Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai sebuah organisasi yang berasaskan Islam, tujuan Muhammadiyah yang
paling penting adalah untuk menyebarkan ajaran Islam, baik melalui pendidikan maupun
kegiatan sosial lainnya. Selain itu meluruskan keyakinan yang menyimpang serta
menghapuskan perbuatan yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid`ah.
Organisasi ini juga memunculkan praktek-praktek ibadah yang hampir-hampir belum
pernah dikenal sebelumnya oleh masyarakat, seperti shalat hari raya di lapangan,
mengkoordinir pembagian zakat dan sebagainya.
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mulai menampakkan
pengaruh yang cukup kuat di Indonesia. Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan,
Muhammadiyah tidak hanya menangani masalah-masalah pendidikan saja, tetapi juga
melayani berbagai usaha pelayanan masyarakat seperti kesehatan, pemberian hukum
(fatwa), panti asuhan, penyuluhan dan lain-lain. Ini terbukti dengan berdirinya banyak
sekolah, rumah sakit, masjid, rumah yatim, rumah miskin, rumah jompo dan lain
sebagainya yang diprakarsai oleh Muhammadiyah. Selain itu, untuk membantu
mewujudkan cita-cita dan perserikatan Muhammadiyah, dibentuklah Majelis dan
Lembaga Muhammadiyah.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian Majelis Dan Lembaga
2. Sejarah Majelis dan Lembaga
3. Macam-Macam Majelis Dan Lembaga
4. Fungsi dan Tugas Majelis dan Lembaga

C. Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Al Islam Dan
Kemuhammadiyahan IV dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang Majelis Dan Lembaga Muhammadiyah , dan untuk membuat kita
lebih memahami Al Islam Dan Kemuhammadiyahan IV.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Majelis dan Lembaga


1. Majelis
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian tugas
pokok Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang di tingkat masing-masing sesuai
dengan kebutuhan. ini berarti bahwa majelis dapat dibentuk pada tiap jenjang
organisasi Muhammadiyah (tingkat pusat sampai pada tingkat cabang).

2. Lembaga
Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas
pendukung yang tidak operasional atau tidak langsung berhubungan dengan
pencapaian tujuan Muhammadiyah.

B. Sejarah Majelis dan Lembaga


Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan munculnya gerakan
pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang pada esensinya dapat dipandang
sebagai salah-satu mata rantai dari serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah
dimulai sejak dari Ibnu Taimiyah di Siria, diteruskan Muhammad Ibnu Abdul Wahab di
Saudi Arabia dan kemudian Jamaluddin al Afghani bersama muridnya Muhammad
Abduh di Mesir. Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu merupakan
sebuah fenomena yang menandai proses Islamisasi yang terus berlangsung. Dengan
proses Islamisasi yang terus berlangsung -meminjam konsep Nakamura- dimaksudkan
suatu proses dimana sejumlah besar orang Islam memandang keadaan agama yang ada,
termasuk diri mereka sendiri, sebagai belum memuaskan. Karenanya sebagai langkah
perbaikan diusahakan untuk memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai
dengan apa yang mereka anggap sebagai standard Islam yang benar.
Peningkatan agama seperti itu tidak hanya merupakan pikiran-pikiran abstrak tetapi
diungkapkan secara nyata dan dalam bentuk organisasi-organisasi yang bekerja secara
terprogram. Salah satu organisasi itu di Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan
oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18
Nopember 1912 M.

2
KH. Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya bernama Muhammad Darwis dilahirkan
di Yogyakarta tahun 1968 atau 1969 dari ayah KH. Abu Bakar, Imam dan Khatib Masjid
Besar Kauman, dan Ibu yang bernama Siti Aminah binti KH. Ibrahim penghulu besar di
Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan kemudian mewarisi pekerjaan ayahnya menjadi khatib
masjid besar di Kauman. Disinilah ia melihat praktek-praktek agama yang tidak
memuaskan di kalangan abdi dalem Kraton, sehingga membangkitkan sikap kristisnya
untuk memperbaiki keadaan.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh Dahlan pada mulanya bersifat lokal,
tujuannya terbatas pada penyebaran agama di kalangan penduduk Yogyakarta. Pasal dua
Anggaran Dasarnya yang asli berbunyi (dengan ejaan baru):
Maka perhimpunan itu maksudnya :
a. Menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi
Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residentie Yogyakarta.
b. Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Berkat kepribadian dan kemampuan Dahlan memimpin organisasinya, maka dalam
waktu singkat organisasi itu mengalami perkembangan pesat sehingga tidak lagi dibatasi
pada residensi Yogyakarta, melainkan meluas ke seluruh Jawa dan menjelang tahun 1930
telah masuk ke pulau-pulau di luar Jawa.
Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid)
pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan oleh
Muhammadiyah  ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar Tamimy: Maksud dari
kata-kata “tajdid” (bahasa Arab) yang artinya “pembaharuan” adalah mengenai dua segi,
ialah dipandang dari pada/menurut sasarannya :
Pertama    :   berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada
keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip
perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.
Kedua       :    berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu
sasarannya mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik perjuangan,
dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi
dan kondisi/ruang dan waktu.
Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran
Islam itu sendiri dalam perjuangannya. Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu
tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan tetapi juga memurnikan, membersihkan
yang bukan ajaran.

