Anda di halaman 1dari 3

Hai, perkenalkan namaku Reza Tania.

Sejak kecil diriku biasa dipanggil Tania oleh


keluarga dan teman-temanku. aku lahir di Jakarta tepatnya pada tanggal 3 April 2002. Aku
adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Adikku yang satu berumur 11 tahun dan berumur 5
tahun. Tidak salah karena aku perempuan, aku punya hobi yaitu memasak. Dari dulu aku
biasa memanggil kedua orang tuaku dengan sebutan ayah dan bunda. Makanan kesukaanku
adalah masakan ibuku. Ibuku bekerja sebagai ibu rumah tangga dan ayahku bekerja sebagai
store manager di salah satu restoran makanan cepat di Jakarta. Dari kecil ingin sekali untuk
melihat tempat kerja ayahku yang katanya seperti masuk ke kulkas besar yang dingin. Masa
kecilku tidaklah berbeda dengan masa kecil anak-anak biasanya, semuanya berjalan seperti
biasa dan normal.
Aku lahir di keluarga yang biasa-biasa saja dengan kata lain berkecukupan. Sejak
kecil aku diasuh oleh kedua orang tuaku dan juga nenekku karena kami semua tinggal dalam
satu rumah yang sama. Aku sayang sekali dengan nenekku, lucunya waktu kecil aku suka
sekali untuk pindah kamar agar bisa tidur dengan nenekku. Aku sangat senang untuk
bercerita dengan nenek ku, terutama aku sangat tertarik dengan cerita nenekku mengenai
keluarganya pada zaman dahulu. Bagiku sangat perlu untuk mengetahui latar belakang
keluarga kita karena terkadang banyak hal-hal menarik yang tidak kita tahu.
Waktu bayi aku bisa dibilang anak yang berkembang dengan cepat karena di usiaku
yang menginjak 12 bulan, diriku sudah bisa berjalan. Masih kuingat cerita kedua orang tuaku
bahwa aku sukanya berlari ke sana kemari sambil membawa barang rumah. Sampai-sampai
diriku pernah diikutkan lomba berjalan oleh orang tuaku tapi kata mereka aku kalah karena
yang ada waktu lomba dimulai aku malah duduk dan tidak mau berjalan. Kata ibuku juga
karena sukanya aku membawa barang rumah sampai sering dirinya kehilangan barang seperti
remote tv, kotak makan, dll. Kesukaan ku waktu kecil juga saat ayahku pulang kerja, di mana
aku suka sekali meminta gendong ayahku untuk dilempar ke atas lalu ditangkapnya lagi.
Ibuku dari dulu selalu menuntut aku agar bisa masak. Dimulai waktu kecil kira-kira
umurku 5 tahun, ibuku sering memanggilku untuk memasak bersama dan tugasku seperti
mengaduk dan menuangkan bahan. Masih kuingat memori-memori kebersamaanku waktu
kecil dengan ibuku di dapur. Hal ini pun berlangsung hingga sekarang bahkan aku ketagihan
untuk masak bersama ibuku. Tidak heran juga bila hobiku menjadi suka memasak. Ibuku
selalu mengajarkanku bila menjadi wanita harus pintar memasak. Setiap pagi sebelum
berangkat sekolah aku suka bangun pagi untuk membantu ibuku memasak sarapanku dan
bekalku. Entah kenapa bagiku masakan terenak adalah masakan ibuku, mungkin karena
ibuku memasak dengan penuh kasih sayang. Hingga sekarang aku bisa masak sendiri tanpa
dibantu ibuku tapi tetap saja terasa kurang tanpa kehadiran ibuku di dapur bersamaku. Mulai
dari masakan Indonesia sampai luar negeri bisa aku masak. Ayahku sendiri yang menjadi
penguji hasil masakanku, karena biasanya setelah ia pulang kerja langsung kusuguhi
masakanku. Bahkan sekarang aku menjadi guru masak bagi adik-adikku agar bisa pintar
masak seperti diriku.
Dari kecil aku sudah dididik untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak cengeng.
Sejak TK, aku sudah diajarkan untuk mengikat tali sepatu sendiri, mandi sendiri, dan bahkan
melipat baju sendiri. Ketika aku TK, aku tidak pernah menangis, walaupun aku terjatuh sekali
pun biasanya aku hanya akan berusaha berdiri sendiri tanpa menangis. Tentunya orang tuaku
sangat bangga akan kemandirianku. Bahkan hingga sekarang Bunda menyuruh adik – adik
kecilku untuk mencontoh kemandirianku ini.
