Anda di halaman 1dari 11

REVIEW

Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai:


Aspek Produksi dan Konsumsi

Biotechnology For Soybean Food Security:


Production and Consumption Aspects

Suyanto Pawiroharsono
Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung BPPT II Lantai 16, Jalan M.H. Thamrin 8, Jakarta 13040
E-mail: suyanto.pawiroharsono@bppt.go.id

Diterima : 28 Agustus 2013 Revisi : 30 Agustus 2013 Disetujui : 23 September 2013

ABSTRAK

Kedelai adalah komoditas pangan penting di Indonesia. Kedelai merupakan makanan bergizi
yang sudah berabad-abad lamanya dan telah menjadi bagian budaya bangsa. Bentuk makanan yang
umum dikonsumsi terutama adalah tempe, tahu, kecap dan tauco. Namun demikian, Indonesia sejak
tahun 1974 tidak dapat memenuhi semua kebutuhan secara mandiri, dan akibatnya Indonesia menjadi
Negara pengimpor kedelai sampai sekarang. Kecuali pada tahun 1992, tercatat produksi kedelai nasional
mencapai 1,9 juta ton sehingga pada tahun tersebut dikatakan mampu berswasembada. Ketergantungan
impor kedelai meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2012 mencapai 70 persen. Oleh karena
itu, pemanfaatan bioteknologi diharapkan dapat menjadi solusi untuk mendukung program swasembada
dan ketahanan pangan kedelai, yaitu mencakup aspek peningkatkan produksi kedelai (varietas unggul
dan pupuk hayati), dan melalui perbaikan aspek konsumsi (proses fermentasi) yang dapat memperbaiki
kualitas gizi dan keamanan konsumsi. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi bioteknologi untuk
ketahanan pangan kedelai diperlukan suatu model sistem inovasi yang melibatkan berbagai pihak seperti
peneliti, petani, penyuluh, investor dan industri.
kata kunci: bioteknologi, kedelai, produksi, konsumsi

ABSTRACT

Soybean is an important food commodity in Indonesia. Soybean is considered as a nutritious food, which
is consumed for the centuries and to be part of national culture. Generally, the types of food products from
soybean are tempe, tofu, soy-sauce (kecap) and taucho. Unfortunately, since 1974, Indonesia could not
fulfill the demand trough domestic production, and consequently Indonesia has been an importing country
of soybean up to present. Except in 1992, it was noted that the national soybean production reached 1, 9
million tons, so in this year it called to be able to self sufficiency. The import dependency increased gradu-
ally from year to year, and in 2012 the level reached nearly to 70 percent. For this reason, the implementa-
tion of biotechnology is expected to be a solution for soybean self supporting program and soybean food
security. The implementation covered two aspects namely: increasing the soybean production (superior
variety and biofertilizer), and improving on consumption (fermentation process), that is able to increase on
nutritive value and food safety. Therefore, the successful of the implementation of biotechnology on soy-
bean food security needs an innovation system model involving related stakeholders such as researcher,
farmer, agricultural extension, investor and industry.
keywords: biotechnology, soybean, production, consumption

Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai: Aspek Produksi dan Konsumsi 275
Suyanto Pawiroharsono
I. PENDAHULUAN kedelai telah mencapai 1,9 juta ton atau sekitar

