Anda di halaman 1dari 37

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i


KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
PERATURAN DIREKTUR .......................................................................................iv
LAMPIRAN I KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM ................v
LAMPIRAN II PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM.................vi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
BAB II STANDAR KETENAGAAN ......................................................................7
BAB III STANDAR FASILITAS ............................................................................8
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ...............................................................11
BAB V LOGISTIK ...................................................................................................22
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ..........................................................................24
BAB VII KESELAMATAN KERJA ...........................................................................26
BAB VIlI PENGENDALIAN MUTU ..........................................................................29
BAB lX PENUTUP ..................................................................................................32

iii
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI
Jln. Trans Palangka Raya – Kuala Kurun Km. 16 Desa Bukit Rawi
Telepon (Hp) 08115230558, 081258143898,
Email: rsj-kalawaatei@yahoo.co.id
KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI
Nomor : 063 /PER-DIR/LAB/RSJ-KA/IV/2018

TENTANG

PELAYANAN LABORATORIUM RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Menimbang :

a. bahwa pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menegakkan


diagnosa klinis di Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei;

b. bahwa dalam rangka menjamin kualitas hasil pemeriksaan


laboratorium, diperlukan kebijakan direktur;

c. bahwa pelayanan laboratorium Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei


mengalami perkembangan yang dinamis, sehingga disusunlah kebijakan
baru;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan


b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur tentang Pelayanan
Laboratorium di Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/MENKES/PER/III/2010


tentang Laboratorium Klinik

iv
v
Lampiran I : PER-DIR RSJ Kalawa Atei
Nomor : 063/PER-DIR/LAB/RSJ-KA/IV/2018
Tanggal: 16 April 2018

KEBIJAKAN PELAYANAN LABORATORIUM

RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI

Kebijakan Umum

1. Pelayanan dilaboratorium harus selalu berorientasi kepada mutu dan


keselamatan pasien.

2. Semua petugas laboratorium wajib memiliki izin ketenagaan sesuai dengan


ketentuan yang berlaku.

3. Pelayanan laboratorium dilaksanakan setiap hari dalam satu minggu.

Kebijakan Khusus

1. Pelayanan laboratorium berada di bawah pimpinan seorang dokter umum.

2. Sarana dan prasarana laboratorium dipelihara secara rutin.

3. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di instalasi laboratorium dan di tempat tidur


pasien.

4. Setiap petugas laboratorium memiliki Surat Tanda Registrasi dengan ijin kerja
sesuai peraturan perundang-undangan.

5. Pelayanan laboratorium dilakukan berdasarkan pedoman pelayanan


laboratorium yang berlaku di Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei.

6. Melaksanakan Program Kendali Mutu ( PMI dengan PME ), melalui kerjasama


dengan Laboratorium Kesehatan Daerah.

7. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap semua jenis pelayanan


laboratorium
8. Mendokumentasikan setiap jenis pelayanan laboratorium sesuai aturan.
9. Setiap petugas mengembangkan keilmuan dan skill sesuai dengan
perkembangan teknologi terkini.

vi
vii
Lampiran II : PER-DIR RSJ Kalawa Atei

Nomor : 063 /PER-DIR/LAB/RSJ-KA/IV/2018


Tanggal : 16 April 2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei merupakan Rumah Sakit jiwa khusus melayani
kesehatan jiwa dan rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA, satu – satunya
di Provinsi Kalimantan Tengah.
Pelayanan kesehatan di kelola secara komprehensif dan terintegrasi dengan
berbagai bidang ilmu termasuk pelayanan laboratorium.
Pelayanan Laboratorium yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei
harus memiliki standar mutu yang sesuai dengan kemajuan IPTEK dengan
melaksanakan upaya perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Dengan demikian Pedoman Pelayanan Laboratorium ini disusun agar menjadi
acuan/pedoman petugas untuk menjalaninya.

B. Tujuan
Pedoman ini dibuat sebagai acuan pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit
Jiwa Kalawa Atei, hal ini karena pemeriksaan laboratorium adalah salah satu
komponen penting dalam penatalaksanaan pasien yang dapat berperan
meningkatkan mutu diagnosa klinik, sehingga pengobatan terhadap pasien
menjadi lebih terarah.

C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pelayanan Instalasi Laboratorium RSJ Kalawa Atei meliputi :
1. Pasien rawat inap
Yaitu pasien dari unit gawat darurat dan pasien dari poli rawat inap RSJ
kalawa Atei yang memerlukan pemeriksaan Laboratorium.
2. Pasien rawat jalan
Yaitu pasien dari unit gawat darurat dan pasien dari poli rawat jalan RSJ
kalawa Atei yang memerlukan pemeriksaan Laboratorium.
3. Pasien Luar
Yaitu pasien dari dokter luar RSJ Kalawa Atei maupun dokter yang bekerja
sama dengan RSJ Kalawa Atei yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.
4. Pasien Medical Chek Up
Yaitu Pasien yang berasal dari instalasi rawat jalan yang memerlukan medical
chek up dan pasien dari perusahaan maupun dari asuransi yang bekerja
sama dengan RSJ kalawa Atei yang memrlukan pemeriksaan laboratorium.

1
D. Batasan Operasional
1. Laboratorium Klinik
Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan specimen klinik untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Laboratorium ini terdiri atas beberapa pemeriksaan :
1) Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain : Hematologi rutin, hematologi lengkap, golongan
darah dan malaria.
2) Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan Kimia adalah pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain : Glukosa darah, Faal hati lengkap, Faal ginjal,
Fraksi Lipid lengkap.
3) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine adalah pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan yang membutuhkan bahan urine antara lain : urine rutin,
urine lengkap, dan test kehamilan
4) Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses adalah pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan yang membutuhkan bahan feses antara lain : Feces Rutin.
5) Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi adalah pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain : BTA sputum.
6) Pemeriksaan Serologi/imunologi
Pemeriksaan serologi / imunologi adalah pemeriksaan yang memerlukan
serum sebagai bahan pemeriksaan, antara lain : HBsAg,HbsAb,HIV dan
Widal.
2. Standar Pelayanan Laboratorium
Adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat atau kelas rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan
laboratorium tersebut.
3. Tenaga Profesional/Formal Laboratorium adalah tenaga yang mencakup :
dokter umum dan Analis Laboratorium.
4. Tenaga Penunjang Laboratorium adalah tenaga yang mencakup : Teknisi
Alat – alat laboratorium, dan paramedis.
5. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah kumpulan instruksi, langkah –
langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin
tertentu.
6. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan

2
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium.Semua ruangan
harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
7. Peralatan Laboratorium
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang diperlukan
sesuai dengan layanan yang disediakan sekalipun tidak digunakan secara
rutin.Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus
diperhatikan menunjukan kemampuan atau memenuhi kinerja yang
dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk
pemeriksaan bersangkutan.
Adapun peralatan laboratorium di RS Jiwa Kalawa Atei :
 Fotometer 5010 Rielle
 Mikroskop elektron (Leica DM 750)
 Sentrifuge
 Glukosa stick
 Mikropipet dan Tip (Putih, Kuning, Biru)
 Rak westergren
 Bilik hitung (improved Neubauer)
 Counter tally
 Oven
8. Bahan Laboratorium
a. Reagent adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
b. Standar adalah zat – zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui
dan diperoleh dengan cara penimbangan.
c. Bahan Kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan
suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil
pemeriksaan sehari – hari.
d. Air merupakan bahan termurah dari semua bahan yang digunakan di
laboratorium tetapi air merupakan bahan terpenting dan yang paling sering
digunakan, oleh karena itu kualitas air yang digunakan harus memenuhi
standar seperti halnya bahan lain yang digunakan dalam analisis.
e. Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient)
yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
9. Spesimen merupakan bahan pemeriksaan yang berasal dari manusia.
Sedangkan sampel dapat diartikan sebagai bahan dari spesimen manusia
atau dapat berupa bahan pemeriksaan bersumber lingkungan (non klinis).
10. Metode Pemeriksaan

3
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring, diagnostik
dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilans. Tiap tujuan pemeriksaan
memerlukan sensitivitas dan spesifitas yang berbeda – beda, sehingga perlu
dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai sensitivitas dan
spesifitas yang berbeda – beda pula.
11. Pemantapan Mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan adalah semua
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium.
Pemantapan Mutu terbagi menjadi 2 :
a. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing –
masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
b. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan
Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau
internasional.
Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua bidang
pemeriksaan laboratorium.

12. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan bagian
dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.Laboratorium melakukan
berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen
yang berasal dari manusia maupun bukan manusia.Bagi petugas
laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi
kuman patogen.Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas
lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya
yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat.Petugas harus memahami
keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan
untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai
SPO, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik menurut praktik
laboratorium yang benar.
13. Pencatatan dan Pelaporan

4
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan laboratorium diperlukan dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk
peningkatan pelayanan laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan
secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan
akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan

E. Landasan Hukum
1. UU no. 36 tahun 2009, tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang
kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
2. UU no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Permenkes no 411/MENKES/PER/III/2010 tentang laboratorium klinik
4. Menteri Kesehatan RI No : 370/Menkes/SK/II/2008 tentang standar
pelayanan minimal rumah sakit
5. Kepmenkes RI No : 370/Menkes/SK/III/200tentang standar profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Untuk menjalankan pelayanan laboratorium didukung oleh tenaga profesional


laboratorium dan tenaga penunjang laboratorium.
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ( SDM )
No Nama Jabatan Kualifikasi Tenaga yang
dibutuhkan

1. Penanggung Jawab S1 Kedokteran 1 orang

2. Kepala Ruangan Lab D3 analis, 1 orang

3. Staf Analis D3 analis 3 orang

B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan Laboratorium dilaksanakan setiap hari selama tujuh hari dalam satu
minggu, dengan jam pelayanan dimulai pada pukul 08.00 WIB s/d 14.00 WIB.

C. Pengaturan jaga pelaksana analis


1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana analisis dibuat dan
dipertanggungjawabkan oleh kepala ruang Laboratorium dan disetujui oleh
kepala Instalasi Laboratorium dan diketahui kepala Bidang Penunjang Medik.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka 1 bulan dan disosialisasikan ke analis
pelaksana laboratorium setiap bulan.
3. Untuk analis yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka analis
tersebut dapat mengajukan permintaan. Permintaan akan disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga yang ada.
4. Apabila ada tenaga analis jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetepkan ( terencana ), maka analis yang
bersangkutan harus memberitahu kepala ruang laboratorium 2 jam sebelum
dinas. Sebelum memberitahu kepala ruang laboratorium, diharapkan analis
yang bersangkutan sudah mencari analis pengganti.

6
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Instalasi Laboratorium

Ruang admin/sampling

Ruang Pemeriksaan

Ruang Kerja

Ruang Jaga Analis

B. Standar Ruangan

Luas ruangan Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan
harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh
sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.

Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk:

1. ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan
spesimen. Masing-masing sekurang-kurangnya mempunyai luas 6 m2.
2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangantergantung jumlah dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran
peralatan, jumlah karyawan, faktor keselamatan dan keamanan kerja serta
kelancaran lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung dan karyawan,
sekurang-kurangnya mempunyai luas 15m2.
3. Ruang administrasi/pengolahan hasil sekurang-kurangnya mempunyai luas 6
m2

Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:


1. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat yang
tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan yang
kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. Pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
lainnya, lebar minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.

7
4. Jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5. Semua stop kontakdan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang
dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan rata
dan tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kearah saluran p
7. Pembuanganair limbah. Antara lantai dengan dinding harus berbentuk
lengkung agar mudah dibersihkan.
8. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen elektronik harus
tahan getaran.

