Anda di halaman 1dari 26

BAB I

STATUS PENDERITA

1.1 IDENTITAS
Nama :

RM :

Tanggal Lahir :

Umur : tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

MRS :

Ruangan :

1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Riwayat Penyakit Dahulu:

 Hipertensi : ()
 Diabetes Mellitus : (-)
 Kejang : (-)
 Trauma : (-)

Riwayat Penyakit dalam Keluarga:

 Hipertensi : ()
 Diabetes Mellitus : ()
 Kejang : (-)
 Trauma : (-)
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : mmHg

RR : x/ menit

HR : x/menit

Suhu : 0C

Kepala : konjungtiva pucat (), sclera ikterik ()

Leher : Tidak ada kelainan

Pupil : Isokor/ Reflek Cahaya /

KGB : Tidak ada kelainan

Thorax : Tidak ada kelainan

Abdomen : Tidak ada kelainan

Genitalia Eksterna : Tidak ada kelainan

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal Pemeriksaan Darah Rutin
nilai normal
•Hb : g/dl (L: 14-18 g/dl)
•Hct : vol% (L: 40-48 vol%)
•Leukosit : /mm3 (L: 4400-11.300/mm3)
•Trombosit : /mm3 (L: 200.000-500.000/mm3)

Elektrolit
Kalium : (3,5-5)
Natrium : (135-147)
Chloride : (95-105)

Kimia Klinik
• Bun : mg/dl (9,8-20,1)
• Ureum : mg/dl (18 - 55 mg/dl)
• Creatinin : mg/dl (L:0,62 - 1,1 mg/dl )
• SGOT : mg/dl (0 - 50 mg/dl)
• SGPT : mg/dl (0 - 50 mg/dl)
• GDA : mg/dl (<200 mg/dl)

Pemeriksaan RADIOLOGI

1.5 DIAGNOSIS
Diagnosis kerja :
Diagnosis banding :

1.6 PENATALAKSANAAN
 MRS
 Infus
1.7 RESUME

Follow Up :

05 Agustus 2019

S :

O : TD = mmHg

N = x/menit

RR = x/menit
S = C

A/I/C/D = -/-/-/-

Cor : S1>S2 tgl reg, m (-), g(-)

Pulmo : ves/ves, wh -/-, rh -/-

Abd : supel, bu (+) N, tympani,

ext : AH +/+, oe -/-

Status lokalis

A : Tetanus generalisata

P : Rawat Luka

O2 2lpm

Ivfd NS 0

S :

TD = mmHg

N = x/menit

RR =x/menit

S = C

A/I/C/D = -/-/-/-

Cor : S1>S2 tgl reg, m (-), g(-)

Pulmo : ves/ves, wh -/-, rh -/-

Abd : supel, bu (+) N, tympani

ext : AH +/+, oe -/-


Status lokalis

A : Tetanus generalisata

P :
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Payudara

1. Anatomi
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu
jaringan kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus
dan duktus. Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan
jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak
ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai
dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al.,
2011; Moore et al., 2009). Adapun anatomi payudara tersaji pada gambar
1.
Gambar 1. Anatomi mammae anterior (Sumber: http://www.cancer.gov).

Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang


merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis,
dan arteri interkostalis posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara
terdiri dari pleksus subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola
mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting yang akan
mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian
besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup
daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter,
kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau route of Grouzsman,
dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening mammaria interna
(Soetrisno, 2010). Sistem limfatik payudara tersaji pada gambar 2.

Gambar 2. Sistem limfatik mammae (Sumber:


http://www.edoctoronline.com).

Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan


cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat
menyebabkan penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung, skapula,
lengan bagian tengah, dan leher (Moore et al., 2009).
2. Histologi
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang
dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan
bermuara ke papila mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus
payudara terdapat lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus intralobularis
yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian
dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis
mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan arteriol (Eroschenko,
2008). Adapun gambaran histologi payudara dan predileksi lesi payudara
tersaji pada gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Histologi Mammae (Sumber: Eroschenko, 2008).