Aku juga memiliki seorang sahabat karib dari TK, ia bernama Dini dan Ana. Dini
dan Ana adalah teman- teman yang sangat baik, dan bahkan hingga sekarang kami masih
suka bertukar pesan singkat walau kami sudah tidak satu sekolah lagi. Saat kami masih
bersekolah di TK Musilmat dulu, aku, Ana dan Dini sangatlah suka bermain bersama, dan
kebetulan pada saat itu rumah kami hanya berjarak beberapa blok, jadi tidaklah sulit bagi
kami untuk bertemu dan bermain bersama. Sama seperti anak perempuan lain pada
umumnya, kami sangat suka bermain masak – masakan. Biasanya kami bermain di rumahku,
dan ketika bermain Dini-lah bertugas memotong daun – daunan yang ada, yang kita anggap
sebagai sayuran menggunakan pisau mainan, Ana akan menjadi orang yang memesan
makanan kami, dan aku yang akan mencampur dan memasaknya di panci mainanku.
Selain bermain, kami juga sering mengerjakan PR dan belajar bersama. Biasanya
pada hari Jumat sore, aku akan diantarkan Bunda ke rumah Dini untuk belajar bersama
seorang guru les, Kak Nindi. Kak Nindi orangnya sangatlah baik, sabar, dan pintar. Ia
sangatlah telaten mengajari kita, dan terkadang Kak Nindi juga memberi kita hadiah pensil
lucu bila kita mendapat nilai 100. Biasanya setelah les, kami akan bermain dengan adik Dini,
Dinda yang masih berumur 3 tahun. Kami juga sering bermain drama bersama Dini.
Biasanya, akulah menjadi guru yang mengajari Dinda menulis huruf, ataupun membaca, lalu
Dini akan menjadi ibu dari Dinda, dan Ana akan menjadi kepala sekolah. Aku sangat suka
mengajari orang lain, jadi aku sangat senang dapat berperan menjadi guru saat itu. Ketika di
sekolah pun demikian, bila ada teman yang tidak bisa memahami materi pelajaran, aku akan
dengan senang hati mengajarinya. Dan oleh sebab itu, hingga sekarang aku bercita – cita
untuk menjadi seorang guru.
Selain karena aku suka mengajar, aku ingin menjadi seorang guru karena melihat Kak
Nindi yang tampak sangat senang ketika mengajari kami. Kelak ketika aku besar nanti aku
ingin menjadi seperti Kak Nindi, sudah pintar, baik hati pula. Aku ingin membagikan ilmu
yang aku miliki ke banyak orang, dan menjadi berguna bagi masyarakat. Ketika aku SD pun,
aku sering membantu teman – temanku yang kesusahan mengerjakan PR. Biasanya selepas
pulang sekolah, kami akan berkumpul di rumah salah seorang teman, lalu mengerjakan PR
bersama. Teman – teman yang kurang mengerti pelajarannya pun akan aku ajari hingga
paham. Aku sangat senang ketika bisa mengajari teman – temanku.
Pepatah mengatakan “banyak cara menuju ke Roma” , maka banyak sekali cara untuk
mencapai suatu tujuan . Pertama , yang pastinya selalu berlatih memasak apa pun yang dapat
dimasak . Yang dibutuhkan bukan hanya teori , melainkan praktik memasak yang dilakukan
oleh diri sendiri . Berlatih memotong sayur , menfillet ikan untuk membuang semua duri –
duri / tulang – tulang tersebut dan melakukan kegiatan memasak dengan rapi dan bersih .
Kedua , seringlah melihat video memasak di Youtube mengenai cara memasak yang benar ,
tips mencuci sayuran , dan mencari peralatan yang paling bagus untuk praktik memasak .