C. Standar Fasilitas

Instalasi laboratorium memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :

 Ruang penerimaan pasien :


Digunakan sebagai penerimaan pasien, Sampling, penulisan hasil
laboratorium, yang di dalamny memiliki fasilitas : 1 meja sampling,1 meja
administrasi, 1 buah kursi pasien, 2 buah kursi kerja, 1 buah pesawat
telefon, 1 buah kalender dinding, 2 buah rak meja, 1 buah jam dinding, 1
buah lampu neon putih.
 Ruang Analisa
Digunakan sebagai ruang untuk melakukan pemeriksaan laboratorium,
yang didalamny memiliki fasilitas : 1 buah wastafel, 1 buah mikroskop, 1
buah sentrifuse, 5 buah mikropipet, 2 buah rak westergren, 1 buah AC, 1
buah lampu neon putih, 1 buah kursi kerja, 1 buah kulkas, 2 buah tempat
sampah medis dan non medis
 Ruang jaga analis pelaksana
Digunakan sebagai ruang untuk analis pelaksana yang sedang dinas,
didalamny memiliki 1 tempat tidur, dan toilet.
Fasilitas penunjang secara umum meliputi:
1. Tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan
kebutuhan.
2. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium
3. Keselamatan dan keamanan kerja
4. Ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20m2 yang disertai dengan sistem
pertukaran udara yang cukup.
5. Penerangan harus cukup (1000 lux diruang kerja, 1000-1500 lux untuk
pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan
belakang petugas).
6. Air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air bersih
yang memenuhi syarat. Sekurang-kurangnya 20 liter/karyawan/hari.
7. Listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas
harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin,
harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik (Genset, UPS)
untuk mengantisipasi listrik mati.
8. Tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium.

8
Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai berikut:
1. harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang
dan mudah dibersihkan.
3. Pembuangan air limbah dari dilengkapi dengan penahan bau (water seal).
4. Letak Kamar mandi/WC tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi, dan ruang khusus lainnya.
5. Lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar.
6. Kamar mandi/WC pria dan wanita harus terpisah.
7. Kamar mandi/WC karyawan harus terpisah dengan Kamar mandi/WC pasien.
8. Kamar mandi/WC pasien harus terletak di tempat yang mudah terjangkau dan
ada petunjuk arah.

9
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran dan pencatatan


1. Pelayanan pemeriksaan laboratorium pada pasien rawat jalan
a. Pasien datang dengan formulir pemeriksaan laboratorium
b. Kemudian di lakukan pencatatan, dan diminta ke kasir untuk melakukan
pembayaran ( untuk pasien umum )
c. Diambil sampel pasien di laboratorium oleh petugas sampling
d. Petugas laboratorium memberi label pada sampel yang telah di ambil
e. Lalu pasien diberitahu kapan waktu pengambilan hasilnya
f. Setelah pemeriksaan laboratorium selesai, hasil di evaluasi dan di paraf
oleh dokter Penanggung jawab.
g. Kemudian hasil diberikan kepada pasien
2. Pasien APSharus registrasi dahulu di pendaftaran,dan dapat dilayani jika
klinis pemeriksaan yang akan dilakukan jelas (mis : seri DHF, Typhoid, Gula
Darah Sewaktu, Lemak Lengkap, Golongan Darah) diluar itu jika klinis tidak
jelas, maka petugas laboratorium akan mengarahkan pasien untuk periksa ke
dokter terlebih dahulu.
3. Pelayanan pemeriksaan Laboratorium pada pasien rawat inap
a. Dokter memberi instruksi pemeriksaan laboratorium, dibuat formulir
pemeriksaan laboratorium yang ditanda tangani oleh dokter yang
meminta.
b. Formulir laboratorium harus diisi lengkap : nama, umur, jenis kelamin,
kamar pasien, diagnosa pasien, dan jenis pemeriksaan.
c. Petugas laboratorium ke rawat inap untuk mengambil formulir
pemeriksaan, dan pamit memberitahukan kepada perawat bahwa akan
melakukan pengambilan sampel terhadap pasien.
d. Kemudian petugas laboratorium ke kamar rawatan untuk mengambil
sampel darah pasien sesuai instruksi jenis pemeriksaan.
e. Setelah pengambilan darah petugas laboratorium memberi label pada
sampel yang telah di ambil
f. Setelah pengambilan darah, petugas analis segera melakukan
pemeriksaan laboratorium.

B. Pengelolaan Spesimen
Tata laksana pelayanan teknik pengambilan dan penanganan spesimen
 Persiapan Pasien
Persiapan pemeriksaan dilakukan untuk pemeriksaan yang diharuskan
puasa terlebih dahulu ( mis : Gula Darah Puasa/2 Jam PP, Cholesterol
Lengkap, Total Lipid )
Persiapan pemeriksaan yang diharuskan puasa meliputi :
 Pasien berpuasa dari malam hari dan hanya diperbolehkan minum air
putih
 Pasien berpuasa minimal 10 – 12 jam

10
 Pada pagi keesokan harinya pasien diambil darah oleh petugas
laboratorium masih dalam keadaan puasa
 Pasien tiba di instalasi laboratorium setengah jam sebelum habis waktu
puasa 12 jam
 Apabila pasien datang dalam keadaan puasa yang telah lebih dari 12
jam,maka pemeriksaan tidak bisa dilakukan.
 Apabila pasien datang dalam keadaan puasa yang masih kurang dari
10 jam, maka pasien harus menunggu hingga minimal puasa 10 jam
Persiapan Alat
 Spuit, Lancet, Torniquet
 Pot Urine
 Objek glass dan cover slip
Persiapan bahan
 Kapas alkohol
 Anti koagulant
 Teknik pengambilan Spesimen
Darah vena
 Catat nama, nomor laboratorium, nomor register
 Pasang torniuet pada daerah yang akan diambil darahnya
 Desinfeksi bagian yang akan di tusuk dengan kapas alkohol
 Tusuk vena dengan jarum spuit sampai terlihat darah keluar
 Pemeriksaan Hematologi lengkap : darah EDTA 2 ml
 Pemeriksaan kimia klinik : darah b3ku 3 ml
 Asumsi pengambilan darah diatas sesuai dengan jumlah item
pemeriksaan laboratorium
 Torniquet dilepaskan
 Cabut jarum dengan menempelkan kapas kering diatasnya
 Rekatkan plester pada lokasi tusukkan