3
Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama
Islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-
benarnya.
Islam sebagai agama terakhir, tidaklah memisahkan masalah rohani dan persoalan
dunia, tetapi mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke dalam
berbagai aspek kehidupan tetaplah merupakan satu kesatuan suatu keutuhan.
Pembaharuan Islam sebagai satu kesatuan inilah yang ditampilkan Muhammadiyah itu
sendiri. Sehingga dalam perkembangan sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri
sebagai pengembangan dari pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh
KH. Ahmad Dahlan sebagai karya amal shaleh.
Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga
bidang garapan, yaitu : bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan. 

1. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau
prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi,
mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh
kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam bidang
keagamaan adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada keasliannya.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan agama baik menyangkut aqidah (keimanan)
ataupun ritual (ibadah) haruslah sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana
diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad
SAW, lewat sunah-sunahnya.
Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam
yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat tanpa
mengabaikan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam, sedang dalam ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang
dituntunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada Al-
Qur’an dan Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam
tambahan yang datang kemudian dalam agama. Memang di Indonesia keadaan ini
terasa sekali, bahwa keadaan keagamaan yang nampak adalah serapan dari berbagai
unsur kebudayaan yang ada.

4
Di antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama Islam
antara lain : pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat, berbagai macam
upacara dan selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu pada waktu hamil, pada waktu
puput pusar, khitanan, pernikahan, dan kematian. Upacara dan do’a yang diadakan pada
hari ke-3, ke-5, ke-40, ke-100, ke-1000 setelah meninggal. Peristiwa penting yang
berssfat sosial yang berhubungan dengan kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada
bulan Sya’ban dan Ruwah. Berziarah ke makam orang-orang suci dan minta dido’akan.
Begitu pula orang sering kali meminta nasehat dan bantuannya kepada petugas agama di
desa (seperti modin, rois, kaum) dalam hal-hal yang berhubungan dengan  takhayul,
misal untuk menolak pengaruh penyakit, yang untuk itu biasanya mereka
diberi/dibacakan do’a-do’a dalam bahasa Arab, yang di antara do’a tersebut tidak jarang
bagian-bagian yang berbau Agama Hindu atau animisme dari zaman kuno, dan
sebagainya.
Terhadap tradisi dan kepercayaan di atas banyak orang Islam yang menganggap
bahwa hal tersebut termasuk amalan-amalan keagamaan, atau setidak-tidaknya hal
tersebut tidak bertentangan.
Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan berbagai macam kepercayaan di atas banyak
kaum muslimin yang melakukannya tanpa reserve, bahkan mereka menganggap bahwa
hal di atas termasuk keharusan menurut agama.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan memberantas
segala bentuk bid’ah dan khurafat sepeti bentuk di atas.
Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia, ialah
Muhammadiyah telah mengenalkan penelaahan kembali dan pengubahan drastis, jika
diperlukan, menuju penafsiran yang benar terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits. Usaha
pemurnian tersebut antara lain dapat disebut :

1. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai kebalikan dari
kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah Barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan
puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas
agama.
3. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam,
Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa dalam jumlah
jama’ah yang lebih kecil, yang diselengarakan di Masjid.

5
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya tersebut di atas,
oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan
sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai
atau petugas agama (penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah
dalam bahasa Arab.
6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan
dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis darinya.
7. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan.
8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh para
kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari pemujaan terhadap mereka.
10. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan perempuan
dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.