K
69 persen dari kebutuhan kedelai nasional.
edelai (Glycine max L.) tergolong dalam
Kenaikan harga pangan di tingkat global seperti
kelompok tanaman Leguminosae (tanaman
kedelai dan gandum, dan makin melemahnya
polong-polongan). Sebagai komoditas pangan,
nilai tukar rupiah akan berakibat memperburuk
kedelai sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat
keadaan, karena makin tingginya devisa Negara
Indonesia. Sebagaimana tersirat dalam Serat
untuk import kedelai.
Centini (1815) bahwa kedelai tersebut sebagai
salah satu menu makanan yang disajikan Data tersebut menunjukkan bahwa
dalam suatu jamuan makan para bangsawan. ketahanan pangan kedelai sudah sedemikian
Konsumsi kedelai terus meningkat setelah rapuh, dan untuk itu upaya swasembada perlu
Indonesia merdeka, dan bahkan sekarang terus diupayakan sebagai program prioritas
kedelai menjadi komoditas tanaman pangan Pemerintah. Ketahanan pangan pada dasarnya
nasional terpenting ketiga, yaitu setelah padi mencakup 3 aspek / dimensi yaitu: (i) aspek
dan jagung. produksi; (ii) aspek distribusi; dan (iii) aspek
konsumsi yang mencakup beberapa kriteria,
Di Indonesia, kedelai merupakan komoditas
yaitu kuantitas (cukup jumlahnya), kualitas
strategis, karena mempunyai berbagai fungsi
(mutu), aman, beragam, bergizi, merata dan
penting, yaitu: (i) sebagai bahan makanan
terjangkau.
bergizi, terutama sebagai sumber protein yang
dikonsumsi dalam menu sehari-hari (tempe, Peran bioteknologi untuk mendukung
tahu, kecap); (ii) memberikan kontribusi penting ketahanan pangan kedelai, terutama pada
sebagai sumber makanan bergizi dan sumber aspek produksi kedelai khususnya pada
senyawa aktif penting untuk kesehatan tubuh; budidaya untuk peningkatan produktivitas
dan (iii) memberikan kontribusi pada kegiatan dan aspek konsumsi yang dilakukan melalui
ekonomi dan lapangan kerja bagi penduduk proses pengolahan kedelai sehingga kedelai
Indonesia. dapat memberikan kontribusi sebagai makanan
bermutu, bergizi, aman dan murah.
Konsumsi kedelai juga terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk II. KETAHANAN PANGAN KEDELAI DAN
di Indonesia. Kenaikan konsumsi kedelai SWASEMBADA
mempunyai dampak ganda yaitu positif dan
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
negatif. Sebagai makanan bergizi, kenaikan
Pangan, Ketahanan Pangan adalah kondisi
konsumsi mempunyai makna positif terhadap
terpenuhinya pangan bagi negara sampai
peningkatan kesehatan dan makin banyaknya
dengan perseorangan, yang tercermin dari
tenaga kerja yang terserap. Namun demikian, di
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
sisi lain kenaikan konsumsi berdampak negatif
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
terhadap devisa Negara, mengingat bahwa
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
kebutuhan kedelai tersebut tidak dapat dipenuhi
dengan agama, keyakinan, dan budaya
lagi dari produksi dalam negeri. Produksi
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
kedelai dalam 20 tahun terakhir justru terus
produktif secara berkelanjutan.
menurun sebagai akibat makin berkurangnya
lahan dan minat petani menanam kedelai. Dalam upaya mencapai ketahanan pangan
Sebagai konsekuensinya, Indonesia harus kedelai, Kementerian Pertanian telah menyusun
terus mengimpor kedelai, dan untuk memenuhi program swasembada kedelai pada tahun 2014.
kebutuhan tersebut impor terus meningkat dari Program swasembada kedelai ini dilaksanakan
tahun ke tahun. Swasembada kedelai terakhir melalui berbagai perencanaan dan kegiatan
dicapai tahun 1992, dimana jumlah produksi peningkatan produksi baik secara intensifikasi
mencapai 1,9 juta ton. Selanjutnya, impor maupun secara ekstensifikasi. Program
kedelai terus meningkat, bila pada tahun 1994 swasembada kedelai adalah merupakan
tercatat 700.000 ton atau sekitar 30 persen dari salah satu program dalam upaya mencapai
kebutuhan, maka pada tahun 2012, jumlah impor target 4 sukses pertanian, yang mencakup: (i)

276 PANGAN, Vol. 22 No. 2 September 2013 : 275-286


Pencapaian Swasembada dan Swasembada Di sisi lain dijelaskan oleh Tohir (2012)
Berkelanjutan; (ii) Peningkatan Diversifikasi bahwa produktivitas kedelai di tingkat petani
Pangan; (iii) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Indonesia masih rendah yaitu hanya berkisar
Saing, dan Ekspor; dan (iv) Peningkatan 1,0 -1,5 ton/ hektar. Hal ini disebabkan oleh
Kesejahteraan Petani. sistem budidaya yang konvensional dimana
bertani pada lahan sempit dan masih dikelola
Setelah berlangsungnya pelaksanaan
secara individual. Keadaan ini menyebabkan
program swasembada kedelai sejak 2010
biaya produksi mahal dan tidak kompetitif
sampai dengan tahun 2012, maka terlihat hasil
dengan harga kedelai impor. Berbagai kendala
Capaian program swasembada belum lainnya adalah: (i) kualitas benih yang masih
menunjukkan arah pencapaian yang positif, rendah; (ii) sarana produksi yang minimal; (iii)
Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Menuju Swasembada
Kedelai Tahun 2014

Sumber: Kementan (2012).

