Setiap makhluk hidup memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut ada yang sama
dan ada yang berbeda degan makhluk hidup lain. Berdasarkan persamaan dan
menjadi satu kelompok. Perbedaan atau variasi dan persamaan yang tampak di antara
makhluk hidup dalam kelompok itulah yang dijadikan dasar untuk pembagiannya
Variabilitas adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau populasi.
Dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman organisme dalam
satu spesies. Keanekaragaman dapat terjadi dalam tingkat gen, populasi, atau
genetik yang tersedia pada populasi dasar (Suprapto dan Kairudin, 2007; Tiwari,
2015). Keragaman genetik dapat menggambarkan variasi antar individu dalam suatu
populasi (Litrico dan Violle, 2015; Sa’diyah et al., 2013). Selain berasal dari plasma
nutfah yang ada, keragaman genetik dapat diinduksi melaui proses introduksi,
mawar. Tanaman ini memiliki warna bunga yang ber macam-macam, misalnya
ayam, terdapat perbedaan bentuk dan ukuran tubuk, warna bulu dan bentuk pial
(jengger) antara ayam kampong, ayam cemani, ayam hutan, ayam leghorn, ayam
Kenekaragaman dipengaruhi baik faktor dari dalam (gen) dan faktor luar
kelembapan, curah hujan, derajat keasaman tanam (pH) bersama faktor keturunan
(gen) sangat berpengaruh terhadap fenotip. Fenotip merupakan hasil interaksi antara
genotip dengan lingkungan. Setiap makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan, dan
manusia memiliki persamaan dan perbedaan. Hal tersebut terjadi karena genotip yang
dimiliki individu berbeda, adanya gen yang bersifat dominan dan resesif, adanya
sifat genetic sangat penting karena tanpa adanya variasi sifat makhluk hidup, ilmu
genetika tidak mungkin berkembang. Berbagai pola pewarisan sifat dapat ditemukan
dan diketahui karena adanya variasi sifat pada makhluk hidup. (Widianti, 2015).
untuk beradaptasi. Variasi genetik yang tinggi akan menghasilkan sifat resisten atau
tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, sehingga serangan hama dan
2007).
Nilai heritabilitas dapat menentukan waktu dan metode seleksi sifat tanaman
karena memberikan gambaran tentang proporsi ragam genetik dan ragam fenotipik
sedangkan nilai 1 berarti keragaman genotipe disebabkan oleh faktor genetik. Jika
nilai heritabilitas tinggi, seleksi dapat dilakukan pada generasi awal menggunakan
metode seleksi massa atau seleksi galur murni. Sementara itu, jika nilai heritabilitas
rendah maka seleksi dilakukan pada generasi lanjut dengan metode pedigree, singlet
2.4 Seleksi
Hukum ini menyatakan bahwa suatu populasi besar yang individu- individu kawin
secara acak (random mating) maka frekuensi gen dan genotipenya akan tetap dari
frekuensi. Gaya-gaya tersebut antara lain : seleksi, mutasi, dan migrasi. Apabila
(Indrawati, 1999).
Seleksi adalah memilih serta mencari keuntungan tanaman atau ternak yang
lingkungan. oleh karena itu, dakam mencari serta memilih sifat genetik yang baik,
sekaligus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling ekonomis
terhadap yang diseleksi. seleksi dapat juga disebut dengan usaha pemuliaan(Yatim,
1983).
