Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

Safety

Investigasi Kecelakaan Kerja &


Penghitungan LTIFR,LTISR dan
TIFR

Disusun Oleh :
FITRA ICHWAN
EVE 15

PT. SOLUSI BANGUN INDONESI


2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Investigasi Kecelakaan
Kerja & Penghitungan LTIFR,LTISR dan TIFR ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas atas kebijakan
Work From Home pada pelaksanaan On the Job Training di Safety Departmen. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Investigasi Kecelakaan Kerja
& LTIFR,LTISR dan TIFR bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia telah mengalami kemajuan dan
mendapat porsi yang seimbang dengan perkembangan sektor industri yang lain.
Keseimbangan tersebut diindikasikan oleh peran serta sektor konstruksi dalam aktivitas
pembangunan di Indonesia. Semakin berkembangnya industri konstruksi juga menunjukkan
tantangan yang semakin ketat dan kompleks di bidang konstruksi. Industri konstruksi
memberikan kontribusi yang esensial terhadap proses pembangunan di Indonesia. Hasil
pembangunan dapat dilihat dari semakin banyaknya gedung bertingkat, sarana infrastruktur
jalan dan jembatan, sarana irigasi dan bendungan, perhotelan, perumahan dan sarana
prasarana lain.
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang
bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu
pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak
menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan
kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan
konstruksi yang berisiko tinggi. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga
semula dan tidak dikehendaki, yang mengganggu proses yang telah diatur dari suatu aktivitas
dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Pada proyek
konstruksi, kecelakaan kerja yang terjadi dapat menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan
kontraktor, baik secara langsung maupun tidak langsung.Selain itu, kecelakaan kerja
berdampak pada ekonomi yang cukup signifikan, mengakibatkan korban jiwa, biaya-biaya
lainnya untuk biaya pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi
asuransi, dan perbaikan fasilitas kerja. Terdapat biaya-biaya tidak langsung yang merupakan
akibat dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja (pemberhentian
sementara), terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan produktivitas), pengaruh
psikologis yang negatif pada pekerja, memburuknya reputasi perusahaan, denda dari
pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya kesempatan usaha (kehilangan pelanggan
pengguna jasa).

3
1.2 Kejadian Kecelakaan
Tingginya kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada proyek konstruksi bisa
menyebabkan dampak secara langsung terhadap perusahaan dan penyedia jasa. Berikut ini
adalah bentuk kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi :
• Jatuh dari ketinggian (fall from above)
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggike tingkat
yang lebih rendah. Misalnya “ 3 Pekerja Tewas Terjatuh dari Lantai 25 Proyek Apartemen di
Pademangan “
Jakarta - Tiga orang pekerja tewas setelah terjatuh dari lantai 25 proyek
pembangunan apartemen North Land Ancol, Pademangan Barat, Jakarta Utara. Saat ini polisi
masih melakukan penyelidikan kasus jatuhnya para pekerja ini.
"Para korban jatuh dari lantai 25 dari Apartemen North Land dan bekerja sebagai buruh
kontrak," kata Kapolres Jakarta Utara, Kombes Muhammad Iqbal kepada wartawan, Jumat
(20/12/2013). Kasus kecelakaan kerja yang menewaskan 3 orang ini terjadi pada pukul 15.15
WIB. Tiga orang korban tersebut diantaranya bernama Jhoni, Febri dan Yoto. Saat itu
ketiganya sedang memindahkan material dari atas truk ke lantai 25 dengan crane. Saat itu
ketiganya terperosok kemudian terjatuh dari lantai 25 apartemen itu. "Para korban jatuh
beserta matrial dari lantai 25 ke lantai dasar," jelasnya. Semua korban tewas meninggal dalam
keadaan yang mengenaskan. "Korban ditemukan tewas dengan kondisi patah tulang dan luka
di sekujur tubuhnya,"

1.3 Penyebab Kecelakaan


Kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di luar negeri umumnya adalah metode
pelaksanaan konstruksi yang kurang tepat mengakibatkan gedung runtuh yang menewaskan
banyak korban. Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia umumnya terjadi karena lemah
nya pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya tenaga kerja dalam mematuhi
ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas dan kualitas alat perlindungan diri di proyek
konstruksi. Faktor faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja pada proyek “ 3 Pekerja
Tewas Terjatuh dari Lantai 25 Proyek Apartemen di Pademangan “ adalah
1. Faktor Manusia
o Latar Belakang Pendidikan