Darah Kapiler
 Lokasi pengambilan 2/3 ujung jari pada orang dewasa, daun telinga pada
anak, tumit kaki pada bayi
 Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
 Tusuk dengan lancet secepat mungkin
 Buang tetesan prtama dengan kapas kering, tetesan darah selanjutnya
diambil
 Rekatkan plester pada lokasi tusukkan.
Urine
1. Urine Sewaktu : untuk pemeriksaan urin lengkap dan tes kehamilan
 Urine yang dikeluarkan pada saat akan diperiksa (sewaktu-waktu)
 Urine ditampung ke dalam pot urine yang bersih dan tertutup
 Beri label identitas pasien.
2. Urine Pagi : untuk pemeriksaan urine lengkap
 Urine yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur
 Urine ditampung ke dalam pot urine yang bersih dan tertutup
 Beri label identitas pasien
11
3. Urin 24 jam : untuk pemeriksaan protein kuantitatif
Cara menampung urine 2 jam, misal :
 Jam 7 pagi, penderita mengeluarkan urine
 Tampung semua urine yang dikeluarkan sampai dengan jam 7 esok
harinya
 Homogenkan semua urine setiap selesai menampung, jangan sampai
ada yang tertumpah
Feaces
 Ambil sedikit feaces ke dalam wadah besih dan tertutup, jangan
bercampur dengan urine
 Ambil bagian yang jika ada darah dan lendir nya
 Tata laksana pelayanan penyimpanan spesimen
No Nama Spesimen Suhu Lama
Penyimpanan Penyimpanan

1. Serum -200 C 1 bulan


Darah EDTA 80C 24 jam
Darah beku 15 – 30 0C 24 jam
Urine 15 – 30 0C Sampai
Feaces 15 – 30 0C pergantian shift

C. Penyerahan Hasil
 Mengarsipkan semua hasil serta jam pemeriksaan dan selesai hasil dan
jumlah harga pemeriksaan ke dalam buku registrasi laboratorium
 Melayani pengambilan hasil laboratorium untuk pasien Rawat jalan. Untuk
Pasien rawat inap menyerahkan hasil laboratorium kepada dokter yang
meminta / perawat jaga.

D. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pra Analitik
Persiapan penderita
1. Pengaruh Makanan : dianjurkan pengambilan darah dilaksanakan 12 jam
setelah makan terakhir
2. Fluktuasi sehari – hari : Nilai normal dan literature berdasarkan pada
pengambilan sampel pagi hari, maka dianjurkan pengambilan darah pagi
hari biasanya sebelum jam 09.00 pagi.
3. Keadaan tubuh : darah sebaiknya diambil pada keadaan tubuh yang sama
biasanya pada keadaan duduk.
4. Obat – obatan : jika hasil analisa dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu,
maka obat tersebut harus dihentikan beberapa hari sebelum pengambilan
darah.

Pengambilan dan Pengolahan Spesimen

1. Pemberian Identitas

12
a. Surat pengantar / formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
memuat :
 Tanggal permintaan
 Tanggal dan jam pengambilan
 Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, alamat )
 Magnosis / keterangan klinik
 Obat – obat yang telah diberikan dan lama pemberian
 Jenis spesimen
 Lokasi pengambilan
 Volume spesimen
 Pemeriksaan laboratorium yang diminta
b. Label wadah spesimen yang akan di kirim ke laboratorium memuat :
 Tanggal pengambilan spesimen
 Identitas pasien atau spesimen
 Jenis spesimen
c. Formulir hasil memuat :
 Tanggal pemeriksaan
 Identitas pasien
 Nomor / kode laboratorium
 Satuan hasil pemeriksaan
 Nilai rentang parameter
 Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan
 Tanda tangan penanggung jawab
d. Penerimaan spesimen
 Cocokkan spesimen yang diterima dengan permintaan formulir
pemeriksaan, catat kondisi spesimen, volume, warna, kekeruhan,
bau, konsistensi,dll.
 Spesimen tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak.
e. Pengambilan Spesimen
1. Waktu pengambilan : umumnya pagi hari, keadaan tertentu :
Demam Typhoid : widal pada fase akut, tubrkulosis sputum
setelah bangun tidur, enzim-enzim jantung segera setelah
serangan akut jantung
2. Volume spesimen : sesuai kebutuhan pemeriksaan
3. Cara pengambilan spesimen : oleh tenaga trampil dan dengan
cara yang benar
4. Lokasi : sesuai jenis pemeriksaan yang diminta ( darah vena,
biakan: sedang mengalami infeksi )
5. Peralatan harua bersih, kering, tidak mengandung bahan
kimia/detergen.
6. Pengiriman spesimen
Syarat :
 Kecepatan
 Tidak terkena sinar matahari
 Kemasan sesuai syarat keselamatan kerja
 Kemasan diberi label “ bahan pemeriksaan infeksi “
 Suhu disesuaikan
 Transpor media yang sesuai dan masih baik

13
f. Penyimpanan Sampel
Menghindari kontaminasi :
1. Sampel harus selalu disimpan dalam botol/tabung tertutup rapat
memakai sarung tangan disposiblle saat mengerjakan sampel.
2. Menghindari sinar :
a. Sampel harus disimpan dalam tabung gelap di dalam lemari
es
b. Sampel harus dismpan dalam botol tertutup rapat
3. Stabilitas
4. Penyimpanan serum/plasma
a. Suhu kamar ( 15 – 25 0C ) selama 4 jam
b. Suhu 40 C selama 24 jam
c. Jika sampel tidak dapat diperiksa pada hari yang sama
dengan pengambilan darah maka sampel harus dibekukan
12 sampai 20 0C.

E. Pengelolaan Limbah

Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat
dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu
pengolahan limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan
dampak negatif.

a. Penanganan

Prinsip pengoalahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume.


Jenis limbah harus didentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi
keseluruhan volume limbah secara kontinue.

b. Penampungan

Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus memadai, diletakkan


pada tempat yang pas, aman dan hygienis. Pemadatan adalah cara yang
efesien dalam penyimpanan limbah yang bisa dibuang dengan landfill, namun
pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda
tajam.

c. Pemisahan limbah

Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang


adalah dengan cara mengguanakan kantong berkode ( umumnya
menggunakan kode warna ).

d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah

Keberhasilan pemisahan limbah tergantung pada kesadaran, prosedur yang


jelas serta prosedur yang jelas serta keterampilan petugas sampah pada
semua tingkat.

F. Laporan Hasil dan Arsip

Laporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari:


1. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
2. Laporan khusus (misalnya KLB, HIV, NAPZA dll)
14
3. Laporan hasil pemeriksaan
a. Tanggungjawab manajemen untuk membuat format hasil:
Manajemenlaboratorium harus membuat format laporan hasil
pemeriksaan.Format laporan dan cara mengkomunikasikannya kepada
pemakai harus ditentukan dengan mendiskusikannya dengan pengguna
jasa laboratorium.
b. Penyerahan hasil tepat waktu Manajemenlaboratoriumikut bertanggung
jawab atas diterimanya hasil pemeriksaan kepada orang yang sesuai
dalam waktu yangdisepakati.
c. Komponen Laporan Hasil Pemeriksaan
Hasil harus dapat dibaca tanpa kesalahan dalam tulisan, dan dilaporkan
kepada orang yang diberi wewenang untuk menerima dan menggunakan
infromasi medis.

Laporan setidaknya harus mencakup hal-hal berikut:


 Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas dan tidak ragu -ragu,
termasuk prosedur pengukuran bila perlu.
 Identifikasi laboratorium yang menerbitkan laporan.
 Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta tujuan dari
laporan.
 Nama atau identitas khas lain dari pemohon dan alamat pemohon
 Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer, apabila tersedia dan
relevan dengan pelayanan pasien, serta waktu penerimaan oleh
laboratorium.
 Tanggal dan waktu penerbitan laporan. Jika tidak tercantum pada
laporan, tanggal dan waktu penerbitan laporan harus dapat diperoleh
dengan segera jika diperlukan.
 Sumber dan sistem organ sample primer. Misalnya : darah vena, pus
luka.
 Bila dapat digunakan, hasil pemeriksaan dilaporkan dalam unit
Standar Internasional atau tertelusur hingga unit Standar
Internasional.
 Interval acuan biologis, apabila dapat digunakan.
 Interpretasi hasil, apabila sesuai.
 Tanggapan lain (misalnya, mutu atau kecukupan dari sampel primer
yang dapat merusak hasil, hasil/interpretasi dari laboratorium rujukan,
penggunaan dari prosedur yang dikembangkan, dan apabila dapat
digunakan, informasi tentang batas deteksi dan ketidakpastian
pengukuran). Laporan hendaknya mengidentifikasi pemeriksaan yang
dilakukan sebagai bagian dari suatu program pengembangan (jika
demikian halnya, tidak ada syarat untuk kerja pengukuran).
 Identifikasi dari petugas yang diberi wewenang mengeluarkan hasil
 Hasil asli dan hasil yang diperbaiki.
 Tandatangan atau otorisasi dari petugas yang memeriksa atau
menerbitkan laporan.

Penyimpanan Dokumen ( Arsip)


Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen - dokumen tersebut di bawah ini:
1. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
15
3. Surat permintaan dan hasil rujukan

Prinsip penyimpanan dokumen:


1. Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi
pada dokumen dengan tanda tangan oleh penanggungjawab/supervisor
laboratorium (hard copy).
2. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun. Untuk kasus-kasus khusus
dipertimbangkan tersendiri.
3. Berkas anak-anak harus disimpan hingga batas usia tertentu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
5. Untuk memudahkan penelusuran pada kasus-kasus tertentu misalnya dipakai
sebagai barang bukti. Salinan atau berkas hasil yang dilaporkan harus
disimpan sedemikian sehingga mudah ditemukan kembali. Lamanya waktu
penyimpanan dapat beragam, tetapi hasil yang telah dilaporkan harus dapat
ditemukan kembali sesuai kepentingan medis atau sebagaimana
dipersyaratkan oleh persyaratan nasional, regional atau setempat.

G. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat

Pemeliharaan peralatan laboratorium

Pada setiap peralatan laboratorium juga harus dilakukan pemeliharaa sesuai


dengan petunjuk penggunaanyaitu semua kegiatan yang dilakukan agar
diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi
kerusakan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara rutin untuk semua jenis
alat, sehingga diperolehpeningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan
kerja, pencegahan produksi yang tiba - tiba berhenti, penekanan waktu
luang/pengangguran bagi tenaga pelaksanaserta penurunan biaya
perbaikan.Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan
yangdiletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan - kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.

Contoh formulir pemeliharaan alat dapat dilihat dibawah ini :

FORMULIR PENCATATAN PEMELIHARAAN PERALATAN

Tanggal Tindakan Kelainan yang Nama petugas


Pemeliharaan ditemukan dan paraf

16
Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat perhatian adalah:
1. Alat Gelas
a. Tabung yang dipakai harus selalu bersih.
b. Untuk pemakaian ulang, cuci alat gelas dengan deterjen (sedapatnya
netral) dan oksidan (hipoklorit) kemudian bilas dengan aquades.
2. Blood cell counter
a. Bagian luar alat dilap setiap hari.
b. Periksa semua selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada
sumbatan atau tidak.
c. Periksa selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada sumbatan
atau tidak.
d. Setiap selesai pemeriksaan, lakukan pencucian.
e. Tutup badan alat dengan plastik bila alat tidak dipakai.

3. Fotometer/Spectrofotometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing - masing jenis fotometer.
b. Tegangan listrik harus stabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit (tergantungjenis/merek
alat), supaya cahaya lampu menjadi stabil.
d. Monokromator atau filter harus bersih , tidak lembab, dan tidak berjamur.
e. Kuvet (tergantung jenisnya) harus tepat meletakkannya. Sisi yang dilalui
cahaya harus menghadap ke arah cahaya. Bagian tersebut harus bersih,
tidak ada bekas tangan, goresan ataupun embun.Untuk menghindari hal
tersebut pegang kuvet di ujung dekat permukaan.
f. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isi kuvet.
g. Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet.
h. Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus diinkubasi pada suhu yang
sesuai dengan suhu pemeriksaan.
i. Fotodetektor harus dijaga kebersihannya dengan cara membersihkan
permukaannya dengan alkohol 70%.
j. Amplifier/pengolah signal harus berfungsi dengan baik.
4. Kamar Hitung
a. Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih, sebab kotoran (jamur,
partikel debu) pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat sebagai
sel.
b. Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar hitung
terlihat jelas dan lengkap.
c. Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan
menyebabkan terjadinya pengenceran dan kemungkinan sel darah akan
pecah, sehingga jumlah sel yang dihitung menjadi berkurang.
d. Kaca penutup harus tipis, rata, tidak cacat dan pecah, sebab kaca
penutup berfungsi untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah maka
volume dalam kamar hitung menjadi tidak tepat.
e. Cara pengisian kamar hitung; dengan menggunakan pipet Pasteur dalam
posisi horizontal, sampel dimasukkan ke dalam kamar hitung yang
tertutup kaca penutup.
f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar hitung atau
sampel mengisi parit kamar hitung/menggenangi kamar lain, atau kamar
hitung tidak terisi penuh, maka pengisian harus diulang.
17
5. Mikroskop
a. Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan tidak licin.
b. Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat yang cukup
cahaya dengan mengatur cermin sehingga diperoleh medan penglihatan
yang terang.
c. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif 10x dulu, bila
sasaran sudah jelas, perbesar dengan objektif 40x dan bila perlu dengan
100x. Untuk pembesar 100x gunakan minyak imersi.
d. Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut setiap hari
setelah selesai bekerja, terutama bila lensa terkena minyak imersi
bersihkan dengan eter alkohol (lihat referensi).
e. Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol atau sejenisnya
karena akan melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari
rumahnya.
f. Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.
g. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif, karena
kotoran akan mudah masuk.
h. Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia.
i. Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak boleh berada
pada satu garis dengan kondensor, karena dapat mengakibatkan lensa
pecah bila ulir makrometer dan mikrometemya sudah rusak.
j. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat dengan
cara memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan silika gel.
6. Oven
a. Bagian dalam oven harus dibersihkan sekurang-kurangnya setiap bulan.
b. Pintu oven baru boleh dibuka setelah suhu turun sampai 40°C.
c. Catat suhu dan waktu setiap digunakan.

