Disusun Oleh :
Sutikno 152073 T
KELAS TEKNIKA C
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah-muda yang lunak, dapat ditempa, liat. Ia melebur pada
1038 . Karena potensial electrode standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu 2+),ia tak
larut daalm asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
terlarut sedikit. Dalam table periodik unsur – unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan
nomor atom (NA)29 dan mempunyai bobot atau berat atom (BA)63,546. Unsur tembaga di
alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam
bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Selain itu, tembaga
(Cu) juga terdapat dalam makanan. Sumber utama tembaga adalah tiram, kerang, kacang-
kacangan, sereal, dan coklat. Air juga mengandung tembaga dan jumlahnya bergantung pada
jenis pipa yang digunakan sebagai sumber air.
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan
apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai
keabuan.
Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang
komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti
oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral
tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurite (Cu3(OH)2(CO3)2).
Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat,
dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan
volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih
tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat
berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.
2. Deskripsi Mineral Copper (Tembaga)
Formula Kimia : Cu
Sistem Kristal : Reguler
Warna : Merah-tembaga, atau merah-mawar terang.
Kilap : Metalik
Kekerasan : 2,5 – 3
Berat Jenis : 8,94
Indeks Bias : 1. 544 - 1.553
Goresan : Merah
Belahan : Tidak satupun
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile dan Malleable
Derajat Ketransparanan : Opaque
Kemagnetan : Diamagnetit
7. Daur (Siklus) Cu
a. Cu (tembaga) dalam tubuh mikroorganisme
Sebagai logam berat, Cu (tembaga) berbeda dengan logam-logam berat lainnya
seperti Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat esensial, yang
artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan
tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Karena itu, Cu juga termasuk kedalam logam-logam
esensial bagi manusia, seperti besi (Fe). Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan bekerja
dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme
dalam jumlah besar atau melebihi nilai organisme terkait.
Selain manusia, organisme hidup lainnya juga akan berbalik menjadi bahan racun
untuk manusia bila masuk dalam jumlah berlebihan sangat membutuhkan Cu untuk
kehidupannya. Mulai dari tumbuh-tumbuhan sampai pada hewan darat ataupun biota
perairan. Misalnya, kerang. Kerang membutuhkan jumlah Cu yang tinggi untuk
kehidupannya. Biota tersebut membutuhkan Cu untuk cairan tubuhnya. Disamping itu,
kerang juga mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap akumulasi Cu dalam tubuhnya.
Setiap studi toksikologi yang pernah dilakukan terhadap penderita keracunan Cu,
hampir semuanya meninjau metabolisme Cu yang masuk kedalam tubuh secara oral. Dari
studi-studi yang dilakukan di Amerika, disimpulkan bahwa orang-orang Amerika baik secara
sengaja ataupun tidak sengaja telah mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
Cu sebesar 2-5 mg setiap harinya. Dari jumlah yang terkonsumsi itu, hampir semuanya
dikeluarkan kembali bersama feces. Penyerapan Cu ke dalam darah dapat terjadi pada kondisi
asam yang terdapat dalam lambung. Pada saat proses penyerapan bahan makanan yang telah
diolah pada lambung oleh darah. Sehingga Cu yang ada turut diserap oleh darah. Dalam
darah, Cu terdapat dalam 2 bentuk ionisasi, yaitu Cu +dan Cu++. Apabila jumlah Cu dalam
kedua bentuk itu yang terserap berada dalam jumlah normal, maka sekitar 93% dari serum Cu
berada dalam seruloplasma dan 7% lainnya berada dalam fraksi – fraksi albumin dan asam
amino. Serum Cu albumin ditransfortasikan ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Cu juga
berikatan dengan sel darah merah sebagai eritrocuprein, yaitu sekitar 60% eritrosit-Cu,
sedangkan sisanya merupakan fraksi-fraksi yang labil. Darah selanjutnya akan membawa Cu
ke dalam hati. Dari hati, Cu dikirimkan ke dalam kandung empedu. Dari empedu, Cu
dikeluarkan kembali ke usus untuk selanjutnya dibuang melalui feces.
b. Cu dalam lingkungan
Tembaga masuk kedalam tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari
peristiwa-peristiwa alamiah dan sebagai efek samping dari aktivitas yang dilakukan oleh
manusia.
Secara alamiah, Cu masuk kedalam badan perairan sebagai akibat dari erosi atau
pengikisan batuan mineral dan melalui persenyawaan Cu di atmosfir yang dibawa turun oleh
air hujan.
Secara singkat daur tembaga di lingkungan adalah sebagai berikut :
Kandungan tembaga yang terdapat dalam bebatuan terkikis oleh air hujan. Air hujan ini
memecah kandungan tembaga dalam bebatuan dan melarutkan ion tembaga tersebut dalam
air. Air yang mengandung tembaga terus mengalir ke sungai, ke sumber-sumber air, dan
meresap ke dalam tanah. Didalam tanah yang mengandung tembaga, unsur hara tersebut akan
diserap oleh akar tanaman dalam bentuk kation Cu2+ melalui suatu proses aktif. Dengan
adanya kandungan tembaga ini akan membantu tumbuhan dalam pembentukan
klorofil.kemudian tumbuhan yang mengandung tembaga ini dimakan oleh consumer sehingga
tembaga berpindah ke hewan. Tumbuhan dan hewan mati, feses dan urinnya akan terurai
menjadi Cu2+. Oleh bakteri, tembaga tersebut akan diubah menjadi tembaga yang dapat
diserap oleh tumbuhan. Dan seperti ini akan terus berulang.
Aktivitas manusia seperti buangan industri, pertambangan Cu, industry galangan
kapal dan bermacam-macam aktivitas pelabuhan lainnya merupakan salah satu jalur yang
mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan-badan perairan. Masukan
sebagai efek samping dari aktivitas manusia ini, lebih ditentukan oleh bentuk dan tingkat
aktivitas yang dilakukan. Proses daur ulang yang terjadi dalam sistem tatanan lingkungan
perairan yang merupakan efek dari aktivitas biota perairan juga sangat berpengaruh terhadap
peningkatan Cu dalam badan perairan.
9. Efek
a. Kekurangan tembaga
Kekurangan tembaga jarang terjadi pada orang sehat. Paling sering terjadi pada bayi-
bayi prematur atau bayi-bayi yang sedang dalam masa penyembuhan dari malnutrisi yang
berat. Orang-orang yang menerima makanan secara intravena (parental) dalam waktu lama
juga memiliki resiko menderita kekurangan tembaga.
Gejala orang yang kekurangan tembaga, diantaranya adalah :
Terjadi pendarahan berupa titik kecil di kulit dan aneurisma arterial.
Penurunan jumlah sel darah merah (anemia) dan sel darah putih ( leukopenia).
Penurunan jumlah kalsium dalam tulang
Kadar tembaga rendah dalam darah
Rambut yang sangat kusut.
Keterbelakangan mental.
Kegagalan sintesa enzim yang memerlukan tembaga.
b. Kelebihan tembaga
Tembaga yang tidak berkaitan dengan protein merupakan zat racun. Mengkonsumsi
sejumlah kecil tembaga yang tidak berkaitan dengan protein dapat menyebabkan mual dan
muntah.
Gejala orang yang kelebihan tembaga ,diantaranya adalah :
Mengalami kerusakan ginjal.
Menghambat pembentukan air kemih.
Menyebabkan anemia karena pecahnya sel-sel darah merah (hemolisis).
Penyakit Wilson(yang ditandai dengan gejala sakit perut, sakit kepala, perubahan
suara).
Pengumpulan tembaga dalam kornea mata yang menyebabkan terjadinya cincin
emas atau emas kehijauan.
Menyebabkan kerusakan otak berupa tremor, sakit kepala, sulit berbicara, hilangnya
Koordinasi, psikosa.