Dalam rangka usaha tersebut, tidak sedikit rintangan yang dialami. Beberapa tafsir
Muhammadiyah tentang Al-Qur’an dan Al-Hadits menimbulkan debat theologis di
antara ulama.Tetapi kemudian, beberapa hal yang dipelopori oleh Muhammadiyah
menjadi umum di kalangan umat Islam di Indonesia.
Untuk membahas, apakah adat istiadat/tradisi serta kepercayaan berlaku di
masyarakat itu sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits atau tidak, dalam Muhammadiyah
dibicarakan oleh suatu lembaga yang bernama “Lajnah Tarjih”. Tarjih ini adalah
merupakan realisasi dari prinsip, bahwa pintu ijtihad tetap terbuka.

2. Bidang Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah
mempelopori dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih
nyata. Bagi Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas
dan lebih dalam, pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah
pemahaman tentang Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.
Pembaharuan pendidikan ini meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi
teknik pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin
membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas dalam
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang untuk

6
kemajuan masyarakatnya. Adapun teknik, adalah lebih banyak berhubungan dengan
cara-cara penyelenggaraan pengajaran.
Gagasan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk mendidik sejumlah banyak
orang awam dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam usaha merealisasi
gagasan tersebut, Muhammadiyah sejak masa kepemimpinan Ahmad Dahlan, telah
berusaha keras untuk mengawinkan antara dua sistim pendidikan, pesantren
(pendidikan agama pedesaan di bawah tuntunan kyai/ulama) dan sekolah model barat,
dengan menghilangkan kelemahan dari keduanya. Menurut Muhammadiyah,
pendidikan pesantren tradisional membutuhkan waktu terlalu banyak bagi santri untuk
menyelesaikannya, juga kurang adanya sistim kelas atau penjenjangan. Pesantren
biasanya hanya terbatas pada sejumlah kecil mata pelajaran tertentu, sehingga santri
harus memasuki dan tinggal di beberapa pesantren agar sempurna ilmunya. Pesantren
tradisional tidak cukup membekali santrinya dalam memecahkan masalah-masalah
keduniawian, karena lembaga-lembaga tersebut tidak mengajarkan pelajaran-pelajaran
sekuler. Di pihak lain, pendidikan model Barat hanya mengajarkan ketrampilan
praktis, pengetahuan dan ilmu umum, tetapi tidak mengajarkan ketrampilan akhlak,
budi pekerti, dengan bersandar kepada ajaran Islam. Muhammadiyah merasa perlu
menggabungkan keduanya : pendidikan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akherat. Atau dengan kata lain, bahwa dengan sistim pendidikannya itu,
Muhammadiyah ingin membentuk ulama intelek dan atau intelek yang ulama.
Dengan mengambil unsur-unsurnya yang baik dari sistim pendidikan Barat dan
sistim pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistim pendidikan
sendiri, seperti sekolah model Barat, tetapi dimasuki pelajaran agama di dalamnya,
sekolah dengan menyertakan pelajaran sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan
dan lain-lain.
Sedang dalam cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu tidak lagi
dilaksanakan di masjid atau langgar, tetapi di gedung khusus, yang di lengkapi dengan
meja, kursi dan papan tulis, tidak lagi duduk di lantai.
Selain pembaharuan dalam lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah pun
telah memperbaharui bentuk pendidikan tradisional non formal, yaitu pengajian.
Semula pengajian di lakukan di mana orang tua atau guru privat mengajar anak-anak
kecil membaca Al-Qur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan
pengajian disistematiskan ke dalam bentuk pendidikan agama non formal, di mana

7
pesertanya lebih banyak juga isi pengajian diserahkan pada masalah-masalah
kehidupan sehari-hari umat Islam.
Begitu pula Muhammadiyah dalam usaha pembaharuan ini telah berhasil
mewujudkan bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang
diperlukan dan mungkin bersifat pribadi, seperti Muhammadiyah telah memelopori
mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di kota-kota besar. Dengan
menyelenggarakan pengajian dan nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat
ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.