dimana belum dapat mencapai target-target dihilangkannya subsidi benih; dan (iv) iklim
sesuai dengan perencanaan swasembada tropis yang kurang optimal untuk pertumbuhan
kedelai hingga tahun 2014. Berbagai faktor kedelai, bila dibandingkan dengan daerah yang
baik internal (lahan, produktivitas, sumber mempunyai iklim sub-tropis (KNRT, 2011).
daya manusia, harga produksi, kebijakan) dan
Berdasarkan data sasaran pada Tabel
eksternal (kualitas dan harga yang lebih murah)
1, dan perkembangan aktual pencapaian
yang belum dapat diatasi menjadi penyebab
produksi kedelai 2009 - 2012 (Tabel 2), maka
utama kegagalan swasembada. Pada Tabel 1,
swasembada kedelai nampaknya tidak mudah
ditunjukkan bahwa target capaian swasembada
untuk dicapai. Sejak tahun 2009 sampai dengan
kedelai tahun 2014 (Kabinet Indonesia Bersatu
tahun 2012 jumlah produksi per tahunnya justru
II), yaitu sebesar 2,7 juta ton/tahun, sedang
cenderung terus menurun, dan terlihat bahwa
pada tahun 2012 yang ditargetkan 1,9 juta ton
penyebab utama adalah turunnya luas panen.
(Kementan, 2012), namun jumlah produksi
Oleh karena itu, program swasembada kedelai
kedelai baru tercapai 843.153 ton (lihat Tabel 2).
perlu dievaluasi untuk dapat memberikan
Menurut Menteri Pertanian, permasalahan pokok
alternatif solusinya, dan khususnya melalui
tidak tercapainya swasembada kedelai adalah
pemanfaatan bioteknologi.
berkurangnya lahan dan masih rendahnya
produktivitas kedelai di Indonesia (Agustinus, Untuk mendukung program swasembada
2012). Untuk mencapai target produksi tahun tersebut, maka implementasi bioteknologi di
2012 saja, tambahan lahan yang diperlukan bidang pertanian dan khususnya pemanfaatan
adalah sekitar 700.000 hektar. hasil-hasil riset tanaman kedelai dinilai sangat

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kedelai Nasional

Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai: Aspek Produksi dan Konsumsi 277
Suyanto Pawiroharsono
tepat guna meningkatkan produktivitas. Sejalan dilakukan melalui 2 cara yaitu bioteknologi
dengan itu, kegiatan riset bioteknologi perlu terus konvensional dan bioteknologi maju atau
ditingkatkan untuk mendapatkan varietas baru modern.
yang lebih unggul dan untuk pengembangan
Secara konvensional, pengembangan
pupuk hayati baru yang berbasis pada teknologi
varietas unggul dapat dilakukan melalui 2
hijau.
metoda. Metode pertama merupakan teknik
III. BIOTEKNOLOGI UNTUK KETAHANAN perakitan varietas melalui penyilangan bunga
PANGAN KEDELAI jantan (benang sari/polen) dan bunga betina
(putik) dari tanaman induk yang mempunyai
Bioteknologi merupakan cabang ilmu
sifat unggul, misalnya pertumbuhannya cepat,
pengetahuan yang relatif baru, namun
produktivitasnya tinggi dan tahan terhadap hama
dalam 3 dekade belakangan ini bioteknologi
tertentu. Keberhasilan pemuliaan tanaman
mengalami perkembangan yang sangat
ditandai dengan ditemukannya varietas hibrida
pesat. Bioteknologi merupakan ilmu yang
melalui cara perakitan varietas pada tanaman
mempelajari pemanfaatkan makhluk hidup,
jagung pada tahun 1910-an setelah serangkaian
khususnya mikroorganisme (jasad renik)
percobaan persilangan galur murni dilakukan
atau sel-sel organisme hidup lainnya. Dalam
(Lubis, 2005). Metode kedua, pengembangan
implementasinya merupakan gabungan dari
varietas melalui teknik mutasi yaitu melakukan
beberapa ilmu pengetahuan, terutama dari: (i)
perubahan genetik baik di tingkat gen atau di
ilmu kehidupan (biologi); (ii) ilmu kimia; dan (iii)
tingkat khromosom. Mutasi pada gen dapat
ilmu rekayasa.
mengarah pada munculnya alel baru dan
Pemanfaatan bioteknologi untuk ketahanan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru
pangan kedelai dapat dibedakan ke dalam pada spesies atau disebut varietas. Teknik
2 (dua) aspek, yaitu: (i) aspek peningkatan mutasi sudah lama dikembangkan melalui
produksi kedelai, yang dalam hal ini melalui berbagai teknik: (i) mutagen (penyebab mutasi)
budidaya kedelai; dan (ii) aspek konsumsi fisik seperti sinar X (sinar Rontgen), sinar α
yaitu melalui proses pengolahan kedelai, (alpha), sinar β (betha) dan sinar γ (gamma); dan
yang sekaligus bermanfaat untuk peningkatan (ii) mutagen kimia seperti EMS (ethyl methane
kualitas dan keamanan konsumsi. sulphonate, methyl methane sulphonate, dan
3.1.
Implementasi Bioteknologi untuk di-ethyl sulphate). Akibat mutasi ini timbullah
Peningkatan Produksi Kedelai individu / tanaman baru yang memperlihatkan
sifat (fenotipe) berbeda dengan tanaman
Implementasi bioteknologi untuk aslinya, sebagai akibat mutasi yang kemudian
peningkatan produksi kedelai pada dasarnya disebut individu / tanaman mutan.
dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yang
pertama melalui pengembangan varietas unggul Melalui riset bioteknologi konvensional ini,
untuk peningkatan produktivitas, dan yang Indonesia telah banyak menghasilkan varietas
kedua melalui pengembangan pupuk hayati tanaman kedelai unggul yang sudah dilepas dan
(biofertilizer) yang berperan untuk perbaikan siap digunakan untuk peningkatan produktivitas
unsur hara pada lahan untuk tanaman kedelai. kedelai oleh petani. Berbagai varietas tanaman
kedelai mampu tumbuh adaptif di lahan-lahan
3.1.1. Pengembangan Varietas Unggul suboptimal dan dengan potensi produktivitas
Pengembangan varietas bertujuan untuk lebih besar dari 2 ton/hektar (lihat Tabel. 3).
mendapatkan varietas baru yang mempunyai Selain varietas tersebut, masih terdapat
sifat-sifat unggul sesuai dengan keinginan varietas lain yang telah berhasil dkembangkan
petani. Sifat-sifat unggul tersebut antara lain dan diimplementasikan untuk produksi secara
adalah produktivitas tinggi, umur genjah / massal, antara lain adalah: (i) kedelai hitam
pendek, tahan hama, adaptif terhadap cekaman varietas Mallika yang dikembangkan melalui
tertentu dan atau mempunyai keunggulan pemuliaan konvensional (Astuti, 2012); dan
kandungan senyawa tertentu. Pengembangan (ii) kedelai kuning varietas Mutiara 1 yang
varietas unggul melalui bioteknologi disebut dikembangkan oleh BATAN melalui teknik
juga sebagai teknologi pemuliaan yang dapat

