Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 1 Nomor 1, November 2019


p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA


DENGAN HIPERTENSI

Suwanti*, Puji Purwaningsih, Umi Setyoningrum


Fakultas Keperawatan, Universitas Ngudi Waluyo, Jl. Diponegoro No.186, Mijen, Gedanganak, Kec.
Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50512
*wanticintanurfatwa@gmail.com (+6285779879951)

ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyebab kematian paling umum ketiga setelah stroke dan tuberkulosis.
Penanganan yang tepat diperlukan untuk mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah dan
komplikasinya. Senam ergonomik sebagai terapi non farmakologi memiliki manfaat luas untuk
mempertahankan kesehatan umum.Penelitian ini untuk menentukan pengaruh senam ergonomik
terhadap terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi diWening Wardoyo Ungaran. Penelitian
ini menggunakan pre experiment -one group pre-test post-test design. Sampel sebanyak 15 lansia
dengan hipertensi yang diseleksi dengan purposive sampling. Pengambilan data dengan
menggunakan lembar observasi dan Sphygmomanimeter air raksa (GEA Medical). Intervensi telah
dilakukan sebanyak 3 kali per minggu. Test statistik menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji statistik
dengan Wilcoxon menunjukkan p value sistolik=0,000 lebih kecil dari α value (0,05), p value
diastolik=0,011 lebih kecil dari α value (0,05). Hasil menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
senam ergonomik terhadap sistolik dan diastolik lansia. Peneliti menyarankan bahwa senam
ergonomik dapat digunakan pada lansia dengan hipertensi sebagai terapi non farmakologi.

Kata kunci: lansia, senam ergonomik, hipertensi

THE EFFECT OF ERGONOMIC EXERCISE ON BLOOD PRESSURE IN ELDERLY


HYPERTENSION IN WENING WARDOYO UNGARAN

ABSTRACT
Hypertension is the third most common cause of death after stroke and tuberculosis. Proper
handling is needed to prevent uncontrolled blood pressure and complications. Ergonomic exercise
as non-pharmacological therapy has very broad benefits to maintain general health. This research
aim to determine the effect of ergonomic exercise on blood pressure in elderly hypertention in
Wening Wardoyo Ungaran. The research used pre experiment -one group pre-test post-test
design. A sample of 15 elderly with hypertension was selected by purposive sampling. Data
collecting used observation sheet and Sphygmomanometer (GEA medical). The intervention was
done for 3 times/week. Statistical test used Wilcoxon.The result of test obtained p value of
sistolic=0,000 smaller than α value (0,05), p value of diastolic=0,011 smaller than α value (0,05).
The results showed there were significant effect of ergonomic exercise on sistolic and sistolic.
Researchers suggest that ergonomic exercise can be used in elderly hipertension as non-
pharmacological therapy.

Keywords: elderly, ergonomic exercise, hypertension

1
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

PENDAHULUAN Mudahnya lansia terjadi hipertensi


Hipertensi merupakan penyakit kronik dikarenakan adanya proses degenerasi,
dan masalah kesehatan yang sangat serius adanya penurunan elastisitas pembuluh
diberbagai negara maju maupun arteri dan kekakuan pembuluh darah
berkembang (Eugene & Bourne, 2013). (Rizkiyatiningsih, 2012; Thei,
Hipertensi menjadi masalah kesehatan Sambriong, & Gatum, 2008).
publik hampir diseluruh dunia Di Indonesia, hipertensi menjadi
dikarenakan penyakit hipertensi sebagai penyebab ketiga kematian setelah stroke
faktor resiko dari beberapa dan tuberculosis
penyakit.Tingginya prevalensi hipertensi (Depkes,RI,2007).Prevalensi hipertensi di
berkaitan dengan peningkatan komplikasi Indonesia pada tahun 2004 sebesar 14 %,
kardiovaskuler dan meningkatkan meningkat lebih dari 25.8% pada usia
negative impact pada morbidity dan diatas 18 tahun tahun 2013 (Riskesdas
mortality rate didunia (WHO,2011). RI,2013). Di Jawa Tengah, prevalensi
Lionakis (2013) menyatakan bahwa Hipertensi dilaporkan lebih dari 26.4%
individu yang memasuki masa lansia tahun 2012) (Dinas Kesehatan Jawa
akan mengalami perubahan pada sistem Tengah, 2012). Pada tahun 2008 terdapat
kardivaskuler berupa penurunan 42.9%, kemudian mengalami peningkatan
elastisitas di jaringan perifer yang pada tahun 2009 sebanyak 4.9%,dan
menyebabkan terjadinya pelebaran meningkat menjadi 46.8%. Prevalensi
pembuluh darah dan arterosklerosis. Hal Hipertensi essensial di Kabupaten
inilah yang memicu terjadinya Semarang pada tahun 2011 sebesar
peningkatan prevalensi hipertensi pada 42.4%. Di Unit Rehabilitasi sosial
lanjut usia (Zahrawardani, Herlambang, Wening Wardoyo Ungaran, penderita
& Anggraheny, 2013). hipertensi 21 lansia(20%).

