasar (Asasi) yang merupakan hak mutlak yang tidak dapat
digangu-gugat. Contohnya : hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan
keadilan dan sebagainya. Kedua, Hak amanat aturan atau perundangan
yaitu hak karena diberikan atau diatur oleh masyarakat melalui peraturan
atau perundangan. HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) merupakan amanat
aturan, sehingga masyarakatlah yang menjadi penentu seberapa besar HKI
yang diberikan kepada individu dan kelompok.8
Menurut Ismail Saleh, Pengertian dalam kutipan buku karya Adrian

Sutedi dengan judul Hak Atas Kekayaan Intelektual,

8
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm 30

8
HKI adalah pengakuan dan penghargaan pada seseorang atau badan

hukum atas penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka dengan

memberikan hak-hak khusus bagi mereka, baik yang bersifat sosial

maupun ekonomis.9

Hak Kekayaan Intelektual merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak

berwujud (benda Immateril). Pasal 499 KUH Perdata menentukan

menurut paham Undang-Undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-

tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik.

Penjelasan dari Pasal 499 KUH Perdata bahwa benda tidak berwujud

adalah suatu hak atau benda yang dapat dikuasai dan menjadi objek hukum, kata

dapat dalam pasal tersebut membuka kemungkinan suatu hal yang belum menjadi

benda, untuk dapat menjadi objek hukum suatu benda harus memiliki kriteria

yaitu dalam penguasaan manusia dan mempunyai nilai ekonomi. Dikaitkan Hak

Kekayaan Intelektual adalah benda tidak berwujud, Hak Kekayaan Intelektual

dapat menjadi objek hukum yang memiliki kriteria berada dalam penguasaan

manusia. Hak Kekayaan Intelektual berada dalam penguasaan manusia yang

berasal dari rasio hasil kerja otak yang menalar dalam penguasaan manusia yang

berpikir tersebut. Hal kedua adalah nilai ekonomi bahwa Hak Kekayaan

Intelektual merupakan hasil dari kerja otak yang dapat dituangkan dalam sebuah

karya dimana karya tersebut memiliki nilai ekonomi yang dapat memenuhi

kebutuan manusia. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat

9
Ibid, hlm 28

9
dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan

(property) terhadap karya-karya intelektual.10

b. Penggolongan Hak Kekayaan Intelektual

HKI terbagi menjadi dua yaitu Hak Cipta dan hak Kekayaan Industri,

Penjelasan mengenai Hak Kekayaan Industri sendiri tidak disebutkan secara rinci

dalam undang-undang, yang lebih ditekankan penjelasan mengenai ruang lingkup

dari Hak Kekayaan Industri itu sendiri.

Digolongkannya ruang lingkup HKI menjadi dua karena Hak Cipta dan

Hak Kekayaan Industri memiliki fungsi yang berbeda, dapat disimpulkan Hak

Kekayaan Industri merupakan hasil dari kekayaan intelektual seseorang yang

dibuat untuk kepentingan industri, dibuat oleh industri secara masal, bersifat

komersial.11

Pengaturan secara umum tentang Hak Kekayaan Industri dan ruang

lingkup diatur dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property

Tahun 1883 yang telah di amandemen pada tanggal 28 September 1979, tertera

penjelasan secara umum pada article 1 sampai dengan article 3, ruang lingkup

Hak Kekayaan Industri meliputi

a. Patent,

b. Utility model,

c. Industrial design,

10
Ibid, hlm 31
11
Santosa Sembiring, Op.Cit, Hlm, 22

10
d. Trade Mark, Service Marks, and Trade Names

e. Apellation of Origin,

f. Unfair Competition.12

2. Merek

a. Pengertian dan Pengaturan Merek di Indonesia

Peraturan tentang merek Indonesia pada awalnya menggunakan Undang-

Undang merek Kolonial tahun 1912. Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia

pertama kali membuat undang-undang tentang merek yaitu Undang-undang

Nomor 21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan.

Pemerintah Indonesia mengganti pengaturan merek dengan Undang-Undang

Nomor 19 tahun 1992 tentang Merek.