278 PANGAN, Vol. 22 No. 2 September 2013 : 275-286


Tabel 3. Potensi dan Karakteristik Berbagai Varietas Kedelai Unggul Tahun 1995 – 2005

Sumber: Balitkabi (2012) – data diolah.

mutasi secara radiasi (Harry Is, 2012). 2007 (SK Menteri Pertanian Nomor 78/Kpts/
SR.120/2/2007). Produk kedelai varietas Mallika
Varietas Mallika dikembangkan sejak tahun
yang dihasilkan oleh petani pada program P3KH
2003 oleh Fakultas Teknologi Pertanian dan
digunakan oleh PT Unilever sebagai bahan baku
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah
untuk produksi kecap.
Mada, dan kemudian bersama PT Unilever
mengembangkan Program Pemberdayaan Varietas Mutiara 1 yang dikembangkan oleh
Petani dalam Pengembangan Kedelai Hitam BATAN adalah hasil mutasi gen pada kedelai
(Program P3KH). Keberhasilan pengembangan lokal varietas Muria. Dengan irradiator gamma
varietas ini ditandai dengan pelepasan varietas kobalt (Co) 60 selama 15 menit pada 150 gray,
Mallika oleh Menteri Pertanian pada tahun sehingga terjadi perubahan komposisi gen

Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai: Aspek Produksi dan Konsumsi 279
Suyanto Pawiroharsono
Tabel 4. Jenis-Jenis Pupuk Hayati untuk Peningkatan Produksi Tanaman Kedelai

280 PANGAN, Vol. 22 No. 2 September 2013 : 275-286


Tabel 5. Berbagai Jenis Produk Fermentasi Berbasis Kedelai dan Karakteristiknya

Sumber: Pawiroharsono (2012).