Gambar 4. Predileksi lesi payudara (Sumber:


http://generalsurgeonnews.com).
3. Fisiologi

Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah


asinus. Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari
unsur protein yang disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan
IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam
perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon dari
berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium.
Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron yang
merupakan hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang paling
sering menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa tegang,
membesar atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa
pramenopause dan perimenopause sistem keseimbangan hormonal siklus
haid terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan dan involusi
siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma
payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau
cystic change yang merupakan proses aging (Soetrisno, 2010; Sabiston,
2011).

4. Patologi

Pada dasarnya kelainan patologi payudara dapat digolongkan menjadi


empat golongan besar yaitu kelainan kongenital, infeksi, kelainan akibat
ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma (Soetrisno, 2010).

Kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti etiologinya, tetapi


segala sesuatu yang bersifat menimbulkan kegagalan secara total
maupun parsial perkembangan somatik payudara akan berakibat kurang
atau gagalnya pembentukan komponen payudara. Kelainan kongenital
dapat berupa agenesis, hipoplasia dan hipotrofi, polythelia atau jumlah
puting susu yang berlebihan, polymastia atau terdapat lebih dari sepasang
payudara, dan lain–lain (Fadjari, 2012).

Kelainan payudara akibat ketidakseimbangan hormon terutama


hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini akan
menimbulkan penyimpangan pertumbuhan dan komponen jaringan
payudara yang disebut mammary dysplasia pada wanita dan
gynecomastia pada pria. Bila terdapat bentuk kista yang tidak teratur baik
letak maupun ukurannya dan disertai peningkatan unsur jaringan ikat
ekstralobular akan didapatkan fibrokistik payudara (Soetrisno, 2010).
Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang terjadi
pada rentang usia 20–55 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak adalah
karsinoma duktal invasif dengan prevalensi pada umur lebih dari 45 tahun
dan pada masa menopause. Sebagian besar lesi mamma terdiri dari satu
atau lebih benjolan yang bentuk dan ukuran sangat bervariasi. Benjolan ini
dapat berbatas tegas maupun tidak, nodul tunggal atau multipel, lunak
atau keras, dapat digerakkan dari dasarnya atau tidak. Hal ini yang dapat
membantu membedakan lesi jinak atau lesi ganas pada payudara
(Underwood & Cross, 2010; Utami et al., 2014).

2.2 Definisi

Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama


terdapat pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause.14
Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan payudara normal
dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan
payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi
saluran air susu di payudara.

Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak mamma yang paling


banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak
ditemukan pada kelompok umur muda.
2.3 Klasifikasi

Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga


macam:

1. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan
simpel fibroadenoma.33 Sering ditemukan pada wanita kelompok umur
muda antara 21-25 tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai
benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas,
dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma
yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.

2. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran
dengan diameter lebih dari 5 cm.33 Secara keseluruhan insiden giant
fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant
fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan menyusui.18 Giant
fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran
massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat
merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena
ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan
pengangkatan terhadap tumor ini.

3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan
insiden 0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien
dengan juvenile fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18
Tumor jenis ini lebih banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat
dibandingkan pada orang Kaukasia.
Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara
lain:
a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang.
Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan
pada saat menopause terjadi regresi.

Gambar 2.2. Fibroadenoma

Gambar 2.3. Common Fibroadenoma (Massa yang ditunjukkan berbatas


tegas )
Gambar 2.4. Giant Fibroadenoma (Massa Gambar 2.5. Juvenile
Fibroadenoma (Massa yang ditunjukkan berbatas tegas dan yang
ditunjukkan memiliki permukaan yang memiliki kapsul yang tebal)

Gambar 2.5. Juvenile Fibroadenoma (Massa yang ditunjukkan berbatas


tegas dan berlendir dan multiple celah, berbatas tegas dan berbentuk
bulat)