Peningkatan prevalensi hipertensi Penatalakanaan saat ini dalam rangka


merupakan masalah serius didunia. menurunkan dan mencegah hipertensi
Hipertensi telah membunuh 9.4 juta orang mungkin belum secara efektif sehingga
didunia. Hampir satu milliar penduduk muncul hipertensi yang tak terkontrol
didunia terkena hipertensi dan (Profil Keshatan Semarang,2013). Pada
diprediksikan pada tahun 2025 meningkat kondisi seperti ini, hipertensi mengalami
sampai 1.56 milliar orang (29%). peningkatan yang sangat progresif dan
American Heart Association (2011) menyebabkan komplikasi. Hipertensi
melaporkan bahwa lebih 60% lansia disebut sebagai silent killer sehingga
berusia lebih dari 65 tahun menderita banyak penderita yang tidak mengetahui
hipertensi dan mengalami peningkatan bahwa dirinya terkena hipertensi (Thei et
lebih dari 70% pada usia 75 tahun. al., 2008). Hipertensi dapat
Penderita hipertensi lebih banyak terjadi mempengaruhi kualitas hidup lansia
dinegara berkembang (40%). Asan & (Febriyani,2016).
Sambriong(2016) menyatakan bahwa usia
sebagai salah satu faktor resiko Penatalaksanaan farmakologis pada
terjadinya hipertensi, lansia beresiko hipertensi pada lansia tentunya dapat
terjadi hipertensi 11 kali lebih besar mengakibatkan efek samping yang lebih
daripada kelompok usia sebelum lansia. serius sehingga terapi non farmakologis

2
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

bisa menjadi pilihan karena memiliki Berdasarkan penelitian bahwa senam


resiko lebih rendah (Thei et al., 2008). ergonomik menyebabkan penurunan
Penanganan hipertensi dapat dilakukan tekanan darah lansia (Febriyani,2016;
mengubah pola hidup seperti mengurangi Novita,2018; Thei et al., 2008;
jumlah asupan garam, minuman Nurfitri,2016). Penurunan tekanan darah
beralkohol, menurunkan berat badan, akan lebih cepat dengan
rokok dan melakukan aktivitas fisik mengkombinasikan senam ergonomik
seperti olahraga (Lionakis, 2012). Salah dan yoga (Toton,2018).Senam ergonomik
satu terapi yang dapat diaplikasikan akan lebih efektif bila dilakukan
kepada lansia yaitu olahraga berupa berkelompok daripada individu (Priyanti,
senam ergonomik (Thei et al., 2008) 2016). Senam ergonomik dapat
Manfaat dari senam ergonomik adalah membantu menurunkan tekanan darah
mengontrol tekanan darah bermanfaat penderita hipertensi dengan
bagi kesehatan dan kebugaran.Senam mengembalikan elastisitas pembuluh
Ergonomis merupakan senam yang darah dan memperlancar peredaran darah
gerakannya diadopsi dari gerakan shalat. (Nurfitri, 2016; Triwibowo,2015).
Gerakan dalam senam ini sangat
sederhana, bahkan minim gerakan, namun Meskipun tindakan pencegahan dan
bila dilakukan secara konsisten dan program kontrol untuk hipertensi telah
kontinue, maka akan memberikan dilakukan dalam berbagai kegiatan dan
manfaat yang sangat baik bagi kesehatan. program, namun banyak orang yang tidak
Manfaat gerakan senam ergonomis ini mampu memelihara tekanan darahya
antara lain: Pengaktifan fungsi organ dalam batas normal. Berdasarkan
tubuh; membangkitkan biolistrik dalam wawancara terhadap staf di Unit
tubuh dan melancarkan sirkulasi oksigen Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
sehingga tubuh akan terasa segar dan melaporkan bahwa penyakit yang paling
energi bertambah; penyembuhan berbagai banyak kedua adalah hipertensi. Meski
penyakit, mengontrol tekanan darah banyak studi sebelumnya meneliti tentang
tinggi (Sagiran,2013; Nurfitri senam ergonomik, namun diWening
&Asti,2016).Wratsongko (2016) dalam Wardoyo belum pernah dilakukan
(Triwibowo, 2015) dan (Thei et al., 2008) penelitian sebelumnya, selain itu tidak
menyatakan senam ini bermanfaat untuk semua lansia muslim, sehingga tidak
mencegah dan menyembuhkan berbagai semua lansia terpapar dengan gerakan
macam penyakit. Agar hasil yang sholat, yang mana senam ergonomik
didapatkan maksimal maka akan lebih mengadopsi dari gerakan sholat Senam
baik jika senam ergonomik ini dilakukan yang dilakukan lansia hanya dilakukan
secara berkelanjutan, sekurang – bagi yang mampu berjalan.Selain itu
kurangnya 2-3 kali seminggu dengan tiap ketiadaan tenaga keperawatan di unit
sesi 20 menit dan apabila setiap gerakan URESOS yang mampu dalam
tersebut dilakukan secara sempurna. managemen non farmakologis hipertensi.
Pelaksanaan kegiatan senam tersebut
Modifikasi gaya hidup dan aktifitas fisik diharapkan kualitas hidup lansia lebih
merupakan bagian yang sangat penting baik. Apabila senam ergonomik dapat
dalam managemen diri dalam upaya dilakukan pada lansia, diharapkan mampu
pengontrolan tekanan (Rigsby, 2011). membuat lansia merasa lebih percaya diri

3
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

dan aman dari cidera.Lima gerakan yang Ungaran sebanyak 21 lansia. Teknik
sangat sederhana tersebut sangat pengambilan sampel dengan non-random
memungkinkan para lansia mampu sampling dengan teknik perpusive
menerapkannya sehari-hari. Pemberian sampling. Jumlah sampel dalam
senam ergonomik yang benar dan penelitian ini sebanyak 15 responden.
kontinue yang disertai modifikasi gaya Sampel yang dipilih adalah yang
hidup yang lainnya diharapkan mampu memenuhi kriteria inklusi yaitu Lansia
mengontrol tekanan darah dalam batas yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial
normal. Oleh karena itu identifikasi Wening Wardoyo Ungaran, bersedia
pengaruh senam ergonomik dalam menjadi responden, menderita hipertensi ,
penurunan tekanan darah pada lansia di tidak ada keluhan pusing, lansia yang
Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo tidak ada mengkonsumsi obat hipertensi.
menjadi crucial untuk dilakukan dalam Kriteria eksklusi: Lansia yang buta dan
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup tuli, Menderita hipertensi berat dengan
lansia yang tinggal diwisma. Berdasarkan keluhan pusing, dan bedrest.
pada latar belakang dan kesenjangan
situasi diWening Wardoyo Ungaran, Sebelum dilakukan intervensi, peneliti
maka peneliti tertarik untuk melakukan dan asisten melakukan sosialisasi kepada
penelitian pre eksperimen “Adakah calon responden dengan memperkenalkan
Pengaruh senam ergonomik Terhadap diri, menjelaskan tujuan dan manfaat
Tekanan Darah Pada Lansia dengan penelitian, dan menyeleksi calon
Hipertensi Di Unit Rehabilitasi Wening responden berdasarkan kriteria inklusi
Wardoyo Ungaran”. dan eksklusi, ketersediaan partisipasi
calon responden dengan penandatanganan
METODE informed consent. Pelaksanaan intervensi
Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengambilan data dilakukan di ruang
pre experimental dengan one group pre- aula Unit Rehabilitasi Sosial Wening
test post-test design. Penelitian ini Wardoyo yang sudah disetting
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sedemikian rupa agar keamanan (safety)
pengaruh pemberian intervensi berupa klien terjaga yaitu menggunakan matras,
senam ergonomik terhadap tekanan darah dihindarkan dari benda-benda yang
penderita hipertensi pada lansia di Unit membahayakan, lapang, dan terjaga
rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran. privacy responden.Alat pengumpul data
Penelitian telah dilakukan di Ruang Aula dengan menggunakan lembar observasi
Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo dan Sphygmomanometer air raksa (Merk:
Ungaran dengan waktu penelitian selama GEA medical). Intervensi dilakukan tiga
satu minggu dari tanggal 03 Januari 2018- kali dalam seminggu dengan berselang-
10 Januari 2018 dengan pelaksanaan seling harinya (alternate
senam 3 kali dalam satu minggu tersebut. day).Pengambilan data tekanan darah
dilakukan sebelum dilakukan intervensi
Populasi target dalam penelitian ini senam ergonomik, setelah dilakukan tiga
adalah semua lansia yang mengalami kali dalam seminggu, kemudian baru
hipertensi yang tinggal di Unit diukur tekanan darah (post test).
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Pengukuran tekanan darah menggunakan

4
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

sphygmomanometer air raksa. Pada HASIL


pelaksanaan penelitian ini peneliti Jumlah responden lansia di Unit
memperhatikan etika penelitian yaitu Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
informed consent, anonimity, Ungaran pada bulan Oktober 2017
confidentiality, non malficence dan sebanyak 98 lansia/penerima manfaat,
beneficency. sedangkan yang menderita Hipertensi
sebanyak 21 lansia. Dari semua calon
Analisa data meliputi analisis univariat responden lansia penderita hipertensi dan
dan analisis bivariat. Uji normalitas data lansia yang memenuhi kriteria inklusi
dengan menggunakan Saphiro Wilk, dan sebanyak 15 responden lansia. Setelah
data terdistribusi tidak normal. Analisis dilakukan intervensi senam ergonomik
bivariat untuk mengetahui pengaruh terhadap lansia yang tinggal di Unit
pemberian senam ergonomik terhadap Rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran
tekanan darah pada lansia dengan pada tanggal 03 Januari 2018-10 Januari
hipertensi maka dilakukan uji statistik 2018 didapatkan hasil penelitian yang
dengan menggunakan uji Wilcoxon. akan disajikan hasil penelitian yang akan
disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.
Karakteristik lansia dengan hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=15)
Karakteristik responden f %
Umur 60-70 tahun 8 53
71-80 tahun 4 26
>80 tahun 3 20
Jenis Kelamin Perempuan 11 73
Laki-laki 4 27
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian adalah perempuan sebanyak 11 orang
besar responden lansia berusia 60-70 (73%).
tahun dan sebagian besar responden