(Wisnubrata, 2010; Harry Is, 2012). Keberhasilan penelitian awal, antara lain untuk mengetahui
riset pengembangan varietas unggul Mutiara jenis lahan (kering, rawa, pasang-surut), jenis
1 ditandai dengan diterbitkannya Surat tanah (gambut, mineral endapan, pirit, mineral
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 2602/ berpasir, mineral bergambut), dan jenis cekaman
Kpts/SR.120/7/2010, tentang Pelepasan Galur (naungan, payau, kering, kandungan mineral,
Mutan Kedelai 37 MBB sebagai Varietas Unggul masam). Data lahan ini selanjutnya akan
dengan nama Mutiara 1. Keunggulan Varietas digunakan untuk menentukan pemberian jenis
Mutiara 1 adalah: (i) umurnya genjah, dapat pupuk hayati yang sesuai dengan kebutuhan
dipanen pada umur 82 hari; (ii) pada usia 30 hari lahan.
sudah berbunga warna ungu; (iii) berbiji besar; Di Indonesia, riset di bidang bioteknologi
(iv) tahan penyakit karat daun (Phakospora untuk peningkatan produksi kedelai, termasuk
pachirhyzi Syd) dan tahan terhadap penyakit di lahan marginal sudah banyak dilakukan,
bercak atau hawar daun coklat (Cercospora), walaupun hasil riset ini belum banyak diimple-
dan juga tahan hama penggerek pucuk mentasikan di tingkat petani. Beberapa hasil
(Melanagromyza sojae); dan (v) produktivitas riset pupuk hayati yang telah diimplementasi-
2,4 ton hingga 4,1 ton per hektar. kan untuk peningkatan produktivitas tanaman
3.1.2. Pupuk Hayati (Biofertilizer) kedelai tercantum pada Tabel 4.
Pupuk adalah salah satu unsur penting Aplikasi multi-isolat bakteri penambat N
dalam meningkatkan produktivitas tanaman tahan kondisi masam (ILeTRIsoy-1, 2, 3 and
kedelai. Peran utama pupuk untuk tanaman 4) menghasilkan antara 34 – 46 bintil akar per
adalah memperbaiki kualitas dan kuantitas tanaman, dan ternyata lebih tinggi dari jumlah
unsur hara dalam tanah sehingga tanaman bintil akar yang dihasilkan tanaman yang
dapat memperoleh unsur hara secara optimal tidak diinokulasi sama sekali (2 bintil akar per
untuk mendukung proses fisiologis tanaman tanaman), atau yang diberi 22,5 kg pupuk N per
(tumbuh, berkembang dan reproduksi). Melalui hektar saja (2 bintil akar per tanaman)
perkembangan riset bioteknologi telah dihasilkan Penyuburan lahan secara bioteknologi
berbagai jenis pupuk hayati (biofertilizer), hendaknya dapat dikombinasikan dengan
yaitu pupuk yang mengandung satu atau lebih metoda non bioteknologi (misalnya dengan
mikroorganisme atau mikroba yang digunakan pupuk kimia), agar dapat secara optimal
untuk memperbaiki ketersediaan unsur hara mendukung pertumbuhan dan produktivitas
pada suatu lahan sesuai dengan lingkungannya. tanaman kedelai. Hal penting yang perlu
Perbaikan lahan akan sangat tergantung diperhatikan untuk penyuburan tanah /
dari kondisi lahan, sehingga makin baik kondisi lahan adalah perlunya penelitian awal untuk
lahannya maka makin sedikit upaya yang mengetahui jenis tanah dan jenis cekaman pada
dilakukan. Untuk itu, suatu lahan sebelum lahan tersebut.
ditanami, perlu dilakukan lebih dahulu

Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai: Aspek Produksi dan Konsumsi 281
Suyanto Pawiroharsono
3.2. Implementasi Bioteknologi pada Aspek genetika, yang mampu meningkatkan kualitas
Konsumsi produk, baik tempe atau produk fermentasi
lainnya sebagai sumber gizi maupun sebagai
Aspek konsumsi merupakan salah satu
sumber senyawa aktif.
faktor penting dalam ketahanan pangan, karena
pada tahap ini kualitas makanan ditentukan IV. PEMBAHASAN
oleh seberapa jauh makanan dapat dikonsumsi
Di Indonesia, kedelai merupakan komoditas
dengan baik dan memberikan kontribusi pada
pangan yang telah terbiasa dikonsumsi
pemenuhan zat gizi, aman, dan terjangkau.
oleh masyarakat, memberikan kontribusi
Seperti diketahui bahwa kedelai merupakan
penting sebagai sumber makanan bergizi
bahan pangan yang tidak dapat langsung
terutama sebagai sumber protein (kandungan
dikonsumsi. Kedelai banyak mengandung zat
protein sekitar 40 persen), dan harganya
anti gizi / racun, antara lain adalah zat antitripsin,
relatif terjangkau. Sebagai sumber protein,
hemaglutinin dan asam fitat.
kedelai merupakan komoditas termurah
Melalui proses bioteknologi, yaitu melalui bila dibandingkan dengan sumber protein
proses fermentasi, berbagai komponen lainnya seperti telur, ikan, susu dan daging.
kedelai mengalami perubahan komposisi, Keberadaan kedelai ternyata bermakna lebih
sehingga kedelai dapat dikonsumsi dengan dalam pada kehidupan masyarakat. Kenaikan
aman dan disamping itu melalui fermentasi nilai tukar dollar terhadap rupiah akhir-akhir ini
dapat meningkatkan kualitas kedelai sebagai mengakibatkan kenaikan harga kedelai dan
makanan, yaitu: (i) mudah dicerna; (ii) tempe, dan lebih dari itu mengancam kehidupan
kandungan zat gizi meningkat (asam amino industri kecil dan rumah tangga.
bebas, asam lemak bebas, asam lemak tidak
Kedelai impor selama ini dinilai lebih murah
jenuh, vitamin-vitamin dan mineral tertentu); dan
dan mempunyai kualitas yang lebih baik dari
(iii) terdegradasinya zat anti gizi dan zat racun
kedelai lokal, kondisi ini menjadi jebakan yang
lainnya. Keunggulan lain dari produk fermentasi
makin menjauhkan cita-cita ketahanan pangan
ini adalah kaya akan senyawa aktif, khususnya
melalui swasembada dan kemandirian kedelai.
senyawa antioksidan seperti senyawa isoflavon,
Ketahanan pangan kedelai akhir-akhir ini menjadi
ergosterol, alpha-tokoferol dan beta-karoten
fokus permasalahan mengingat pasokan kedelai
(Pawiroharsono, 2009).
dunia yang harganya meningkat, sehingga
Proses bioteknologi yang umum diimple- mengancam industri tahu dan tempe merugi
mentasikan untuk pengolahan kedelai adalah dan bahkan gulung tikar.
untuk produksi berbagai jenis makanan, antara
Komoditas kedelai menjadi dilema, karena
lain adalah tempe, tauco dan kecap. Di luar
produksi kedelai selama 20 tahun terakhir terus
negeri proses fermentasi kedelai digunakan juga
menurun sebagai akibat makin berkurangnya
untuk produksi makanan seperti natto, miso dan
lahan dan minat petani menanam kedelai, yang
kecap.
notabene kurang menguntungkan dibandingkan
Berbagai produk fermentasi berbasis dengan komoditas lainnya, sehingga produksi
kedelai di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5. tahun terakhir 2012 tercatat hanya 0,85 juta ton/
Diantara produk fermentasi kedelai yang paling tahun. Sebaliknya dengan kebutuhan yang terus
banyak dikonsumsi di Indonesia adalah tempe, meningkat memacu jumlah impor yang makin
yaitu sekitar 50 persen dari seluruh konsumsi tinggi, dan pada tahun 2012 tercatat 1,9 juta ton
kedelai, sedang tahu yang merupakan produk atau sekitar 69 persen dari seluruh kebutuhan.
non fermentasi mencapai sekitar 30 persen.
Ketahanan pangan kedelai yang
Disamping itu, masih terdapat jenis makanan
dilaksanakan melalui program swasembada
fermentasi lainnya yang berbasis kedelai dalam
kedelai tahun 2014 adalah program Pemerintah
bentuk ampas atau limbah, yaitu tempe gembus
melalui Kementerian Pertanian. Melihat data
dan oncom yang menggunakan ampas tahu.
produksi (Tabel 2) dan sasaran swasembada
Perkembangan teknologi fermentasi ke (Tabel 1) kedelai, nampaknya swasembada sukar
depan perlu diarahkan untuk mencari strain untuk dicapai. Walaupun produktivitas tercatat
unggul mikroorganisme melalui rekayasa sedikit meningkat, namun jumlah luas lahan