2.4 Epidemiologi

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang


lebih sering didiagnosa pada wanita muda.22 Fibroadenoma dilaporkan
terjadi pada lebih dari 9% penduduk wanita. Fibroadenoma sangat
dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi selama siklus menstruasi dan
masa kehamilan.
Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun,
kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun.3 Belum ada data yang
pasti mengenai insiden fibroadenoma pada populasi umum. Dalam suatu
studi disebutkan bahwa angka kejadian fibroadenoma pada wanita yang
menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7%-13% sementara itu
pada studi yang lain didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma didapatkan
dari 50% semua biopsi payudara dan hal ini meningkat mencapai 75%
pada biopsi payudara wanita yang berumur < 20 tahun (Greenberg, et all,
1998).18 Data dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo
Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa dari 65
spesimen payudara ditemukan 31 kasus (48%) penderita fibroadenoma,
dan sebanyak 11 kasus (35%) terjadi pada kelompok remaja (<19
tahun).12 Penelitian di Nigeria Timur, melaporkan 318 kasus
fibroadenoma yang terjadi pada usia rata-rata 16-32 tahun.6 Berdasarkan
hasil Laboratorium Histopatologi di Yaman melaporkan bahwa dari seluruh
kasus tumor jinak (79,9%), FAM merupakan tumor jinak yang paling
banyak terjadi (30,0%) yang terjadi pada usia rata-rata 22,2 tahun (Al
Thobhani, 2006).
Fibroadenoma mammae terutama sering terjadi pada wanita muda
di Afrika.12 Sebuah analisis klinikopatologi melaporkan bahwa dari 202
lesi jinak payudara terjadi pada wanita kulit hitam. Hasil studi
menunjukkan bahwa kejadian puncak fibroadenoma terjadi pada usia
lebih dini yang terjadi pada pasien kulit hitam dibandingkan pada pasien
kulit putih.

2.5 Gambaran Klinis


Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae
adalah adanya bagian yang menonjol pada permukaan payudara,
benjolan memiliki batas yang tegas dengan konsistensi padat dan
kenyal.16 Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4 cm,
namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan
ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5 cm.21 Benjolan yang tumbuh
dapat diraba dan digerakkan dengan bebas.2 Umumnya fibroadenoma
tidak menimbulkan rasa nyeri atau tidak sakit.
Perubahan fibroadenoma menjadi ganas dalam komponen epitel
fibroadenoma umumnya dianggap langka.18 Fibroadenoma secara
signifikan tidak meningkatkan risiko berkembang menjadi kanker
payudara4 Insiden karsinoma berkembang dalam suatu fibroadenoma
dilaporkan hanya 20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang berisiko.
Sekitar 50% dari tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20%
infiltrasi karsinoma lobular, 20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS),
dan 10% sisanya infiltrasi karsinoma duktal. Berdasarkan pemeriksaan
klinis ultrasonografi dan mammografi biasanya ditemukan fibroadenoma
jinak dan perubahan menjadi ganas ditemukan hanya jika fibroadenoma
tersebut dipotong.18 Fibroadenoma yang dibiarkan selama bertahun-
tahun akan berubah menjadi ganas, dikenal dengan istilah progresi dan
persentase kemungkinannya hanya 0,5% - 1%.

