Anda di halaman 1dari 30

Tugas : Klinik PK 13

Nama : M.Ranu Yusniar


Nim : 20166514047
BAB I
RESUME JURNAL
A. Judul Artikel
Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi Musik Terhadap Nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
Pada Pasien Cedera Otak Sedang
B. Kata Kunci
GCS, Medium Brain Injury (COS), Musical Therapy
C. Nama Peneliti
Enny Virda Yurniati, Endah Dwi Astutik
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Ruang Kahuripan RSUD Prof Dr Soekandar waktu 13 September – 20 Oktober 2015.
E. Tujuan Penelitian
Menganalisis adanya pengaruh stimulasi auditorik (terapi musik) terhadap nilai Glasgow
Coma Scale pada pasien cedera otak sedang di ruang Kahuripan RSUD Prof Dr.Soekadar
Mojosari.
F. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain pre-eksperimental (one group pretest-
postest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum dilakukan intervensi, kemudian
dilakukan posttest. Populasi penilitian yaitu 25 pasien cedera otak sedang di rawat inap
Ruang Kahuripan RSUD Prof Dr Soekandar dengan kriteria pasien cidera otak sedang
hari pertama, pasien yang mendapat pengobatan farmakologis (ceftriaxone, piracetam
dan novalgin). Teknik pengambilan sampel ditetapkan secara accidental sampling dimana
cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu diambil lansung dan
dijadikan sampel utama. data dikumpulkan dengan instrument lembar observasi
kemudian diolah secara editing, coding, scoring, dan tabulating.
G. Hasil Penelitian
Hasil uji statistic mmenunjukan adanya stimulasi auditori terhadap nilai GCS pada pasien
cedera kepala otak sedang.
BAB II
ANALISIS JURNAL
A. Rumusan PICO
1. Pertanyaan Klinis
Adalah pengaruh stimulasi Auditorik terhadap pasien cedera kepala?
2. Penegakan PICO
a. Population : Pasien Cidera Kepala, Penelitian ini menggunakan desain pre-
eksperimental (one group pretest-postest design). Penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih
dahulu sebelum dilakukan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian
dilakukan posttest. Populasi penelitian ini yaitu 25 pasien cedera otak sedang di
rawat inap Ruang Kahuripan RSUD Prof Dr Soekandar dengan Kriteria: 1 Pasien
Cedera otak sedang hari pertama, 2 pasien yang mendapat pengobatan
farmakologis (ceftraxone, piracetam dan novalgin).

b. Intervention : Terapi Auditori, Teknik pengambilan sampel ditetapkan secara


accidental sampling dimana cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan
kebetulan bertemu, dimana diambil lansung dan dijadikan sebagai sampel utama,
dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum
dilakukan intervensi terapi musik, setelah itu diberikan intervensi terapi musik,
kemudian dilakukan posttest.

c. Comparation : Ditemukan jurnal pembanding terhadap Cedera Kepala berjudul


Stimulasi Auditori Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan Kesadaran
priode September 2019 dimana dalam jurnal menyatakan bahwa stimulasi auditori
dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan kognisi. Selain suara musik
stimulasi auditori bisa diberikan rekaman suara seperti kata-kata dukungan dari
keluarga-keluarga.

d. Outcome : Stimulasi Auditori ternyata dapat membantu meningkatkan nilai


GCS pada pasien Cedera Kepala.

Dari tabel diatas menunjukkan 12 responden (66,7%) mengalami peningkatan


kesadaran dari nilai GCS 10 menjadi nilai GCS 11-12 sebanyak 6 responden
(33,3%) mengalami peningkatan 2 responden dari nilai GCS 11 menjadi nilai
GCS 12 dan 4 responden dari nilai GCS 9 menjadi nilai GCS 11-12 GCS yang
sering muncul pada saat pre test adalah px dengan GCS 10, sedangkan pada saat
post test GCS 12.

3. Strategi Pencarian Database


Penelusuran artikel pada rumusan masalah ini melalui penelusuran elektronik google
scholar, dengan memasukan kata kunci cedera kepala dengan stimulasi auditori.
Hasilnya ditemukan beberapa jurnal yang relevan kemudian artikel-artike yang
ditemukan diseleksi dengan pengkajian abstrak. Hasilnya didapatkan artikel yang
sesuai kriteria yang diharapkan yaitu berjudul “Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi
Musik Terhadap Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) pada Pasien Cedera Otak Sedang.

B. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


1. Kelebihan Jurnal
a. Hasil yang didapat dari penelitian merupakan kenyataan yang ada dilapangan
pelaksanaan intervensi stimulasi auditori terhadap nilai GCS pada pasien Cedera
Otak Sedang.
b. Penelitian ini mengukur keefektifian jenis terapi music stimulasi auditori terhadap
nilai GCS yang diukur melalui potensial aksi yang dihasilkan.
c. Dari segi pembahasan mudah di pahami serta mudah diakses.
d. Penelitian ini dilaksanakan di Indonesia.
2. Kekurangan Jurnal
a. Penelitian ini hanya mengukur satu jenis stimulasi auditori yaitu terapi music,
padahal masih ada jenis yang lain bisa suara yang keluarga yang dikenal dan
masih banyak lagi lainya.

C. Implikasi Keperawatan
Isi jurnal dapat dijadikan acuan bagi perawat-perawat Indonesia untuk diterapkan
dalam pengelolaan dan penangan pasien dengan cedera kepala cedera otak sedang. Selain
memberikan ransangan pada sistem RAS, stmulasi auditori salah satu alternative
intervensi keperawatan dalam upaya meningkatkan proses pemulihan cedera otak yang
ditandai dengan kenaikan nilai GCS.
BAB III
PENUTUP

A. Kseimpulan
Melalui Penelitian ini bahwa stimulasi auditori dapat mempengaruhi nilai GCS
pada pasien cedera kepala cedera otak sedang. Terhadap perawat diharapkan dapat
mensosialisasikan stimulasi auditori sebagai salah satu terapi komplementer dalam
meningkatkan nilai GCS pada pasien cedera kepala cedera otak sedang yang berpengaruh
pada kepuasan pasien dan keluarga,
B. Saran
Saran untuk jurnal ini lebih dijelaskan bagaimana tindakan yang diberikan, serta
usia dari responden harus disertakan juga. Diharapkan pada para perawat dapat
menerapkan isi jurnal ini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami
cedera kepala demi kepuasan pasien dan keluarga pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Yuniarti, dan Astutik 2015. Pengaruh Stimulasi Auditorik Terapi Musik Terhadap Nilai

Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien Cedera Otak Sedang : Stikes

Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto.

Maulidya dkk 2019. Stimulasi Auditori Pada Pasien Cedera Kepala Dengan Penurunan

Kesadaran: Universitas Padjadjaran Bandung Jawa Barat.