Kemudian pada tahun 1997, dalam rangka menyesuaikan dengan

perjanjian Internasioanl mengenai Aspek-aspek yang terkait dengan perdagangan

dari Hak Kekayaan Intelektual (TRIPs)-GATT, Pemerintah melakukan

pembaharuan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 tahun 1992 tentang Merek.

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek merupakan Undang-

Undang Merek yang sekarang berlaku. Beberapa perubahan penting yang ada

pada Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997 menjadi Undang-undang Nomor 15

tahun 2001 adalah seputar penetapan sementara pengadilan, perubahan dari delik

biasa menjadi delik aduan, peran Pengadilan Niaga dalam memutuskan sengketa

12
Taryana Soenandar, Op.Cit, Hlm. 14

11
merek, kemungkinan menggunakan alternatif dalam memutuskan sengketa dan

ketentuan pidana yang diperberat.13

Pengertian merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek, Pasal 1 ayat (1),

Merek adalah tanda yang berupa nama, gambar, kata, huruf-huruf, angka-

angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan

barang atau jasa.

Merek harus memiliki daya pembeda yang cukup, maksudnya mempunyai

kekuatan untuk membedakan barang yang satu dengan barang dari perusahaan

lainnya melalui adanya nama, gambar, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan

warna atau kombinasi dari semua unsur tersebut. Agar mempunyai daya pembeda

merek harus memberikan penentuan pada barang atau jasa yang bersangkutan.

Merek dapat dicantumkan pada barang, atau pada bungkus dari barang atau

dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang bersangkutan dengan jasa.

Untuk memenuhi fungsinya, merek digunakan dalam kegiatan

perdagangan barang atau jasa. Fungsi dari merek adalah sebagai:

1) Tanda pengenal untuk membedakan produk perusahaan yang satu

dengan produk perusahaan yang lainnya (Product Identity),

13
Syarif Nurhidayat, PERKEMBANGAN PENGATURAN MEREK DI INDONESIA (Perbandingan
undang-undang Merek Tahun 1961, 1992, 1997, dan 2001) diunggah 6 Mei 2010,
esenha.wordpress.com

12
2) Sarana promosi dagang (Means Of Trade Promotion) promosi

tersebut dilakukan melalui iklan produsen atau pengusaha yang

memperdagangkan barang atau jasa,

3) Jaminan atas mutu barang atau jasa (Quality Guarantee)

4) Penunjukan asal barang atau jasa yang dihasilkan (Source of

Origin)14

Fungsi yang dimiliki merek merupakan hal yang mendasar dalam bidang

perindustrian karena motivasi dibuatnya merek suatu barang dan jasa adalah untuk dapat

mewujudkan fungsi-fungsi tersebut.

Casper J. Werkman dalam kutipan buku karya Julius Rizaldi dengan

judul Perlindungan Kemasan Produk Merek Terkenal Terhadap Persaingan

Curang mengemukakan bahwa merek dagang mempunyai fungsi yaitu,

Their common function is to distinguish the identity of a particular


company, service or product from that of its rival and in general make it
easily recognizable15. (Fungsi umum dari merek adalah untuk
membedakan identitas produk perusahaan tertentu , menjamin dalam
pelayanan, pembeda produk yang dibuat oleh kompetitor dan secara
umum dapat dikenali dengan mudah)
b. Jenis- jenis Merek

Merek meliputi merek dagang dan merek jasa, diatur dalam Undang-

Undang Merek Pasal 2

14
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin., Op.Cit, hlm 84
Julius Rizaldi,. Perlindungan Kemasan Produk Merek Terkenal Terhadap Persaingan Curang,
15

Bandung: PT.Alumni: 2009, Hlm 49

13
Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini meliputi merek

dagang dan merek jasa

Pasal 1 ayat (2) merek dagang


Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

atau badan hukum untuk membedakan barang sejenis lainnya.

Pasal 1 ayat (3) Merek jasa


Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

c. Pengertian dan Perlindungan Pemegang Hak Atas Merek

Pendaftaran merek menjadi hal yang diutamakan berdasarkan pendapat

Crishtopher Heat16 dalam kutipan buku karya Julius Rizaldi dengan judul

Perlindungan Kemasan Produk Merek Terkenal Terhadap Persaingan Curang.