Tabel 2.
Rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan senam ergonomik pada lansia
dengan hipertensi (n=15)
Mean SD
Sistolik pre test 151,33 12,743
Sistolik post test 142,00 12,364
Diastolik pre test 90,66 2,58
Diastolik post test 86,33 4,80
Tabel 2 menunjukkan adanya penurunan penurunan rata-rata diastole setelah
rata-rata sistole setelah diberikan senam diberikan senam ergonomik sebesar 4,33
ergonomik sebesar 9,33 mmHg, adanya mmHg.

5
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

Tabel 3.
Pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi (n=15)
Tekanan Darah pre-test post-test Median Min Max Nilai p
Sistolik sebelum Ergonomic Exercise 150 140 190 0,000
Sistolik sesudah Ergonomic Exercise 135 130 180
Diastolik sebelum Ergonomic Exercises 90 90 100 0,011
Diastolik sesudah Ergonomic Exercises 90 80 90
Tabel 3 menunjukkan hasil test statistik hipertensi menduduki urutan kedua
dengan uji Wilcoxon. Hasil menunjukkan sebesar 15,2% setelah artritis/reumatisme,
nilai sistolik (p value=0,000), dan untuk berdasarkan Disease Pattern of people
nilai diastolik (p value =0,011, karena >55 years (Household Survey on Health,
nilai p value<0,05, maka dapat Department of Health,1996)
disimpulkan bahwa secara statistik menunjukkan penyakit kardiovaskuler
terdapat pengaruh yang signifikan senam yang terbanyak 15,7% dan menjadi
ergonomik terhadap tekanan darah lansia keluhan banyak lansia (Azizah, 2013)
dengan hipertensi di Unit Rehabilitasi
Wening Wardoyo Ungaran. Hal ini dikarenakan dengan
bertambahnya usia, individu akan
PEMBAHASAN mengalami penurunan fungsi
Tabel 1 menunjukkan angka kejadian kardiovaskuler meliputi penebalan katub
penyakit hipertensi pada lansia sebanyak jantung dan menjadi kaku, dan
8 responden (53 %) terjadi pada usia kemampuan jantung memompa darah
lansia 60-70 tahun, dan 7 responden menurun. Hal ini menyebabkan
berusia diatas 70 tahun. Angka kejadian menurunnya kontraksi jantung dan
hipertensi banyak terjadi pada lansia. Hal volumenya. Pembuluh darah juga
ini selaras dengan pendapat Lubkin & kehilangan elastisitas pembuluh darah,
Larsen (2013) yang menyatakan bahwa dan tekanan darah meningkat akibat
yang terbesar penyakit kronis terjadi pada meningkatnya resistensi pembuluh darah
usia 65 tahun dan lebih. Hal yang mirip perifer. Pada lansia umumnya mengalami
dengan temuan (WHO,2013) yang penurunan besarnya sel-sel otot jantung,
menyatakan sekitar 40% orang dewasa hal ini menyebabkan menurunnya
berusia 25 tahun atau lebih di dunia telah kekuatan otot jantung dalam memompa
didiagnosis dengan hipertensi, jumlah darah, masalah ini semakin memburuk
orang dengan kondisi hipertensi naik dari karena adanya penurunan besar jantung
600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 dan penurunan rongga bilik kiri (Azizah,
miliar pada tahun 2008 yang paling 2011). Pada lansia umumnya mengalami
banyak terjadi pada usia lanjut. Penyakit penurunan besarnya sel-sel otot jantung,
yang terbanyak pada lanjut usia adalah hal ini menyebabkan menurunnya
hipertensi (Azizah, 2013). Penyakit yang kekuatan otot jantung dalam memompa
sering terjadi pada lansia pada gangguan darah, masalah ini semakin memburuk
sirkulasi darah salah satunya adalah karena adanya penurunan besar jantung
hipertensi. Hal tersebut juga diperkuat dan penurunan rongga bilik kiri. Hal ini
oleh temuan WHO-Community Study of diperkuat oleh pendapat Asan &
the Elderly of Central Java penyakit Sambriong(2016) yang menjelaskam