PENGARUH STIMULASI AUDITORIK TERAPI MUSIK TERHADAP NILAI
GLASGOW COMA SCALE (GCS) PADA PASIEN CEDERA
OTAK SEDANG

Enny Virda Yuniarti, Endah Dwi Astutik


STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto

Abstract
Brain injury is non-degenerative and non-cogenital abnormality of brain which is caused by the
external mechanic trauma, so it can cause the cognitive unapropriate, physical and
psychosocial function which can be temporary or permanent, realated to some levels of
consciousness. The quantitive evaluation of consciousness by looking the Glasgow Coma Scale
(GCS) is between 9 and
12. One of the auditory stimulations is by musical theraphy. Music can be functioned as the tool
of
health theraphy. Music has the electrical wave on the brain can be fasten or not, and at the same
time, the body system activity will face changes. The research was done in the room of Kahuripan
Prof.Dr.Soekandar Hospital with the population of 25 patients with medium brain injury which
contains with GCS 9-12. Thus the sample with the correct criterion can be reached, that are
18 patients. The musical theraphy was given in three days, and then the data using non-
probability sampling technique accidental sampling. Music therapy for 3 days and then do the
tabulation of data was tested by using modus analysis. The value of Glasgow Coma Scale before the
treatment of musical theraphy in the room of Kahuripan Prof.Dr.Soekandar Hospital was more
than a half of the respondents (77,8%) with 10-11. The GCS value after the treatment, there
were 12 respondents (66,7%) who have the rise of GCS value from 10 to 12. There was an influence
of musical theraphy to the GCS value of the patients with medium brain injury in Kahuripan
Room Prof.Dr. Soekandar Hospital, which was proved by the modus value before the treatmentwhich
was only GCS 10, and after the treatment it became GCS 12.

Keywords: GCS, Medium Brain Injury (COS), Musical


Theraphy
Pendahuluan baik yang ditunjukkan pasien terhadap
Cedera otak merupakan kelainan otak stimulus.
non degenaratif dan non kogenital yang Setiap tahun di Amerika Serikat,
disebabkan oleh trauma mekanis eksternal. mencatat 1,7 juta kasus cederaotak 52.000
Sehingga dapat menyebabkan gangguan pasien meninggal dan selebihnya dirawat inap.
kognitif fisik dan fungsi psikososial yang Trauma kepala juga merupakan penyebab
bersifat sementara atau menetap yang kematian ketiga dari semua jenis trauma
berhubungan dengan berbagai tingkat dikaitkan dengan kematin. Menurut Penelitian
kesadaran (Jimmy Alexander, 2011). yang dilakukan oleh Natroma TraumaProject
Kegawatan dalam cedera otak dapat dilihat di Islamic Republik of Iran bahwa, diantara
dari status neurologik yang secara obyektif semua jenis trauma tertinggi yang dilaporkan
dapat dinilai mengunakan Glasgow Coma yaitu sebanyak 78,7 % trauma kepala dan
Scale (GCS) dengan cukup hanya kematian paling banyak juga disebabkan oleh
mengevaluasi motorik pasien, verbal, dan cederaotak (Zarei, 2009). Rata – rata rawat
respon membuka mata (Brunner &Suddarth, inap pada laki – laki dan wanita akibat terjatuh
2002).Cedera otak sedang adalah trauma dengan diagnosa trauma kepala sebanyak
mekanik pada kepala yang terjadi baik secara 146,3 per 100.000 dan 158,3 per 100.000
langsung yang kemudian dapat berakibat (Thomas, 2006).
kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi Studi pendahuluan yang dilakukan pada
fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer bulan Juni 2015 di Rumah Sakit Umum
atau permanen (yayanakhyar, 2009).Elemen- Daerah Prof. Dr Soekandar Mojosari terdapat
elemen tersebut bisa dibagi menjadi tingkat- 25 orang terkena cedera otak dengan 10 orang
tingkat yang berbeda dan respon-respon yang diantaranya cedera otak sedang dengan rata-
rata GCS 9-12.
Beberapa penelitian menunjukkan Penelitian dari 30 responden yang diteliti,
bahwa stimulasi sensoris mampu memberikan terbagi menjadi 2 kelompok, kelompok control
efek neurologis yang mencegah kerusakan- dan kelompok perlakuan yang mendapatkan
kerusakan sel-sel otak dari iskemik yang stimulasi sensori (stimulasi olfaktori, auditori,
ditimbulkan dari cedera kepala. Menurut taktil, dan gustatory) setelah hari ketiga pada
penelitian Valentina Bm. Lumbantobing, kelompok perlakuan ditandai adanya
tahun perubahan nilai GCS yang cenderung
2011 di Ruang Neurosurgical Critical care Unit meningkat.
(NCCU) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Stimulasi auditorik salah satunya dengan
mendengarkan musik.Musik dapat berfungsi
sebagai alat terapi kesehatan. Saat seseorang
mendengarkan musik, gelombang listrik yang
ada di otak dapat di perlambat atau dipercepat,
dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh
pun mengalami perubahan. Sejumlah rumah
sakit di luar negeri mulai menerapkan terapi
musik pada pasien-pasien rawat inap
(FathurRasyid, 2010).Sampai saat ini pengaruh
stimulasi auditorik terapi musik terhadap nilai
GCS pada pasien cedera otak sedang belum
diketahui.
Hasil penelitian Siegel (1999), yang
didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor
pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron
akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan
musik, rangsangan yang berupa gerakan,
sentuhan. Suara mengakibatkan neuron yang
terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri
dalam sirkuit otak. Semakin banyak
rangsangan musik diberikan akan semakin
kompleks jalinan antar neuron. Hasil penelitian
yang dilakukan Lembaga Aplikasi Musik di
Iran mengenai fungsi terapan kesehatan fisik
dan mental manusia menunjukkan bahwa,
terapi musik bisa menjadi metode
penyembuhan baru (Fathur Rasyid, 2010).
Terapi musik memanfaatkan kekuatan
Musik untuk membantu klien menata dirinya
sehingga mereka mampu mencari jalan keluar,
mengalami perubahan dan akhirnya sembuh
dari gangguan yang diderita. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa terapi musik bersifat
humanistik (Johan, 2006). Terapi musik
meyakini sinerginya antara potensi
penyembuhan diri.

Tujuan
Menganalisis adanya pengaruh stimulasi
auditorik (terapi musik) terhadap nilai
Glasgow Coma Scale pada pasien cedera otak
sedang di ruang Kahuripan RSUD Prof Dr.
Soekandar Mojosari.