Protection of trade marks is therefore limited, first to the scope of


similarity of marks, and second to the similarity of goods or services
offered by different enterprise .(perlindungan terhadap merek dagang itu
terbatas, pertama dalam ruang lingkup persamaan pada tanda, yang kedua
untuk kesamaan barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang
berbeda).
Maksud dari pendapat Christopher Heath menjadikan pendaftaran merek

sebagai syarat mutlak diperlukan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan

yang terbatas terhadap ruang lingkup persamaan merek dan persamaan jenis

barang atau jasa yang dipergunakan oleh perusahaan yang berbeda.


16
Ibid, hlm 49

14
Sebelum mendapatkan merek pihak atau pelaku usaha harus mengajukan

permohonan. Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menentukan

bahwa permohonan adalah permintaan pendaftaran merek yang diajukan secara

tertulis kepada Direktorat Jenderal. Permohonan tersebut diajukan kepada

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Pasal 3 Undang-Undang Merek menyebutkan bahwa

hak atas merek adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada

pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka

waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau

memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Pasal 3 tersebut menggambarkan kepemilikan yang diberikan secara

eksklusif memiliki hak istimewa atas mereknya dan dilindungi oleh negara

dengan jangka waktu tertentu.

Merek adalah aset ekonomi bagi pemiliknya, bagi perorangan maupun

perusahaan (badan hukum) yang dapat menghasilkan keuntungan besar, tentunya

bila didayagunakan dengan memperhatikan aspek bisnis dan proses manajemen

yang baik. Demikian pentingnya peranan merek ini, maka terhadapnya diberikan

perlindungan hukum, yakni sebagai objek terkait terhadap hak-hak perseorangan

atau badan hukum.

Perlindungan hukum merek yang diberikan baik kepada merek asing atau

lokal, terkenal atau tidak terkenal, hanya diberikan kepada merek terdaftar.

Perlindungan hukum tersebut dapat berupa perlindungan yang bersifat preventif

15
maupun represif. Perlindungan hukum yang bersifat preventif dilakukan melalui

pendaftaran merek, sedangkan perlindungan hukum yang bersifat represif

dilakukan jika terjadi pelanggaran merek melalui gugatan perdata dan atau

tuntutan ganti rugi.17

Jika pada awal mula telah disinggung bahwa hak atas merek adalah

merupakan hak kebendaan maka konsekuensinya hak tersebut dapat

dipertahankan terhadap siapa saja. Pertanda bahwa pada hak atas merek itu

terdapat hak absolut adalah diberinya hak gugat oleh undang-undang kepada

pemegang hak, disamping adanya tuntutan pidana tehadap orang yang melanggar

hak tersebut.18

Perlindungan atas Merek atau Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang

diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek.

Untuk jangka waktu tertentu ia menggunakan sendiri merek tersebut ataupun

memberi izin kepada seseorang, beberapa orang secara bersama-sama, atau badan

hukum untuk menggunakannya. Perlindungan atas merek terdaftar yaitu adanya

kepastian hukum atas merek terdaftar, baik untuk digunakan, diperpanjang,

dialihkan, dan dihapuskan sebagai alat bukti jika terjadi sengketa pelanggaran atas

merek.19

d. Merek yang tidak dapat di daftar dan Merek yang harus ditolak

pendaftarannya

17
yuokysurinda. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Merek Di Indonesia (Studi Kasus Sengketa
Rokok Davidoff dan Reemtsma), diunggah 5 September 2011, yuokysurinda.wordpress.com
18
OK.Saidin.,Op,cit. Hlm. 400
19
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin., Op.Cit, hlm 168

16
Suatu merek dapat dilindungi hukum, apabila dilakukan pendaftaran

merek, dibutuhkan syarat-syarat tertentu untuk mendaftarkan merek, jika tidak

memenuhi syarat-syarat maka merek tidak dapat didaftar atau harus ditolak

pendaftarannya, Undang-Undang No 15 Tahun 2001 mengatur mengenai

penyebab suatu merek tidak dapat didaftar dan merek yang harus di tolak

pendaftarannya, terdapat pada Pasal 4, 5, dan 6,

Pasal 4 dan Undang-undang No 15 tahun 2001 menyebutkan tentang

merek yang tidak dapat di daftar bahwa

Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh

Pemohon yang beritikad tidak baik.