282 PANGAN, Vol. 22 No. 2 September 2013 : 275-286


dan produksi justru cenderung terus menurun. Intensifikasi dan Ekstensifikasi sebagai program
Secara logika memang swasembada kedelai nasional dan mendiseminasikan ke Pemda
dapat dicapai, karena berbagai peluang dan (Propinsi, Kabupaten); (ii) Kebijakan pengadaan
potensi yang telah tersedia yaitu: (i) teknologi, sarana produksi (saprodi), khususnya dengan
teknologi budidaya dan hasil riset bioteknologi memanfaatkan benih unggul lokal yang
dalam bentuk varietas unggul dan pupuk hayati mempunyai produktivitas tinggi; (iii) Kebijakan
telah siap digunakan; (ii) potensi lahan cukup untuk mengembangan sentra produksi kedelai
tersedia, khususnya dengan memanfaatkan dengan satuan luasan ekonomis (misalnya 10
lahan sub-optimal; dan (iii) potensi sumber daya hektar); (iv) Menerapkan teknologi budidaya
manusia yang didukung oleh tenaga ahli dan kedelai untuk butir (ii) dan (iii) dan sekaligus
para peneliti di bidang budidaya kedelai, para dilakukan pembinaan, pembimbingan dan
penyuluh dan para petani yang mempunyai pengawalan; (v) Kebijakan anggaran untuk
jumlah sangat besar. mendukung butir (i); (vi) Kebijakan untuk
Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat mendukung SDM (Petani, Penyuluh, Gapoktan,
bahwa komitmen program swasembada belum Peneliti); dan (vii) Kebijakan jaminan pasar atas
secara konsisten dilaksanakan dengan baik, produk yang dihasilkan.
dimana usaha ekstensifikasi atau menambah Berdasarkan uraian di atas, maka
luas lahan yang masih terkendala, sehingga kegagalan swasembada untuk ketahanan
swasembada hasil yang diharapkan belum pangan terutama disebabkan oleh: (i) kegagalan
dapat terealisasi. upaya ekstensifikasi, dimana justru jumlah
Untuk mencapai swasembada kedelai lahan tanaman kedelai terlihat cenderung terus
yang merupakan unsur penting dalam menurun; dan (ii) implementasi hasil-hasil riset
ketahanan pangan kedelai, Kementerian Riset bioteknologi yang belum dapat dilaksanakan
dan Teknologi (2011) telah melakukan kajian untuk peningkatan produksi kedelai. Oleh
dengan analisa SWOT (strengthen / kekuatan, karena itu, pengembangan produksi kedelai ke
weakness / kelemahan, opportunity / peluang depan perlu mengimplementasi sistem inovasi,
dan threat / ancaman), yang dikaitkan dengan dimana diperlukan kerjasama yang erat antara
perencanaan strategis dan analisa berdasarkan pihak pengguna teknologi yaitu para pengusaha/
Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) dan pemodal untuk bersama-sama dengan para
Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE). peneliti dan para petani. Penanaman kedelai
Berdasarkan kajian ini maka untuk mencapai hitam varietas Mallika secara komersial yang
swasembada kedelai direkomendasikan sebagai dilaksanakan oleh peneliti di Universitas Gadjah
berikut : (i) Menciptakan program peningkatan Mada yang bekerjasama dengan pihak swasta
produktivitas kedelai melalui upaya intensifikasi kiranya dapat dijadikan model sistem inovasi
dan ekstensifikasi; (ii) Intensifikasi dilaksanakan (Astuti, dkk., 2011). Dengan model ini budidaya
dengan memanfaatkan teknologi yang sudah kedelai dikelola dengan pola kemitraan usaha
dikuasai (teknologi benih, teknologi budidaya) dalam luasan ekonomis (estate crop) dengan
dan operasial prosedur standard (Standard melibatkan banyak pihak terkait (peneliti, petani,
Operating Procedure /SOP) pada sistem gabungan kelompok tani, penyuluh, pengusaha)
budidaya dan dengan memperhatikan luasan dan didukung oleh sarana prasarana yang
lahan secara ekonomis; dan (iii) Ekstensifikasi memadai.
dilaksanakan dengan membuka sentra-sentra Selanjutnya untuk dapat mengimple-
produksi khususnya di luar Jawa dengan mentasikan peningkatan produktivitas dan
menerapkan teknologi yang sudah dikuasai swasembada kedelai, maka dapat diusulkan
(teknologi benih, teknologi budidaya) dan SOP pelaksanaannya melalui: (i) Penyusunan pro-
pada sistem budidaya dengan lahan luas yang gram kegiatan pengembangan produksi kedelai
lebih ekonomis. dengan tahapan aktivitas yang jelas (roadmap)
Selanjutnya untuk implementasi atas secara realistis, sehingga program kegiatan
rekomendasi tersebut diperlukan dukungan tersebut dapat dilaksanakan; (ii) Dukungan
kebijakan pemerintah yang mencakup: pemerintah untuk kebijakan dalam pelaksanaan
(i) Kebijakan untuk menetapkan program program (pada butir 1).

Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai: Aspek Produksi dan Konsumsi 283
Suyanto Pawiroharsono
V. KESIMPULAN Praktis Kedelai Hitam. Jakarta: Yayasan Unilever
Indonesia.
Ketahanan pangan kedelai mempunyai
peranan penting pada kehidupan bangsa Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian (Balitkabi). 2007. Hasil-hasil
Indonesia. Kedelai telah dikonsumsi sejak
Penelitian Utama. (http://balitkabi.litbang.
berabad-abad lamanya dan telah menjadi
deptan.go.id/id/hasil-penelitian-utama, diakses
bagian dari budaya bangsa. Kedelai berperan
tanggal 27 Januari 2012).
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi,
khususnya sebagai sumber protein nabati, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian (Balitkabi). 2012. Iletrisoy: Pupuk
memberikan kontribusi terhadap kesehatan dan
Hayati Rhizobium Sesuai Untuk Kedelai Pada
kegiatan perekonomian masyarakat.
Lahan Kering Masam. Balitkabi, artikel diunggah
Meskipun demikian, ketahanan pangan 23 Nopember 2012.
kedelai di Indonesia sangat rapuh, karena Bioindustri Nusantara, P.T. Biobus. Izin Edar Deptan
ketersediaan kedelai tergantung dari impor. : P/636/ HAYATI/DEPTAN-PPI/ VII/2010; http://
Impor kedelai sudah dimulai sejak tahun 1974, www.ptbionusa.com/ p_biobus.php
dan impor tersebut terus meningkat sehingga Biro Pusat Statistik (BPS). 2013. Panen, Produktivitas,
pada tahun 2012 tercatat bahwa ketergantungan dan Produksi Tanaman Kedelai Nasional. BPS,
impor hampir mencapai 70 persen atau sekitar 2013.
1,9 juta ton.
Bumi Lestari Sejahtera, C.V. 2007. Biokom®. Ijin
Upaya peningkatan produksi kedelai melalui Deptan: G144/ HAYATI/ Deptan-PPI/ X/ 2007.
program swasembada kedelai belum dapat Bumi Lestari Sejahtera, C.V. 2009. Ultramic®. Ijin
berhasil dilaksanakan. Ketersediaan lahan dan Deptan: L321/HAYATI/ Deptan-PPI/IV/2009.
hasil riset di bidang bioteknologi adalah potensi Harry Is, M. 2012. Varietas Kedelai Hasil Litbang
utama untuk mencapai swasembada kedelai, BATAN. Diskusi Ketahanan Pangan, Kerjasama
yang pada dapat dilakukan melalui usaha BPPT dan MAPIPTEK, Jakarta, 7 Agustus 2012.
intensifikasi dan ekstensifikasi khususnya Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT).
dengan memanfaatkan lahan suboptimal yang 2011. Perumusan Kebijakan Bidang Pangan:
mempunyai area sangat luas. Pengembangan Iptek Pangan Untuk Substitusi
Upaya diseminasi hasil riset bioteknologi Impor. Laporan Kegiatan Program Penelitian
belum berhasil dengan baik, sehingga varietas dan Pengembangan Iptek, Staf Ahli Bidang
unggul dan pupuk hayati yang dihasilkan belum Pangan dan Pertanian. Jakarta: Kementerian
banyak dimanfaatkan pada tingkat petani Riset dan Teknologi.
untuk tujuan peningkatan produktivitas kedelai. Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Teknis
Oleh karena itu, implementasi sistem inovasi Pengelolaan Produksi Tanaman Kedelai.
diharapkan dapat menjadi solusi dan hasil Kementan, 2012.
analisa SWOT kiranya dapat dijadikan acuan Lubis, K. 2005. Pemuliaan Tanaman dan Biologi
untuk peningkatan produksi kedelai menuju Molekuler. Materi Pendidikan Program Studi
ketahanan pangan kedelai. Pemuliaan Tanaman. Medan: Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA Pawiroharsono, S. 2009. The Role of Rhizopus
oligosporus on Antioxidant Biosynthesis During
Agustinus, M. 2012. Produksi kedelai di bawah Tempe Fermentation . International Symposium
target, ini alasan Menteri Pertanian. Sindonews. Microbiology, Surabaya 21-22 November 2009.
com., 2012. Pawiroharsono, S. 2012. Makanan Fermentasi
Astuti, M. 2012. Peran Industri Dalam Pengembangan Tradisional dan Prospeknya Untuk Industri Maju.
Kedelai Lokal Untuk Mewujudkan Swasembada Kuliah Tamu, Universitas Atmajaya, Jakarta, 5
Kedelai 2014. Diskusi Ketahanan Pangan, April 2012.
Kerjasama BPPT dan MAPIPTEK, Jakarta, 7 Tohir, W. 2012. Swasembada Kedelai Tahun 2014,
Agustus 2012. Mungkinkah? Diskusi Ketahanan Pangan,
Astuti, M., S. Purwanti, D. Kastono, T. Harjaka, Kerjasama BPPT dan MAPIPTEK, Jakarta, 7
Purwidyanto dan S. Nugroho. 2011. Petunjuk Agustus 2012.

284 PANGAN, Vol. 22 No. 2 September 2013 : 275-286


Wisnubrata, A. 2010. Kedelai Superbesar Karya
BATAN. Kompas.com, 3 September 2010.

BIODATA PENULIS :
Suyanto Pawiroharsono, dilahirkan di
Yogyakarta, 17 Juni 1952 menyelesaikan S1
tahun 1977 Jurusan Botani, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, S2 tahun 1983 bidang
Makanan, Nutrisi dan Obat-obatan, Fakultas
Ilmu Pengetahuan Alam Farmasi dan Biologi,
Universitas Nancy I, Perancis dan S3 tahun 1986
bidang Bioteknologi: Biologi Terapan untuk Nutrisi
dan Bioindustri, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Alam Farmasi dan Biologi Universitas Nancy I,
Perancis.

Bioteknologi Untuk Ketahanan Pangan Kedelai: Aspek Produksi dan Konsumsi 285
Suyanto Pawiroharsono

Anda mungkin juga menyukai