Hallaeur (1981) menyatakan bahwa tujuan utama dari kegiatan seleksi adalah
tergantung pada beberapa hal, yaitu arah kegiatan pemuliaan yang dilakukan, pola
pewarisan sifat atas sifat yang akan diperbaiki, individu dalam populasi, sejarah
seleksi, serta tujuan spesifik dari program pemuliaan yang dikehendaki. Tujuan
seleksi tanaman yaitu memilih dan mengumpulkan tanaman yang mempunyai sifat-
sifat unggul untuk dijadikan tanaman induk. Memilih populasi yang kemampuan
tanaman. Menurut Syukur et al. (2011) seleksi akan efektif jika populasi tersebut
mempunyai keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas
yang tinggi dapat diartikan penampilan fenotipik lebih dipengaruhi oleh genetik
dan heritabilitas tinggi akan menghasilkan kemajuan seleksi atau peningkatan nilai
seleksi antara populasi yang sudah ada untuk meningkatkan sifat yang diinginkan,
dan kedua, seleksi dalam populasi untuk memperoleh tanaman yang digunakan guna
menciptakan varietas atau galur baru. Untuk yang kedua, populasi yang dimaksud
berupa keturunan hasil persilangan, yang biasanya terdiri dari tanaman hasil
segregasi. Tanaman budidaya yang sudah ada saat ini pada dasarnya merupakanhasil
seleksi selama berabad-abad. Seleksi ini dapat berlangsung secara alami atau buatan
sangat tergantung pada adanya keragaman genetik yang dapat bersumber dari jenis
seleksi. Seleksi pada generasi awal dilakukan bila heritabilitas tinggi, sebaliknya jika
rendah maka seleksi pada generasi lanjut akan berhasil karena adanya peluang terjadi
heritabilitas suatu sifat dipengaruhi oleh metode dan populasi yang digunakan. Nilai
genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana karakter
mempunyai nilai heritabilitas tinggi dapat dilakukan pada generasi awal, sedangkan
bila nilai heritabilitasnya rendah seleksi dapat dilaksanakan pada generasi akhir
akan berkurang dan proporsi homozigot meningkat. Keragaman genetik yang luas
Metode seleksi pada tanaman menyerbuk sendiri terbagi menjadi dua yaitu
seleksi untuk populasi campuran dan seleksi untuk populasi hasil hibridisasi (generasi
1. Seleksi Massa
Seleksi massa merupakan metode pemuliaan yang paling tua dan paling
sederhana. Pemulia dapat memperbaiki suatu sifat dari populasi yang diseleksi
dengan tetap mempertahankan ciri populasi tersebut. Seleksi massa dilakukan pada
horizontal serta mempunyai adaptasi luas pada lingkungan baru (Syukur et al., 2012).
homozigot heterogen. Seleksi ini berdasarkan pada teori bahwa keragaman dalam
Seleksi galur murni ditujukan pada populasi sebelum hibridisasi, tetapi dapat juga
untuk populasi bersegregasi (Syukur et al., 2012). Macam seleksi untuk populasi hasil
Bulk, Metode Silang Balik (Back Cross), danSeleksi Single Seed Descent (SSD).
terjadi penurunan vigor dan kerugian lainnya. Heterosigositas merupakan ciri utama
dari tanaman ini, sehingga keadaan ini harus tetap dipertahankan selama program
pemuliaan atau dipulihkan pada tahap akhir dan program pemuliaan (Sparrow, 1979).
1. Seleksi Massa
berdasarkan fenotipe dalam suatu populasi kawin acak. Biji diperoleh dari tanaman
yang telah dipilih dan sejumlah biji yang sama dari setiap tetua (tanaman terpilih)
penyerbukan yang dikendalikan dan diasumsikan bahwa tetua betina yang diseleksi
dikawinkan dengan sampel acak gamet-gamet jantan dalam seluruh populasi (Nasir,
2001).
membutuhkan dua musim dan digunakan untuk tanaman jagung yang memiliki
tongkol. Seleksi ear to row hingga saat ini dapat digunakan untuk tanaman
menyerbuk silang secara umum. Karakter seleksi tongkol ke baris (ear to row
selection) pada jagung yang dapat digunakan untuk kriteria seleksi adalah : tinggi
tongkol, panjang tangkai tongkol, jumlah daun diatas tongkol, diameter tongkol dan
Teknik pemuliaan dengan metode seleksi silang berulang (SSB) atau recurrent
selection (RS) adalah suatu metode seleksi dan penyilangan tanaman terpilih dari
suatu populasi secara sistematik untuk membentuk populasi baru yang lebih baik.