4
            Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja.
Orang yang  memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang atau
dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi
keamanan alat atau dari segi keamanan diri, sedangkan orang yang berpendidikan lebih
rendah, cenderung akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam bertindak.
Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa pekerja adalah pekerja kontrak dengan pendidikan
rendah, sehingga pekerja tersebut lalai dalam bekerja.
o Psikologis
          Faktor Psikologis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis
seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan. Bila
konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang akan
dilakukan ketika bekerja. Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi
adalah :
-           Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja.
-           Suasana kerja yang tidak kondusif.
-           Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.
o Ketidaktahuan
Dalam kasus tersebut pekerja menggunakan alat berta yaitu crane, dimana dalam
menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup oleh
teknisi. Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja.
o Bekerja tanpa peralatan keselamatan
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan peralatan keselamatan
kerja.Peralatan keselamatan kerja dirancang untuk melindungi pekerja dari bahaya yang
diakibatkan dari pekerjaan yang baru dilaksanakan. Dalam kasus tersebut pekerja bekerja di
ketinggian dan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap seperti helm
pengaman, sarung tangan, sepatu kerja, masker penutup debu, tali pengaman untuk pekerja di
ketinggian.
2. Faktor mekanik dan lingkungan
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan
tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan manual (tangan),
menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira

5
sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat
yang tinggi maupun di tempat datar.
3. Faktor Peralatan Keselamatan Kerja
Peralatan keselamatan kerja berfungsi untuk mencegah dan melindungi pekerja dari
kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja. Macam-macam dan jenis peralatan
keselamatam kerja dapat berupa:
a. Helm pengaman (safety helmet)
b. Sepatu (safety shoes)
c. Pelindung mata (eye protection)
d. Pelindung telinga (ear plugs)
e. Penutup lubang (hole cover )
4. Faktor kelemahan sistem manajemen
Berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari pimpinan terhadap
pentingnya peran keselamatan dan kesehatan kerja, faktornya yang meliputi :
a. Sifat manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja.
b. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab, serta pelimpahan
wewenang bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) secara jelas.
c. Sistem dan prosedur kerja yang lunak, atau penerapannya tidak tegas.
d. Tidak adanya standar atau kode Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dapat
diandalkan.
e. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kurang baik

1.4 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan sesama pekerja ikut
bersedih dan berduka cita. Kecelakaan seringkali disertai terjadinya luka, kelainan tubuh,
cacat bahkan juga kematian. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian
besar bagi pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja. Tiap kecelakaan
merupakan suatu kerugian yang antara lain tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya
kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan seringkali sangat besar,
padahal biaya tersebut bukan semata-mata beban suatu perusahaan melainkan juga beban
masyarakat dan negara secara keseluruhan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung
meliputi biaya atas P3K, pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upah selama tidak mampu
bekerja, kompensasi cacat, biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan, mesin dan

6
biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu
pasca kecelakaan terjadi, seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya
menolong korban, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa
kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum
biasa bekerja pada pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan.
Selain itu, kecelakaan kerja berdampak pada pekerja yang mengalami kecelakaan.
Kerugian juga terjadi pada keberlangsungan proyek konstruksi, yaitu mencakup kerugian
waktu kerja (pemberhentian sementara), terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan
produktivitas), pengaruh psikologis yang negatif pada pekerja, memburuknya reputasi
perusahaan, denda dari pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya kesempatan usaha
(kehilangan pelanggan pengguna jasa).

3. Investigasi
Investigasi adalah Upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan, pencarian,
pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk
mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang
kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.

3.1. Langkah-langkah

Berikut 4 Langkah Basic untuk Membuat Laporan Investigasi Kecelakaan


Kerja yang Baik:
1. Dapatkan Fakta Berkaitan
Setelah kita pastikan ruangan Tempat Kejadian Kecelakaan Kerja sudah aman,
kita mesti menyatukan semua fakta yang ada berkaitan dengan kecelakaan.

2. Tetapkan Urutan Peristiwa


Berdasar pada bukti yang ada, Anda harusnya bisa untuk mengurutkan
kejadian sampai timbulnya kecelakaan.

