Anda di halaman 1dari 21

ASKEP KOMUNITAS

AIDS

Oleh Kelompok 4

Nama Kelompok :

1. I Gede Gargita (183212867)


2. I Wayan Widarta (183212873)
3. Ni Kadek Ayu Dewi Cahyani (183212877)
4. Ni Kadek Pebby Purnama Dewi (183212882)
5. Ni Kadek Riski Dwiyanti (183212883)
6. Ni Komang Muliadnyani (183212889)
7. Ni Luh Erina (183212892)
8. Ni Luh Putri Rahayu (183212895)
9. Wisnu (183212900)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2019

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konep Dasar Medis


1. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS
menurut beberapa ahli antara lain:
1) AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah
200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999).
2) AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005) HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara
khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus
ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai
suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai
tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN
(cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang
mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami
replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut
misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem
kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah
terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi. Virus
yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-
deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan
HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran
klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan
masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya
penyakit lebih pendek. Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain
sebagai berikut :
1) Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
2) Melalui darah, yaitu:
(1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
(2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
(3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
(4) Transmisi dari ibu ke anak :
1. Selama kehamilan
2. Saat persalinan, risiko penularan 50%
3. Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala yang umum orang yang tertular HIV/AIDS biasanya adalah:
1) Berat badan turun secara mencolok, biasanya lebih dari 10% dalam
waktu 1 bulan
2) Demam lebih dari 38oC, disertai keringat tanpa sebab yang jelas pada
malam hari
3) Diare kronis lebih dari 1 bulan
4) Rasa lelah berkepanjangan
5) Pembesaran kelenjar getah bening yang menetap, biasanya di sekitar
leher dan lipatan paha
6) Gatal-gatal; Herpes kulit; serta Kelainan lain pada kulit, rambut, mata,
rongga mulut, alat kelamin dan lainnya.
Gejala Mayor
1) Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan abnormal
2) Diare kronik lebih dari 1bulan
3) Demam lebih dari1bulan
Gejala minor
1) Limfadenopati generalisata
2) Kandidiasis oro-faring
3) Infeksi umum yang berulang
4) Batuk parsisten
5) Dermatitis

4. Pencegahan
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV.
Hal ini diberikan pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental.
Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik; tidak menggunakan tindakan
yang terapeutik; dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit.
Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:
(1) Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan
reproduksi tentang HIV/AIDS; standarisasi nutrisi; menghindari
seks bebas; secreening, dan sebagainya.
(2) Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau
pemakaian kondom.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) agar tidak mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih
buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan
pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi keparahan
kondisi dan memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan
penyakitnya. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan
pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakukan dengan
menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari
perkembangan penyakit; atau meminimalkan potensi tertularnya
penyakit lain.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi
terinfeksi HIV/AIDS dan mengalami ketidakmampuan permanen yang
tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari cara
meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi
yang bertujuan mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan.
Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaksanakan
rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit.
Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu ODHA mencapai
tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada
akibat HIV/AIDS.Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan
preventive, karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap
kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam
upaya pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan
untuk mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini bisa dengan
menggunakan prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara
internasional sebagai cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat
hubungan seksual.
ABCDE ini meliputi:
A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko
tinggi dan seks pranikah.
B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau
hubungan tetap.
C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara
benar dan konsisten untuk para penjaja seksual.
D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian
BAB III