2.6 Faktor Resiko


Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara
pasti, namun berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain:
a. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau
frekuensi terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita
usia muda < 30 tahun.26 terutama terjadi pada wanita dengan usia antara
15-25 tahun.4 Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen Patologi
Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009)
dilaporkan bahwa rata-rata umur pasien yang menderita fibroadenoma
adalah 23 tahun dengan rentang usia 14-49 tahun.
b. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan
usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan
penelitian Bidgoli,
et all (2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56-16.31) artinya penderita FAM
kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian
tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya penderita FAM
kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia < 21 tahun
c. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama
meningkat pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui
memiliki peran yang penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian
FAM.
d. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena
kepekaan terhadap peningkatan hormon estrogen.33 Penggunaan
kontrasepsi yang komponen utamanya adalah estrogen merupakan faktor
risiko yang meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Department of Surgery, University of Oklahoma Health
Sciences Center (Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita FAM yang
menggunakan kontrasepsi dengan komponen utama estrogen adalah
sekitar 60%.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari
normal merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian
Bidgoli, et all diketahui bahwa IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita dengan IMT >
30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita
dengan IMT < 30 kg/m2.27
f. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko
fibroadenoma. Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga
tingkat pertama dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan
peningkatan risiko tumor ini.18 Dari beberapa penelitian menunjukkan
adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara
perempuan mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita
FAM memiliki riwayat keluarga menderita penyakit pada payudara (Organ,
1983).28 Tidak seperti penderita dengan fibroadenoma tunggal, penderita
multiple fibroadenoma memiliki riwayat penyakit keluarga yang kuat
menderita penyakit pada payudara.
g. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen
estrogen yang juga akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan
penelitian Bidgoli, et all diketahui orang yang mengalami stress memiliki
risiko lebih tinggi menderita FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76) artinya
orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM
dibandingkan dengan orang yang tidak stress.
h. Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM.
Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all pada tahun 2011 di Iran dilaporkan
38% dari penderita FAM memiliki riwayat tinggal di dekat pabrik yang
memproduksi PAHs. Penelitian tersebut menggunakan desain case
control dimana diketahui OR=3.7,CI95%1.61-7.94 yang artinya orang
yang tinggal didekat pabrik yang memproduksi zat PAHs memiliki risiko
3,7 kali menderita FAM.27 PAHs adalah salah satu pencemar organik
yang paling luas. PAHs dibentuk oleh pembakaran tidak sempurna dari
karbon yang mengandung bahan bakar seperti kayu, batu bara, diesel,
lemak, tembakau, dan dupa.36 Banyak senyawa-senyawa aromatik,
termasuk PAHs, yang bersifat karsinogenik. Hal ini berdasarkan sifatnya
yang hidrofobik (tidak suka akan air), dan tidak memiliki gugus metil atau
gugus reaktif lainnya untuk dapat diubah menjadi senyawa yang lebih
polar. Akibatnya senyawa PAHs sangat sulit diekskresi dari dalam tubuh
dan biasanya terakumulasi pada jaringan hati, ginjal, maupun adiposa
atau lemak tubuh. Dengan struktur molekul yang menyerupai basa nukleat
(adenosin, timin, guanin, dan sitosin), molekul PAHs dapat dengan mudah
menyisipkan diri pada untaian DNA. Akibatnya fungsi DNA akan
terganggu dan apabila kerusakan ini tidak dapat diperbaiki dalam sel,
maka akan menimbulkan penyakit kanker.

2.7 Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan
terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan
dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada
kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah
digerakkan dari jaringan di sekitarnya.2 Fibroadenoma mammae biasanya
tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan.20
Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan tunggal, tetapi
sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki beberapa
benjolan pada kedua payudara.
Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara
belum diketahui secara jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya
beberapa fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral belum
dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan
patogenesis yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan
payudara lokal terhadap estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat
keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi
estrogen penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor
estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat
menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi
karsinoma.
Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma
bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan
dapat membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak
menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui. Diperkirakan
bahwa sepertiga dari kasus fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya akan
berkurang bahkan hilang sepenuhnya.3 Namun yang paling sering terjadi,
jika dibiarkan ukuran fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya
bersifat kenyal dan berbatas tegas dan tidak sulit untuk diraba. Apabila
benjolan didorong atau diraba akan terasa seperti bergerak-gerak
sehingga beberapa orang menyebut fibroadenoma sebagai “breast
mouse”. Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala
akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila
disentuh.

2.8 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah untuk
menurunkan insiden penyakit.25 Cara yang dilakukan adalah dengan
menghindari faktor-faktor tertentu yang dapat merangsang pertumbuhan
sel-sel tumor antara lain:
a. Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu
berkembangnya sel-sel tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi dengan bahan atau zat-zat hormonal,
menghindari pemakaian pil kontrasepsi dengan komponen utama
estrogen. Penggunaan zat tersebut jika dipakai terus menerus akan
menyebabkan terjadinya perubahan jaringan pada payudara yang
meningkatkan angka kejadian FAM.29 Selain itu menghindari terpapar
dengan zat Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat
karsinogenik.

b. Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat


menurunkan kejadian FAM antara lain dengan mengkonsumsi buah dan
sayuran. Penggunaan alat kontrasepsi oral juga dapat menurunkan risiko
terjadinya FAM.

c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI


Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara
teratur. Dengan melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka
kesempatan untuk menemukan tumor dalam ukuran kecil lebih besar,
sehingga dapat dengan cepat dilakukan tindakan pengobatan. SADARI
dapat dilakukan dengan cara:

c.1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal,


ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan
perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada
puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting
susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
c.2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di
belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi
seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil
akibat tumor. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara,
terutama pada payudara bagian bawah.

c.3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke


arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan
ukuran dan kontur payudara.

c.4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan,
telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar
(membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar
payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan
secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara
mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
c.5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar
cairan dari puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara
kiri dan kanan.

c.6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu


kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara
akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama
terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu
kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara
dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.

c.7. Pemeriksaan no. c.5. dan c.6. akan lebih mudah dilakukan ketika
mandi karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan
kulit lebih licin.
SADARI secara visual dapat dilihat pada gambar berikut

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan
cara medeteksi penyakit secara dini dan melakukan pengobatan secara
cepat dan tepat.
a. Anamnesa
Anamnesa terpadu harus didapatkan sebelum dilakukan
pemeriksaan fisik. Penyelidikan terperinci tentang faktor risiko harus
meliputi riwayat kehamilan dan ginekologi seperti usia, paritas, serta
riwayat menstruasi dan menyusui. Riwayat terapi hormonal sebelumnya
yang mencakup kontrasepsi oral dan estrogen.14
b. Diagnosa
Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan
foto thorax dan mammografi atau ultrasonografi), dengan Fine Needle
Aspiration Cytology (FNAC).

b.1. Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk
tegak atau berbaring atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk
kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik,
seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Kemudian dilakukan palpasi
dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan
pada setiap kuadran payudara.14 Palpasi dilakukan untuk mengetahui
ukuran, jumlah, dapat bergerak-gerak, kenyal atau keras dari benjolan
yang ditemukan.30 Dilakukan pemijatan halus pada puting susu untuk
mengetahui pengeluaran cairan, darah atau nanah dari kedua puting
susu. Cairan yang keluar dari puting susu harus dibandingkan.
Pengeluaran cairan diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan seperti fibroadenoma atau bahkan karsinoma.

b.2. Mammografi
Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang
mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler
yang relatif sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan
tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif,
comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis
dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan ditensi pada
struktur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang
mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas).
Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia tua
sekitar 60-70 tahun.
b.3. Ultrasonografi (USG)
Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda
karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat
dengan baik jika menggunakan mammografi. Pemeriksaan ini hanya
membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan
gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosa
yang tinggi.

Beberapa gambar hasil USG pada payudara :

Gambar 2.7. Fibroadenoma Kecil (1cm)

Gambar 2.8. Fibroadenoma > 5 cm (ukuran 8,5 x 7 x 6 cm)


b.4. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Dengan FNAC diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas,
tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan. Pada FNAC
diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa
sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut dapat
diperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan
tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah
mikroskop. Di bawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut :

b.4.1. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat
fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-
lobus.
b.4.2. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang
berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler).
b.4.3. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau
kolumnar pendek uniform.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
melakukan rehabilitasi.25 Rehabilitasi dilakukan untuk mengurangi
ketidakmampuan penderita agar dapat melakukan aktivitasnya kembali.
Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial,
seperti menghilangkan rasa nyeri, mendapatkan asupan gizi yang baik,
dan dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca
operasi.

2.9 Penatalaksanaan

Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai


berikut:
c.1. Ukuran
c.2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
c.3. Usia pasien
c.4. Hasil biopsi
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka
pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae.
Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya saja.
Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu
faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan
pengangkatan.
Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu
pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit
jaringan sehat disekitarnya Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini
tidak akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan
jaringan parut yang akan digantikan jaringan normal secara perlahan.
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai