Anda di halaman 1dari 22

RESUME MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

“RESUME PERSIAPAN INTRA OPERATIF”

DISUSUN OLEH :

Dimas Prayoga

DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2020
A. Pengertian Keperawatan Intraoperatif
Keperawatan Intraoperatif dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.

B. Aktifitas keperawatan pada intraoperatif:


1. Pemeliharaan Keselamatan
a. Atur Posisi Pasien
- Kesejajaran fungsional
- Pemajanan area pembedahan
- Mempertahankan posisi selama di operasi.
b. Memasang alat grounding ke pasien
c. Memberikan dukungan fisik
d. Memastikan bahwa jumlah jarum dan instrument yang tepat.
2. Pemantauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan yang berlebihan.
b. Mengobservasi kondisi kardiopulmunal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada TPRS
3. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi dan Jika Pasien Sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi.
c. Terus mengkaji status emosional pasien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota kes yang sesuai.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingk aseptic dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola SDM

C. Fungsi Keperawatan Intraoperatif


Fungsi keperawatan di ruang operasi
:
1. Sirkulasi
2. Scrub ( instrumentasi )
Aktivitas perawat sirkulasi:
- Mengatur ruang operasi
- Melindungi keselamatan dan kebutuhan kesehatan pasien dengan cara :
a. Memantau aktivitas anggota tim bedah
b. Memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.
- Memastikan kebersihan, suhu yang tepat, kelembaban dan pencahayaan; menjaga
peralatan tetap berfungsi; dan ketersediaan perbekalan material.
- Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik,
- Memantau pasien sepanjang prosedur operasi untuk memastikan keselamatan dan
kesejahteraan individu.

Aktivitas perawat scrub :


- Scrubing untuk pembedahan
- Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahitan, dan peralatan khusus;
- Membantu dokter bedah dan asisten dokter bedah selama prosedur bedah dengan
mengantisipasi instrument yang dibutuhkan, spons, drainase dan peralatan lain ;
- Terus mengawasi waktu pasien di bawah pengaruh anesthesia dan waktu luka dibuka.
- Mengecek peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua jarum, kasa dan
instrument sudah dihitung lengkap saat insisi ditutup.
- Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas laboratorium.

D. Prinsip Kesehatan dan Baju Operasi


1. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi.
2. Selama pembedahan, personel yang telah melakukan scrub dan mengenakan pakaian
operasi hanya menyentuh benda-benda yang telah disteril.
3. Personel yang tidak melakukan scrub dilarang menyentuh atau mengkontaminasi apa saja
yang steril.
4. Pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit merupakan sumber organisme patogenik yang harus
dilaporkan.
5. Dalam suatu contoh, kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi disebabkan oleh
infeksi tenggorok ringan yang dibawa oleh perawat ruang operasi.
6. Untuk itu penting sekali segera melaporkan bahkan kelalaian ringan sekalipun.

BAJU
- Pakaian rumah tidak bisa dipakai di ruang operasi
- Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan institusi yang diperbolehkan.
- Ruang pakaian terletak dekat kamar operasi dan dicapai dari koridor terluar.
- Baju diganti di ruang pakaian sebelum masuk dan saat meninggalkan kamar operasi.
- Baju operasi tidak bisa dipakai diluar ruang operasi. Baju operasi terdiri dari :
a. Pakaian dari katun yang tertutup rapi. Pakaian dan tali pinggang dimasukan ke dalam
celana.
b. Celana panjang bagian pergelangan kaki harus bermanset tertutup ( tali atau rajutan )
c. Baju panjang ( jas )

MASKER
- Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi untuk meminimalkan kontaminasi melalui
udara.
- Droplet yang mengandung mikroorganisme dari orofaring dan nasofaring harus ditampung
dan disaring.
- Oleh karenanya, masker harus menyatu dan nyaman (ketat-pas) dan harus menutup seluruh
hidung dan mulut.
- Bersamaan itu pula, masker harus tidak mengganggu pernapasan, berbicara ,penglihatan
- Masker diganti minimal antara pergantian pasien dan tidak dipakai di luar bagian bedah.
- Karena masker kehilangan kefektifannya ketika lembab, maka masker harus diganti antar
prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu.
- Tali masker benar terikat dengan rapi
- Tali atas diikatkan di belakang kepala
- Tali bawah diikatkan di belakang leher
- Masker harus dipakai atau dilepas
- Tidak boleh menggantung di leher
- Saat melepas masker, hanya talinya saja yang dipegang untuk mencegah kontaminasi pada
tangan.
TUTUP KEPALA
- Tutup kepala harus secara menyeluruh menutup rambut ( kepala dan garis leher, termasuk
cambang) sehingga sehelai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh ke
dalam daerah steril.
- Jenis penutup kepala yang tersedia semuanya adalah sekali pakai, tidak berserabut dan
seperti kain.

SEPATU
- Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga; bakiak, sepatu tennis, sandal dan bot tidak
diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit untuk dibersihkan.
- Sepatu dibungkus dalam penutup sepatu sekali pakai atau kanvas.
- Penutup konduktif listrik bagi pemakai.
- Penutup sepatu dipakai hanya satu kali dan dilepaskan ketika meninggalkan area terlarang.
- Konduktometer biasanya terletak di pintu masuk daerah ruang operasi.

BAHAYA KESEHATAN
- Pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sample dari sapuan terhadap agens
infeksius dan toksik.
- Sejak 1987, CDC ( Center For Diseases Control ) melaporkan beberapa kasus tenaga
perawatan kesehatan yang terjangkit AIDS melalui pemajanan okupasi.
- Penggunaan sarung tangan ganda sudah rutin, setidaknya dalam trauma bedah dimana
terdapat fragmen tulang yang tajam.
- Kaca mata pelindung dipakai jika luka bedah diirigasi atau ada pengeboran tulang.
- Selain perlengkapan scrub rutin dan sarung tangan ganda, beberapa ahli bedah memakai
sepatu boot karet, gaun atau apron kedap air, dan pelindung lengan baju.
- Pada kasus bedah berdarah pelindung wajah yang dililitkan dapat digunakan untuk
mengganti kaca mata.
- Bagian tubuh pasien yang lain ditutup dengan kain steril.
Kontrol lingkungan
- Lantai dan permukaan horizontal dibersihkan secara teratur dengan sabun dan air atau
detergen germisida, dan peralatan yang disteril diinspeksi secara teratur untuk memastikan
pengoperasian dan performa yang optimal.
- Sebelum dapat dipaket, linen, kain dan larutan yang digunakan dibersihkan dan disterilkan di
unit dekat ruang operasi.
- Material – material steril dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila di perlukan material
individual tambahan.
- Ruang operasi yang dilengkapi dengan system aliran udara laminar yang menyaring bakteri
dan debu dengan presentasi tinggi.
- Aliran laminar juga mempertukarkan udara dengan lebih efektif – sekitar 200 kali perjam –
jika dibandingkan dengan penyejuk udara, yang mempertukarkan udara 12 kali perjam.

PERATURAN DASAR ASPSIS BEDAH


Umum
- Permukaan atau benda steril yang bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang steril
menjadi tetap steril;
- Permukaan atau benda steril kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat
tidak steril.
- Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap tidak
steril atau terkontaminasi.
- Apapun yang steril untuk satu pasien (terbuka di baki steril atau meja dengan perlengkapan
steril) dapat digunakan hanya pada pasien ini.
- Perlengkapan steril yang tidak dipakai harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan
digunakan kembali.
- Setelah pembedahan, luka dilindungi dari kemungkinan kontaminasi dengan memasang
balutan steril.
- Luka dibersihkan dengan normal salin dan menggunakan antiseptic saat membersihkan dan
mengganti balutan luka.
- Perawatan tertentu dilakukan untuk melindungi luka yang belum sembuh agar tidak kontak
dengan segala yang tidak steril.
Personel
- Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub meninggalkan
ruang operasi, status sterilnya hilang.
- Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub,
pemakaian gown dan sarung tangan.
- Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril: dari bagian depan pinggang
sampai pada daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan. Tangan yang mengenakan
sarung tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang.
- Pada beberapa ruang operasi, suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang
memperluas area steril.
- Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak aman
untuk menghindari kontaminasi di area steril.

Penutup/draping
- Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan
yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang.
- Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang
menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril.
- Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan mengunakan penjepit atau perekat agar
tidak berubah selama prosedur bedah.
- Robekan atau bolongan akan memberikan akses kepermukaan yang tidak steril dibawahnya,
menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti.

Pelayanan Peralatan Steril


- Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka tanpa
resiko mengkontaminasi isinya.
- Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke orang yang
berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap terjaga.
- Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar yang
mengandung larutan tidak dianggap steril.
- Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril. Artikel
steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir area steril.

Larutan
- Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan tidak
disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga
menyebabkab cipratan. (bila permukaan steril menjadi basah, maka diangap terkontaminasi)

o PASIEN YANG MENJALANI ANESTESIA.


Ahli anestesi
- Adalah dokter yang secara khusus dilatih dalam seni dan sains ahli anestesi.
- Setelah berkonsultasi dengan ahli bedah, ahli anestesi biasanya memilih anesthesia dan
mengatasi segala masalah teknis yang berhubungan dengan pemberian agens anestetik
dan pengawasan kondisi pasien.

Anestetist
- Adalah perawat, dokter gigi, atau dokter yang berkualitas yang memberikan anestetik.
- Kebanyakan anesthetist adalah perawat yang telah lulus dari program perawat anesthesia
berakreditasi dan telah lulus sertifikasi oleh American association of nurse anesthetist
untuk menjadi perawat anesthetist tedaftar bersertifikat (Certified registered nursing
anesthetist CRNA).
o Pilihan agens anestetik dibicarakan, dan pasien diberi kesempatan untuk mengemukakan
reaksi dan informasi sebelumnya mengenai segala medikasi yang sedang digunakan yang
mungkin mempengaruhi pilihan terhadap suatu agens.
o Waktu tersebut, ahli anestesi mengkaji kondisi system kardiovaskuler dan paru-paru pasien
dan menyelediki tentang segala infeksi pulmonary yang sudah ada dan diperluas hingga
riwayat merokok pasien.
o Pada hari pembedahan, pasien diantar ke ruang operasi dan dipindahkan ke meja operasi, di
mana ahli anestesi atau perawat anesthetist akan melakukan lagi pemeriksaan kondisi fisik,
tekanan darah, nadi dan frekuensi pernafasan dicatat secara teliti, selanjutnya anestetik
diberikan.
o Selama pelaksanaan pembedahan, ahli anestesi memantau tekanan darah nadi, dan
pernapasan pasien, juga elektrokardiagram (EKG), volume tidal, kadar gas darah, pH darah,
konsentrasi gas alveolar dan suhu tubuh.

Pertimbangan Gerontologi
 Pasien lansia mempunyai resiko anestesi dan pembedahan lebih tinggi dari orang dewasa.
 Resiko periop meningkat pada setiap sepuluh tahun di atas 60 tahun.
 Beberapa kemungkinan yang harus diperhatikan :
 Infuse iv berlebihan edema pulmunari
 Penurunan TD mendadak atau berkepanjangan iskemik serebral, infark.
 Menurunnya vaskularisasi termogulasi terganggu.
 Aksi siliaris dan refleks batuk efektif berkurang menyebabkan resiko
Pneumonia
 Penurunan pertukaran gs menambah resiko hipoksia serebral.
 Lansia membutuhkan lebih sedikit anestetik untuk menyebabkan anestesia dan waktu yang
lama untuk menghilangkan anestesi. Agens anestetik mempunyai afinitas terhadap jaringan
lemak, berkumpul dalam lemah tubuh dan otak

ANASTESI
Adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya refleks. Anestetik
dibagi menjadi 2 kelas :
1. Anestetik yang menghambat sensasi di seluruh tubuh (anestesi umum)
2. Anestetik yang menghambat sensasi di sebagian tubuh (local, regional, epidural atau spinal)

- Anestesia Umum
 Anestesia umum biasanya segera tercapai ketika anestetik diberikan.
 Macam anesthesia umum :
1. Diinhalasi
2. Intravena
Penjelasan :
1. Diinhalasi
 Terdapat dua macam yaitu:
a. Anestetik Cair Volatile
 Menghasilkan anesthesia saat uapnya dihisap.
 Contoh : Halotan (flothane), Enfluran (Enhtrane), Metasifluran (Penthrane),
Isofluran (Forane).
 Lihat table u/ keuntungan & kerugian.

b. Anestetik gas
 Diberikan melalui inhalasi dan selalu dikombinasikan dgn oksigen.
 Contoh : Oksida Nitrat & Siklopropane

 Substansi tersebut saat dihirup masuk ke dalam darah melalui kapiler2 pulmonal dan
saat konsentrasi cukup, bekerja di pusat otak untuk membuat hilang kesadaran dan
hilang sensasi.
 Ketika pemberian anestetik dihentikan, uap atau gas dikeluarkan melalui paru-paru.
 Tahap-tahap anesthesia umum :
a. Tahap I :Anestesia awal
 Hal yg klien rasakan sesudah menghirup cairan anestetik, hangat, pening dan
perasaan terpisah dari lingk.
 Pasien dpt mendengar bunyi deringan, amuman atau denganungan di telinganya.
 Klien masih sadar tapi ia menyadari tidak mampu u/ menggerakan ekstrimitas
dg mudah.
 Bunyi2an terdengar berlebihan; bahkan sura rendah terdengar sangat bising &
tdk nyata. Bunyi & gerakan tidak perlu dihindari ketika anetesia akan dimulai.

b. Tahap II :Excitement
 Ditandai dgn gerakan melawan, berteriak, berbicara, bernyanyi, tertawa atau
menangis (sering dpt dihindari jika anestetik diberikan cepat & lancer)
 Pupil berdilatasi tetapi berkontriksi bila dipajankan cahaya.
 Frekuensi nadi cepat
 Perafasan tidak teratur.
 Gerakan tidak terkontrol

c. Tahap III : Anestesia Bedah


 Dicapai dgn pemberian kontinyu anestetik
 Klien dlm keadaan tidak sadar, berbaring tenang di meja operasi
 Pupil mengecil & berkontriksi bila ada cahaya.
 Pernafasan teratur, frekuensi nadi normal, kulit merah muda.
 Dengan pemberian anestetik yang tepat, tahap ini dpt dipertahankan slm
berjam-jam.

d. Tahap IV : Takarlajak
 Dicapai ketika terlalu banyak anesthesia diberikan.
 Pernafasan dangkal, nadi lemah & cepat.
 Pupil lebar & tdk berkontriksi bila terpajan cahaya.
 Sianosis
 Anestisia harus segera dihentikan & butuh dukungan respiratori & sirkulasi.
 Jika tidak segera ditangani : KEMATIAN.

 Selama pemberian anestetik dilakukan dgn baik:


 Tidak ada perbedaan mencolok antara tahap I – III
 Tidak ada Tahap IV
 Respon pupil, TD, Frekuensi pernafasan & jantung pedoman kondisi pasien.

2. Anestesia Intravena
Contoh : Barbiturat (untuk yang singkat), natrium thiopental (efek lbh lama).
 Keuntungan :
 Awitan anestesi menyenangkan.
 Pasien sadar hanya dgn sedikit mual & muntah.
 Bermanfaat u/ bedah mata
 Tidak mudah meledak
 Memerlukan peralatan sedikit

 Kerugian :
 Tiopental mrpk. Depresan respiratori yang sangat kuat.
 Bersin, batuk, spasme laring kadang terjadi pd pemakaian ini.
 Tidak diindikasikan utk anak2 karena vena kecil.
 Tidak diindikasikan utk bedah abdomen & thorak.

