BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun
global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan
maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler (definisi menurut
WHO).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah
Stroke adalah gangguan neurologi yang dapat timbul sekunder dari suatu proses
Stroke adalah Infark dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke otak
(Junaidi, 2004).
Stroke adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai darah ke
otak dimana terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai dengan daerah fokal di
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri
sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan
B. Etiologi
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu
1. Thrombosis
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk
2. Embolisme serebral
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
b) Myocard infark
c) Fibrilasi.
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
pada endocardium.
3. Hemorargik cerebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar
otak. Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak,
pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.
a) Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya
berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga
mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena
b) Infeksi
otak.
c) Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti: amfetamin
d) Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini
4. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun dan kadar
5. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat menyebabkan
iskhemia serebral umum.
7. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah, merokok
merokok.
C. Manifestasi Klinik
1. Kehilangan motorik.
2. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan
3. Kehilangan komunikasi
4. Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia
(kehilangan berbicara).
5. Gangguan persepsi
6. Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer
urinarius dan defekasi yang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan
penglihatan.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
D. Patofisiologi
dengan cara:
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan
intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya embolus
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis
dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia
lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi,
E. Pathways
Terlampir
F. Pemeriksaan Penunjang
3. Pungsi Lumbal
* Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
Marilynn,2000).
G. Komplikasi
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi.
4. Hidrosefalus
H. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat: misalnya dengan tirah baring,
4. Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya, misalnya pemberian
1. Mengeluarkan bekuan darah atau thrombus dari arteri carotis atau vertebra.
2. Merekonstruksi arteri yang sebagian teroklusi.
1. Breathing (B1)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).
Pada klien dengan tingkat kesadaran composmentis pada pengkajian inspeksi pernapasan
tidak ada kelainan. Palpasi thorak didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
2. Blood (B2)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering
terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat
3. Brain (B3)
Stroke menyebabkan berbagai dfisit neurologis bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
4. Bladder (B4)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Kadang-kadang kontrol sfingter urinarus eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermitten dengan tekhnik steril. Inkotinensia urine yang berlanjut
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah pada
fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung
sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
6. Bone (B6)
Stroke dalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter
pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi
adalah hemiplegia (paralisis pada saah satu) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satusisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika
klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit
akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus, terutama pada daerah yang
menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobillitas fisik. Adanya kesukaran untuk
I. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
1. Pengkajian primer
a. Airway:
Pengkajian mengenai kepatenan jalan nafas. Kaji adanya obstruksi pada jalan napas karena
pengembangan dada.
c. Circulation:
d. Disability:
Yang dinilai adalah tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure
2. Pengkajian skunder
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi, dan gaya hidup klien. (Marillyn E.
Doengus et al 2000).
a) Identitas klien.
b) Keluhan utama
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah pada fase akut.
3. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise /
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan atau kekaburan pandangan
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
Pola tata nilai dan kepercayaan klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku
yang tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
f) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Suara bicara
Kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara.
3. TTV
4. Pemeriksaan integumen
a. Kulit
Jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangn cairan maka
turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubtus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
6. Pemeriksaan dada
Pada pernapasan kadang didapatkan suara napas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara
napas tambahan, pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
7. Pemeriksaan Abdomen
Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rewst yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
9. Pemeriksaan ekstremitas
Umumnya terdapat terdapat gangguan pada nervus kranialis VII dan XII sentral.
b. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan (kelemahan pada salah satu sisi tubuh).
d. Pemeriksaan refleks
Pada pola fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
presentasi
a. Apasia motorik
b. Apasia sensorik
c. Apasia total
brachioradialis
2. Refleks Pathologis : Refleks Babinski, Chaddock, Palmomental
2. Test keseimbangan koordinasi ”Ikuti jari saya, tunjuk jari saya, tunjuk hidung sendiri”
a. Test kekuatan otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal atau lunak.
c. Periksa kekuatan otot anggota gerak atas kanan dan kiri dengan cara ;
tahanan ringan.
4 = bisa bergerak melawan tahanan sedang dari pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, hemoragik,
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik, penurunan kekuatan
5. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menelan turun hilang rasa ujung
lidah.
K. Intervensi
Perubahan perfusi Tujuan keperawatan: a. Berikan penjelasan kepada Rasional: Keluarga lebih berpartisip
jaringan serebral a. Klien dapat keluarga klien tentang sebab- dalam proses
berhubungan dengan mempertahankan perkusi sebab peningkatan TIK dan penyembuhan
hemoragik, vasospasme
b. Gangguan perfusi
cerebral, edema b. Anjurkan kepada klien
jaringan dapat diatasi.
cerebral. untuk bed rest total.
Kriteria hasil:
c. Observasi dan catat tanda- Rasional: Untuk mencegah perdarah
a. Klien tidak gelisah.
tanda vital dan kelain tekanan ulang
tinggi 15-30 dengan letak yang terjadi pada klien secara dini d
c. GCS Motorik: 6,
jantung (beri bantal tipis). untuk penetapan tindakan yang tepa
Verbal: 5, Eye: 4
36,7 C, pernafasan 16-20 tenang dan batasi pengunjung. Rasional: Batuk dan mengejan dapa
viable.
Kerusakan mobilitas Tujuan keperawatan: a. Ubah posisi klien tiap 2 jam. Rasional: Menurunkan resiko
flaksid/paralisis dengan kemampuannya. b. Ajarkan klien untuk Rasional: Gerakan aktif memberika
hipotonik (awal), melakukan latihan gerak aktif massa, tonus dan kekuatan otot serta
paralisis spastic. Kriteria hasil: pada ekstrimitas yang tidak memperbaiki fungsi jantung dan
kontraktur sendi.
b. Bertambahnya
c. Lakukan gerak pasif pada Rasional: Memperbaiki fungsi jantu
kekuatan otot.
ekstrimitas yang sakit. dan pernapasan.
c. Klien menunjukkan
tindakan untuk
meningkatkan mobilitas
d. Tinggikan kepala dan
untuk digerakkan
Perubahan persepsi Tujuan: a. Tentukan kondisi patologis Rasional: Untuk mengetahui tipe da
trauma / penurunan Kriteria hasil: b. Kaji gangguan penglihatan yang berhubungan dengan disorient
bahagia, bermusuhan,
emosi klien
kalimat-kalimat pendek.
Rasional: Untuk memfokuskan perh
dimengerti.
Kurang perawatan diri Tujuan: a. Tentukan kemampuan dan Rasional: Membantu dalam
kerusakan diri klien terpenuhi. melakukan perawatan diri. pemenuhan kebutuhan secara indivi
dan ketahanan, a. Klien dapat aktivitas dan beri bantuan Rasional: Meningkatkan harga diri d
kehilangan control atau melakukan aktivitas dengan sikap sungguh. semangat untuk berusaha terus-men
Gangguan pemenuhan Tujuan: a. Observasi tekstur, turgor Rasional: Mengetahui status nutrisi
intervensi specifik untuk dan refleks batuk. Rasional: Untuk menetapkan jenis
makan. klien.
c. BB stabil. d. Letakkan posisi kpala lebih
pemasukan adekuat.
e. Anjurkan klien Rasional: Untuk klien lebih mudahu
meminum cairan.
tersedak.
mulut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 16 Mei 2011 jam 09.00 WIB, tanggal 17 Mei 2011 jam
08.00 WIB. Penyampaian data diperoleh dengan anamnesa dan melihat Catatan Medik
pasien.
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan :
Alamat :
Status Perkawinan : Menikah
Suku/ Bangsa :
Ruang Rawat :
No Register :
Tanggal masuk : 14 Mei 2011
Diagnosa Medis : SNH
II. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan Dengan Klien: Istri
Pasien berjenis kelamin laki-laki anak ke tiga dari 3 bersaudara, ayah pasien sudah
meninggal karena usia sudah tua, ibu klien meninggal karena stroke, pasien menikah
dengan perempuan anak pertama dari dua bersaudara, dan mempunyai 3 anak. Anak
pertama perempuan, kedua laki-laki, dan ketiga laki-laki. Pasien tinggal dengan istri
3. Kepala : mesosefal, simetris, tidak ada luka, dan tidak ada jejas
Rambut : pendek, bersih
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokhor
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak terpasang NGT.
Telinga : tidak ada serumen , bersih
Mulut : keadaan selaput mukosa lembab, tidak terdapat sariawan, mulut bersih, tidak
terdapat bau mulut, tidak ada bengkak pada gusi, bibir agak kering. Leher dan
tenggorokan: tidak ada benjolan pada leher, posisi trakhea di tengah, tidak terdapat
pemasangan alat (trakeostomy), tidak ada pembesaran tonsil (inspeksi), tidak ada nyeri
waktu menelan, posisi mulut merot ke kanan.
4. Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor seluruh lapisan paru
Auskultasi : vesikuler ada
5. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis berada di SIC IV mid klavikula
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Terapi
A. ANALISA DATA
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
mempert
tonus
4. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan
fisik klien memban
penyemb
karena
tinggi k
merangsa
dan elimi
3. Anjurkan klien untuk makan
untuk
makanan berserat
memperm
untuk
4. Anjurkan klien sering minum kebutuha
air putih yaitu membant
panas
untuk m
penyemb
5. Kolaborasi dengan tim medis
lain (dokter) paracetamol 500
mg
D. IMPLEMENTASI
HARI,
JAM NO DX IMPLEMENTASI RESPON KLIEN
TANGGAL
Senin, 16/5/2011 09.00 1 memonitor TTV S:-
O : TD: 140/80 mmHg
36,8° C, N: 88 kali/m
RR: 20kali/menit.
10.00 1 Melakukan gerak pasif pada S : klien mengatakan
ekstremitas yang sakit dibimbing dalam melaku
gerakan pasif
O : klien kooperatif
14.00 1 Memonitor TTV S:-
O : TD: 140/80 mmHg
36,8° C, N: 88 kali/m
RR: 20kali/menit.
Selasa, 17/5/2011 09.00 1 memonitor TTV S:-
O : TD: 140/80 mmHg
36,8° C, N: 88 kali/m
RR: 20kali/menit.
09.30 1 Melakukan gerak pasif pada S : klien mengatakan
ekstremitas yang sakit dibimbing dalam melaku
gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.00 1 Kolaborasi dengan ahli S : klien mengatakan
fisioterapi untuk latihan fisik dibimbing dalam melaku
klien latihan fisik oleh fisiotera
O : klien kooperatif
E. EVALUASI
HARI, NO.
NO EVALUASI TTD
TANGGAL DP
1 Senin, 1 S : klien mengatakan mau untuk
16/5/2011 melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan
mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing
dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik
sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
2 Kamis, 1 S : klien mengatakan mau untuk
19/5/2011 melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan
mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing
dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik
sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
3 Jumat , 1 S : klien mengatakan mau untuk
20/5/2011 melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan
mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing
dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik
sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
4 Sabtu , 1 S : klien mengatakan mau untuk
21/5/2011 melakukan ROM aktif dengan sendiri, dan
mau mengikuti latihan fisik yang dibimbing
dengan fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik
sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
5 Senin, 2 S : klien mengatakan pusing berkurang jika
16/5/2011 dalam keadaan setengah duduk dan setelah
diberi obat oleh dokter
O : klien tampak tenang
A : masalah perubahan perfusi jaringan
serebral sebagian teratasi
P : pertahankan intervensi (menentukan
factor pusing, pertahankan tirah baring,
berikan terapi sesuai advice)
6 Rabu, 2 S : klien mengatakan sudah merasa panas
18/5/2011 lagi badannya
O : suhu tubuh 36,9 ° C.
A : masalah hipertermi teratasi
P : lanjutkan intervensi (monitor TTV)
7 Selasa, 3 S : klien mengatakan setelah dilakukan
17/5/2011 huknah perut klien terasa lega dan BAB
bisa lancar
O : klien tampak tenang
A : masalah konstipasi teratasi
P : pertahankan intervensi ( minum air puti
yang cukup, serta makan makanan yang
berserat yang cukup)
8 Rabu, 4 S : klien mengatakan sudah tidak merasa
18/5/2011 demam
O : klien tampak tenang, S : 36,8 ° C
A : masalah hipertermi teratasi
P : pertahankan intervensi (minm banyak,
makan makanan berserat, dan kolaborasi
pemberian antipiretik jika suhu naik dan
kolaborasi pemberian antibiotik)
BAB IV
PEMBAHASAN
masalah keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan keperawatan kepada Tn.
Diagnosa tersebut ditegakkan karena klien klien mengeluh nyeri kepala jika akan
duduk dengan skala 5, dan didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan
terdesaknya jaringan otak akan menyebabkan nyeri kepala yang diperberat saat batuk,
mengejan saat buang air besar, dan membungkuk (Barbara C. Long, 2001). Faktor-
faktor yang mempengaruhi gangguan perfusi jaringan adalah gangguan aliran arteri,
Keluarga mengatakan sudah tau kalau hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi.
Tekanan darah yang tinggi akan meningkatakan tekanan pembuluh darah ke otak
sehingga mendesak organ yang lain, sehingga kompensasi yang dirasakan adalah nyeri
memonitor TTV, membantu klien tekhnik relaksasi dan distraksi (tarik nafas dalam
dan mengajak bicara), mempertahankan tirah baring, dan memberikan obat sesuai
advis dokter. Hipertensi merupakan salah satu factor pencetus terjadinya stroke seperti
yang di alami Tn. S untuk itu harus diatasi sesuai intervensi yang ada.
2. kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan
Diagnosa tersebut ditegakkan karena pasien mengeluh pada ekstremitas superior dan
inferior sinistra tidak bisa digerakkan dan didapatkan data sebagai berikut :
Kekuatan otot: tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3, Tekanan Darah:
tampak berbaring saja di tempat tidur, keluarga klien juga mengatakan klien pernah
diketahui adanya gangguan mobilitas fisik bisa timbul masal ini yaitu gangguan
mobilitas fisik. Adapun untuk mengatasi masalah tersebut kelompok melaksanakan
latihan ROM (Range of Motion) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter and
Faktor yang mendukung terlaksananya ROM pasif ini adalah klien dan keluarga
3. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat
Diagnosa tersebut di tegakkan karena pada saat pengkajian hari Selasa 17 Mei 2010
klien mengeluh sudah 4 hari klien belum BAB dan di dapatkan hasil pemeriksaan pada
abdomen teraba massa, bunyi usus: 3 kali permenit, tekanan darah: 145/90 mmHg,
Anamnesis yang teliti harus dapat mendeteksi penyebab terbanyak darikonstipasi yaitu
Pada penderita usia tua yang melakukan tirah baring, penting untuk menyingkirkan
Adapun implementasi yang kelompok lakukan untuk mengatsi masalah ini adalah
melakukan huknah gliserin, menganjurkan asupan cairan melalui air minum secara
Diagnosa tersebut ditegakkan karena pada hari Rabu 18 Mei klien mengatakan
badannya panas dan minumnya sedikit serta didapatkan data mukosa bibir agak
kering dengan didapat kan hasil pemeriksaan fisik TD: 140/80 mmHg, S: 38,6°C, N : 88
kali permenit, RR: 20 kali permenit, Hemoglobin: 14,00 gr% Leukosit: 13,00 ribu/mmk
Dari data diatas klien mengalami hipertermi karena adanya infeksi karena didapatkan
hasil laborat pada pemeriksaan lekosit tinggi yaitu 13,00 ribu/mmk pasien merasa baru
pada hari itu . Penyebab demam selain infeksi ialah keadaan toksemia, adanya
keganasan atau akibat reaksi pemakaian obat (Gelfand, et al, 1998). Sedangkan
temperature seperti yang terjadi pada heat stroke, ensefalitis, perdarahan otak, koma
darah dapat pula menyebabkan peninggian temperatur (( Andreoli, et al, 1993 ) dalam
pengaruh suhu tubuh terhadap outcome penderita stroke yang Kiking Ritarwan
ini adalah memberikan kompres air biasa, menganjurkan memakai baju yang tipis,
menganjurkan klien sering minum air putih, dan melakukan kolaborasi dengan tim
medis lain (dokter) paracetamol 500 mg per oral. Dan pemberian piracetam 2x120 mg
per oraldalam pelaksananya keluarga klien dank lien kooperatif dan keluarga mau
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri
sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau
Pada keluarga Tuan S sebenarnya sudah menderita hipertensi dan keluarga tidak
memahami itu serta klien juga merupakan perokok sehingga hipertensi yang
merupakan factor risiko terjadinya stroke terjadi pada Tuan S, keluarga baru
menyadari adanya stroke yang terjadi pada Tn. S setelah tuan S mengalami
kelumpuhan. Kondisi klien pada masa post strok 1 bulan yang lalu adalah Tekanan
Darah 140/80 mmHg, suhu 36,8 ° C, nadi 88 X/Menit respiratory rate 20 X/Menit.
Kekuatan otot tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3. Setelah dilakukan
(range of motion) pasif. Dalam hal ini kelompok menekankan bahwa pergerakan itu
penting supaya klien tidak mengalami kekakuan sendi dan kekuatan otot tidak
menurun, ROM pasif ini juga dapat dilakukan oleh keluarga pada saat klein bearada di
rumah nantinya. Kerena latihan pergerakan ini sangat penting bagi klien yang
B. SARAN
1. Penerapan ROM pasif sangat perlu diterapakan saat klien berada di rumah nantinya
2. Keluarga melakukan motivasi terhadap klien untuk melaksanakan ROM pasif 3 kali
sehari