Contoh pemeliharaan berbagai peralatan tersebut dapat dilihat pada tabel :

JENIS PERALATAN JENIS KEGIATAN FREKUENSI

Fotometer Periksa kebersihan Tiap hari dan tiap akan


kuvet (cuci dengan air melakukan
akuades, air demineral analisis
atau air suling)
Rendam kuvet dalam Tiap minggu/hari libur
larutan extran 5% Tiap hari
Bersihkan fotodetektor
Kamar Hitung Bersihkan menurut cara Tiap kali selesai
yang benar Dipakai
Lemari es/ Freezer Bersihkan dan defrost Tiap bulan
Catat suhu Tiap pagi & sore hari
Mikroskop Bersihkan lensa dengan Tiap hari (selesai
kertas lensa atau kain yang bekerja)
lembut
Oven Bersihkan bagian dalam Tiap bulan
oven
Pipet gelas Setelah dipakai Tiap kali pakai

18
direndam dalam larutan
antiseptik
Cuci
Sentrifuse Bersihkan dinding dalam Tiap hari atau tiap kali
dengan disinfektan (misal: tabung pecah
alkohol)
Spektrofotometer Catat waktu pemakaian Tiap hari
lampu
Periksa sumber cahaya Tiap hari
(lampu)
Periksa kebersihan Tiap hari
monokromator

Kalibrasi Peralatan

Kalibrasi peralatan sangat diperlukanuntuk mendapatkanhasilpemeriksaan


laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi
peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di install dan diuji fungsi,
dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu
kalidalam satu tahun,atau sesuai dengan pedoman pabrikan prasarana dan alat
kesehatan serta ketentuan peraturan perundang-undangansesuai instruksi
pabrik.

Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi penjual alat, petugas


laboratorium yang memiliki kompetensidanpernah dilatih, atau oleh institusi yang
berwenang.Kalibrasi serta fungsi peralatan dan sistem analitik secara berkala
harus dipantaudan dibuktikan memenuhi syarat/sesuai standar laboratorium
harus mempunyai dokumentasi untuk pemeliharaan, tindakan pencegahan
sesuai rekomendasi pabrik pembuat. Semua Instruksi pabrik untuk penggunaan
dan pemeliharaan alat harus sepenuhnya dipenuhi.

H. Trouble Shooting ( pemecahan masalah ) kerusakan alat

Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidakcocokan hasil,


malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin
disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan. Untuk itu perlu
adanya pemecahan masalah (troubleshooting).

Pemecahan masalah (troubleshooting) adalah proses atau kegiatan untuk


mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan, dan
memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Makin canggih suatu
alat, akan makin kompleks permasalahan yang mungkin terjadi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan :


1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih.
2. Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan
permasalahan.
3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor/atasan atau
hubungi agen untuk menanyakan masalah tersebut.
4. Tempelkan label bahwa alat rusak.

19
5. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus seperti
contoh formulir di bawah ini.

Contoh Formulir Pencatatan Perbaikan Alat


Alat : Lemari Pendingin
Merk/tipe/no seri :
Ruang :
Tgl. Suhu yang Petugas Kondisi Jenis Tindakan service
diukur kerusakan Perbaikan (teknisi)

20
BAB V
LOGISTIK

Keperluan logistik di unit laboratorium meliputi bahan medis yang dipenuhi oleh
instalasi farmasi seperti : handscoon, masker, alcohol swab,, spuit, dan lain-lain.
Sedangkan untuk bahan-bahan reagensia dan ATK ( alat tulis kantor )dipenuhi melalui
bagian pengadaan/logistik.

1. Alur Permintaan Barang Bahan Medis dan Non medis


Bagian
Permintaan Pengadaan
Ka. Lab barang logistik umum

Bagian
pengadaan
logistik farmasi

2. Perencanaan

Pengadaan bahan Laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Tingkat Persediaan

Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah


persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan bertikutnya dari
ruang penyimpanan umum.

Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok. Buffer stock adalah stock penyangga kekukarangan reagen di
laboratorium. Reserve stock adalah cadangan reagensia/sisa.

b. Perkiraan jumlah kebutuhan

Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau


pembelian bahan dalam periode 6 – 12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah
pemeriksaan untuk periode 6 - 12 bulan untuk tahun yang akan datang.Jumlah
rata – rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu di catat.

c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )

Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan


diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit
didapat. Perencanaan dimulai dari penanggung jawab ADM dan logistik yang
mendata kebutuhan barang-barang medis dan non medis habis pakai setiap
bulan, mencek barang dan kebutuhan yang diperlukan dan membuat bon
permintaan barang yang kemudian diserahkan kepada kepala ruangan

21
laboratorium untuk ditandatangani untuk kemudian diberikan kepada bagian
pegadaan atau kebagian farmasi sesuai dengan kebutuhan pemesanannya.

3. Permintaan

Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian


farmasi atau kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintaan
barang. Dalam keadaan mendesak dan stock barang di laboratorium kosong, maka
permintaan barang bisa dilakukan sewaktu-waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.

