AIDS
Oleh Kelompok 4
Nama Kelompok :
DENPASAR
2019
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut
misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem
kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah
terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi. Virus
yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-
deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan
HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran
klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan
masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya
penyakit lebih pendek. Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain
sebagai berikut :
1) Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
2) Melalui darah, yaitu:
(1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
(2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
(3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
(4) Transmisi dari ibu ke anak :
1. Selama kehamilan
2. Saat persalinan, risiko penularan 50%
3. Melalui air susu ibu(ASI)14%
4. Pencegahan
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV.
Hal ini diberikan pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental.
Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik; tidak menggunakan tindakan
yang terapeutik; dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit.
Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:
(1) Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan
reproduksi tentang HIV/AIDS; standarisasi nutrisi; menghindari
seks bebas; secreening, dan sebagainya.
(2) Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau
pemakaian kondom.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) agar tidak mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih
buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan
pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi keparahan
kondisi dan memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan
penyakitnya. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan
pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakukan dengan
menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari
perkembangan penyakit; atau meminimalkan potensi tertularnya
penyakit lain.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi
terinfeksi HIV/AIDS dan mengalami ketidakmampuan permanen yang
tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari cara
meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi
yang bertujuan mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan.
Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaksanakan
rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit.
Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu ODHA mencapai
tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada
akibat HIV/AIDS.Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan
preventive, karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap
kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam
upaya pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan
untuk mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini bisa dengan
menggunakan prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara
internasional sebagai cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat
hubungan seksual.
ABCDE ini meliputi:
A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko
tinggi dan seks pranikah.
B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau
hubungan tetap.
C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara
benar dan konsisten untuk para penjaja seksual.
D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian
BAB III
A. Pengkajian
1. Core/ inti komunitas
Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
2. Subsistem
1) Perumahan/lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kesehatan, seperti
perumahan, penerangan, sirkulasi, pelembaban, sampah, air bersih, dan
kepadatan penduduk.
2) Pendidikan : apakah ada fasilitas dan sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. ( sekolah dan
tempat kursus).
3) Keamanan dan transportasi : apakah ada fasilitas dan sarana umum seperti
pos kampling, pos polisi, pemadam kebakaran, dll, dan sarana tramsportasi
yang dapat membantu masyarakat ( angkutan umum atau lainnya).
4) Politik dan kebijakan pemerintah : apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas untuk mendapatkan pelayanan di berbagai bidang
termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan dan social yang ada apakah dapat membantu
terdeteksinya gangguan kesehatan, memberikan perawatan dan rehabilitasi
bila diperlukan. Selain itu apakah tersedia pasar, tempat ibadah ,sehingga
memidahkan masyarakat memenuhi kebutuhanya.
6) System komunikasi dan saran komunikasi apa saja yang ada di komunitas,
guna meningkatkan pengetahuan masyarakat yang terkait dengan
kesehatan dan lainnya.
7) Ekonomi : apakah tingkat social ekonomi masyarakat secara keseluruhan
dan memenuhi syarat upah minum regional, sehinnga anjuran konsumsi
makanan sesuai kemampuan keuangan komunitas setempat.
8) Rekreasi : apakah tersedia sarana untuk menurunkan stress atau kah sarana
tersebut terjangkaun.
B. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin
terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang seharusnya terjadi.
Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
C. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
D. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan
pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
E. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. S
A. Pengkajian
I. Data umum
1. Nama kepala keluarga: Tn . S
2. Alamat : JETIS
3. Pekerjaan : NELAYAN
4. Pendidikan : SD
5. Daftar Anggota Keluarga
6. Tipe Keluarga
Tipe keluarga ini adalah : nuclear family
7. Suku/ bangsa
Jawa / Indonesia
8. Agama
Islam. Keluarga bapak S percaya bahwa kesehatan dan penyakit
yang diderita selama ini merupakan cobaan dari Allah SWT,dan
akan berusaha agar penyakitnya bisa disembuhkan.
9. Status sosial dan ekonomi keluarga
Dalam keluarga ini yang bekerja yaitu Tuan S sebagai nelayan
dengan penghasilan kurang lebih Rp. 2.000.000,-/ bulan dan Ny F
sebagai ibu rumah tangga yang selalu menerima dengan hasil yang
diberikan suaminya sebagai kepala keluarga,barang yang dimiliki
TV berwarna 14 inci,meja kursi,2 buah tempat tidur.
10. Aktifitas Rekreasi
Aktifitas rekreasi dalam rumah selama ini jarang dilakukan
karena kesibukan Tn S sebagai nelayan yang setiap hari pergi
mencari ikan.
V. DIAGNOSA
a. Cemas pada Tn. N dikeluarga Tn. N b/d kurangnya pengetahuan
keluarga terkait HIV AIDS.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn. N dikeluarga Tn. N b/d
ketidakmampuan keluarga dalam merawat angota keluarga yang
menderita terkait kebutuhan nutrisi.
VI. PRIORITAS MASALAH
a. Cemas pada Tn. N dikeluarga Tn.N b/d krangnya pengetahuan
keluarga terkait penyakit AIDS
di tangani 3/3 x
1=3/3
4. Menonjolnya masalah.
Dengan memperhatikan
pengarahan,potensial masalah
Masalah harus segera
untuk dicegah masih rendah
di tangani 3/3 x
1=3/3
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37097/4/Chapter
https://id.scribd.com/document/360458811/Askep-Keluarga-Dg-Aids