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Core/ inti komunitas
Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
2. Subsistem
1) Perumahan/lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kesehatan, seperti
perumahan, penerangan, sirkulasi, pelembaban, sampah, air bersih, dan
kepadatan penduduk.
2) Pendidikan : apakah ada fasilitas dan sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. ( sekolah dan
tempat kursus).
3) Keamanan dan transportasi : apakah ada fasilitas dan sarana umum seperti
pos kampling, pos polisi, pemadam kebakaran, dll, dan sarana tramsportasi
yang dapat membantu masyarakat ( angkutan umum atau lainnya).
4) Politik dan kebijakan pemerintah : apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas untuk mendapatkan pelayanan di berbagai bidang
termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan dan social yang ada apakah dapat membantu
terdeteksinya gangguan kesehatan, memberikan perawatan dan rehabilitasi
bila diperlukan. Selain itu apakah tersedia pasar, tempat ibadah ,sehingga
memidahkan masyarakat memenuhi kebutuhanya.
6) System  komunikasi dan saran komunikasi apa saja yang ada di komunitas,
guna meningkatkan pengetahuan masyarakat yang terkait dengan
kesehatan dan lainnya.
7) Ekonomi : apakah tingkat social ekonomi masyarakat secara keseluruhan
dan memenuhi syarat upah minum regional, sehinnga anjuran konsumsi
makanan sesuai kemampuan keuangan komunitas setempat.
8) Rekreasi : apakah tersedia sarana untuk menurunkan stress atau kah sarana
tersebut terjangkaun.
B. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin
terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya terjadi.
Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

C. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

D. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan
pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas

E. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. S

PADA NY. F DENGAN HIV AIDS di DESA JETIS KECAMATAN


NUSAWUNGU

A. Pengkajian
I. Data umum
1. Nama kepala keluarga: Tn . S
2. Alamat : JETIS
3. Pekerjaan : NELAYAN
4. Pendidikan : SD
5. Daftar Anggota Keluarga

No Nama JK Hubungan Umur Pendidikan Ket


dg Keluarga
1 Tn. S L Bapak 35 SD SEHAT

2 NY. S P Istri 32 SD SEHAT

3 NY.S P Anak 17 SD HIV

4 TN.S L Menantu 28 SMP HIV

6. Tipe Keluarga
Tipe keluarga ini adalah : nuclear family
7. Suku/ bangsa
Jawa / Indonesia
8. Agama
Islam. Keluarga bapak S percaya bahwa kesehatan dan penyakit
yang diderita selama ini merupakan cobaan dari Allah SWT,dan
akan berusaha agar penyakitnya bisa disembuhkan.
9. Status sosial dan ekonomi keluarga
Dalam keluarga ini yang bekerja yaitu Tuan S sebagai nelayan
dengan penghasilan kurang lebih Rp. 2.000.000,-/ bulan dan Ny F
sebagai ibu rumah tangga yang selalu menerima dengan hasil yang
diberikan suaminya sebagai kepala keluarga,barang yang dimiliki
TV berwarna 14 inci,meja kursi,2 buah tempat tidur.
10. Aktifitas Rekreasi
Aktifitas rekreasi dalam rumah selama ini jarang dilakukan
karena kesibukan Tn S sebagai nelayan yang setiap hari pergi
mencari ikan.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga ini masuk pada tahap transisi yang terdiri dari pasangan
suami dengan kondisi istri sedang hamil 8 bulan
2. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
 Keluarga Tn. S berada pada tahap transisi, dimana antara suami
n istri selalu bekerja sama dalam menghadapi setiap masalah
dan tidak memaksakan kehendak.
 Keluarga Tn. S berusaha untuk mempertahankan keintiman
komunikasi yang kondusif.
3. Riwayat keluarga inti.
 Dalam keluarga Tn. S tidak terdapat riwayat penyakit turunan.
 Tn. S dan NY. F tidak menderita penyakit kronis ,namun
perhatian dan pengetahuan terhadap kesehatan kurang karena
hidup dilingkungan yang jauh dari perkotaan.
4. Riwayat keluarga saat ini
Ny F dg hamil 8 bulan dengan pengobatan HIV AIDS sejak 2 bulan
yang lalu.
5. Riwayat keluarga sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit keturunan dari Tn. S
III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakterisktik Rumah
Luas rumah kira-kira 3x10 meter persegi. Tipe rumah semi
permanen dengan dinding rumah setengah tembok dan setengah dari
bambu,jumlah ruamgan tidur 2 buah, 1 kamar mandi diluar rumah.
Didalam ruang tidur dan ruang keluarga terlihat terang karena ada
pencahayaan dari jendela disamping ruang keluarga,dapur dan gudang
terlihat berantakan,lantai rumah masih beralaskan dari tanah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Bapak S tinggal dilingkungan yang banyak penghuni, bapak S
tinggal di dalam jauh dari jalan,samping kanan dan kiri rumah
tetangga. Lingkungan sekitar rumah masih saudara. Interaksi antara
warga banyak dilakukan pada sore dan malam hari.
Hubungan dengan tetangga berlangsung baik ,keluarga sering
terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungannya.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
a. Sejak pernikahan keluarga kadang terpisah karena Tn . S sebagai
nelayan sering bepergian,kunjungan kerumah keluarga sering
dilakukan karena orang tua dan keluarga masih dalam satu lingkup.
b. Sistem pendukung keluarga.
Tuan S , NY. F secara umum dalam keadaan sehat.
3. Struktur Keluarga.
a. Pola Komunikasi Keluarga
1. Pola komunikasi dalam keluarga Tn. S berlangsung baik, selain
itu Tn. S tidak memaksakan kehendak kepada istri,dimana
keluarga ini kepala keluarga sebagai pengambil keputusan.
2. Struktur kekuatan keluarga.
Keluarga responsif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
lingkungannya.
3. Struktur Peran.
 Masing-masing anggota keluarga berperilaku kurang
sesuai dengan pernannya
 Tuan S sebagai nelayan belum dapat memenuhi
kebutuhan keluarga
 Ny. F sebagai ibu rumah tangga dan patuh kepada
suaminya.
4. Nilai atau norma keluarga
Apabila anggota keluarga ada yang sakit ,akan dibawa
kepuskesmas terdekat atau ke pelayanan kesehatan terdekat.
b. Fungsi Keluarga
1. Fungsi efektif
Dalam keluarga ini kurang tercipta sikap saling menghargai
karena suami terkadang memaksakan kehendak kepada istri
2. Fungsi spesialisasi
Secara umum, interaksi atau hubungan keluarga terlihat
baik.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Keluarga mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dengan
makanan yang bergizi.
b. Pemenuhan kebutuhan pakaian
Keluarga mampu mencukupi kebutuhan pakaian pada
seluruh anggota keluarga meskipun sederhana.
c. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga sampai saat ini masih kurang tahu tentang
penyebab dan faktor resiko yang mempengaruhi penyakit
HIV
d. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Keluarga tidak bisa mengambil keputusan yang tepat
untuk merawat anggota keluarga ( Tn. S )
e. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit
Keluarga kurang mampu memberikan perawatan yang
sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh anggota
keluarga yg menderita ( Tn.S )
f. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
sehat
Keluarga tidak mengetahui tentang pentingnya cara
menjaga kebersihan lingkungan rumahnya,terlihat depan
rumah terlihat berantakan.
g. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
kesehatan di masyarakat
Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada , tetapi tidak secara maksimal.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. S telah menjalankan fungsinya dengan 1 orang
anak. Ny. S telah mengikuti program KB dengan baik.
5. Fungsi Ekonomi
Dalam keluarga Tn . S dengan penghsilan sebagai nelayan
yang diterima setiap bulan ,keluarga merasa kurang dalam
memenuhi kebutuhan sehari hari.
c. Stress dan koping
Keluarga Tn . S saat menghadapi masalah terkadang tidak dapat
menyelesaikannya secara tuntas dengan keputusan yang diambil
kepala keluarga
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan hanya pada anggota keluarga yang
sakit atau Ny F, hasil sebagai berikut:
1. Infeksi :
Keadaan umum: Baik
Postur tubuh : Sedang
Kesadaran : composmentis
TB/BB : 150 cm/ 56 kg
Kepala : Normal
Leher / Dada : Normal
Abdomen : Normal
Ekstremitas : tidak ada luka
Gerak motorik : terkondisikan dengan baik, tidak ada
oedema
2. Palpasi
Kepala : tidak ada benjolan atau kelainan
Leher : tidak ada pembengkakan pada tyroid dan
vena jugularis normal
Abdomen :
- Tidak ada pembesaran pada hepar
- Tidak teraba adanya massa
- Turgor kulit jelek
Ekstremitas :
- Ekstremitas bawah tidak ada oedema
- Simetris antara kiri dan kanan
- Pergerakan normal

Nadi ; 80 kali/ menit dengan frekuensi teratur

Tensi : 100/70 mmhg

3. Perkusi pada abdomen terdengar pekak


4. Pemeriksaan penunjang
Lab pemeriksaan darah positif virus HIV AIDS.
e. Harapan keluarga
Keluarga mengharapkan adanya informasi dari petugas
kesehatan tentang masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya
dan alternatif pemecahan masalah yang terbaik yang harus
dilakukan oleh keluarga.
IV. ANALISIS DATA

No Analisa Data Problem Etiologi


1 Pasien mengatakan Nutrisi kurang dari Ketidakmampuan
bahwa dia takut dengan kebutuhan keluarga dalam
penyakit yang Ketidaktauhuan merawat anggota
diderita,serta pasien tidak keluarga terkait keluarga yang
tau apa yang harus penyakit AIDS menderita,terkait
dilakukan kebutuhan nutrisi
Pasien tampak cemas dan
gelisah ,pasien tampak
tidak mempunyai
motivasi
Pasien mengatakan
bahwa nafsu makan
menurun,kadang Mual
Pasien tampak kurus dan
lemah, BB turun.Cemas

V. DIAGNOSA
a. Cemas pada Tn. N dikeluarga Tn. N b/d kurangnya pengetahuan
keluarga terkait HIV AIDS.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn. N dikeluarga Tn. N b/d
ketidakmampuan keluarga dalam merawat angota keluarga yang
menderita terkait kebutuhan nutrisi.
VI. PRIORITAS MASALAH
a. Cemas pada Tn. N dikeluarga Tn.N b/d krangnya pengetahuan
keluarga terkait penyakit AIDS

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 2/3 x 1 = Merupakan ancaman karena
2/3 bila hal tersebut dibiarkan terus
Ancaman Kesehatan
dapat mengancam dan
 
menyebabkan gangguan
kesehatan
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah.
½ x 2 =
Dengan diberikan pengarahan
Sebagian 1
pada salah satu anggota keluarga,
  masalah dapat diubah tetapi
memerlukan proses.
3. Potensi masalah untuk  
dicegah.
2/3 x 1 =
Cukup 2/3
Dengan memperhatikan
4. Menonjolnya masalah.  
pengarahan,potensial masalah
cukup untuk dapat dicegah
Masalah harus segera

di tangani 3/3 x
1=3/3

Keluarga tau bahwa anggota


keluarganya terdiagnosa penyakit
AIDS maka perlu segera
ditangani

Total skor 3 1/3

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn. N dikeluarga Tn. N b/d


ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
menderita terkait kebutuhan nutrisi.

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 2/3 x 1 = Merupakan ancaman karena
2/3 bila hal tersebut dibiarkan terus
Ancaman Kesehatan
dapat mengancam dan
 
menyebabkan gangguan
kebutuhan nutrisi
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah.
1/2 x 2 =
Dengan diberikan pengarahan
Susah 1
tentang nutrisi untuk penderita,
  kemungkinan untuk dirubah
susah karena menurunnya fungsi
3. Potensi masalah untuk  
organ pencernaan.
dicegah.
2/3 x 1 =
Rendah 2/3

4. Menonjolnya masalah.  
Dengan memperhatikan
pengarahan,potensial masalah
Masalah harus segera
untuk dicegah masih rendah
di tangani 3/3 x
1=3/3

Keluarga tau bahwa anggota


keluarganya terdiagnosa penyakit
AIDS maka perlu segera
ditangani

Total skor 3 1/3

Berdasarkan skoring diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga


Tn. S adalah sebagai berikut :

1. Cemas pada Ny. F dikeluarga Tn. S b/d kurangnya pengetahuan keluarga

Keluarga mengetahui bahwa Tn. S menderita penyakit AIDS, tetapi belum


mengetahui mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
AIDS,baik sifat,penyebab,komplikasi,prognosa,cara perawatan dan diet pada
penderita penyakit AIDS ( Tn. N ).

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn. F dikeluarga Tn. S b/d


ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita
terkait kebutuhan nutrisi, ditandai dengan: Keluarga tidak mampu
memberikan nutrisi yang sesuai dan dibutuhkan oleh Ny. F

VII. ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Masalah Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


Kesehatan
1 Cemas pada Kurangnya 1. Khusus Tgl 17 juli Tgl 17 juli Tgl 17
Ny. F pengetahu : keluarga 2017 2017 1. Keluar
dikeluarga Tn. an dapat Berikan Memberikan menje
S b/d keluarga menjelaskan penkes PENKES penger
kurangnya terkait pengertian mengenai: mengenai: 2. Ke
pengetahuan penyakit AIDS a.pengertian a. pengertian mampu
keluarga AIDS 2. keluarg AIDS AIDS menyeb
terkait a dapat b. tanda b. Tanda n dan geja
penyakit menyebutkan dan gejala gejala 3. Keluar
AIDS, ditandai tanda dan AIDS AIDS menye
dengan: gejala AIDS c.fakor c. Faktor faktor
Keluarga 3. keluarg penyebab penyebab AIDS
mengetahui a dapat AIDS AIDS 4. Keluar
bahwa Ny. F menyebutkan d. cara d. Cara menga
menderita faktor penatalaksan penatalaksa keputu
penyakit AIDS penyebab aan penderita naan tepat m
,tetapi belum AIDS AIDS khususnya penata
mengetahui 4. keluarg nutrisi pada AIDS
mengenai a mampu penderita
faktor-faktor mengambil AIDS
yang keputusan
berhubungan yang tepat
dengan mengenai
penyakit penatalaksan
AIDS. aan AIDS
Umum:
Setelah
dilakukan
penyuluhan
keluarga
mengetahui
tentang
penyakit AIDS
2 Nutrisi kurang Kurangnya Khusus: Tgl 17 juli Tgl 17 juli Tgl 17
dari kebutuhan pengetahu 1. Keluarga 2017 2017 1. Keluar
pada Ny. F an dapat Berikan Memberikan menye
dikeluarga Tn. keluarga menyebutka penkes Penkes penata
S b/d mengenai n cara mengenai : mengenai: nutrisi
ketidakmampu cara penatalaksa 1. Cara 1. Cara pender
an keluarga pemenuha naan nutrisi penataksana penatalaksa
dalam merawat n nutrisi bagi an naan
anggota pada penderita khususnya khususnya
keluarga yang anggota AIDS nutrisi pada nutrisi pada 2. Keluar
menderita keluarga 2. Keluarga penderita penderita menga
terkait yang sakit mampu AIDS AIDS keputu
kebutuhan AIDS melakukan 2. Ajarkan ibu 2. Mengajarka tepat m
hutrisi ditandai perawatan untuk n ibu untuk penata
dengan : pada membuat membuat AIDS
keluarga tidak penderita catatan catatan
mampu AIDS makanan harian yang
memberikan Umum: harian yang khusus
nutrisi yang Setelah khusus untuk
sesuai dan dilakukan untuk anggota
dibutuhkan penyuluhankel anggota keluarga
oleh Ny. F uarga mampu keluarga yang
mengambil yang menderita
keputusan menderita AIDS
untuk AIDS
memberikan
penatalaksanaa
n yang tepat
pada penderita
AIDS

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37097/4/Chapter

https://id.scribd.com/document/360458811/Askep-Keluarga-Dg-Aids

Anda mungkin juga menyukai