4. Penyimpanan

Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
a. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
 Pertama masuk – pertama keluar ( FIFO – first in – first out ), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
 Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired – first out ).
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan terlalu
lama.
b. Tempat Penyimpanan
c. Suhu/kelembaban
d. Sirkulasi udara
e. Incompability / bahan kimia yang tidak boleh bercampur.

5. Penggunaan

Penggunaa barang dan reagensia yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu. Sedangkan yang memiliki kadarluarsa pendek juga dipakai
terlebih dahulu.

22
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan pasien ( pasien safety ) adalah suatu sistem dimana


laboratorium membuat asuhan untuk keselamatan, sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubugan dengan
risiko pasien, pelalporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulny
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melaksanakan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien.


2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan.
3. Terlaksanany program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

C. Tata laksana keselamatan pasien

Tahap Pra-Analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
 Identitas pasien
 Identitas pengirim
 Nomor laboratorium
 Tanggal pemeriksaan
 Ruangan pasien
 Jam pemeriksaan
 Permintaan pemeriksaan yang lengkap dan jelas
 Tanda tangan dokter yang meminta pemeriksaan
b. Persiapan pasien ; persiapan pasien harus sesuai persyaratan
c. Pengambilan dan penerimaan spesimen
 Pengumpulan spesimen secara benar
d. Penanganan spesimen
 Pengolahan spesimen
 Kondisi menyimpan spesimen harus tepat
 Kondisi pengiriman spesimen harus tepat
e. Persiapan sampel untuk analisa
 Kondisi sampel harus memenuhi syarat
 Volume sampel harus sesuai protocol
 Perhatikan identifikasi sampel
Tahap Analitik
a. Persiapan reagen
 Reagen harus memenuhi syarat
 Tidak dalam masa kadaluarsa
 Cara pelarutan / pencampuran harus benar

23
 Pelarut ( a uadest ) harus memenuhi syarat
b. Pipetasi reagen dan sampel
 Semua peralatan laboratorium yang digunakan harus bersih dan
memenuhi syarat
 Kalibrasi pipet secara berkala
 Lakukan pipetasi secara benar
c. Inkubasi
 Suhu inkubasi harus sesuai dengan persyaratan
 Waktu inkubasi harus tepat
d. Peemriksaan
 Alat dan instrumen harus berfungsi dengan baik
Tahap Pasca-Analitik
a. Pembacaan hasil
 Penghitungan
 Pengukuran
 Identifikasi dan penialian harus benar
b. Pelaporan hasil
 Hasil ditulis dengan jelas dan benar

24
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pedoman Umum

Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3) laboratorium merupakan bagian dari


pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai
tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari
manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak
dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga
dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan kemasyarakat.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas
harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya. Mempuanyai sikap dan
kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaan sesuai
SPO, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik menurut praktik laboratorium
yang benar.

1) Petugas/Tim K3 Laboratorium

Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab


setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses
pengambilan spesimen, bahan, reagen, pemeriksaan. Untuk mengkoordinasikan,
menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan
laboratoriu, terutama untuk laboratorium yang melakukan berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu tim fungsional
keamanan laboratorium.

Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3


laboratorium. Dalam pelaksanaannya kepala laboratorium dapat menunjuk
seorang petugas atau membentuk tim K3 laboratorium.

Petugas atau tim K3 laboratorium mempunyao kewajiban merencanakan dan


memantau pelaksanakan K3 yang telah dilkakukan oleh setiap petugas
laboratorium, mencakup :
b. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap
metoda/prosedur dan pelaksanaanya, bahan habis pakai dan peralatan kerja
termasuk untuk kegiatan penelitian.
c. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat menghindari
bahaya infeksi.
d. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium yang
memungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan infektif.
e. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi yang
telah dilakukan jika ada tumpahan atau percikan bahan infektif.
f. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan
laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
g. Memastikan bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara aman
setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
h. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3 laboratorium bagi seluruh
petugas laboratorium.

25
i. Membuat pokok-pokok K3 laboratorium yang penting dan ditempatkan di lokasi
yang mudah dibaca oleh setiap petugas laboratorium.
2) Pemeliharaan kesehatan tenaga kesehatan
Pengertian : pemeliharaan petugas kesehatan yang bekerja pada tempat berisiko
tertular penyakit.
Tujuan : untuk mengetahui kesehatan petugas laboratorium yang bekerja pada
tempat yang berisiko
Kebijakan : pemeriksaan : Pemeriksaan darah setiap enam bulan sekali, Ro
photo thorax setiap satu tahun sekali, dan imunisasi sesuai Bostar.
3) Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan di
laboratorium adalah :
a. Jas Laboratorium ( kancing belakang, lengan panjang dengan elastik pada
pergelangan tangan)
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki/sepatu tertutup
e. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun ( skin desinfeksi ) dan air mengalir
f. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum dan lancet.
4) Pengaman pada keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K )
c. Alat pemadam kebakaran dan sumber air terletak pada lokasi yang mudah
dicapai
d. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali
e. Nomor telefon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi di dalam ruang
laboratorium.
5) Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal – hal berikut :
a. Mencegah penyebaran bahan infeksi misalnya :
a) Menggunakan peralatan standar
b) Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan desinfektan yang
sesuai setiap kali selesai bekerja
b. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata
c. Mencegah infeksi melalui tusukan
d. Menggunakan pipet dan alat banntu pipet

B. Penangan keadaan darurat di laboratorium


a. Kebakaran
 Beri pertolongan pertama pada orang yang terkena, kalau perlu dipindahkan ke
unit lain.
 Beri peringatan kepada orang yang berada disekitar lokasi
 Putus aliran listrik bila diperlukan padamkan dengan alat kebakaran yang ada di
rumah sakit
 Tulis berita acara kejadian
b. Biakan atau spesimen yang tumpah
 Tumpahan dan wadahnya ditutup dengan kain atau tissue yang dibasahi
desinfektan
 Kain tersebut dibuang di wadah infeksius
 Wadah didisenfektan
c. Luka tusukan jarum