3. Analisa Kecelakaan
Laporan Anda sebaiknya meliputi analisa yang dalam mengenai pemicu
kecelakaan.

7
4. Referensi
Referensi untuk perbaikan bisalah mencakup perbaikan langsung atau waktu
panjang

4. Macam-macam Kecelakaan

Menurut Bird dan Germain (1990), terdapat tiga jenis kecelakaan kerja, yaitu:
 Accident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian
baik bagi manusia maupun terhadap harta benda.
 Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan
kerugian.
 Near miss, yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir
menimbulkan kejadian incident ataupun accident.

Berdasarkan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat jenis, yaitu
(Sedarmayanti, 2011):
 Kecelakaan kerja akibat langsung kerja.
 Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.
 Kecelakaan di perjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya, melalui
jalan yang wajar).
 Penyakit akibat kerja.
Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu (Suma’mur,1981):

 Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan pada
hari itu dan bisa melakakukan pekerjaannya kembali atau istirahat < 2 hari.
Contoh: terpeleset, tergores, terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir.
 Kecelakaan kerja Sedang, yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan
pengobatan dan perlu istirahat selama > 2 hari. Contoh: terjepit, luka sampai
robek, luka bakar.

8
 Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan
kegagalan fungsi tubuh. Contoh: patah tulang.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Solusi dan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja pada suatu proyek konstruksi mempunyai dampak atau kerugian
yang sangat besar bagi semua pihak yang bersangkutan, seperti kontraktor, konsultan, dan
para pekerja. Seperti mengakibatkan korban jiwa dan meningkatnya biaya produksi suatu
proyek. Kecelakaan kerja pada suatu proyek konstruksi dapat dilakukan pencegahan dalam
beebagai bidang, yaitu
1. Lingkungan
Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan
penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara ruang kerja
b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat
menjamin keselamatan
c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan penyimpanan
barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat dan ruangan.
2. Mesin dan peralatan kerja
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar
atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain
bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui
dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan
ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan
pekerja dilindungi.
3. Perlengkapan kerja
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja. Alat
pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok
ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya.
4. Faktor manusia

9
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang
mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.

5. Faktor Managemen Perusahaan dan Pemerintah


Perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk dapat mewujudkan terlaksananya
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja. Perusahaan harus membekali para pekerja
dengan melakukan berbagai pelatihan dan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan
kerja seperti
a. Membuat daftar resiko kecelakaan yang mungkin terjadi disetiap item pekerjaan
misalnya pada pekerjaan galian tanah akan memungkinkan terjadi kelongsoran tanah, pekerja
terkena cangkul, sehingga diketahui upaya pencegahanya seperti pembuatan tembok
sementara dari bamboo untuk menahan tanah serta memasang rambu-rambu hat-hati pada
lokasi galian tanah
b. Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara membuat jadwal sebelumnya
seperti waktu pagi hari sebelum bekerja dapat dibunyikan suara speaker “Selamat bekerja,
gunakan alat pelindung diri, hat-hati dalam bekerja karena keluarga menunggu dirumah atau
kata-kata lain yang dapat mengingatkan setiap pekerja proyek untuk berhati-hati dalam
bekerja.
c. Membuat rambu-rambu kecelakaan kerja, memasang pagar pengaman pada void yang
memungkinkan adanya resiko jatuh, memasang tabung pemadam kebakaran pada area rawan
kebakaran.
d. Menjaga kebersihan proyek dapat membuat lingkungan kerja nyaman sehingga emosi
negatif yang mungkin timbul saat bekerja dapat dikurangi karena hal tersebut dapat
menyebabkan kecelakaan proyek akibat pikiran sedang tidak fokus terhadap pekerjaan.
e. Menjalin kerjasama dengan pelayan kesehatan atau rumah sakit terdekat dari lokasi
proyek sehingga sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dapat ditangani secara cepat untuk
mencegah hal-hal selanjutnya yang tidak diinginkan.
f. Penyediaan perangkat pengaman kecelakaan kerja dari mulai personil sampai peralatan
mungkin terlihat mahal namun biaya tersebut akan lebih murah jika tidak mengadakanya
sehingga terjadi kecelakaan sehingga dapat menghentikan jalannya pekerjaan atau pengalihan
aktifitas pekerjaan pada upaya menyelamatkan korban kecelakaan.

10
Selain itu, peran pemerintah melalui peraturan – peraturan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja dan lembaga-lembaga yang berwenang dalam mewujudkan kesehatan dan
keselamatan kerja sangat diperlukan. Lembaga-lembaga seperti DK3N, P2K3, PJK3, Lembaga
Hiperkes, PJ Diklat K3, Asosiasi K3 harus mampu melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing
lembaga secara adil, transparan dan bertanggung jawab. Lembaga-lembaga tersebut harus
bekerjasama dengan pihak –pihak yang bersangkutan agar terjadinya kecelakaan kerja dapat di
minimalisir.

.2.2. Langkah Investigasi

1. Dapatkan Fakta Berkaitan

Setelah kita pastikan ruangan Tempat Kejadian Kecelakaan Kerja sudah aman, kita mesti menyatukan
semua fakta yang ada berkaitan dengan kecelakaan. Sebagai contoh:

 Tanggal,waktu, serta tempat spesifik dari kecelakaan


 Nama korban, Jabatan, Departemen serta atasan langsung
 Nama serta Data diri dari beberapa saksi
 Kejadian-kejadian sebelum kecelakaan berlangsung
 Tugas spesifik apakah yang sedang dikerjakan oleh korban saat itu
 Kondisi lingkungan (lantai yang licin, pencahayaan yang tidak cukup, bising, dan lain-lain
 Situasi yang ada (termasuk juga tuhas, perlengkapan, peralatan, material, APD dan
sebagainya
 Luka yang diakibatkan (termasuk juga anggota tubuh yang terluka serta pemicu dari luka itu)
 Tipe perawatan dari luka
 Gambar-gambar rekonstruksi kecelakaan
 Rusaknya ke perlengkapan, material dan sebagainya

Ada pula hal yang perlu dilihat dalam menyatukan data dari banyak saksi:

 Beri pertanyaan terbuka pada saksi. Pertanyaan ini ialah pertanyaan yang peluang jawabannya
bukan “Iya/Tidak”.
 Aplikasikan asas praduga tidak bersalah. Kita mungkin telah mendengar alurnya dari rekanan
kerja yang lainnya.
 Seandainya info yang dikatakan saksi berbeda, jadi kita tidak bisa menyalahkan saksi.
 Hindarkan anggapan serta pertanyaan yang ke arah. Bila asas praduga tidak bersalah tidak
digunakan biasanya pertanyaan yang muncul ialah pertanyaan yang menyudutkan ke saksi.
Ini akan menyebabkan saksi merasa enggan untuk memberi info selanjutnya
 Info yang dikumpulkan sebaiknya dapat diukur. Hindarkan untuk memakai kata “dekat” lebih
baik pakai kata “5 cm”.

2. Tetapkan Urutan Peristiwa

Berdasar pada bukti yang ada, Anda harusnya bisa untuk mengurutkan kejadian sampai timbulnya
kecelakaan. Pada laporan Anda, gambarkan posisi ini secara detil termasuk juga:

 Peristiwa yang mengakibatkan kecelakaan


Contohnya: karyawan berjalan, lari, membungkuk, memanjat, mengangkut, menggerakkan,
memutar katup (valve), menggunakaan alat, serta sabagainya

11
 Peristiwa saat kecelakaan
Contohnya: karyawan tertabrak benda, terjebak diantara benda, jatuh dari ketinggian,
menghirup uap beracun, atau terpercik zat kimia beresiko.
 Peristiwa sesaat sesudah kecelakaan
Apakah yang karyawan kerjakan? Menggenggam lututnya, menggenggam sikunya, tutup
lukanya, berteriak.

Kita perlu ikut untuk menggambarkan bagaimana rekanan kerjanya menanggapi pada kecelakaan itu.
Apa mereka memanggil perlindungan, memberi pertolongan pertama, mematikan peralatan,
mengalihkan korban, dan lain-lain

Kecelakaan harusnya digambarkan dengan detil pada laporan investigasi kecelakaa supaya pembaca
mendapatkan bayangan yang pasti mengenai apakah yang sedang berlangsung. Anda bisa juga
memakai diagram yang secara efisien bisa menunjukkan urutan terjadinya kecelakaan. Lebih baik
kembali bila Anda bisa memasukkan foto mengenai kecelakaan hingga pembaca bisa gampang
mengerti.

3. Analisa Kecelakaan

Laporan Anda sebaiknya meliputi analisa yang dalam mengenai pemicu kecelakaan. Pemicu itu
mencakup:

 Pemicu/faktor langsung, contohnya tumpahan di lantai hingga mengakibatkan terpeleset


 Pemicu/faktor tidak langsung, contohnya: karyawan tidak memakai sepatu kerja yang anti
licin atau tengah membawa tumpukan barang yang menghambat pandangannya
 Aspek kontribusi lainnya, contohnya: tekanan pekerjaan, tidak ada rambu peringatan, tidak
ada training serta prosedur

4. Referensi

Referensi untuk perbaikan bisalah mencakup perbaikan langsung atau waktu panjang misalnya:

 Pelatihan karyawan mengenai praktek kerja aman


 Pemeliharan mesin teratur yang mengawasi peralatan dalam keadaan operasi yang baik
 Pelajari dari mekanisme kerja dengan referensi perbaikan
 Lakukan Analisis bahaya untuk pelajari bahaya lainnya dalam pekerjaan spesifik serta melatih
karyawan pada bahaya ini
 Pengendalian teknik untuk membuat pekerjaan lebih aman atau pengendalian administrative
untuk merubah langkah tugas dikerjakan.

2.3. Menghitung LTIFR,LTISR dan TIFR

Contoh,

Sebuah perusahaan tambang batu bara memiliki data sebagai berikut :

1. Jumlah Jam Kerja = 272.796 hari


2. Fatality = 1 orang –> 6000 hari (berdasarkan tabel ANSI)
3. LTI Non Fatality = 2 Orang
4. LTI = 185 hari

12
5. Restricted Work Injury = 1 orang
6. Jumlah hari bekerja ringan = 10 hari
7. Medical Treatment Injury = 2 orang
8. First Aid = 10 hari

Dari data tsb, tentukan :

 LTIFR (Lost Time Injury Frequency Rate)


 LTISR (Lost Time Injuey Severity Rate)
 TRIFR (Total Recordable Injury Frequency Rate)
 TRISR (Total Recordable Injury Severity Rate)
 TIFR (Total Injury Frequency Rate)

Jawab :

LTIFR = LTI + Fatality / Jumlah jam kerja x 1.000.000

= (2+1) / 272.796 x 1.000.000 = 10,99

LTISR = Jumlah Jam Hilang LTI + Fatality / Jumlah Jam Kerja x 1.000.000

= (185 hari + 6000 hari) / 272.796 x 1.000.000 = 22.672,61

TRIFR = Jumlah kasus Fatality+LTI+RWI+MTI / Jumlah Jam Kerja x 1.000.000

= (1 + 2 + 1 + 2) / 272.796 x 1.000.000 = 21,99

TRISR = Jumlah jam kerja hilang + kerja ringan / Jumlah Jam Kerja x 1.000.000

= (6000 hari +185 hari + 10 hari) / 272.796 x 1.000.000 = 22.709,27

TIFR = Jumlah seluruh cedera / Jumlah Jam Kerja x 1.000.000

= (1 + 2 + 1 + 2 + 10) / 272.796  x 1.000.000 = 58,65

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu akibat dari perkembangan teknologi yang merugikan adalah kecelakaan.
Kecelakaan kerja ialah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Keselamatan kerja bisa terwujud
bilamana tempat kerja itu aman dan dalam kondisi sehat, sehingga terbebas dari risiko
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati dan terbebas
dari risiko terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit (occupational diseases) sebagai
akibat kondisi kurang baik di tempat kerja.
Keselamatan kerja manusia secara terperinci antara meliputi : pencegahan terjadinya
kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah
dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan
mengamankan material, konstruksi, pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia.

Daftar Pustaka

https://heningsetyo.wordpress.com/2015/03/25/cara-menghitung-frequency-severity-rate-ansi/

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31483228/INVESTIGASI_KECELAKA
AN_KERJA

https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-jenis-penyebab-pencegahan-kecelakaan-
kerja.html

14

Anda mungkin juga menyukai