Anestesi Regional
 Adalah anestesi local dgn menyuntikkan agens anestetik di sekitar saraf sehingga area yang
dipersyarafi oleh saraf ini teranestesi.
 Efeknya bergantung jenis saraf yang terlibat.
 Macam anesthesia regional :
a. Anesthesia Spinal
 Merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dgn memasukan anesthesia local
kedalam ruang Subaraknoid di tingat Lumbal ( biasanya L4 & L5).
 Menghasilakan anesthesia pd ekstrimitas bawah, abdomen bawah & perineum.
 Penyebaran agens anesthesia dan tk. Anesthesia bergantung pd jml. Cairan yang
disuntikan, kecepatan disuntikan, posisi padien stl. Penyuntikan dan Bj agens.
 Contoh Agens : Prokain, tetrakain (Pontocaine) dan Lidokain (Xylocaine).
 Efek Samping : mual & muntah, pusing
 Pengkajian stl anestesi spinal : TV & sensasi kaki dan jarinya.
b. Blok Konduksi
Macam – macam blok konduksi :
1) Blok Epidural
 Dicapai dgn menyuntikan anestetik local kedlm kanalis spinalis sekeliling
duramater.
 Memblok fungsi sensori, motor & otonomik mirip dgn anestesi spinal hanya
tempat yang membedakannya.
 Dosis lebih besar.
 Keuntungan : tidak sakit kepala
 Kerugian : memerluan keakhlian khusus untuk menyuntikan kedalam epidural
bukan ke subarahnoid.
 Bila tidak sengaja pada arakhnoid akan terjadi anesthesia spinal tinggi dan
mengakibatkan hipotensi berat, henti napas.
 Penanganan komplikasi : dukungan jalan nafas, ciaran intravena &
penggunaan vasopressor.
2) Blok Pleksus brakialis
Menyebabkan anesthesia pada lengan.
3) Anastesia Paravertebral
Menyebabkan anestesi pd saraf yang mempersarafi dada, dinding abdomen &
ekstrimitas.
4) Blok Transakral (Kaudal)
Menyebabkan anestesi pd perineum, kadang abdomen bawah.

c. Anestesia Infiltrasi Lokal


 Adalah penyuntikan larutan yang mengandung anestetik local ke dlm jaringan pda bidang
yang direncanakan sebagai tempat insisi.
 Keuntungan :
 Sederhana, ekonomis, tidak meledak.
 Peralatan minimal.
 Pemulihan cepat
 Efek yang tidak diinginkan dlm anestesi umum dpt dihindari.
 Ideal untuk prosedur bedah yang pendek & superficial.
 Agens : Lidokain (xylocaine), Bupivakain (Marcain), Prokain (Novocain).
 Biasanya dikombinasi dgn epinefrin.
 Kontraindikasi : pasien gelisah.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
INTRA OPERATIF

1. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif


Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
A. Anggota steril
1. Ahli bedah utama / operator
2. Asisten ahli bedah.
3. Scrub Nurse / Perawat Instrumen
B. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1. Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2. Perawat sirkulasi
3. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
2. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
Pada fase ini lingkup aktifitas dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologismenyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

 Type Anastesy :
a. General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk reflek batuk
dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi. Biasanya diberikan secara
intra vena atau inhalasi.
b. Regional Anastesy yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari area atau bagian
tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi tetap sadar.
 Tekhnik Anastesi Regional :
1. Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa untuk
membuka bagian kulit, luka dan luka bakar. Misalnya lidocaine dan benzocaine, jenis ini
biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat.
2. Local Anastesi (Infiltrasi), yaitu anastesi yang disuntikkan pada area tertentu dan
digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine atau tetracaine 0,1%.
3. Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan di daerah syaraf atau kumpulan syaraf
kecil untuk menghasilkan sensasi pada daerah kecil pada tubuh.
4. Anastesi Spinal yaitu obat anastesi yang disuntikkan ke daerah subarrachnoid sampai ke
spinal cord.
5. Epidural Anastesi, injeksi pada daereh dalam spinal tetapi di luar duramater
A. Persiapan Psikologis Pasien
B. Pengaturan Posisi
1. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis
pasien.
2. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
b. Umur dan ukuran tubuh pasien.
c. Tipe anaesthesia yang digunakan.
d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
3. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
1. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
3. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya
dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan
saraf dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat
melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
C. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
D. Penutupan Daerah Steril
E. Mempertahankan Surgical Asepsis
F. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
G. Monitor dari Malignant Hyperthermia
H. Penutupan luka pembedahan
I. Perawatan Drainase
J. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
3. Pengkajian
1. Sebelum dilakukan operasi
a. Pengkajian psikososial
- Perasaan takut / cemas
- Keadaan emosi pasien
b. Pengkajian Fisisk
- Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
- Sistem integumentum
· Pucat
· Sianosis
· Adakah penyakit kulit di area badan.
- Sistem Kardiovaskuler
· Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
· Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
· Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
· Kebiasaan merokok, minum alcohol
· Oedema
· Irama dan frekuensi jantung.
· Pucat
- Sistem pernafasan
 Apakah pasien bernafas teratur ?
 Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal
· Apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi
 Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
- Sistem saraf
· Kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien
 Apakah pasien puasa ?
 Lavement ?
 Kapter ?
 Perhiasan ?
 Make up ?
 Scheren / cukur bulu pubis ?
 Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
 Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
2. Selama dilaksanakannya operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi
total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah
dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar
pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b. Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
- Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera
diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
- Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan
operasi adalah sebagai berikut :
1. Cedera, Resiko Tinggi berhubungan dengan posisi, pemajanan alat/suhu, hipoksia,
lingkungan.
2. Infeksi, Resiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit yang rusak, prosedur
invasif.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah selama pembedahan