3. Bidang Kemasyarakatan    
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh
Muhammadiyah adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang
dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara individual sebagaimana
dilakukan orang pada umumnya di dalam memelihara anak yatim piatu. Badan atau
lembaga pendidikan sosial di dalam Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-
masalah keagamaan yang ada kaitannya dengan bidang sosial, seperti prosedur
penerimaan dan pembagian zakat ditangani sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus
berwenang sebagai badan ‘amil.
Usaha pemaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan
didirikannya Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada tahun 1923. Ide di
balik pembangunan dalam bidang ini karena banyak di antara orang Islam yang
mengalami kesengsaraan, dan hal ini merupakan kesempatan bagi kaum muslimin
untuk saling tolong-menolong.
Perhatian pada kesengsaraan umum dan kewajiban menolong sesama muslim,
tidak hanya sekedar karena rasa cinta kasih pada sesama, tetapi juga ada tuntunan
agama yang jelas untuk beramar ma’ruf. Sebagai perwujudan sosial dari semangat
beragama. Hal ini merupakan gerakan sosial dengan ilham keagamaan. Contohnya
ialah pengamalan firman Tuhan dalam Surat Al-Ma’un (terjemahannya) : 
“Tahukah engkau orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tiada menganjurkan menyantuni orang miskin.
Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu lalai dari shalatnya, orang-orang yang
riya’ dan tiada mau menolong dengan barang-barang yang berguna.”

8
Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian rumah yatim,
klinik, rumah sakit dan juga melalui pembaharuan cara mengumpulkan dan
mendistribusikan zakat.
Dapatlah disimpulkan, bahwa pembaharuan sosial kemasyarakatan yang
dilakukan Muhammadiyah, merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama,
dalam dimensi sosialnya, atau dimaksudkan untuk mencapai tujuan keagamaan.

C. Macam-Macam Majelis Dan Lembaga


1. Macam-Macam Majelis
a. Majelis Tarjih dan Tajdid
b. Majelis Tabligh
c. Majelis Pendidikan Tinggi
d. Majelis Pembina Kesehatan Umum
e. Majelis Pendidikan Kader
f. Majelis Pustaka dan Informasi
g. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
h. Majelis Lingkungan Hidup
i. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
j. Majelis Pelayanan Sosial
k. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
l. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
m. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah

2. Macam-Macam Lembaga
a. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh
b. Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
c. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
d. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
e. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
f. Lembaga Penanggulangan Bencana
g. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
h. Lembaga Penelitian dan Pengembangan

9
D. Fungai dan Tugas Majelis dan Lembaga
a. Fungsi dan Tugas Majelis
1. Majelis Tarjih dan Tardid
Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk: Menghidupkan
trjih, tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan
pembaharuan yang kritis-dinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif
dalam menjalankan problem dan tantangan perkembangan sosial budaya dan
kehidupan pada umumnya sehinggan Islam selalu menjadi sumber pemikiran,
moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
yang sangat kompleks.
Berdasarkan garis besar program, Majelis ini mempunyai tugas pokok:
1. Mengembangkan dan menyegarkan pemahaman dan pengalaman ajaran
Islam dalam kehidupan masyarakat yang multikultural dan kompleks.
2. Mensistematisasi metodologi pemikiran dan pengalaman Islam sebagai
prinsip gerakan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah.
3. Mengoptimalkan peran kelembagaan bidang tajdid, tarjih dan pemikiran
Islam untuk selalu proaktif dalam menjawab masalah riil masyarakat yang
sedang berkembang.
4. Mensosialisasikan produk-produk tajdid, tarjih dan pemikiran keislaman
Muhammadiyah ke seluruh lapisan masyarakat.
5.  Membentuk dan mengembangkan pusat penelitian, kajian, dan informasi
bidang tajdid pemikiran Islam yang terpadu dengan bidang lain.

2. Majelis Tabligh
a. Fungsi :
Majelis Tingkat Pusat sampai tingkat cabang berfungsi sebagai pelaksana
program bidang tabligh dan dakwah khusus sesuai kebijakan Persyarikatan
meliputi:
1. Pembinaan Ideologi Muhammadiyah
2. Perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan, pengkoordinasian dan
pengawasan program dan kegiatan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional
4. Penelitian dan pengembangan bidang tabligh dan dakwah khusus

10
5. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatansebagai bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan bidang tabligh dan dakwah
khusus
b. Tugas
Majelis Tingkat Pusat sampai tingkat cabang bertugas melaksanakan
program bidang tabligh dan dakwah khusus sesuai kebijakan Persyarikatan
meliputi:
1. Pembinaan Ideologi Muhammadiyah
2. Perencanaan, pengorganisasian, pembimbingan, pengkoordinasian dan
pengawasan program dan kegiatan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional
4. Penelitian dan pengembangan bidang tabligh dan dakwah khusus
5. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatansebagai bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan bidang tabligh dan dakwah
khusus.

3. Majelis Pendidikan Tinggi


Berdasarkan Peraturan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor
01/PRN/I.0/B/2012 tentang Majelis Pendidikan Tinggi, Majelis sebagai
penyelenggara amala usaha, program, dan kegiatan bidang pendidikan tinggi
sesuai kebijakan Persyarikatan bertugas:
a. Membina ideologi Muhammadiyah;
b. Mengembangkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan;
c. Merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, membina, dan
mengawasi pengelolaan catur dharma perguruan tinggi;
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi;
e. Melakukan penelitian dan pengembangan bidang pendidikan tinggi;
f. Menyampaikan masukan kepada Pimpinan Persyarikatan sebagai bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan.
Majelis sebagai penyelenggara amal usaha, program, dan kegitan bidang
pendidikan tinggi sesuai kebijakan Persyarikatan berfungsi dalam:
a. Pembinaan ideologi Muhammadiyah;

11
b. Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan;
c. Perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pembinaan, dan
pengawasan atas pengelolaan catur dharma perguruan tinggi;
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesional;
e. Pengembangan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi;
f. Penelitian dan pengembangan bidang pendidikan tinggi;
g. Penyampaian masukan kepada Pimpinan Persyarikatan sebagai bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan.

4. Majelis Pembina Kesehatan Umum


Fungsi dan tugas dari majelis pembina kesehatan umum adalah :
1. Penggerak terwujudnya infrastruktur kesehatan dan dinamika kelompok sosial
2. Penggerak terwujudnya masyarakat sehat
3. Penggerak utama terwujudnya jejaring antar kelompok social yang
mendukung masyarakat sehat dan mandiri
4. Berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
5. Menggerakkan terwujudnya infrastruktur kesehatan yang berkualitas serta
dinamika kelompok sosial yang berkesinambungan

5. Majelis Pendidikan Kader


Fungsi dan tugas dari majelis pendidikan kader adalah:
1. Meningkatkan kualitas perkaderan dalam segala aspek
2. Meningkatkan kompetensi kader
3. Melaksanakan transformasi kader secara terarah dan kontinyu
4. Melakukan pemberdayaan AMM
5. Melaksanakan penguatan sekolah-sekolah kader Muhammadiyah
6. Melaksanakan pemantapan dan peningkatan pembinaan dan ideologi gerakan
di kalangan kader, pimpinan, dan anggota Persyarikatan

12
6. Majelis Pustaka dan Informasi
Tugas Pokok :
Membangun kemampuan dan keluasan jaringan kekuatan informasi serta pustaka
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern di tengah era kehidupan
masyarakat informasi.

Fungsi
1. Mengorganisasi dan memperluas kelengkapan perpustakaan dan fungsi-fungsi
pustaka sebagai sumber pengembangan pengetahuan dan informasi bagi
kemajuan Persyarikatan.
2. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi informasi dan media
publikasi sebagai instrumen bagi pengembangan peran-pera persyarikatan
dalam menjalankan misi di tengah kehidupan.
3. Pengembangan kerjasama dalam pengelolaan pustaka dan publikasi secara
lebih terorganisasi.

7. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan


Fungsi dan tugas dari majelis ekonomi dan kewirausahaan adalah :
1. Menciptakan cetak biru (blue print) pengembangan ekonomi sebagai usaha
untuk mengevaluasi dan merancang program pemberdayaan ekonomi ummat
yang efektif.
2. Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi yang didasarkan atas
kekuatan sendiri sebagai wujud cita-cita kemandirian ekonomi ummat.
3. Menegaskan keberpihakan Muhammadiyah terhadap usaha-usaha ekonomi
dalam membangun kekuatan masyarakat kecil (akar rumput) yang dhu’afa dan
mustadh’afin melalui mengupayakan terlaksananya ekonomi syariah yang
lebih kuat, terorganisasi dan tersistem.

8. Majelis Lingkungan Hidup


Fungsi dan tugas dari majelis lingkungan hidup adalah:
1. Mengembangkan aktivitas pendidikan dan dakwah lingkungan yang dimotori
oleh majelis terkait, guna memberi pengertian tentang pengelolaan lingkungan

13
yang benar dan membangun kesadaran tentang pentingnya kelestarian
lingkungan hidup.
2. Mendorong tumbuhnya kesadaran baru etika lingkungan di kalangan
masyarakat luas, termasuk dunia usaha, yang cenderung mengabaikan etika
lingkungan.
3. Melakukan kampanye sadar lingkungan secara luas bekerjasama dengan
berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta.

9. Majelis Pemberdayaan Masyarakat


Tugas dan fungsi dari majelis pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Mengaplikasikan konsep-konsep gerakan seperti Teologi/Fiqih Al-Maa’uun
2. Mengembangkan model-model pemberdayaan masyarakat yang bersifat
bottom-up dan partisipatif.
3. Mengembangkan potensi sumberdaya manusia untuk pemberdayaan
masyarakat
4. Meningkatkan advokasi dan pendampingan terhadap kelompok miskin, buruh,
dan kelompok dhu’afa/mustadh’afin lainnya

10. Majelis Pelayanan Sosial


Tugas dan fungsi dari majelis pelayanan sosial adalah :
1. Menggerakan dan menyatukan seluruh potensi Muhammadiyah untuk
meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan sosial
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan kelembagaan sosial di lingkungan
Muhammadiyah
3. Mengembangkan kemitraan dan jejaring pelayanan sosial

11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia


Fungsi dan tugas dari majelis hukum dan hak asasi manusia adalah:
1. Melakukan penyadaran kepada masyarakat tentang hak asasi manusia dan
demokrasi, termasuk lewat jalur pendidikan.
2. Mengupayakan advokasi publik yang menyangkut kebijakan yang bersentuhan
dengan kepentingan rakyat banyak.

14
12. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
Fungsi dan tugas dari majelis wakaf dan kehartabendaan adalah :
1. Peningkatan pengelolaan ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) dan
akuntabilitasnya sehingga menjadi penyangga kekuatan gerakan
pemberdayaan umat.
2. Peningkatan mutu pengelolaan wakaf dan perkuasan gerakan sertifikasi tanah-
tanah wakaf di lingkungan Persyarikatan.
3. Pengembangan bentuk wakaf dalam bentuk wakaf tunai dan wakaf produktif.

13. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah


Fungsi dan tugas dari majelis pendidikan dasar dan menengah adalah :
1. Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah
2. Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan, dan
kaderisasi dalam seluruh sistem pendidikan Muhammadiyah.
3. Mempercepat proses pengembangan institusi pendidikan Muhammadiyah
sebagai pusat keunggulan dengan menyusun standar mutu.
4. Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi pendidikan Muhammadiyah.
5. Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah
dengan program pengembangan masyarakat.
6. Menyusun sistem pendidikan Muhammadiyah yang berbasis Al-Qur’an dan
Sunnah.

b. Fungsi dan Tugas Lembaga


1. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh
LAZISMUH bertugas membantu Pimpinan Persyarikatan dalam penerimaan,
penampungan dan penyaluran dana dari zakat, infaq dan shadaqah dari
masyarakat Islam dan warga Muhammadiyah.

2. Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional


Berdasarkan garis besar program, Lembaga ini mempunyai tugas pokok antara
lain :

15
1. Mengembangkan kerjasama yang harmonis dan saling menguntungkan dengan
berbagai instansi, baik pemerintah, maupun swasta, serta dalam maupun luar
negeri, untuk mendukung gerak Pesyarikatan.
2. Berperan aktif dalam upaya membangun tata dunia baru yang adil dan
berkeadaban.
3. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar
negeri, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan umat Islam guna
mengejar ketertinggalan dalam berbagai bidang.
4. Mengefektifkan kerjasama dengan berbagai kalangan, baik dalam maupun luar
negeri, guna meningkatkan peran Muhammadiyah dan umat Islam secara lebih
luas sekaligus mengantisipasi segala bentuk pemojokan yang merugikan
Muhammadiyah dan umat Islam.

3. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan


Fungsi dan tugas lembaga ini adalah melakukan pembinaan dan pengawasan
keuangan persyarikatan, amal usaha, dan ortom di lingkungan persyarikatan
Muhammadiyah Kab. Malang. Tugas tersebut meliputi:
 Pembinaan tentang penataan sistem keuangan yang meliputi perencanaan
dan pengelolaan keuangan di persyarikatan dan amal usaha
Muhammadiyah.

4. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting


Lembaga ini di bentuk untuk melakukan penguatan kembali Ranting sebagai
basis gerakan melalui proses penataan, pemantapan, peningkatan, dan
pengembangan ranting baru ke arah kemajuan dalam berbagai aspek gerakan
Muhammadiyah.

5. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik


Fungsi dan tugas dari lembaga hikmah dan kebijakan publik adalah:
1. Mengembangkan lembaga khusus sebagai kelompok pemikir (think-tank
2. Berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam upaya penguatan masyarakat sipil
serta penegakan demokrasi dan hak asasi manusia.
3. Meneruskan gerakan antikorupsi dengan memanfaatkan kerjasama yang telah
dirintis selama ini.

16
4. Membangun jalinan yang sinergis dengan kader dan simpatisan
Muhammadiyah yang berada di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
5. Meluaskan pendidikan kewarganegaraan (civic education)
6. Menyelenggarakan pendidikan kader politik dan menyusun panduan tentang
politik yang Islami.

6. Lembaga Penanggulangan Bencana


Fungsi dan tugas dari lembaga penanggulangan bencana adalah:
1. Memfasilitasi dan membantu kegiatan penelitian melalui kerjasama dan
pengembangan jaringan penelitian didalam dan luar negeri.
2. Medorong inovasi, kretivitas, dan penemuan program baru di bidang IPTEK
yang bermanfaat
3. Mendorong dan melaksanakan penelitian tentang muhammadiyah

7. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga


Fungsi dan tugas dari lembaga seni budaya dan olahraga adalah:
1. Mengembangkan apresiasi kesenian, kesusastraan, dan pariwisata yang Islami
dan memberikan nuansa kehalusan budi dan spiritual Islami dalam kehidupan
warga Persyarikatan, umat, dan masyarakat luas.
2. Memproduksi film, buku, dan seni pertunjukan yang membawa pesan
kerisalahan dan peradaban Islami.
3. Melakukan kajian dan kritik terhadap praktik-praktik kesenian dan berbagai
publikasi yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma ajaran Islami
serta merusak akhlak dan peradaban manusia.
4. Meningkatkan pengadaan dan pengelolaan sarana, prasarana, pendidikan,
produksi, dan pengembangan seni-budaya di lingkungan persyarikatan.

8. Lembaga Penelitian dan Pengembangan


Fungsi dan tugas dari lembaga penelitian dan pengembangan adalah:
1. Memfasilitasi dan membantu kegiatan penelitian melalui kerjasama dan
pengembangan jaringan penelitian didalam dan luar negeri.
2. Medorong inovasi, kretivitas, dan penemuan program baru di bidang IPTEK
yang bermanfaat

17
3. Mendorong dan melaksanakan penelitian tentang muhammadiyah

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok
Muhammadiyah. Majelis sendiri dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,
Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang di tingkat masing-masing sesuai dengan
kebutuhan. ini berarti bahwa majelis dapat dibentuk pada tiap jenjang organisasi
Muhammadiyah (tingkat pusat sampai pada tingkat cabang).
Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pendukung
yang tidak operasional atau tidak langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan
Muhammadiyah.
Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama
Islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-
benarnya.
Pembaharuan Islam sebagai satu kesatuan inilah yang ditampilkan Muhammadiyah
itu sendiri. Sehingga dalam perkembangan sekarang ini Muhammadiyah menampakkan
diri sebagai pengembangan dari pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan
oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai karya amal shaleh.
Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga
bidang garapan, yaitu bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan. Dan untuk
membantu perserikatan Muhammadiyah, maka dibentuklah majelis dan lembaga sebagai
pembantu perserikatan.
Macam-macam majelis yaitu : Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis Tabligh, Majelis
Pendidikan Tinggi, Majelis Pembina Kesehatan Umum, Majelis Pendidikan Kader,
Majelis Pustaka dan Informasi, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan, Majelis
Lingkungan Hidup, Majelis Pemberdayaan Masyarakat, dan Majelis Pelayanan Sosial.
Sedangkan macam-macam lembaga yaitu : Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh,
Lembaga Hubungan dan Kerjasama International, Lembaga Pembina dan Pengawas
Keuangan, Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting, Lembaga Hikmah dan

18
Kebijakan Publik, Lembaga Penanggulangan Bencana, Lembaga Seni Budaya dan
Olahraga, dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan.

19

Anda mungkin juga menyukai