Metod pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu


e sebelum dilakukan intervensi, setelah itu
Desain penelitian yang digunakan adalah diberikan intervensi, kemudian dilakukan
desain pre-eksperimental (one group pretest- postest. Populasi penelitian ini yaitu 25 pasien
postest design). Penelitian ini adalah penelitian cedera otak sedang di rawat inap Ruang
yang dilakukan dengan cara memberikan Kahuripan RSUD Prof Dr Soekandar
dengan kriteria: 1. Pasien cidera otak sedang Pembahasa
hari pertama, 2. Pasien yang mendapat n
pengobatan farmakologis (ceftriaxone, GCS sebelum dilakukan stimulasi
piracetam dan novalgin). auditorik pada pasien cedera otak sedang
Teknik pengambilan sampel
ditetapkan secara accidental sampling dimana Berdasarkan Hasil penelitian pada tabel
cara pengambilan sampel yang dilakukan 1 yang dilakukan di Ruang Kahuripan RSUD
dengan kebetulan bertemu, dimana diambil Prof DrSoekandar Mojokerto dari 18
langsung dan dijadikan sebagai sampel responden yang mengalami cedera otak sedang
utama sebanyak 18 responden. Penelitian ini sebagian besar didapatkan 14 responden
dilaksanakan pada 13 September 2015 - 77,8
20 % memiliki nilai GCS 10-
Oktober 2015. Data dikumpulkan dengan 11.
instrument lembar observasi kemudian diolah Menurut Wayanyasa (2012), gejala yang
secara editing, coding, scoring, dan ditunjukkan mengantuk berat atau sulit
tabulating. dibangunkan, mual,muntah, kejang,
perdarahan atau keluar cairan dari
Hasi dalam hidung atau telinga, kelemahan pada
l lengan atau tungkai, bingung atau perubahan
Data tingkah laku, gerakan – gerakan aneh
Khusus bola mata, melihat dobel atau gangguan
Tabel 1 Perubahan nilai GCS sebelum dan penglihatan, denyut nadi sangat cepat atau pola
sesudah dilakukan terapi musik di nafas yang tidak biasa
ruang bedah Kahuripan RSUD Prof Dr Fakta atau hasil penelitian dan
Soekandar teori diatas, dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah responden memiliki nilai GCS 10-11.
GC Kesadar Pre Post Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi
S an experiment experimen benturan atau trauma pada daerah kepala yang
Σ Persen Σ sangat hebat sehingga akan terjadi gangguan
(%) kesadaran, gangguan tanda tanda
vital,
sehingga akan menyebabkan kelainan
metabolism, serta akan terjadi penurunan nilai
GCS , makin hebat trauma kepalanya makin
jelek atau menurun tingkat kesadarannya
dan makin turun pula nilai GCS nya hal
tsersebut bisa dinilai dengan adanya reaksi
pada mata, verbal dan motoriknya.

Persen Nilai GCS sesudah dilakukan stimulasi


(%) auditorik pada pasien cedera otak sedang di
12 Apatis 0 0% 12 66,7% ruang Kahuripan RSUD Prof Dr. Soekandar
11- Somnol 14 77,8% 6 33,3% Mojosari.
10 en 4 22,2% 0 0%
9 Deliriu Hasil penelitian pada tabel 4.2 yang
( m dilakukan di Ruang Kahuripan RSUD Prof
Tota 18 100% 18 100% DrSoekandar Mojokerto dari 18 responden
l yang mengalami cedera otak sedang sebagian
Tabel 4.2 menunjukkan 12 responden besar responden setelah diberikan
(66,7%) stimulasi
mengalami peningkatan `kesadaran 12
dari nilai GCS 10 menjadi nilai GCS 11-12 6, .
responden (33,3%) mengalami peningkatan 2
responden dari nilai GCS 11 menjadi nilai
GCS 12 dan 4 responden dari nilai GCS 9
menjadi nilai GCS 11-12. GCS yang sering
muncul pada saat pre test adalah px dengan
GCS 10, sedangkan pada saat post test
GCS
auditorik terapi
Menurut hasil musik
penelitian12Siegel
responden
(1999),
(66,7%)mengalami perubahan nilai GCS dari yang didasarkan atas teori neuron (sel
nilai GCS 9-11 menjadi nilai GCS 12dan 6 kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan
responden (33,3%) mengalami perubahan nilai bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika
GCS dari nilai GCS 9-10 menjadi nilai GCS ada
11.
rangsangan musik, rangsangan yang berupa delirium menjadi somnolen. Hal tersebut
gerakan, sentuhan. Suara mengakibatkan menunjukkan adanya hasil yang signifikan
neuron yang terpisah bertautan dan
mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak.
Semakin banyak rangsangan musik diberikan
akan semakin kompleks jalinan antar neuron.
Menurut Erwin ( 2012 ) menyatakan bahwa
musik klasik mempunyai pengaruh sangat kuat
bagi kesadaran, dimana musik dan kesehatan
merupakan dua hal yang saling berhubungan
manusia. Dalam keadaan koma/tidak sadar
kemudian diberikan alunan musik klasik maka
denyut jantung akan turun, tekanan darah
turun, kemudian ketika musik di hentikan,
maka denyut jantung dan tekanan darah
cenderung naik. Fakta atau hasil penelitian dan
teori diatas, dapat disimpulkan bahwa lebih
dari setengah responden setelah diberikan
stimulasi auditorik terapi musik 12 responden
(66,7%) mengalami perubahan nilai GCS dari
nilai GCS 9-11 menjadi nilai GCS 12dan 6
responden (33,3%) mengalami perubahan nilai
GCS dari nilai GCS 9-10 menjadi nilai GCS
11. Hal ini mungkin disebabkan karena musik
(harmoni , melodi dan ritme ) secara
keseluruhan melibatkan hampir seluruh bagian
otak, sehingga aktivitas kerja otak akan
memicu naik turunya kesadaran yang secara
kuantitas dinilai dengan nilai Glasgow Coma
Skore ( GCS ). Ada tiga system saraf dalam
otak yang akan terpengaruh oleh musik yang
antara lain system otak yang memproses
perasaan, system otak kognitif, serta system
otak yang mengontrol kerja otot. Hal ini juga
ditegaskan pada hasil penelitian yang
menunjukkan adanya respon dari otak terhadap
terapi musik sehingga terjadi peningkatan nilai
GCS pada pasien. Setelah pemberian terapi
musik selama 3 hari berturut-turut didapati
perubahan pada nilai GCS pada pasien.

Menganalisis pengaruh stimulasi auditorik


terapi musik terhadap nilai GCS pada pasien
cedera otak sedang di ruang Kahuripan RSUD
Prof Dr. Soekandar Mojosari.