6
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

bahwa usia merupakan salah satu faktor 2005). Perempuan lebih tinggi kejadian
terjadinya hipertensi, dan jika usia lebih hipertensinya dikarenakan lansia sudah
dari 60 tahun keatas beresiko 11 kali lebih mengalami menopause. Kondisi
besar dari usia dibawah 60 tahun. Hal ini menopouse mengalami penurunan
selaras dengan semua usia responden hormon estrogen, sehingga terjadi
dalam penelitian ini, dimana semua penurunan High Density Lipoprotein
responden diatas 60 tahun, bahkan separo (HDL), sehingga meningkatkan kejadian
dari responden berusia diatas 70 tahun. aterosklerosis, sehingga wanita rentan
terhadap hipertensi (Anggraeni , 2011).
Sedangkan hasil penelitian ini kejadian Hal ini juga didukung oleh pernyataan
hipertensi pada kelompok umur 71-80 Darmojo (2004) dalam (Azizah,2011)
tahun lebih sedikit prosentasenya yaitu dan WHO-Community Study of the
sebanyak 4 lansia (26%) dan yang >80 elderly of Central Java 1990, bahwa
tahun sebanyak 3 lansia(20%). Hal ini kejadian hipertensi pada wanita lebih
sesuai dengan hasil wawancara dengan tinggi daripada pada pria. Menurut
staf di Unit rehabilitasi, bahwa banyak Lehler, Rabin, Kalir, dan Schachter
lansia yang sudah meninggal dunia (1993) dalam (Adhita & Pramuningtyas,
dikarenakan penyakit hipertensinya yang 2010) menyatakan bahwa prevalensi
sudah terjadi komplikasi. Seiring hipertensi pada pria dan wanita berbeda
bertambahnya usia perubahan yang dan tergantung umur. Pada individu
sangat bermakna yaitu adanya dengan umur 25 – 54 tahun, hipertensi
pengapuran pada dinding pembuluh darah lebih sering terjadi pada pria sedangkan
yang bisa terjadi dimana-mana, dan jika individu dengan umur lebih dari 54 tahun,
proses ini berlanjut akan menyebabkan hipertensi lebih sering terjadi pada
hambatan aliran darah dan bahkan wanita.
menutup pembuluh tersebut. Bila hal ini
berlanjut dan sumbatan tersebut teraliri Kusumawaty menyatakan et al (2016)
zat asam, pembuluh tersebut akan bahwa dengan bertambahnya umur, maka
rusak/mati (infark), dan bila terjadi diotak tekanan darah juga akan meningkat
akan menjadi stroke dan bila terjadi Menurut Yusnidar (2007), batasan umur ≥
dijantung akan terjadi infark miokard. Di 45 merupakan batas usia perimenopause/
Indonesia penyakit komplikasi dari menopause pada wanita. Dikatakan
hipertensi yaitu penyakit jantung iskemia bahwa wanita yang sudah tidak haid lebih
menjadi pembunuh ketiga diantara berisiko terhadap penyakit kardiovaskuler
penyakit-penyakit lainnya. Penyakit karena tingkat estrogennya menurun. Hal
tersebut diantaranya terjadi pada lansia. ini kontradiktif dengan hasil penelitian
(Adhita & Pramuningtyas, 2010) yang
Hasil penelitian pada tabel 1, responden melakukan penelitian pada 76 perempuan
lansia yang paling banyak menderita dan 76 laki-laki penderita DM yang
hipertensi adalah perempuan, yaitu menjalani perawatan jalan di RSUD
sebanyak 11 orang (73%). Hal ini sesuai Moewardi Surakarta, menyatakan bahwa
dengan hasil penelitian sebelumnya yang tidak ada perbedaan yang bermakna
menyatakan kejadian hipertensi lebih kejadian hipertensi pada wanita penderita
banyak terjadi pada perempuan. Diabetes Mellitus (38,16%)
(Kusumawaty et al., 2016 & Shep , dibandingkan pada pria penderita