Pasal 5 Undang-undang No 15 tahun 2001 mengenai unsur-unsur mengapa

merek tersebut tidak dapat didaftarkan, adalah

Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu
unsur di bawah ini :
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum ;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
Pasal 6 Undang-undang No 15 Tahun 2001 menganai merek yang ditolak

pendaftarannya,

(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek


tersebut :

17
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau
sejenisnya.
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi-geografis yang sudah dikenal.
(2) Ketentuan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut :
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama
badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis
dari yang berhak;
b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun
internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

e. Penghapusan dan Pembatalan Merek

Pengahapusan dan pembatalan Merek diatur dalam Undang-Undang No 15

Tahun 2001, mengenai penghapusan merek terdapat dalam Pasal 61 sampai

dengan Pasal 67, mengenai pembatalan merek terdapat dalam Pasal 68 sampai

dengan Pasal 72

Alasan diajukannya penghapusan merek terdapat dalam Pasal 61 ayat 2

Undang-undang No 15 tahun 2001 adalah

18
(2) Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal
dapat dilakukan jika :
a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh
Direktorat Jenderal; atau
b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk
pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.
Menurut Pasal 68 Undang-Undang No 15 Tahun 2001 pembatalan merek

dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan yang

telah tertulis dalam Pasal 4, 5, dan 6 Undang- Undang No 15 Tahun 2001,

gugatan pembatalan dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga. gugatan pembatalan

merek dapat diajukan dalam jangka waktu tertentu yaitu 5 tahun sejak tanggal

pendaftaran merek, dengan pengecualian pengajuan pembatalan merek tanpa batas

waktu jika merek tersebut bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, dan

ketertiban umum.

3. Merek Terkenal

a. Pengertian Merek Terkenal

Pengertian mengenai merek terkenal terdapat dalam Pasal 16 ayat 2

Perjanjian TRIPs, menurut pasal ini pengertian status merek terkenal hanya ada

dalam hubungannya dengan pengetahuan atau pengenalan merek di bidang usaha

yang bersangkutan, termasuk pengenalan atau pengetahuan yang didapat sebagai

hasil promosi dari suatu merek. Perlindungan terhadap merek terkenal secara

internasional diatur baik dalam ketentuan Pasal 6 bis Konvensi Paris dan Pasal 6

Perjanjian TRIPs.

19
Berdasarkan laporan hasil temuan The Commite of Expert on Well-Known

Mark atau komisi ahli mengenai Merek terkenal Tahun 1997, telah merumuskan

kriteria Merek Terkenal sebagai berikut20

a. Pemakai merek yang begitu lama;

b. Penampilan merek yang mempunyai ciri khas tersendiri;

c. Pendaftaran merek di beberapa negara;

d. Reputasi merek yang harus bagus karena produk-produk atau

jasa yang dihasilkan mempunyai mutu yang prima dan nilai

estetis serta nilai ekonomis yang tinggi;

Berdasarkan Joint Recomendation Concerning Provisions on the

Protection of Well-Known Marks yang diadaptasi dari the Assembly of the Paris

Union for theProtection of Industrial Property dan the General Assembly of the

World Intellectual Property Organization (WIPO) yang diadakan pada rapat

sidang ke 34 dari negara anggota WIPO tahun 1999 menyatakan bahwa merek

terkenal adalah merek yang dikenal luas hingga lintas negara, bahwa faktor-faktor

ini dapat digunakan untuk menentukan apakah merek tersebut masuk kategori

terkenal, yaitu:

1.    tingkat pengetahuan atau pengakuan merek di sektor yang relevan dengan

masyarakat;

2.    durasi, tingkat dan wilayah geografis dari pemakaian merek;

3.    durasi, tingkat dan wilayah geografis dari promosi merek;

Sigit Fahrudin, Pengertian dan Kriteria Merek (Merk) Terkenal, diunggah 5 Februari 2010,
20

mukahukum.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-kriteria-merek-merek.html

20
4.    durasi dan wilayah geografis dari segala pendaftaran atau permohonan

pendaftaran merek;

5.    nilai merek;