Melalui video di Youtube , saya mendapatkan banyak pengetahuan baru mulai dari resep –
resep makanan dan kue yang tidak pernah saya masak . Juga tips dan trik untuk memilih ,
mencuci dan menyimpan sayur dan buah – buahan yang dibeli . Karena yang diperlukan
bukan hanya keahlian memasak , namun keahlian untuk memilah dan merawat bahan
masakan juga sangat dibutuhkan . Ketiga , membeli peralatan masak yang bagus dan
berkualitas . Alat – alat memasak menjadi salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan
kualitas masakan yang dimasak . Pisau yang tajam adalah salah satu alat masak yang dapat
meningkatkan kecepatan memotong dan mempersingkat waktu untuk memasak . Peralatan
memasak yang baik dan terstandar akan lebih mudah dan aman pada saat digunakan terutama
bagi seorang pemula .
Keempat , poin penting yang harus ditanamkan kepada diri Anda yang mempunyai
keinginan untuk bisa memasak adalah jangan takut salah atau jangan pernah takut untuk
mencoba . Karena kalau tidak mau mencobanya, percayalah bahwa sampai kapan pun Anda
tidak akan pernah bisa memasak. Kegagalan itu bukanlah sesuatu yang mesti di takutkan,
karena dengan kegagalan kita akan belajar banyak darinya. Ingat dan yakinlah bahwa salah
atau gagal dalam memasak merupakan hal yang wajar bagi Anda yang baru pertama kali
belajar memasak. Jadi, jangan pernah takut mencoba ya! Anda sudah berapa kali mengalami
kegagalan saat pertama kali belajar memasak? Satu, dua, tiga, atau lebih dari itu? Teruslah
berusaha, mencoba, dan jangan menyerah. Karena dalam waktu dekat Anda pun akan bisa
memasak bahkan bisa ahli dalam memasak. Lakukanlah kegiatan memasak secara rutin dan
jangan pernah berhenti meskipun Anda sudah berulang kali mengalami kegagalan. Yakinkan
pada diri Anda bahwa Anda mampu dan bisa melakukannya . Dan yang terakhir adalah kita
harus mengikuti lomba maupun kompetisi memasak dalam setiap level baik regional ,
nasional maupun internasional . Urusan menang atau kalah itu masalah terakhir yang penting
adalah berkompetisi secara sportif dan profesional . Janganlah berbuat curang , merugikan
orang / tim lain dan merusak segala fasilitas yang diberikan pada kompetisi lomba . Dalam
setiap perlombaan , kita akan menemui banyak peserta dari berbagai negara , daerah , latar
belakang , suku , etnis , agama dan tentunya cara memasak yang berbeda . Mungkin di satu
sisi , mereka lebih unggul dalam teknik memotong dan mencincang , ada yang ahli dalam
bidang menghias / finishing akhir , dan ada juga yang pintar dalam mengolah bahan makanan
yang jarang / tidak familiar dimasak dalam kehidupan kita sehari – hari .
Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini . Pepatah juga mengatakan bahwa
“usaha tak akan mengkhianati hasil” . Jika kita ingin mencapai sesuatu , kita harus
mengerahkan segala usaha kita untuk meraih hasil yang maksimal . Hidup bukan cerita dari
negeri dongeng. Tidak semuanya harapan berakhir dengan baik-baik saja. Beberapa hal pada
akhirnya juga akan membuatmu terjatuh dan merasa dunia tidak adil. Tapi tahukah kamu,
jika ada kalanya kamu perlu jatuh? Terkadang kamu perlu jatuh, lalu bangkit dan untuk
terjatuh kembali . Never give up, jangan menyerah. Saat kamu kalah, bukan saatnya kamu
mengutuk diri sebagai seseorang yang gagal. Belajarlah untuk menghargai usahamu.
Berjanjilah untuk bangkit dan memperbaiki kesalahan sehingga ke depannya lebih baik
kembali. Setiap pilihan selalu memiliki risiko. Tidak perlu menganggap bahwa pilihan kamu
salah. Bersikaplah asertif, tidak perlu memaksakan diri untuk menganggap semua usaha
kamu berhasil. Hei, tidak ada yang salah dengan sebuah kegagalan. Nikmati saja semua
prosesnya. Jangan selalu memaksakan kehendak. Adakalanya kamu perlu mencoba untuk
menerima. Tidak selamanya hal buruk berakhir dengan tidak menyenangkan. Bisa jadi semua
adalah awal dari kebahagiaan kamu. Tetap ingat, jika kamu terjatuh sekali itu artinya kamu
perlu bangkit untuk kedua kalinya.

Anda mungkin juga menyukai