7
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

Diabetes Mellitus (35,53%). Hasil diastolik setelah diberikan senam


penelitian tersebut selaras dengan hasil ergonomik mengalami penurunan rata-
penelitian (Cortas , 2013) yang rata menjadi 86,33 mmHg. Dari 15
mengatakan prevalensi terjadinya respopnden lansia, terdapat semua lansia
hipertensi pada pria sama dengan pada (15 responden) mengalami penurunan
wanita. Hasil penelitian ini juga kontras sistolik sebesar rata-rata 9,33 mmHg
dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu setelah diberikan senam ergonomik.
hasil penelitian (Yunus,2005) yang Sedangkan untuk tekanan diastolik semua
meneliti Prevalence of Cardiovascular responden juga mengalami penurunan
Risk Factors in a Rural community in diastolik rata-rata 8 mmHg. Tekanan
Mukim Dengkil, Selangor menyatakan darah sistolik pre-test tampak rata-rata
bahwa pada pria mempunyai prevalensi masih tinggi, dan setelah intervensi 3x
yang lebih tinggi (31,7%) secara tampak mengalami penurunan, begitu
bermakna dibandingkan dengan wanita juga untuk diastoliknya.
(23,5%). Hasil penelitian yang kontra
juga diketemukan pada hasil penelitian Tabel 3 menunjukkan hasil test statistik
oleh (Mufunda et al,2006), The dengan uji Wilcoxon untuk nilai sistolik
Prevalence of Hypertension and Its (p value=0,000), dan untuk nilai diastolik
Relationship with Obesity: Results from a (p value =0,011), karena nilai p
National Blood Pressure Survey in Eritra, value<0,05. Disimpulkan bahwa secara
dari keseluruhan, prevalensi hipertensi statistik terdapat pengaruh yang
pada pria (16,88%) didapatkan hanya signifikan senam ergonomik terhadap
sedikit lebih tinggi dari wanita (15,28%). tekanan darah lansia dengan hipertensi di
Sedangkan penelitian yang dilakukan Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo
oleh ( National Academy on Aging Ungaran. Berdasarkan hasil tersebut
Society,2005), Hypertension A common diketahui bahwa setelah diberikan senam
condition for older Americans in ergonomik semua lansia mengalami
Challenges for the 21st Century: Chronic penurunan tekanan sistolik dan diastolik.
and Disabling Condition, mengemukakan Asumsi dari peneliti penurunan tekanan
bahwa pria dan wanita rata- rata nyaris darah tersebut dikarenakan intervensi
mempunyai angka kejadian hipertensi senam ergonomik. Gerakan-gerakan
yang sama sebelum usia 65 tahun, selisih senam ergonomik yang dilakukan oleh
itu akan bertambah lebar ditahun-tahun responden merupakan gerakan-gerakan
berikutnya. senam ergonomis, yang mana gerakan
sederhana ini sesuai dengan kaidah-
Tabel 2 menunjukkan rata-rata (mean) kaidah penciptaan tubuh manusia,
tekanan darah sistolik dan diastolik gerakan ini mampu secara langsung
sebelum dan sesudah diberikan intervensi membuka, membersihkan, dan
senam ergonomik. Rata-rata tekanan mengaktifkan seluruh sistem-sistem
sistolik pre-test sebesar 151,33 mmHg tubuh seperti sistem kardiovaskuler,
dan tekanan darah sistolik setelah kandung kemih (Wratsongko,2015).
diberikan intervensi senam ergonomik Dengan gerakan-gerakan ergonomik ini,
menjadi rata-rata 142,00 mmHg. akan teroptimalkan posisi tubuh lansia,
Sedangkan rata-rata tekanan diastolik pre- terminimalkan kelelahan dan
test sebesar 90,66 mmHg dan tekanan meningkatkan kenyamanan lansia.

8
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

Dengan melakukan gerakan ergonomik, dengan hasil penelitian Febriyani (2016);


akan mengembalikan atau membetulkan Novita (2018); Nurfitri (2016); Thei et
posisi dan kelenturan sistem saraf dan al., (2008); Triwibowo ( 2015).
aliran darah, sehingga memaksimalkan
suplai oksigen ke otak, dan sistem Posisi tunduk syukur (gerakan ruku’),
kesegaran tubuh. Berdasarkan pada mayoritas lansia mampu melakukannya
pelaksanaan senam ergonomik, mayoritas dengan baik, dan satu lansia yang tidak
lansia mampu melakukan semua gerakan mampu melaksanakan secara maksimal.
dengan baik, hal ini tentunya akan Hampir semua lansia yang mengatakan
berpengaruh terhadap tekanan sistolik merasa rileks atau nyaman pada posisi
diastolik lansia. Meskipun ada 3 lansia ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Thei
yang mengalami penurunan sistolik dan et al (2008); Triwibowo ( 2015) &
diastolik hanya 5 mmHg, kemungkinan 3 Wratsongko (2015) dengan
lansia yang tidak optimal dalam membungkukkan badan kedepan dan
melakukan gerakan terakhir (gerakan tangan memegangi pergelangan kaki, hal
berbaring pasrah) dengan alasan kaki ini akan menyebabkan posisi tulang
susah ditekuk, sehingga gerakan tersebut belakang sebagai tempat juluran saraf
tidak maksimal menurunkan sistolik dan tulang belakang berada relatif dalam
atau diastolik. posisi segmental anatomis-fungsional
(segmen dada-punggung) yang lurus
Posisi berdiri sempurna (gerakan menyebabkan relaksasi dan
pembuka), dengan gerakan ini membuat memaksimalkan fungsi serabut saraf
punggung kebanyakan lansia mampu segmen tersebut. Kondisi rileks
lurus secara maksimal, sehingga posisi ini memungkinkan oksigen dapat mengalir
mampu memperbaiki bentuk tubuh lansia lancar keseluruh tubuh, kondisi rileks
dan menormalkan kerja jantung, dan saat juga menyebabkan pembuluh darah
fikiran dipadukan dengan tujuan sehat mengalami vasodilatasi dan
tanpa beban, hal ini akan meminimalkan tahanan. Kondisi relaks
mengoptimalkan manfaatnya. Posisi ini sangat membantu lansia dalam
lapang dada, mayoritas lansia mampu penurunan tekanan darahnya.Posisi duduk
melakukan gerakan kedua ini. Posisi ini perkasa, pada posisi ini mayoritas lansia
membuat seluruh saraf menjadi satu titik masih mampu melakukannya dengan
pusat pada otak. Pusat otak bagian atas baik, posisi ini akan memaksimalkan
dan bawah dipadukan membentuk satu tekukan ruas jari kaki akan
tujuan, dan saat itu pikiran akan memaksimalkan pengaktifan tombol-
dikendalikan oleh akal budi, sehingga tombol saraf dan membuang energi
tubuh merasa dibebaskan dari beban, negatif dari dalam tubuh. Dengan
karena pembagian beban yang sama pada pengeluaran energi negatif ini akan
kedua kaki. Pada waktu berdiri seperti ini menstabilkan bio-listrik dalam tubuh. Jika
dengan kedua kaki posisi tegak, akan semakin meningkat kekacauan bio-listrik
menekan seluruh titik saraf ditelapak kaki lama kelamaan akan mengganggu fungsi
hal ini bermanfaat bagi kesehatan, salah otak yang mengendalikan semua aktifitas
satunya akan memperbaiki kerja jantung tubuh kita. jika semakin meningkat
bekerja secara normal kekacauan bio-listrik lama kelamaan
(Wratsongko,2015). Hal ini selaras akan mengganggu fungsi otak yang

9
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

mengendalikan semua aktifitas tubuh kita relaksasi fisik dan psikologis lansia secara
(Wratsongko, 2015). maksimal,mudah istirahat,peningkatan
sekresi serotonin yang menyebabkan
Posisi duduk pembakaran , semua lansia penurunan.
mampu melakukan gerakan ini dengan
baik, dan ada satu lansia yang tidak SIMPULAN
mampu melakukannya karena dengan Ada pengaruh yang signifikan senam
menekuk kaki akan terasa sakit. Posisi ini ergonomik terhadap tekanan darah
akan menyebabkan polarisasi medan sistolik sebelum dan sesudah senam
magnet ditelapak kaki dan menjadi ergonomik (p value=0,000) dan ada
konversi energi negatif menjadikannya pengaruh yang signifikan pada tekanan
energi pembakaran, salah satunya darah diastolik sebelum dan sesudah
membakar kolesterol. Pada posisi ini, senam ergonomik (p value=0,011) pada
pembuluh balik yang berada dipangkal lansia dengan hipertensi di Unit
lutut dikunci, sehingga tekanan darah Rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran.
digunakan untuk mengisi pembuluh darah
halus yang ada dipangkal kaki. Pembuluh UCAPAN TERIMAKASIH
nadi tetap terbuka sehingga aliran darah Terima kasih yang sebesar-besarnya
tidak terhenti (Rizkiyatiningsih, 2012; kepada Universitas Ngudi Waluyo yang
Triwibowo,2015 & Wratsongko, 2015). telah mensupport pendanaan dalam
Hal inilah yang akan membuat badan penelitian ini (Hibah internal) dan
lansia terasa lebih ringan, rileks dan segar khususnya kepada pihak Lembaga
dan tekanan darah menurun. Posisi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
berbaring pasrah, gerakan ini adalah Universitas Ngudi Waluyo yang telah
gerakan yang paling sukar dilakukan, dan memfasilitasi dalam pelaksanaan
ada 3 lansia yang kesusahan dalam posisi penelitian ini.
ini. Bagi lansia yang mampu
melakukannya, posisi ini membuat DAFTAR PUSTAKA
lenturnya tulang belakang, akan Adhita, P. M., & Pramuningtyas, R.
menyebabkan seluruh saraf akan bekerja (2010). Perbedaan angka kejadian
secara optimal terutama aliran bio-listrik, hipertensi antara pria dan wanita
relaksasi optimal, dikarenakan posisi ini, penderita diabetes mellitus berusia
struktur tulang belakang mendekati ≥ 45 Tahun. Biomedika,2(2), 67–71.
meluruh, dimana lekukan anatomis
segmental tulang belakang yang diikuti American Heart Association.(2011).
saraf tulang belakang menyebabkan Hypertension in older people.
tarikan pada serabut saraf berkurang, Availabe Source:
sehingga lansia berkesempatan http://content.onlinejacc.org/cgi/con
merasakan perasaan relaks sehingga tent/full/j.jacc.2011.01.008,
membantu menurunkan tekanan darah Retrieved Januari 1, 2018
lansia. Secara keseluruhan latihan
Anggraini (2012). Jenis kelamin pada
relaksasi pada senam ergonomik yang
penderita hipertensi. Bandung: PT
dikombinasikan dengan pernafasan yang
Remaja Rosida Rosida Karya
terkontrol dan rangkaian kontraksi serta
relaksasi otot hal ini menghasilkan respon

10
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

Asan Y., Sambriong M., & Gantung. A. E. (2016). Hubungan Jenis Kelamin
M. (2016). Perbedaan tekanan darah dengan Intensitas Hipertensi pada
sebelum dan sesudah terapi rendam Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
kaki air hangat pada lansia di UPT Lakbok Kabupaten Ciamis. Mutiara
panti sosial penyantunan lanjut usia Medika, 16(2), 46–51.
budi agung kupang. CHMK jurnal,
11(2), 37–42. http://cyber- Lionakis, Nikolaos; Mendrinos, Dimitros;
chmk.net/ojs/index.php/kesehatan/a Sanidaas, Elias; Favatas, Georgios
rticle/view/30/26 diakses 14 & Georgo Poulou. (2012).
November 2019 Hypertension In The Elderly. World
Azizah, L.M (2011). Keperawatan Lanjut Journal Of Cardioly Volume 4 (5):
Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu 135-147. doi :

Dinas Kesehatan Jawa 10.4330/wjc.v4.i5.135


Tengah.(2012).Profil kesehatan
Lubkin, I.M. and Larsen, P.D. (2013)
provinsi Jawa Tengah tahun
Chronic Illness: Impact and
2012.Dinas kesehatan Jawa Tengah
Intervention.Burlington:Jones and
http://dinkesjateng.go.id/download/
Bartlett Publishers
pdf.akses Januari 20, 2017
Novita,W.E&Wisudariani,E.(2018).Penga
Depkes .(2013).Riset Kesehatan Dasar
ruh senam ergonomis terhadap
2013.
pengendalian dan pencegahan
http://depkes.go.id/download/riskes
penyakit hipertensi di wilayah kerja
das
puskesmas Rawasari kota Jambi.
2013/Hasil%202013.pdf. Januari
vol.34,No.11,
18, 2017 https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/
Eugene, V., & Bourne, P. (2013). view/39059 ,akses 13/11/2019
Hypertensive patients: knowledge,
Nurfitri,R,
self-care management practices and
Budiharto,I,&Yulanda,N.A.(2016)/
challenges. Journal of Behavioral
Pengaruh senam ergonomik
Health, 2(3), 259.
terhadap perubahan tekanan darah
https://doi.org/10.5455/jbh.2013021
lansia dengan hipertensi. Jurnal
7103511
keperawatan
Febriyani,I. (2016).Pengaruh senam
Mufunda, Mebrahtu,G.et al.(2006). The
ergonomik terhadap tekanan darah
prevalence of hypertension and its
pada lansia hipertensi di Bulus
relationship with obesity: result
Wetan Sumber Agung wilayah
from a national blood pressure
kerja puskesmas Jetis Batul. Junal
survey in Eritrea,20(1):59-65
of Nursing,
http://repository.unjaya.ac.id/eprint/ Priyanti, Kikin. (2016). Pengaruh Senam
610, 18/8/2019 Ergonomik Secara Kelompok Dan
Individu Terhadap Penurunan
Kusumawaty, J., Hidayat, N., & Ginanjar,
Tekanan Darah Pada Lansia

11
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 1 - 12, November 2019
Global Health Science Group

Dengan Hipertensi Di Kelurahan Thei, A. D. ., Sambriong, M., & Gatum,


Gisikdrono Semarang. Jurnal Ilmu A. (2008). Pengaruh senam
Keperawatan Dan Kebidanan. ergonomik terhadap penurunan
Volume 1, No 2: 1-15 tekanan darah pada lansia yang
mengalami hipertensi di UPT Panti
Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic sosial penyantun budi agung kota
hipertensi:Mengatasi tekanan Kupang.vol 1 No.1, 18–22.
darah tinggi.Jakarta:Intisari http://cyber-
Mediatama,https://www.worldcat.or chmk.net/ojs/index.php/sains/article
g/litle/mayo-clinic-hipertensi- /view/341,13 november 2019
mengatasi-tekanan-darah-
tinggi/oclc/298399278, 14 Toton,P.T,
novemver 2019 Perwiraningtyas,P.&Ardiyani,V.M.
(2018).Perbedaan senam ergonomik
Rigsby, B. (2011). Hypertension dan yoga terhadap perubahan
improvement through healthy tekana darah pada lansia dengan
lifestyle modifications. The ABNF hipertensi dipanti jompo griya kasih
Journal : Official Journal of the siloam
Association of Black Nursing malang,Nursingnewsjurnal:ilmukep
Faculty in Higher Education, Inc, erawatan,Vol.3,No.3(2018),http://p
22, 41–43. ublikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/
article/view/1315
Rizkiyatiningsih.(2012).Pengaruh senam
ergonomik terhadap penurunan Wratsongko,M.(2015).Mukjizat Gerakan
tekanan darah pada hipertensi Sholat dan Rahasia 13
derajat I pada lansia didesa Unsur:Yogyakarta:Nuha Medika
wironanggan kecamatan gatak
sukoharjo,jurnal keperawatan Zahrawardani, D., Herlambang, K. S., &
unimus Anggraheny, H. D. (2013). Analisis
faktor risiko kejadian penyakit
Sagiran. (2013). Mukjizat sholat. jantung koroner di RSUP Dr
Yogyakarta:Nuha Medika press Kariadi Semar Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah, 1(3), 13.
Scott, A. K. (2013). Hypertension in the
Retrieved from
elderly Hypertension in the elderly.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php
4(April 2001), 199–207.
/kedokteran/article/view/1341
https://doi.org/10.4330/wjc.v4.i5.13
5

12

Anda mungkin juga menyukai