Metode ini merupakan prosedur pengumpulan sifat-sifat yang diharapkan dari suatu
terus-menerus sehingga diperoleh populasi yang lebih baik dari populasi sebelumnya,
Aryana, I. M. 2010. Uji keseragaman, heritabilitas dan kemajuan genetik galur padi
beras merah hasil seleksi silang balik di lingkungan gogo. Crop Agro 17:
13–20.
Boer, D. 2007. Keragaman dan Struktur Genetik Populasi JatiSulawesi Tenggara
berdasarkan Marka Mikrosatelit. Disertasi Pascasarjana Departemen
Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.
Crowder, L. V. 1979. Genetika Tumbuhan Terjemahan oleh L Kusdiarti dan
Sutarso 1986. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman: : 323 -
351.
Fehr, W.R. 1987. Principle of Cultivar Development: Theory and Technique.
McMilan Publ. Co. A Division of McMilan Inc, New York.
Hairmansis, A., Supartopo., Yullianida., Sunaryo., Warsono., Sukirman., Suwarno.
2015. Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi (Oryza sativa) untuk Perbaikan
Sifat Padi Gogo. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia. Vol 1(1): 14-18.
Hallauer, A. R. dan J.B. Miranda Fo. 1981.Quantitative Genetics in Maize Breeding .
Iowa State University Press, USA.
Indrawati, 1999. Perbaikan Komponen Teknologi untuk Meningkatkan Produkifitas
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian dan
penggembangan Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.
Kristiari, D., Kendarini, N., Sugiharto, A. N. 2013. Seleksi Tongkol ke Baris ( Ear to
Row Selection) Jagung Ungu ( Zea mays varCeratina Kulesh). Jurnal
Produksi Tanaman. Vol 1(5): 408-414.
Litrico, I. and C. Violle. 2015. Diversity in Plant Breeding: A New Conceptual
Framework. Trends in Plant Science 20 (10): 604–613.
Miladinovic, J., Burton, J.W., Tubic, S.B., Miladinovic, D., Djordjevic, V., Djukic,
V. 2011. Soybean Breeding: Comparison of The Efficiency of Different
Selection Methods. Turkish Journal of Agriculture and Forestry. Vol 35:
469-480.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Nzuve, F., S. Githiri, D.M. Mukunya and J. Gethi. 2014. Genetic Variability and
Correlation Studies of Grain Yield and Related Agronomic Traits in Maize.
Journal of Agricultural Science 6 (9): 166–176.
Phoelman, J. M. 1979. Breeding Field Crops. New York: Van Nostrand Reinhold.
Puspodharsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor: Pusat
Antar Universitas IPB bekerja sama dengan Lembaga Sumber Daya
Informasi IPB. Halaman: 99-112.
Riandari, Henny. 2009. Biologi Kelas X SMA dan MA. Yogyakarta : Erlangga.
Sitohang, R.D.S., Nawawi, M., Sitompul, S.M. 2015. Keragaman Hasil pada Uji 3
Galur Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merril) Generasi F3 Hasil
Persilangan Tanggamus x Anjasmoro, Tanggamus x Argopuro, Tanggamus
x UB. Jurnal Produksi Tanaman. Vol 3(5): 377-382.
Sparrow, D. H. B. 1979. Special Techniques in Plant Breeding. Brookhaven
Symposia, New York.
Suprapto dan N. M. Kairudin. 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen
dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) Pada Ultisol. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9(2): 183–190.
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, D.A. Kusumah. 2011. Pendugaan ragam
genetik dan heritabilitas karakter komponen hasil beberapa genotipe cabai.
J. Agrivigor 10:148-156.
Syukur, M., Sujiprihati, S., Yunianti, P. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Widianti, Tuti dan Noor Aini. H. 2015. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang:
Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Widyawati, Z.,Yuliana,I., Respatijart. 2014. Heritabilitas dan Kemajuan Genetik
Harapan Populasi F2 pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.).
Jurnal Produksi Tanaman. Vol 2(3): 247-252.
Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsito, Bandung.