26
 Keluarkan darah dengan pijatan keras sekitar luka tusuk tadi dibawah pancuran
air selama kurang lebih 1 – 2 menit
 Tutup luka dengan kaps betadin, kemudian diplester atau dibalut
 Tulis dalam berita acara kejadian dan ke=irim ke instalasi gawat darurat
d. Pecahan Gelas
 Gunakan sarung tangan
 Kumpulkan dengan porasef atau serokan
 Masukkan dalam kantong plastik berwarna kuning
 Buang sarung tangan dalam kantong plastik tersebut
 Tutup kantong, masukkan ke wadah jarum atau wadah dinding keras
 Cuci tangan
e. Tumpahan Bahan Kimia
 Upayakan pertolongan pertama pada orang yang terkena
 Jauhkan yang tidak berkepentingan dan lokasi tumpahan
 Pakailah masker dan sarung tangan
 Bila tumpahan mudah terbakar, matikan semua api, gas dalam ruangan
tersebut dan matikan listrik yang mungkin mengeluarkan api.
 Bahan kimia asam dan korosif, netralkan dengan abhu soda atau Na
Bicarbonat
 Tumpahan zatalkali : taburkan pasir diatasnya, bersihkan dan angkat dengan
serokan dan buang dalam kantong plastik bahan beracun.

27
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pemantapan mutu (quality assurance) Laboratorium Klinik adalah semua kegiatan


yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
Laboratorium Klinik. Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) mengandung
komponen-komponen:
1. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing - masing laboratorium secara terus menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi
aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik.
Tujuan pemantapan mutu internal :
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak
terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan
pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer).

B. Analitik

1. Pipet dan memipet


a. Guanakan pipet yang bersih dan tidak rusak
b. Gunakan pipet sesuai kebutuhan
c. Pipet harus dibilas
d. Bersihkan ujung pipet
2. Suhu dan waktu
a. Pastikan bahwa sampel, reagensia, serum control telah berada pada suhu
pemeriksaan
b. Apakah lamanya inkubasi pada suhu yang telah ditentukan.

C. Pasca Analitik
Evaluasi :
1. Kesalahan umumnya pada kalkulasi hasil
2. Perhatikan titik desimalnya
3. Perhatikan satuannya
4. Interpretasi hasil pemeriksaan dan quality control serum
5. Pelaporan hasil pemeriksaan
6. Pengiriman hasil pemeriksaan.

D. Pemantapan Mutu Eksternal ( PME )

Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak


lain diluar laboratorium secara periodic untuk memantau dan menilai penampilan
laboratorium dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Penyelanggaraan

28
pemantapan mutu eksternal diharapkan semua laboratorium kepunyaan pemerintah
dan swasta mengikutinya dihubungkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan
dan perizinan untuk laboratorium swasta.

Pemantapan mutu eksternal diselenggarakan pada tingkat nasional dan tingkat


wilayah/provinsi. Peserta pemantapan mutu eksternal tingkat nasional mencakup
laboratorium rumah sakit pemerintah kelas A, B, C dan setaraf, nalai laboratorium
kesehatan dan laboratorium swasta yang setaraf.

Pelaksanaan pemantapan mutu eksternal


1. Persiapan
a. Setiap tahun dilaksanakan 2 siklus
b. Calon peserta mengirim surat pendaftaran
c. Calon peserta mengirim kembali dan mendaftar dengan membayar biaya PME
d. Calon peserta diseleksi, bila OK diberi nomor peserta
e. Peserta dikirim nahan control ( serum control )
2. Pengiriman serum control
a. Serum control dikirim sekaligus kepada peserta
b. Dokumen lengkap :
 Formulir hasil
 Petunjuk pelaksana
 Daftar alat dan reagen
 Daftar pemeriksaan
c. Dikirim kepada kepala Laboratorium atau Direktur Rumah Sakit
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan :
1. Sumber bahan control
Bahan control dapat berasal dari manusia, binatang atau merupakan bahan
kimia murni.
2. Bentuk bahan control
Menurut bentuknya bahan control ada bermacam-macam, yaitu L bentuk air,
Padat bubuk ( liofilisat ) dan bentuk strip. Pada umumnya bentuk padat lebih
stabil dan lebih tahan lama dari pada bentuk cair. Bentuk strip merupakan
bentuk pada bubuk yang dikemas pada strip, sehingga memudahkan
transportasi.
Penggunaan bentuk pada bubuk atau strip harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan aquadest. Pada umumnya pemeriksaan di bidang kimia klinik dan
imunoserologi menggunakan bentuk padat bubuk ( liofilisat ) atau bentuk cair (
popoled sera ). Di bidang hematologi digunakan bentuk cair, padat bubuk atau
strip.
3. Pemeriksaan serum control
a. Serum control diperiksa sesuai dengan tanggal yang ditetapkan
b. Sifat pemeriksaan :
 Hasil laboratorium sendiri
 Menggunakan alat dan reagen dengan rutin
 Dikerjakan oleh tenaga yang biasa memeriksa
c. Hasil dikirim secepatnya setelah ditandatangani penanggung jawab atau
kepala laboratorium
4. Hasil pemantapan mutu eksternal
a. Hasil yang diterima di Dit BPPM dicatat tanggal terima untuk masing-masing
siklus

29
b. Oleh petugas dimasukkan data ke komputer 2 kali
c. Sifat pengolahan data berdasarkan :
 Metode pemeriksaan
 Alat yang digunakan
 Jumlah data yang ada
5. Evaluasi Komputer
a. Data dibandingkan terhadap nilai target
b. Nilai target adalah komulatif peserta dengan metode dan alat yang sama
dan jumlah peserta > 20
c. Dinilai dengan sistem Variance Indec Score ( VIS )
d. Setiap peserta akan mendapat nilai :
 VIS setiap pemeriksaan
 Overal VIS
 Mean Running VIS
6. Evaluasipemantapan mutu eksternal
a. Variance Index Score ( VIS )
Nilai VIS yang dibatasi maksimum 400
b. Overal VIS
Nilai rata – rata overal VIS untuk seluruh parameter
c. Mean Running VIS
Nilai rata – rata VIS terakhir untuk parameter tertentu
7. Kriteria penialaian VIS, OVIS, MR VIS
0 – 50 : Sangat Baik
51 – 100 : Baik
101 – 200 : Cukup
201 – 300 : Kurang
301 – 400 : Buruk

30
31

Anda mungkin juga menyukai