6.    catatan keberhasilan pemenuhan hak atas merek tersebut.21

b. Pengaturan Merek Terkenal

Bentuk perlindungan terhadap merek terkenal diatur dalam ketentuan

Pasal 6 bis Konvensi Paris mencakup perlindungan merek terkenal terhadap

tindakan-tindakan persaingan curang yang diatur dalam ketentuan Pasal 10 bis

Konvensi Paris telah memperluas bentuk perlindungan terhadap merek terkenal

terhadap tindakan-tindakan persaingan curang yang dimungkinkan dapat terjadi di

seluruh negara peserta perjanjian. Berdasarkan ketentuan Pasal 10 bis Konvensi

Paris, negara-negara anggota Konvensi Paris berkewajiban mengatur secara

nasional tentang ketentuan-ketentuan Pasal 10 bis Konvensi Paris.22

Untuk melengkapi kekurangan pengaturan dalam ketentuan TRIPs,

direkomendasikan dalam WIPO Joint Recommendation Concerning Provisions

on the Protection of Well – Known Marks terdapatnya perlindungan merek

terkenal dengan memberikan rumusan unsur-unsur yang perlu dipenuhi untuk

menentukan merek dapat dikatagorikan sebagai merek terkenal atau bukan merek

terkenal.23

Yahya Harahap dalam bukunya Tinjauan Merek Secara Umum dan

Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1992.

21
Risa Amrikasari Op,Cit
22
Julius Rizaldi.., Op,Cit, hlm 6
23
OK.Saidin.,Op,cit, hlm 50

21
menggolongkan merek menjadi tiga berdasarkan reputasi (reputation) dan

kemasyhuran (renown) suatu merek. Merek dibedakan sebagai Merek

Biasa (normal marks), Merek Terkenal (well-known marks), dan Merek

Termasyhur (famous marks).24

c. Syarat Pendaftaran Merek Terkenal

Pengaturan syarat dalam Undang-Undang No 15 Tahun 2001, bahwa

syarat pendaftaran merek dengan syarat pendaftaran merek terkenal diajukan

dengan cara yang sama bahwa merek dapat didaftarkan selama tidak mengandung

unsur-unsur tertentu yang tercantum dalam Pasal 5.

Merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu
unsur dibawah ini:
a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
b. Tidak memiliki daya pembada;
c. Telah menjadi milik umum; dan
d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
Pengaturan mengenai syarat dan tata cara permohonan diatur dalam Pasal

7, 8, 9, dan 10 dalam Undang-undang No 15 Tahun 2001 selanjutnya diatur lebih

lanjut dalam peraturan pemerintah.

Dimuat juga dalam Konvensi Paris, penolakan suatu merek diperbolehkan

apabila pendaftaran merek di negara yang bersangkutan tidak memiliki karakter

pembeda dan bertentangan dengan prinsip-prinsip moralitas atau ketertiban umum

24
Yahya Hrahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang No. 19 tahun 1992, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1999 hlm 86

22
yang diterima masyarakat, khusunya apabila merek dapat memperdaya

masyarakat25

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif atau penlitian hukum yang hanya meneliti bahan pustaka sehingga

disebut juga penelitian hukum kepustakaan.26 Penelitian hukum normatif disebut

juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum sejenis ini,

mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-

undangan (law in book) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

merupakan patokan perilaku manusia yang dianggap pantas dengan pendekatan

perundang-undangan.27

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif- analitis

sesuai dengan masalah dan tujuan dalam penelitian ini. Deskriptif analitis adalah

menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan

teori-teori hukum dari praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut

permasalahan dalam penelitian ini.28

25
Ibid, hlm 17
26
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2007, hlm 116
27
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada 2006 hlm 118
28
Ronny Hanintijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1999 hlm. 97-98

23
Kaitannya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dengan

melakukan tinjauan yuridis terhadap penerapan Pasal 6 ayat 1 huruf (b) JO Pasal 4

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dalam

putusan Mahkamah Agung Nomor : 409 k/Pdt.sus-HKI/ 2015.

3. Lokasi Penelitian

1. Unit Pelaksana Teknis Perpustakan Universitas Jenderal Soedirman Jalan

Prof. Dr. HR. Boenjamin 708 Grendeng – Purwokerto.

2. Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Jalan Prof. Dr. HR. Boenjamin 708 Grendeng – Purwokerto.

4. Sumber Data

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data

sekunder, dimana data yang diperoleh yaitu dari bahan-bahan pustaka yang terdiri

dari :

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yakni,

bahan hukum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Undang-Undang

Dasar 1945, Undang-Undang (UU) khususnya Undang-Undang yang

berkaitan dengan penulisan ini yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer seperti Rancangan Undang-Undang, hasil

penelitian, dan hasil karya dari kalangan hukum. Kaitanya dengan

penelitian ini bahan hukum sekunder yang digunakan adalah hasil

24
penelitian dan hasil pemikiran dari kalangan hukum seperti literatur,

jurnal, dan buletin ilmiah bidang hukum. 29

3. Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum, ensiklopedi, dan lain-lain. 30

5. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dipandang relevan dan memadai untuk

memperoleh data sekunder dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, Studi

kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-

laporan yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.31

6. Metode Penyajian Data

Penyajian bahan hukum dalam penelitian ini menggunakan bentuk teks

naratif, yaitu data yang sudah diolah dalam uraian teks narasi. Penyajian teks

naratif ini merupakan sebuah uraian yang disusun secara sistimatis, logis, dan

rasional. Dalam arti keseluruhan data yang diperoleh akan dihubungkan satu

dengan yang lainnya disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti,

sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.

7. Metode Analisis Data

29
Loc.cit
30
Loc.cit
31
M.Nazir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988, hlm.111

25
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis data normative kualitatif. Metode analisis data normatif kualitatif yaitu

pembahasan dan penjabaran yang disusun secara logis terhadap hasil penelitian

terhadap norma, kaidah, maupun teori hukum yang relevan dengan pokok

permasalahan.32

DAFTAR PUSTAKA
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, Cetakan Keempat,
32

Bayumedia Publishing, 2008, hlm. 293

26
Literatur

Rizaldi. Julius, Perlindungan Kemasan Produk Merek Terkenal Terhadap

Persaingan Curang, Bandung: PT Alumni, 2009

May Christopher, A Global Political Economy Of Intellectual Property Rights

The New Enslosures, London: Routledge, 2002

Miru. Ahmad, Hukum Merek Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,

Jakarta: Rajawali Pers, 2005.

Saidin. OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property

Rights), Jakarta: Rajawali Pers, 2010

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2006

Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsudin.. Hak Kekayaan Intelektual dan

Budaya Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Seonandar. Tarayana, Perlindungan HAKI (Hak Milik Intelektual) di Negara

Negara ASEAN, Jakarta: Sinar Grafika. 2007

Sembiring, Sentosa, Hak Kekayaan Intelektual Dalam Berbagai Peraturan

Perundangundangan, Bandung: CV. Yrama Widya, 2002

Sutedi. Adrian, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Nazir. M, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988

Soemitro.Ronny Hanintijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta, 1999

27
Soekanto. Soejono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Pt.

Raja Grafindo Persada, 2007

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

Paris Convention for the Protection of Industrial Property of March 20, 1883

amended on September 28, 1979

Joint Recommendation Concerning Provisions on the Protection of Well-Known

Marks, September 20 to 29, 1999

Sumber Lain

yuokysurinda.wordpress.com, Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Merek Di

Indonesia (Studi Kasus Sengketa Rokok Davidoff dan Reemtsma), diunggah 5

September 2011

Syarif Nurhidayat, PERKEMBANGAN PENGATURAN MEREK DI

INDONESIA (Perbandingan undang-undang Merek Tahun 1961, 1992, 1997, dan

2001), esenha.wordpress.com. diunggah 6 Mei 2010

Sigit Fahrudin, mukahukum.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-kriteria-

merek-merek.html, diunggah 5 Februari 2010

Risa Amrikasari. Perbedaan Merek Biasa, Merek Terkenal, dan Merek

Termasyhur. Diunggah 13 Mei 2016.

hukumonline.com/klinik/detail/lt5563c921eed12/ini-perbedaan-merek-biasa--

merek-terkenal--dan-merek-termasyhur

28

Anda mungkin juga menyukai