Anda di halaman 1dari 2

eramah Ramadhan ke-25: Membangun Kerukunan & Toleransi Dalam masyarakat

Indonesia yang Plural – Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan
berbagi artikel mengenai Ceramah atau Pidato Ramadhan atau Puasa Tahun 2018 / 1439 Hijriah.
Adapun judul ceramah ramadhan pada kesempatan kini adalah Membangun kerukunan &
Toleransi dalam masyarak Indonesia yang Plural, langsung saja disimak:

Pluraslisme dalam segala hal di dunia ini, bahkan didalam semesta ini adalah realitas obyektif
yang tidak dapat diingkari, ditolak, apalagi dinafika. Dalam pandangan Islam pluralisme atau
kemajemukan adalah bagian dari sunnatullah (takdir Tuhan) yang tidak pernah dan tidak akan
berubah, misalnya, Allah swt berfirman di dalam QS. Al-Ahzab (33): 62, berbunyi:

Yang artinya:

Dalam pluralitas ini terkandung hikmah yang amat banyak, luas lagi dalam. Tugas manusia,
makhluk berakal yang diberikan wewenang menjadi khalifa Tuhan di bumi adalah memikirkan,
di balik keragaman tersebut. Salah satu tujuan dari aktifitas tersebut adalah meneguhkan
keyakinan bahwa di nalik keragaman itu terdapat Kemaha-Tunggalan yang justeru merupakan
asal muasal dan sumber dari keragaman itu sendiri. Bahkan, keragaman itu justeru merupakan
bagian dari tanda-tanda Kemaha Kuasaan-Nya (QS. Al-Rum (30): 22):
ٰ
ٍ ‫سنَتِ ُك ْم َوأَ ْل َوانِ ُك ْم ۚ إِنَّ فِي َذلِ َك آَل يَا‬
َ‫ت لِّ ْل َعالِ ِمين‬ ِ ‫اختِاَل فُ أَ ْل‬ ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ ُ ‫َو ِمنْ آيَاتِ ِه َخ ْل‬
َّ ‫ق ال‬

Yang artinya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

Hanya dia-lah yang tunggal, Maha Unik dan Maha Suci dengan ketunggalan-Nya (QS. Al-Syura
(42): 11). Selain dia semua mengandung keragaman sehingga di dunia ini tidak ada satu wujud
atau realitas pun yang betul-betul esa dan unik.

Bentuk keragaman yang terlihat sangat jelas dan terkait langsung dengan manusia di muka bumi
ini adalah keragaman dalam pikiran, budaya, bahasa, ras, etnis, suku, bangsa, warna kulit, adat
istiadat, agama, kecenderungan politik, dan sebagainya. Keragaman-keragan tersebut merupakan
bagian dari dinamika manusia sekaligus faktor-faktor yang mengandung ambivalensi pada
dirinya. Di satu sisi, keragaman itu bisa menimbulkan konflik, permusuhan, bahkan disintegrasi,
tetapi disisi yang lai keragaman tersebut justeru bisa membawa kepada harmoni, persaudaraan,
dan intergrasi.

Dalam kontes keindonesiaan keragaman itu jelas terlihat sangat gamblang. Indonesi dikenal
sebagai negara yang memiliki Wilayah yang sangat luas; terdiri atas belasan ribu pulau; dihuni
oleh ratusan juta penduduk dengan latar belakang ratusan suku, ratusan bahasa, perbedaan warna
kulit, keragaman adat istiadat, agama, kepercayaan, serta tak kalah pentingnya kecenderungan
politik yang benar-benar sangat berwarna-warni. Keragaman itu diakui merupakan khazanah
kekayaan Indonesia yang tiada tara dan tentunya harus dipelihara dan dilestarikan. Setiap upaya
untuk mengeliminasi keragaman itu dan memaksakan keseragaman (kecuali dalam hal-hal
tertentu) pastilah menimbulkan permasalahan besar. Upaya seperti itu di samping menentang
sunnatullah (takdir), juga bertentangan dengan fitrah manusia dan tidak sejalan dengan prinsip
yang berlaku universal, yaitu bahwa persatuan dan kesatuan harus dibangun dalam keragaman
(unity in diversity, E pluribus Umum, Bhineka Tunggal Ika).

Dalam Alquran ditegaskan bahwa Tuhan tidak akan pernah menggunakan kemakuasaan-Nya
yang mutlak untuk memaksakan agar semua manusia di muka bumi ini beriman (QS. Yunus
(10):99):

Anda mungkin juga menyukai