Hasil penelitian pada Tabel 4.2 diatas


ditunjukkan adanya perbedaan nilai GCS
sebelum dilakukan terapi musik dengan
sesuadah dilakukan terapi musik 12 responden
(66,7%) mengalami peningkatan kesadaran
dari somnolen menjadi Apatis, 6
responden(33,3%) mengalami peningkatan dari
setelah diberikan terapi musik terhadap Fakta atau hasil penelitian dan teori
responden dengan cedera otak sedang. diatas, dapat disimpulkan bahwa setelah
Menurut teori Dr Lawrence Parson dari pemberian terapi musik selama 3 hari berturut-
Universitas Texas San Antonio menemukan turut didapati perubahan nilai GCS pada 14
data bahwa harmoni, melodi dan ritme pasien dari GCS 10 dengan tingkat kesadaran
memiliki perbedaan pola aktivitas pada otak. delirium menjadi 12 dengan tingkat kesadaran
Melodi menghasilkan gelombang otak yang apatis. Pemberian terapi musik akan
sama pada otak kanan dan kiri, sedangkan memberikan rangsangan pada pasien dengan
harmoni dan ritme lebih terfokus pada belahan cedera otak dimana rangsangan itu akan
otak kiri saja. Namun secara keseluruhan, mempengaruhi semua system dalam tubuh
musik melibatkan hampir seluruh bagian otak. melalui proses pengaktifan saraf simpatis dan
Aktivasi kerja otak akan memicu naik turunnya saraf parasimpatis, sehingga nilai GCS akan
kesadaran yang secara kuantitas dinilai dengan mengalami perubahan dan menuju ke nilai
nilai Glasgow Coma Scale (GCS). yang lenih baik atau meningkat.
Menurut penelitian yang
dilakukanValentina dari 30 pasien yang
mendapatkan stimulasi sensori (stimulasi
olfaktori, auditori, taktil dan gustatori) Simpulan dan Saran
selama 1. Nilai GCS sebelum diberikan terapi musik
3 hari. Sedangkan kelompok kontrol hanya diperoleh data lebih dari setengah (77,8%)
mendapatkan terapi standar saja.Penilaian GCS dengan nilai GCS 10-11
dilakukan di hari pertama sebelum pemberian 2. Nilai GCS sesudah diberikan terapi musik
stimulasi sensori dan dihari ketiga setelah diperoleh data sebanyak 12 (66,7%)
pemberian stimulasi sensori.Menunjukkan mengalami peningkatan nilai GCS dari
adanya pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS 10 menjadi nilai GCS 12.
nilai GCS pada pasien cedera kepala di Ruang 3. Terdapat pengaruh terapi musik terhadap
Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU) nilai GCS pada pasien cedera otak sedang
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. dibuktikan dengan nilai modus yang sering
muncul sebelum terapi musik adalah yaitu Brunner dan Suddarth. 2001. Buku
nilai GCS 10 setelah terapi musik menjadi Ajar
nilai GCS 12. Keperawatan Medikal-Bedah Volume
1. Jakarta: EGC
Saran Brunner dan Suddarth. 2001. Buku
Diharapkan keluarga agar memberikan Ajar
terapi musik kepada pasien cidera otak sedang Keperawatan Medikal-Bedah Volume
sesering mungkin supaya terjadi peningkatan 2. Jakarta: EGC.
tingkat kesadaran pada pasien. Djohan,2006.Terapi Musik, Teori
Sebagai bahan ajar mata kuliah dan Aplikasi.Yogyakarta:Penerbit
keperawatan medical bedah khususnya system Galangpress (anggota IKAPI).
persyarafan. Erwin.2012.Terapi Musik Untuk
Diharapkan hasil penelitian ini selanjutnya Lansia.Yogyakarta: Galangpress
bisa digunakan sebagai terapi kombinasi Faqudin. 2011. Pemeriksaan neurologis.
dengan terapi farmakologi bagi tenaga (internet). available from:
kesehatan. http://www.google.com/faqudin.staff.u
Hasil penelitian ini dapat menjadi awal mm.ac.id/files/2011/og/pemeriksaan
bagi peneliti selanjutnya untuk memberikan neurologis.pdf
terapi musik selain dengan terapi musik klasik Friedman, Marilyn M, Vicky R. Bowden dan
untuk mengetahui perbedaan pengaruh Elaine G. Jones. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga Riset, Teori,
Daftar Pustaka dan Praktik Edisi 5. Jakarta: EGC.
Aizid,Rizem. 2011. Sehat dan Cerdas Gunawan, Sulistia Gan. 2007.
Dengan Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Terapi Musik. Yogyakarta: Laksana Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Arikunto, Suharsini. 2010. Terapeutik FKUI.
Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bassano.2009.Terapi Musik
dan
Warna.Yogyakarta:Rumpun
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 1. Jakarta:
EGC.
Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes
Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan
Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tarwoto dan Wartonah,2007.Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses
Keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika.
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...

STIMULASI AUDITORI PADA PASIEN CEDERA KEPALA


DENGAN PENURUNAN KESADARAN
1 2 2
Maulidya Septiany , Cecep E. Kosasih , Urip Rahayu
1
Mahasiswa Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa
Barat,
45363, Indonesia
2
Departemen Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa
Barat,
45363, Indonesia

Email korespondensi: maulidya.septiany13@gmail.com

ABSTRAK
Cedera kepala merupakan penyakit yang mampu mengubah tingkat kesadaran seseorang dan
menyebabkan kematian dengan case fatality rate (CFR) sebesar 4,37%. Selain itu, dampak dari cedera
tersebut juga dapat
menimbulkan kerusakan kognitif dan fungsi fisik. Pemberian stimulasi sensorik berupa stimulasi
auditori sedini mungkin sangat penting untuk kelangsungan hidup, kualitas hidup dan prognosis
jangka panjang
pada pasien cedera kepala karena pendengaran merupakan fungsi indera yang paling akhir berfungsi
pada penurunan kesadaran. Tujuan studi ini untuk mengetahui pengaruh stimulasi auditori pada pasien
cedera
kepala dengan penurunan kesadaran. Studi ini merupakan literature review. Databased yang
digunakan yaitu ProQuest, CINAHL, PsycINFO, Google Scholar, PubMed, EBSCO dan ScienceDirect
dengan kata
kunci yang digunakan adalah Traumatic Brain Injury, Auditory Stimulation, Comatose Patient, Level
of
Consciousness. Kriteria inklusi artikel yang diambil yaitu penelitian yang diterbitkan pada tahun
2008-
2018, jenis penelitian Randomized Clinical Trial (RCT), sampel penelitian adalah pasien cedera kepala
dengan penurunan kesadaran, intervensi yang diberikan berupa stimulasi auditori dan artikel ditulis dalam
Bahasa Inggris. Hasil studi literatur ini diperoleh 6 artikel penelitian yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria review. Hasil telaah menyimpulkan bahwa stimulasi auditori pada pasien cedera kepala
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan status kesadaran. Oleh karena itu, stimulasi
auditori dapat direkomendasikan sebagai terapi tambahan secara non farmakologis terhadap pasien
cedera kepala yang mengalami penurunan kesadaran. Stimulasi ini dapat diberikan berupa suara musik,
suara yang dikenal, suara lingkungan atau menyebutkan nama pasien yang dapat diberikan oleh keluarga
atau tenaga kesehatan baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan durasi 5 – 15 menit dan
diberikan sebanyak 2 – 3 kali per hari.

Kata-kata kunci: auditory stimulation, comatose patient, level of consciousness, traumatic brain
injury

ABSTRACT
Traumatic brain injury (TBI) is a disease that is able to change a person’s level of consciousness and
cause
death with a case fatality rate (CFR) of 4.37%. In addition, the impact of these injuries can also cause
cognitive damage and physical function. Giving sensory stimulation in the form of auditory stimulation as
early as possible is very important for survival, quality of life and long-term prognosis in head injury
patients because hearing is the last sensory function to function in decreased consciousness. The aim of
this study was to determine the effect of auditory stimulation on head injury patients with decreased
consciousness. This study is a literature review. The databases used are ProQuest, CINAHL, PsycINFO,
Google Scholar, PubMed, EBSCO and ScienceDirect with the keywords used are Traumatic Brain Injury,
Auditory Stimulation, Comatose Patient, Level of Consciousness. The inclusion criteria were

72
71
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
articles published in 2008-2018, Randomized Clinical Trial (RCT) studies, the study sample was
head injury patients with reduced awareness, the intervention provided was in the form of auditory
stimulation and articles written in English. The results of this literature study obtained 6 research articles
that were in accordance with the objectives and review criteria. The results of the study concluded
that auditory stimulation in head injury patients had a significant effect on increasing consciousness
status. Therefore, auditory stimulation can be recommended as an additional non-pharmacological
therapy for head injury patients who experience decreased consciousness. This stimulation can be
given in the form of music sounds, known sounds, environmental sounds or mentioning the names of
patients that can be given by the family or health personnel either directly or indirectly with a duration of
5-15 minutes and given 2-3 times per day.

72
72
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81
Keywords: auditory stimulation, comatose patient, level of consciousness, traumatic brain injury
Penurunan kesadaran merupakan
PENDAHULUAN akibat dari gangguan dalam fungsi otak,
baik dari sistem aktivasi Reticular
Cedera kepala adalah suatu trauma Activating System (RAS) di atas
yang mengenai kulit kepala, tulang pertengahan pons atau dari kedua
tengkorak atau otak yang terjadi akibat belahan otak (7). Penurunan kesadaran
injury baik secara langsung maupun dapat berlangsung dari jam ke hari,
tidak langsung, dengan disertai atau tergantung pada tingkat keparahan
tanpa disertai perdarahan yang kerusakan otak, dan beberapa orang
mengakibatkan gangguan fungsi otak. tetap dalam keadaan koma selama
Menurut Smeltzer dan Bare, definisi berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
cedera kepala adalah suatu injuri yang tahun (8).
terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan
otak karena adanya pukulan atau beturan Pasien dengan cedera kepala akan
mendadak pada kepala dengan atau melewati berbagai fase pemulihan, dan
tanpa penurunan kesadaran (1). pemulihan tersebut dapat berhenti di
salah satu fase. Pemulihan antar fase
World Health Organization (WHO) biasanya sangat bertahap dan sangat
mencatat pada tahun 2013 angka spesifik, tergantung pada faktor seperti
kematian dari cedera kepala yang jenis dan lokasi cedera, riwayat medis
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas masa lalu, usia, akses dan respon
sebanyak 2500 kasus (2). Di Indonesia, terhadap pengobatan (9). Efek jangka
ternyata cedera kepala juga merupakan panjang dari cedera kepala yang parah
salah satu ancaman yang serius, ini dapat dapat mempengaruhi semua aspek
ditunjukkan dari data yang dikeluarkan kehidupan seseorang, termasuk
oleh Departemen Kesehatan Republik kemampuan untuk berpartisipasi dalam
Indonesia tahun 2007 bahwa cedera aktivitas kehidupan sehari-hari (10).
kepala menduduki urutan kedua penyakit
Menurut Davis dan Gimenez,
terbanyak penderita rawat inap di Rumah
mengungkapkan bahwa pemberian
Sakit di Indonesia yang menyebabkan
stimulasi sensorik sedini mungkin sangat
kematian dengan case fatality rate
penting untuk kelangsungan hidup,
(CFR) 4,37% (3). Berdasarkan hasil
kualitas hidup dan prognosis jangka
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
panjang pada pasien cedera kepala (11).
angka kejadian cedera kepala di
Stimulasi tersebut dengan memberikan
Indonesia mencapai 8.2% dari populasi
rangsangan sensori tambahan dalam
dan meningkat pada tahun 2018 menjadi
bentuk visual, auditori, taktil, gustatori
11.9% (4,5).
atau olfaktori, dengan pemberian
Selain itu, cedera kepala juga dapat stimulasi tersebut akan membangkitkan
mengubah kesadaran sehingga juga aktivitas Reticular Activating System
dapat menimbulkan kerusakan kognitif (RAS) sehingga akan membuat
dan fungsi fisik (6). Perubahan pada seseorang sadar terhadap diri dan
tingkat kesadaran ini dikaitkan dengan lingkungannya (11). Menurut Gruner
hasil yang buruk karena sebagian besar dan Terhaag dari berbagai stimulasi yang
penderita tidak dapat hidup normal atau dapat diberikan, stimulasi auditori yang
adanya disabilitas karena gangguan pada paling berpengaruh dalam meningkatkan
fungsi kognitifnya (6). kesadaran, karena pendengaran

72
73
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81

merupakan fungsi indera yang paling stimulasi auditori; 4) artikel ditulis


akhir berfungsi pada keadaan penurunan dalam Bahasa Inggris. Kriteria eksklusi:
kesadaran (12). 1) tidak memiliki struktur artikel yang
lengkap; 2) artikel tidak full text.
Studi literatur ini bertujuan untuk Pencarian artikel melalui databased
mengevaluasi pengaruh dari berbagai yaitu ProQuest, CINAHL, PsycINFO,
stimulasi auditori pada pasien cedera Google Scholar, PubMed, EBSCO dan
kepala dengan penurunan kesadaran ScienceDirect. Kata kunci yang
digunakan adalah Traumatic Brain
METODE PENELITIAN Injury, Auditory Stimulation, Comatose
Patient, Level of Consciousness. Kata
Studi ini merupakan sebuah kunci tersebut saling dikombinasikan
literature review dari beberapa agar tercapai hasil pencarian yang lebih
penelitian Randomized Clinical Trial spesifik dan pencarian dilakukan pada
(RCT). Penelitian yang dimasukkan pada bulan September 2018. Untuk
studi ini adalah penelitian yang mengurangi resiko bias pada review ini
menjelaskan tentang pengaruh stimulasi dilakukan critical appraisal
auditori pada pasien cedera kepala menggunakan Critical Apraisal Skill
dengan penurunan kesadaran. Kriteria Programme (CASP) pada masing-
inklusi: 1) artikel yang diambil yaitu masing artikel yang sudah dikualifikasi
penelitian yang diterbitkan pada tahun berdasarkan kriteria inklusi, namun
2008-2018; 2) jenis penelitian terdapat beberapa artikel yang di
Randomized Clinical Trial (RCT); 3) eksklusi sehingga diperoleh sebanyak 6
sampel penelitian adalah pasien cedera artikel yang dilakukan review pada studi
kepala dengan penurunan kesadaran, ini.
intervensi yang diberikan berupa
Identifikasi

Hasil temuan diidentifikasi melalui pencarian sesuai


keyword (n=850)

Hasil temuan setelah di reduksi terhadap temuan duplikasi (n=


Skrinning

680)

Hasil temuan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi


(n= 247)
Kelayakan

Hasil temuan setelah melalui proses skrining


dan pengkajian terhadap kelayakan (n=38)

73 73
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81

Artikel yang dimasukkan dalam review (n=6)

Gambar 1. Flow diagram of trial selection process for critical review


Inklusi

74 74
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil review dari 6 artikel penurunan kesadaran. Hasil penelitian dari 6
yang terpilih, seluruh artikel tersebut artikel tersebut menunjukkan bahwa stimulasi
menggunakan metode kuantitatif dengan auditori memberikan pengaruh terhadap
design Randomized Clinical Trial (RCT), tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala.
seluruh sampel dalam penelitian tersebut yaitu Hasil review dari 6 artikel dapat dilihal pada
pasien cedera kepala yang mengalami - tabel 1.

Tabel 1. Tabel Review Artikel


Peneliti dan Desain Sampel Intervensi Kontrol Outcome Kesimpulan
Tahun
Penelitian
Tavangar RCT 40 Intervensi yang Tidak diberikan Hasil penelitian Terdapat
H, responden diberikan yaitu stimulasi auditori. tersebut pengaruh
Kalantary berupa stimulasi Responden hanya menunjukkan stimulasi
M., Salimi auditori berupa mendapatkan bahwa stimulasi auditori
T, et al. suara dari anggota perawatan dan auditori yang berupa suara
(2014) keluarga terapi yang rutin diberikan oleh anggota
responden, dilakukan di keluarga keluarga
Iran intervensi tersebut ruangan. memiliki dalam
diberikan selama pengaruh meningkatkan
5-15 menit dan terhadap nilai GCS.
dilakukan sampai peningkatan
hari ke-10. kesadaran yang
ditunjukkan dari
hasil perbedaan
nilai GCS pada
kelompok
kontrol dengan
kelompok
intervensi
(p=0.0001)

Gorji RCT 13 Stimulasi auditori headphone. Tidak Hasil analisa


M.A.H., responden menggunakan Intervensi ini mendapat data
Araghiyans hasil rekaman stimulasi menunjukkan
c F., Jafari suara yang auditori. bahwa terdapat
H., Gorgi dikenal dengan isi perbedaan nilai
H., & rekaman GCS antara
Yazdani J , menceritakan kelompok
(2014) kenangan indah, intervensi
kata-kata dengan
Iran dukungan yang kelompok
bermanfaat untuk control dengan
pemulihan p-value 0.001
responden. Hasil
rekaman tersebut
akan didengarkan
menggunakan
MP3 Player dan

75 75
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81

Pemberi i auditori kelurga (yang meningkatkan pasien di ruangan


an berupa dikenal) tingkat cedere kepala ICU.
stimulas rekaman suara effektif dalam kesadaran
diberikan dengan

76 76
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...

durasi 10 menit
sebanyak 2x per
hari dan
dilakukan selama
2 mingu
Mohamma RCT 60 Intervensi Tidak diberikan Terdapat Terdapat
di, responden diberikan berupa stimulasi auditori, perbedaan yang pengaruh
Rezayegane pemberian hanya signifikan pada stimulasi
h, stimulasi auditori mendapatkan rata-rata tekanan auditori
Khaleghdo dengan perawatan standar darah dan suhu terhadap status
ost, et al, mendengarkan di Ruangan ICU. tubuh sebelum hemodinamik
(2017) suara rekaman dan sesudah pada pasien
keluarga. intervensi pada cedera kepala
Iran Intervensi tersebut kelompok dengan
dilakukan selama intervensi penurunan
10 menit serta (p<0.001) dan kesadaran di
dilakukan tidak ada ruangan ICU.
sebanyak 3x per perbedaan yang
hari terhadap signifikan
responden dengan terhadap
cedera kepala di kelompok
ruangan ICU. control.

Moattari, RCT 60 Kelompok Tidak diberikan Hasil analisa Stumulasi


Shirazi, responden intervensi dibagi stimulasi auditori data auditori secara
Sharifi, & menjadi 2 menunjukkan langsung
Zareh, kelompok yiatu bahwa stimulasi dengan
(2016) kelompok auditori berbicara
keluarga dan berpengaruh kepada
Iran kelompok terhadap tingkat responden
perawat. kesadaran yang
responden yang dilakukan oleh
Pada kelompok dapat dilihat keluarga
keluarga, dari perbedaan maupun oleh
intervensi yang signifikan perawat
diberikan berupa dari nilai GCS ruangan
stimulasi auditori sebelum dan memiliki
dengan berbicara sesudah pada pengaruh yang
kepada responden kelompok berarti dalam
secara langsung keluarga dan meningkatkan
yang dilakukan perawat. tingkat
oleh keluarga. Namun, kesadaran
Stimulasi ini berdasarkan pasien cedera
diberikan angka kepala di
sebanyak 2x per signifikansi, ruangan ICU.
hari selama 7 hari. stimulasi yang
diberian oleh
Kelompok keluarga lebih
perawat, besar
intervensi pengaruhnya
diberikan dengan dibandingan
stimulasi auditori perawat.
yang dilakukan
oleh perawat
ruangan ICU

75
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81

dengan berbicara
langsung kepada
responden.
Stimulasi ini
dilakukan
sebanyak 2x per
hari selama 7 hari
Cheng et RCT 86 Intervensi - Hasil data Terdapat
al., (2013) responden menggunakan menunjukkan pengaruh
stimulasi auditori bahwa pasien stimulasi
China dengan lebih banyak auditori
menggunakan berespon dengan
suara bell, terhadap memanggil
penyebutan nama stimulasi nama
pasien dan auditori berupa responden
kombinasi antara panggilan nama terhadap skor
suara bell dan dari pada suara respon
nama pasien bell. lokalisasi
terhadap 86 suara (CRS-R)
pasien cedera pada pasien
kepala yang cedera kepala
mengalami dengan
penurunan penurunan
kesadaran. kesadaran
Lokalisasi suara
di evaluasi
menggunakan
instrument
Coma Recovery
Scale Revise
(CRS-R)

Park, S., RCT 9 responden Stimulasi auditori Stimulasi auditori Hasil analisa Terdapat
Davis, A.E., secara langsung secara tidak data pengaruh
(2016) melalui suara langsung melalui menunjukkan stimulasi
keluarga dan suara music atau bahwa terdapat auditori secara
Republic of perawat. suara tv. Stimulasi perbedaan nili langsung
korea Stimulasi diberikan selama GCS yang dibandingkan
diberikan selama 15 menit dan signifikan antara stimulasi tidak
15 menit dan dilakukan selama kelompok langsung
dilakukan selama 5 hari intervensi terhadap
5 hari dengan tingkat
kelompok kesadaran
kontrol pada pasien
cedera kepala

penurunan kesadaran melalui metode


single blind randomized controlled
Stimulasi auditori yang diberikan trial
bisa suara yang dikenal, musik, dan
suara lingkungan. Menurut Tavangar,
dkk pada tahun 2014 terhadap 40 pasien
cedera kepala yang mengalami

76 76
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81
dengan pre dan post control group
design tentang pengaruh suara keluarga
terhadap tingkat kesadaran pada responden
tersebut. Intervensi yang diberikan yaitu

77 77
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81

berupa stimulasi auditori berupa suara diperoleh sampel sebanyak 30 responden


dari anggota keluarga responden, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
intervensi tersebut diberikan selama 5-15
menit dan dilakukan sampai hari ke-10.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa stimulasi auditori yang diberikan
oleh keluarga memiliki pengaruh
terhadap peningkatan kesadaran yang
ditunjukkan dari hasil perbedaan nilai
GCS pada kelompok kontrol dengan
kelompok intervensi (p=0.0001) (13).
Penelitian tersebut didukung oleh
Gorji, Araghiyansc, Jafari, dkk pada
tahun 2014 yang mengatakan bahwa
terdapat pengaruh stimulasi auditori
berupa suara anggota keluarga terhadap
tingkat kesadaran pasien cedera kepala,
penelitian ini menggunakan metode
double-blind randomized clinical trial
terhadap 30 pasien cedera kepala di
ruangan ICU Rumah Sakit Mazandaran
selama 2 minggu dengan memberikan
stimulasi berupa rekaman suara anggota
keluarga yang dicintai selama 10 menit
per harinya melalui mp3 player (14).
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Mohammadi, Rezayeganeh,
Khaleghdoost, et al tentang pengaruh
stimulasi auditori oleh keluarga terhadap
tekanan darah dan suhu tubuh pada
pasien cedera kepala dengan penurunan
kesadaran menunjukkan adanya
perbedaan signifikansi nilai tekanan
darah dan suhu tubuh sebelum dan
sesudah diberikan stimulasi auditori
menggunakan rekaman suara keluarga
terhadap 60 pasien cedera kepala (15).
Selain meningkatkan kesadaran,
stimulasi auditori juga dapat mengurangi
lama rawat, seperti studi yang dilakukan
oleh Araghiyansc dkk (2014) meneliti
tentang pengaruh stimulasi auditori
terhadap lama rawat pada pasien cedera
kepala di ICU (14). Penelitian tersebut

78 78
Maulidya dkk, Stimulasi Auditori pada Pasien...
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2, September 2019: 71-81
15 responden kelompok kontrol dan 15 Randomized Control Trial ini dilakukan
responden kelompok intervensi. pada 40 pasien cedera kepala yang
Kelompok intervensi diberikan stimulasi
auditori berupa rekaman suara yang
dikenal seperti kata-kata dukungan dari
keluarga. Stimulasi diberikan selama 10
menit dan dilakukan 2 kali perhari,
kemudian masing-masing responden di
observasi selama 2 minggu. Hasil analisa
data dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pada kelompok
kontrol memiliki lama rawat yang
panjang untuk mencapai GCS 15 dengan
rata-rata 12 hari sedangkan pada
kelompok intervensi memiliki lama
rawat yang pendek dengan rata-rata 6
hari (14).

Selain Gorji dkk, penelitian


mengenai stimulasi auditori dilakukan
oleh Cheng dkk, mengenai lokalisasi
suara pada pasien pemulihan setelah
koma dengan stimulasi auditori.
Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengkaji lokalisasi suara terhadap
pasien fase pemulihan setelah koma
menggunakan stimulasi auditori yaitu
menggunakan suara bell, penyebutan
nama pasien dan kombinasi antara suara
bell dan nama pasien terhadap 86 pasien
cedera kepala yang mengalami
penurunan kesadaran. Lokalisasi suara di
evaluasi menggunakan instrument Coma
Recovery Scale Revise (CRS-R). hasil
data tersebut menunjukkan bahwa pasien
lebih banyak berespon terhadap
stimulasi auditori berupa panggilan
nama dari pada suara bell (16).

Penelitian tentang stimulasi auditori


dilakukan kembali oleh Moattari,
Shirazi, Sharifi, & Zareh dengan
membandingkan stimulasi auditori yang
diberikan oleh keluarga secara langsung
dengan perawat pada pasien dengan
cedera kepala berat. Penelitian

79 79
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2,Maulidya
Septemberdkk,
2019:
Stimulasi
71-81 Auditori pada Pasien...

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal


sebanyak 20 pasien diberikan intervensi tersebut telah dibuktikan pada penelitian
berupa stimulasi auditori oleh keluarga
dan 20 pasien lainnya diberikan
stimulasi auditori oleh perawat ruangan.
Hasil analisa data diperoleh bahwa
masing-masing kedua kelompok tersebut
memiliki perbedaan yang signifikansi
sebelum dan sesudah intervensi. Namun,
dilihat dari angka signifikansi kelompok
intervensi oleh keluarga memiliki angka
signifikansi yang sangat besar
dibandingkan intervensi yang diberikan
oleh perawat ruangan (17).

Stimulasi sensori berupa auditori.


Stimulasi sensori merupakan suatu
proses memberikan rangsangan sensori
tambahan dalam bentuk visual, auditori,
taktil, gustatori atau olfaktori yang
bertujuan agar respon pasien meningkat
dalam hal peningkatan kesadaran dan
respon perilaku yang bermakna (18).
Stimulasi auditori merupakan suatu
proses pemberian stimulus berupa suara
atau bunyi sehingga menghasilkan efek
pada system saraf. Stimulasi auditori
saat ini menjadi perhatian khusus, karena
pada pasien dengan penurunan
kesadaran sistem pendengaran
merupakan indera terakhir yang
berfungsi (18).

Berdasarkan review dari 6 artikel


stimulasi tersebut dapat berupa suara
musik, suara yang dikenal, suara
lingkungan atau dengan menyebutkan
nama pasien yang dapat diberikan oleh
keluarga atau tenaga kesehatan baik
secara langsung ataupun tidak langsung
(menggunakan mp3 player).
Stimulasi auditori berupa suara yang
dikenal serta diberikan secara langsung
oleh keluarga memiliki pengaruh yang
besar dibandingkan stimulasi yang

78
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2,Maulidya
Septemberdkk,
2019:
Stimulasi
71-81 Auditori pada Pasien...

Randomized Control Trial yang mengaktivasi system reticular dan otak


dilakukan oleh Moattari dkk, dengan tengah sehingga dapat meningkatkan
membandingkan stimulasi auditori yang
diberikan oleh keluarga secara langsung
dengan perawat pada pasien dengan
cedera kepala berat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikansi sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok stimulasi oleh
keluarga dan tenaga kesehatan. Namun,
dilihat dari angka signifikansi kelompok
intervensi oleh keluarga memiliki angka
signifikansi yang sangat besar
dibandingkan intervensi yang diberikan
oleh perawat ruangan (17).

Durasi stimulasi auditori. Menurut


Gerber, pemberian stimulasi yang cukup
sering, intensitas dan durasi yang tepat
dapat membangkitkan fungsi otak,
meningkatkan organisasi neuronal,
memfasilitasi baik pertumbuhan dendrit
dan meningkatkan konektivitas sinaptik
pada system saraf yang rusak dan
akhirnya dapat meningkatkan level dari
fungsi kognitif (18). Ia juga
mengungkapkan dalam penelitiannya
bahwa program stimulasi sensorik pada
rehabilitasi awal pasien cedera kepala
sangat penting dilakukan pada tahap
awal pemulihan pada 72 jam pasca
cedera karena akan bermanfaat untuk
meningkatkan fungsi otak (18). Hasil
review dari 6 artikel diperoleh bahwa
durasi pemberian stimulasi selama 5 - 15
menit dan dilakukan sebanyak 2 – 3 kali
per harinya.

Outcome stimulasi auditori. Hasil


telaah dari 6 artikel menyatakan bahwa
stimulasi auditori dapat mengaktifkan
RAS, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran dan kemampuan kognisi. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Davis
dan White yang mengungkapkan bahwa
stimulasi tersebut merangsang

79
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2,Maulidya
Septemberdkk,
2019:
Stimulasi
71-81 Auditori pada Pasien...

tingkat kesadaran dan fungsi kognitif menimbulkan gangguan kesadaran


(19). (1,19,20).
Secara fisiologik, kesadaran
memerlukan interaksi yang terus-
menerus dan efektif antara hemisfer otak
dan formasio retikularis di batang otak
(20). Ketika area formatio reticularis
dirangsang dengan stimulus, maka
impuls yang dihasilkan akan
ditransmisikan ke RAS, sehingga terjadi
peningkatan aktivitas RAS. Perubahan di
dalam RAS ini akan merangsang korteks
serebri sehingga meningkatkan eksitasi
pada kedua bagian ini (1, 20).
Sekelompok pathway yang menjadi aktif
juga berhubungan dengan tingkat
kesadaran. Jika satu pathway aktif
derajat kesadaran minimal, jika beberapa
pathway diaktifkan secara simultan akan
menghasilkan tingkat kesadaran yang
tinggi (1,20). Selain mengatur kesadaran
umum, RAS melakukan fungsi seleksi
terhadap rangsangan sehingga dalam
keadaan sadar pemusatan perhatian
terseleksi. Oleh karena itu, fungsi RAS
mempunyai kemampuan untuk
menyaring dan memilah-milah informasi
(1,20).
Tingkat kesadaran itu sendiri
ditentukan oleh banyaknya neuron
penggerak atau neuron pengemban
kewaspadaan yang aktif. Unsur
fungsional utama neuron-neuron ialah
kemampuan untuk dapat digalakkan
sehingga menimbulkan potensial aksi.
Selain itu, juga didukung oleh proses-
proses yang menjaga neuron-neuron
serta unsur-unsur selular otak melalui
proses biokimiawi, karena tingkat
kesadaran bergantung pada jumlah
neuron-neuron yang aktif. Adanya
gangguan baik pada neuron-neuron
pengemban kewaspadaan ataupun
penggerak kewaspadaan akan

80
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2,Maulidya
Septemberdkk,
2019:
Stimulasi
71-81 Auditori pada Pasien...

2009: time for action. Retrieved


Selain meningkatkan kesadaran, from
dengan pemberian stimulasi auditori
secara tidak langsung dapat mengurangi
lama rawat pasien cedera kepala di RS,
seperti studi yang dibuktikan oleh Gorji,
dkk pada tahun 2014 (14). Hasil studi
tersebut menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol memiliki lama rawat
yang panjang untuk mencapai GCS 15
dengan rata-rata 12 hari sedangkan pada
kelompok intervensi memiliki lama
rawat yang pendek dengan rata-rata 6
hari (14).

PENUTUP

Berdasarkan review dari 6 artikel dapat


disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
stimulasi auditori terhadap tingkat
kesadaran terhadap pasien cedera kepala
dengan penurunan kesadaran. Oleh
karena itu, stimulasi auditori dapat
direkomendasikan sebagai terapi
tambahan secara non farmakologis
terhadap pasien cedera kepala yang
mengalami penurunan kesadaran.
Stimulasi ini dapat diberikan berupa
suara musik, suara yang dikenal, suara
lingkungan atau menyebutkan nama
pasien yang dapat diberikan oleh
keluarga atau tenaga kesehatan baik
secara langsung ataupun tidak langsung
dengan durasi 5 – 15 menit dan
diberikan sebanyak 2 – 3 kali per hari.

KEPUSTAKAAN
1. Smeltzer & Bare. Buku ajar
keperawatan medikal bedah brunner
& suddarth. Edisi 8 Volume 3. Alih
Bahasa : Agung Waluyo. Jakarta :
EGC, 2013.
2. World Health Organization (WHO).
Global status report on road safety,

81
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2,Maulidya
Septemberdkk,
2019:
Stimulasi
71-81 Auditori pada Pasien...

www.who.int/violence_injury_preve sheet. Atlanta, GA: US Department


ntion/road_safety_status/2013/en.Di of Health and Human Services,
peroleh tanggal 13 September 2018.
3. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Profil kesehatan republik
indonesia. Jakarta: Depkes RI, 2007.
4. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Riset
kesehatan dasar: Laporan Nasional
2013. Jakarta; 2013. p. 205–215.
5. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Riset
kesehatan dasar: Laporan Nasional
2018. Jakarta; 2013. p. 297–298.
6. Langlois JA, Rutland BW, Thomas
KE. Traumatic brain injury in the
United States: emergency
department visits, hospitalizations,
and deaths. Atlanta (GA): Centers
for Disease Control and Prevention.
National Center for Injury
Prevention and Control, 2006.
7. Greenberg DA, Simon RP.
Mononeuropathy Simplex. A Lange
Medical Book Clinical Neurology.
3rd ed. USA : Appleton Lange;
171.lippincot William & Wilkins,
2012.
8. Giacino JT, Katz DI & Whyte J.
Neurorehabilitation in disorders of
consciousness. In Seminars in
neurology 2013; Vol. 33;02:p142-
156.
9. Masel BE, & DeWitt DS. Traumatic
brain injury: a disease process, not
an event. Journal of neurotrauma
2010;27(8), 1529-1540.
10. Center Of Disease Control And
Prevention (CDC). Traumatic brain
injury in the United States: fact

82
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2,Maulidya
Septemberdkk,
2019:
Stimulasi
71-81 Auditori pada Pasien...

CDC; patient’s own name. BMC


2016.http://www.cdc.gov/traumaticb neurology 2013; 13(1), 27.
raininjury/get_the_facts.html
11. Davis A & Gimenez A. Cognitive
behavioral recovery in comatose
patient following auditory sensory
stimulation. Journal of Neuroscience
Nursing: American Association of
Neuroscience Nurses 2003; vol. 35.
12. Gruner, M.L & Terhaag, D.
Multimodal early onset stimulation
(MEOS) in rehabilitation after brain
injury. Brain Injury 2000;14(6):585-
594.
13. Tavangar H, Kalantary M., Salimi
T, et al. (2014). Effect of family
members’ voice on level of
consciousness of comatose patients
admitted to the intensive care unit:
A single-blind randomized
controlled trial. Advanced
Biomedical Research 2014;4:106.
14. Gorji MAH, Araghiyansc F, Jafari
H, Gorgi H, & Yazdani J. Effect of
auditory stimulation on traumatic
coma duration in intensive care unit
of medical sciences university of
mazandarn, iran. Saudi Journal of
Anesthesia 2014;8(1): 69-72.
15. Mohammadi MK, Rezayeganeh
MR, Khaleghdoost M, Roshan ZA
& Ebrahimzadeh AM. Effects of
Organized Auditory Stimulation by
Familiar Voice on Blood Pressure
and Body Temperature in Comatose
Patients. Joural of Holistic Nursing
and Midwifery 2017;27(1):95-102.
16. Cheng L, Gosseries, O, Ying L, Hu,
X, Yu, D, Gao H. Assessment of
localisation to auditory stimulation
in post-comatose states: use the

83
Dunia Keperawatan, Volume 7, Nomor 2,Maulidya
Septemberdkk,
2019:
Stimulasi
71-81 Auditori pada Pasien...

17. Moattari M, Shirazi F, Sharifi N and stimulation on coma arousal after


Zareh N. Effects of a sensory traumatic brain injury. International
stimulation by nurses and families Journal of Nursing Practice, 2016.
on level of cognitive function, and
basic cognitive sensory recovery of
comatose patients with severe
traumatic brain injury: a randomized
control trial. Trauma Mon 2016;
21(4): 23531.
18. Gerber CS. Understanding and
managing coma stimulation: are we
doing everything we can?. Critical
Care Nursing Quarterly 2005;
28(2):94-108; quiz 109-10.
19. Davis, A.E & White, J. Innovative
sensory input for the comatose brain
injury patient. Crit Care Nurs Clin
North Am 2005;7 (2):352-361.
20. Price SA dan Wilson L.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 1.
Jakarta: EGC, 2006.
21. Park S, Davis AE. Effectiveness of
direct and non-direct auditory

84

Anda mungkin juga menyukai