5. Perencanaan
a. Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel tersebut ke dalam
rencana asuhan :
 Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anastesia yang direncanakan,
ahli anastesi dan anggota tim.
 Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur dan ahli bedah.
 Kebutuhan medikasi non rution, komponen darah, instrumen.
 Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik, kelengkapan
instrumen, peralatan jahit dan pengadaan balutan.
b. Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan ruang operasi yang dapat secara negatif
mempengaruhi pasien :
1. Fisik
a) Suhu dan kelembaban ruangan
b) Bahaya peralatan listrik
c) Kontaminasi potensial
d) Hilir mudik yang tidak perlu
2. Psikososial
a) Kebisingan
b) Kurang mengenal sebagai individu
c) Rasa diabaikan tanpa pengantar di tempat tunggu
d) Percakapan yang tidak perlu
6. Intervensi
a. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien :
1). Atur dan jaga agar peralatan syaktion berguna dengan baik.
2). Atur peralatan pemantauan invasif.
3). Bantu saat pemasangan jalur (arteri /CVP ).
4). Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien.
5). Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anastesi dan pembedahan, pertahankan
kelurusan tubuh sesuai fungsi.
6). Ikuti tahapan sesuai dengan prosedur bedah :
a. Lakukan scrab/bersihan dengan terampil
b.Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan antisipasi peralatan dan bahan apa
yang dibutuhkan sebelu diminta.
7). Ikuti prosedur yang telah ditetapkan sebagai contoh :
a. Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah
b.Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur.
c.Persiapan kulit antiseptik
d.Membuka dan menutup sarung tangan.
e.Menghitung kasa, instrumen, jarum.
f.Tekhnik septik
g.Penatalaksanaan kateter urine.
h.Penatalaksanaan drainase
8). Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anastesi/ perawat
yang bertanggung jawab/ bertindak yang tepat untuk mengontrol atau menangani
situasi.
9). Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya.
10).Bantu ahli bedah dan anastesi untuk menerapkan rencana penerapan mereka.
b. Bertindak sebagai advotkat pasien
1) Berikan privasi fisik
2) Jaga kerahasiaan
3) Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
c. Informasikan pasien dengan pengalaman intraoperatif
1) Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami.
2) Gunakan keterampilan komunikasi umum
d. Koordinasi aktivitas bagi personil lain yang terlibat dalamperawatan pasien. Seperti X –
ray, laboratorium, ICU.
e. Operasikan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan diruang operai dan
tugaskan dilayanan khusus.
f. Ikutserta dalam konferensi perawatan pasien.
g. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan.
h. Komunikasikan baik verbal dan tulisan mengenai status kesehatan pasien saat
pemindahan dari ruang operasi.
7. Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang operasi
yaitu cara bernafas, warna kulit, selang invasif (IV), drain kateter berfungsi secara
normal, balutan adekuat tidak terlalu ketat.
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak aman
dan menenganinya dengan baik.
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan.
d. Melaporkan dan mendokumentasikan.
e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip aseptik dan praktek keperawatan teknis.
f. Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan preoperatif.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,A. dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius.

Kumpulan Artikel Keperawatan http://www.artanto.com

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai