Anda di halaman 1dari 21

I.

TUJUAN
1. Mengetahui pembuatan dan formula suspensi kering
2. Mengamati metode pembuatan granul, konsentrasi bahan
pembasah/pensuspensi terhadap karakteristik fisik suspensi.

II. PRINSIP
Pembuatan Amoxillin Dry Syrup dengan mempertimbangkan karakteristik
Sirup Kering.

III. TEORI
A. Definisi Dry Syrup

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.


Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan
tidak lebih dari 66,0%. Pembuatan kecuali dinyatakan lain, sirop dibuat sebgai
berikut: buat cairan untuk sirop, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan
hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai. (FI ed III hal. 31)

Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi
dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol
atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk
meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sakarosa.
Kadar sakarosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula
yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi dan bakteri. (Moh
Anief 2007). Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula
dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. (Ansel, 1989)

Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang
tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoxicillin
(Ofner et al, 1989). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan
air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat padat umumnya untuk bahan
obat yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin,
amoxicillin, dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk
dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi.
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna. Sirup
kering adalah sediaan berbentuk suspensi yang harus direkonstitusikan terlebih

1
dahulu dengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan.
Sedian ini adalah sediaan yang mengandung campuran kering zat aktif dengan
satu atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang
sesuai (Depkes RI,1995).

Keuntungan Sirup

a) Produk berbentuk granul, tampilan, karakteristik aliran kurang pemisahan,


debu
b) Campuran serbuk dan granul mengurangi biaya penggunaan komponen
peka panas
c) Baik untuk pasien yang sulit menelan
d) Campuran serbuk lebih ekonomis, resiko ketidakstabilannya rendah
e) Sediaan suspensi kering lebih ringan sehingga lebih menguntungkan dalam
pendistribusian

Kekurangan Sirup

a) Masalah campuran, pemisahan serbuk dan kehilangan obat


b) Campuran serbuk dan granul menjamin tidak ada pemisahan campuran
granul dan non-granul
c) Biaya produk berbentuk granul, efek panas dan cairan, penggranulasi pada
obat dan excipients
d) Setelah dilarutkan 7–12 hari, harus dibuang walaupun masih bersisa
karena terdapat bahan obat yang tidak stabil dalam larutan berair, misalnya
antibiotik. Sirup kering biasanya diresepkan untuk habis sebelum 7–12
hari.
e) Harus menjelaskan dengan rinci cara pemberian sediaan kepada pasien

B. Preformulasi

1. Penggunaan Amoxicillin

Amoxixillin adalah derivat-hidroksi (1972) dengan aktivitas sama seperti


ampisillin. Tetapi resorpsinya lebih lengkap (k.l. 80%) dan pesat dengan kadar
darah dua kali lipat. PP dan plasma t½ nya lebih kurang sama, tetapi difusinya ke
jaringan dan cairan tubuh lebih baik, a.l. ke dalam air liur penderita bronchitis
kronis. Begitu pula kadar bentuk aktifnya dalam kemih jauh lebih tinggi daripada
ampisillin (k.l. 70%) maka lebih layak digunakan pada infeksi saluran kemih.

2
Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi beta-laktamase
bakterial) membuat antibiotik ini (ko-amoksiklav, Augmentin) efektif terhadap
kuman yang memproduksi penisilinas. Terutama digunakan terhadap infeksi
saluran-kemih dan napas yang resisten terhadap amoxicillin.
2. Efek Samping

Gangguan lambung-usus dan radang kulit lebih jarang terjadi.


 Hipersensitivitas
Merupakan efek amoxicillin yang paling penting. Determinan antigenik utama
dari hipersensitivitas amoxicillin adalah metabolitnya yaitu asam penisiloat
yang dapat menyebabkan reaksi imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini,
berkisar dari kulit kemerahan berupa makulopapular sampai dengan
angioderma (ditandai dengan bengkak di bibir, lidah, areaperiorbital) serta
anapilaktik. Reaksi alergi silang terjadi diantara sesama antibiotika β-laktam
(Mycek et al., 2001).
 Diare
Efek diare disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme intestinal dan
sering terjadi (Mycek et al., 2001).

3. Kelebihan Dosis

Karena amoxicillin merupakan obat golongan antibiotik, maka jika terjadi


kelebihan dosis akan menimbulkan dampak pada resistensi bakteri di tubuh
pasien.

4. Mekanisme Aksi

Amoxicillin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri


(transpeptidase atau ikatan silang) sehingga membran kurang stabil secara
osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga amoxicillin disebut bakterisida.
Keberhasilan aktivitas amoxicillin menyebabkan kematian sel berkaitan dengan
ukurannya. Amoxicillin hanya efektif terhadap organisme yang tumbuh secara
tepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel. Konsekuensinya, obat ini tidak

3
efektif terhadap organisme yang tidak mempunyai struktur ini seperti
mikobakteria, protozoa, jamur, dan virus (Mycek et al., 2001). Mekanisme
amoxicillin dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penisilin pengikat protein: amoxicillin menginaktifkan protein yang berada
pada membran sel bakteri. Amoxicillin tersebut yang mengikat protein
merupakan enzim bakteri yang terlibat dalam sintesis dinding sel serta menjaga
gambaran morfologi bakteri. Pejanan terhadap antibiotika ini tidak hanya dapat
mencegah sintesis dinding sel tetapi juga menyebabkan perubahan morfologi
atau lisisnya bakteri yang rentan. Perubahan pada beberapa molekul target ini
menimbulkan resistensi pada organisme (Mycek et al., 2001).
b. Autolisin: kebanyakan bakteri terutama kokus gram positif memproduksi
enzim degradatif (autolisin) yang berpartisipasi dalam remodelling dinding sel
bakteri normal. Dengan adanya amoxicillin, aksi degradatif autolisin didahului
dengan hilangnya sintesis dinding sel. Mekanisme autolisis yang sebenarnya
tidak diketahui kemungkinan adanya penghambatan yang salah satu dari
autolisin. Sehingga efek anti bakteri amoxicillin merupakan hasil
penghambatan sintesis dinding sel bakteri dan destruksi keberadaan dinding sel
oleh autolisin (Mycek et al., 2001).

5. Farmakologi
a. Farmakodinamika
Efek analgesik parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti pada salisilat. Efek antiinflamasi nya sangat lemah, oleh karena itu
paracetamol dan fenasetin tidak digunakan sebagai anti-reumatik. Paracetamol
merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan
pendarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian jugagangguan
pernapasan dan keseimbangan

b. Farmakokinetika

4
1. Absorpsi
Amoxicillin hampir lengkap diabsorbsi sehingga konsekuensinya amoxicillin
tidak cocok untuk pengobatan shigella atau enteritis karena salmonella, karena
kadar efektif secara terapetik tidak mencapai organisme dalam celah intestinal
(McEvoy and Gerald, 2002).
Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran
pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak konsentrasi
serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis. Efek terapi
Amoxicillin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral. Meskipun
adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan
menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum amoxicillin, namun hal
tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi (McEvoy and
Gerald, 2002).

2. Distribusi
Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati
sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun
demikian, penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan
serebrospinalis tidak cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi
inflamasi. Selama fase akut (hari pertama), meningen terinflamasi lebih permeable
terhadap amoxicillin, yang menyebabkan peningkatan rasio sejumlah obat dalam
susunan saraf pusat dibandingkan rasionya dalam serum. Bila infefksi mereda,
inflamasi menurun maka permeabilitas sawar terbentuk kembali (Mycek et al.,
2001).

3. Eliminasi
Jalan utama eliminasi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di ginjal,
sama seperti melalui filtrat glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal,
dosis obat yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001).

6. Peringatan

5
Meskipun belum ada penelitian mengenai pemberian amoxicillin pada ibu
hamil, penggunaan amoxicillin ternyata tidak berpengaruh terhadap
perkembangan janin. Amoxicillin pada ibu hamil diberikan jika benar-benar
diperlukan saja. Karena amoxicillin terdistribusi pada ASI sehingga menyebabkan
reaksi sensitivitas pada bayi. Dengan demikian penggunaan amoxicillin tidak
dianjurkan pada ibu menyusui (McEvoy and Gerald, 2002).
Hati-hati pada pasien dengan kelainan Phenylketonuria (defisiensi genetic
homozigot dari Phenylalanin hidroksilase) dan kelainan lain yang intake
Phenylalanin dalam tubuh perlu dibatasi. Formula amoxicillin dengan rute per
oral yang mengandung aspartam akan di metabolisme di dalam saluran
pencernaan menjadi phenylalanine. Sehingga formulasi serbuk amoxicillin untuk
suspensi oral tidak seharusnya menggunakan aspartam. Selain itu juga perlu
diwaspadai penggunaan pada penderita mononukleosis. (McEvoy and Gerald,
2002).
Berdasarkan undang–undang mengenai obat dan makanan, amoxicillin
tergolong dalam golongan obat keras. Obat keras hanya dapat dapat diperoleh
dengan resep dokter di apotek, apotek RS, puskesmas, dan balai pengobatan.
Tanda khusus untuk obat keras yaitu lingkaran berwarna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Selain itu pada obat
keras wajib mencantumkan kalimat “Harus dengan resep dokter”. Berikut
dicantumkan tanda khusus untuk obat keras:

7. Monografi

a. Amoxicillinum
Berupa serbuk hablur putih, praktis tidak berbau. Sinonim dari Amoxicillin
ialah amoksilin. Amoksilin sukar larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam
benzena, dalam karbon tetra klorida dan dalam kloroform. pH amoksilin antara
3,5 dan 6,0. Kadar antara 11,5% dan 14,5%.

6
c. Na Sitrat

Sodium sitrat dihidrat tidak berbau, tidak berwarna, monoklinik kristal, atau
bubuk kristal putih dengan pendinginan, rasa garam. Sinonimnya ialah Sitrat
garam asam trisodium; E331; natrii citras; natrium sitrat tersier; trisodium sitrat.
pH 7,5 – 8,5 . Kadar 0,3% - 2%

d. Sorbitol
Berbentuk serbuk, butiran atau kepingan, berwarna putih rasa manis, dan
bersifat higroskopik. Sinonim nama dari sorbitol yaitu Meritol; Neosorb; Sorbitab;
sorbite; Dsorbitol; Sorbitol Instant; sorbitolum; Sorbogem. Sorbitol sangat mudah
larut dalam air, sukar larut dalam etanol 95 % P, dalam metanol P dan dalam asam
asetat P. Memiliki khasiat sebagai pemanis, bahan penstabil, dan sebagai zat
tambahan. Sorbitol memiliki pH antara 4,5 – 7,0 . Dan kadar sebesar 15-30%

e. Asam sitrat
Monohydrate Asam sitrat terjadi kristal sebagai berwarna atau tembus
,atau sebagai kristal putih, bubuk efflorescent. Hal ini tidak berbau dan memiliki
rasa asam yang kuat. Struktur kristal ortorombik. Sinonimnya Acidum citricum
monohydricum; E330; 2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylic acid monohydrate.
Kadarnya 0,1-2%

f. Na Sakarin
Pemerian putih, tidak berbau atau agak aromatik, efflorescent, bubuk kristal.
pH 6,6 (10% b/v larutan berair). Sinonim Saccharin Sodium. Khasiat sebagai
pemanis. Kelarutan: larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol 95%.
OTT Sakarin natrium tidak mengalami Maillard browning. Kadar0,04% – 0,25%

g. Kalsium Glukonat
Hablur, granul atau serbuk putih; tidak berbau; tidak berasa. Stabil di
udara. Agak sukar (dan lambat) larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih;
tidak larut dalam etanol. ;Larutan bersifat netral terhadap air. Susut pengeringan
tidak lebih dari 3 %.

7
h. Na CMC
Merupakan serbuk atau atau butiran, berwarna putih atau putih kuning
gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan bersifat higroskopik. Na CMC
larut dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol 95 %
P,dalam eter P dan dalam pelarut organik lain. Memiliki khasiat bahan penstabil,
pensuspensi, sebagai zat tambahan dan penyerap air. Sinonim dari Na CMC
adalah Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D; carmellosum
natricum; cellulose gum; dan Cethylose. Kadar sebesar 0,1-1,0% dan memiliki
pH antara 6-8

i. Na Benzoat
Sodium benzoat digunakan terutama sebagai pengawet antimikroba dalam
kosmetik, makanan, dan obat-obatan. Hal ini digunakan dalam konsentrasi dari
0,02% - 0,5% pada obat-obat oral, 0,5 % dalam produk parenteral, dan 0,1% -
0,5% dalam kosmetik. Kegunaan natrium benzoat sebagai pengawet dibatasi oleh
efektivitasnya pada rentang pH yang sempit (pH 2-5). Kelarutan mudah larut
dengan air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol
90%.

C. Usulan Formula
1. Formula Acuan

Amoksisilin Sirup Kering


(5% = 500 mg / 10 ml)
(Formula sirup kering, lembar ke 6)

1. Formulasi

Amoksisilin trihidrat ................................. 5.0 g


Sodium sitrat ............................................. 5.0 g
Asam sitrat, kristal ..................................... 2,1 g
Natrium glukonat ....................................... 5.0 g
Kristal sorbitol [10] ................................... 40,0 g
Kollidon CL-M [1] .................................... 6,0 g
Orange flavour .......................................... 1,5 g
Lemon flavour .......................................... 0,5 g
Sakarin natrium ......................................... 0,4 g

8
2. Manufaktur
Campur semua komponen dan masukkan ke dalam botol.

3. Persiapan suspensi untuk administrasi


66 g bahan serbuk tambahkan air ad dengan volume total 100 ml, kocok
homogen.

4. Sifat suspensi
PH suspensi sekitar 4,9.
Tidak ada sedimentasi dapat diamati selama lebih dari 24 jam.
Redispersibilitas sangat mudah terjadi setelah 2 minggu.

2. Usulan Formula
Formula 1 (dengan Formula 2 (tanpa
No. Bahan Obat
granulasi %) granulasi %)
1. Amoksisilin trihidrat 125 mg / 5 ml 125mg /5 ml
2. Na Sitrat 5/100 5/100
3. Asam sitrat, kristal 2,1/100 2,1/100
4. Kalsium glukonat 5/100 5/100
5. Sorbitol 40/100 40/100
6. Na CMC 1% 1%
7. Doger Essence 2 tetes. 2 tetes
8. Na Benzoat 0,1% 0,1%
9. Na Sakarin 0,4/100 0,4/100
10. Aquadest ad 60 mL / botol Ad 400 mL

Keterangan:
1. Amoxisilin = 125 mg/ 5ml
Zat berkhasiat diambil dari ISO vol 49 hal. 92 merek Amoxillin (Pharos)
Amoxisilin Trihidrat setara dengan amoxisilin 125mg / 5 ml sirup.

DOSIS:
Dewasa dan anak-anak BB lebih besar 20 kg : sehari 3 kali 250 – 500 mg
Bayi dan anak BB kurang dari 20 kg : sehari 25 – 75 mg per kg BB

9
IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

1. Perhitungan Bahan

Data Perhitungan untuk 60 mL ( 1 Botol)


No. Nama Bahan Perhitungan Bahan
1. Amoxicillin Trihidrat 125/5 x 60 x 1,14 = 1710 mg
2. Asam sitrat 2,1/100 x 60 = 1,26 g
3. Sorbitol 40/100 x 60 = 24 g
4. Na Sitrat 5/100 x 60 = 3 g
5. Kalsium glukonat 5/100 x 60 = 3 g
6. Na CMC 1/100 x 60= 0,6 g
7. DogerEssence 2 tetes
8. Na Benzoat 0,1 % x 60 = 0,06 g
9. Na Sakarin 0,4/100 x 60 =0,24 g
10. Aquadest Ad 60 ml

Data Perhitungan untuk 400 mL ( 6 Botol) Dengan Granulasi


No. Nama Bahan Perhitungan Bahan
1 Amoxicillin Trihidrat 125/5 x 400 x 1,14 = 11400 mg
2 Asam sitrat 2,1/100 x 400 = 8,4 g
3 Sorbitol 40/100 x 400 = 160 g
4 NaSitrat 5/100 x 400 = 20 g
5 Kalsium glukonat 5/100 x 400 = 20 g
6 Na CMC 1/100 x 400 =4 g
7 Doger Essence 2 tetes
8 Na Benzoat 0,1% x 400 = 0,4 g
9 Na Sakarin 0,4/100 x 400 = 1,6 g
10 Aquadest Ad 400 ml

Data Perhitungan untuk 400 mL ( 6 Botol) Tanpa Granulasi


No. Nama Bahan Perhitungan Bahan
1 Amoxicillin Trihidrat 125/5 x 400 x 1,14 = 11400 mg
2 Asam sitrat 2,1/100 x 400 = 8,4 g
3 Sorbitol 40/100 x 400 = 160 g
4 Na Sitrat 5/100 x 400 = 20 g
5 Kalsium glukonat 5/100 x 400 = 20 g
6 Na CMC 1 / 100 x 400 = 4 g
7 Doger Essence 2 tetes
8 Na Benzoat 0,1% x 400 = 0,4 g
9 Na Sakarin 0,4/100 x 400 = 1,6 g
10 Aquadest Ad 400 ml

10
2. Penimbangan Bahan

Data Perhitungan untuk 60 mL ( 1 Botol)


No. Nama Bahan Perhitungan Bahan
1. Paracetamol (Acetaminophen) 3g
2. Gliserin 9 mL
3. Sorbitol 3 mL
4. Propilenglikol 12 mL
5. Na Siklamat 2,4 g
6. Na CMC 0,3 g
7. Banana Essence q.s.
8. Na Benzoat 0,06 g
9 Aquadest Ad 60 mL

Data Penimbangan untuk 400 mL ( 6 Botol)


No. Nama Bahan Penimbangan Bahan
1 Paracetamol (Acetaminophen) 20 g
2 Gliserin 60 mL
3 Sorbitol 20 mL
4 Propilenglikol 80 mL
5 Na Siklamat 16 g
6 Na CMC 2g
7 Banana Essence q.s.
8 Na Benzoat 0,4 g = 400mg
9 Aquadest Ad 400 mL

V. CARA KERJA

 Formula 1 (non granulasi)


1. Alat dan bahan disiapkan
2. Bahan-bahan obat yang diperlukan ditimbang , kalibrasi botol 400 ml
3. Amoxicillin Trihidrat dimasukkan kedalam lumpang digerus sampai
halus
4. Ditambahkan Na Benzoat, digerus sampai homogen
5. Ditambahkan Na CMC digerus sampai homogen
6. Ditambahkan Na Sitrat, digerus sampai homogen,
7. Ditambahkan Kalsiumglukonat gerus sampai homogen
8. Ditambahkan Asam Sitrat gerus sampai homogen
9. Ditambahkan Na Sakarin kedalam campuran serbuk gerus homogen.
Ditambahkan Doger Essense yang telah diencerkan kedalam campuran
serbuk, digerus sampai homogen. Ditambahkan Sorbitol, digerus

11
sampai homogen. Dicampur sampai terbentuk massa yang kompak
yang dapat digranulasi
10. Diayak dengan pengayak nomor 12, dikeringkan diudara terbuka,
kemudian ayak denganpengayak nomor 14
11. Ditimbang granul yang didapat
12. Dihitung dan dipisahkan granul yang akan dimasukkan kedalam botol
60 ml
13. Sisa granul untuk uji evaluasi kecepatan alir, ukuran partikel (Metode
Pengayakan), waktu rekonstitusi, viskositas dan sifat alir serta volume
sedimentasi
14. Dibuat kurva aliran dan ditentukan sifat alirnya

 Formula 2 (granulasi)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Bahan-bahan obat yang diperlukan ditimbang , botol 400 ml
dikalibrasi
3. Ampisilin Trihidrat dimasukkan kedalam lumpang digerus sampai
halus
4. DitambahkanNa Benzoat , digerus sampai homogen
5. Ditambahkan Na CMC digerus sampai homogen
6. Ditambahkan Na Sitrat digerus sampai homogen
7. Ditambahkan Kalsium glukonat gerus sampai homogen
8. Ditambahkan Asam Sitrat digerus sampai homogen
9. Ditambahkan Na Sakarin kedalam campuran serbuk, digerus sampai
homogen. Ditambahkan Doger essense, digerus sampai homogen.
Ditambahkan Sorbitol, digerus sampai homogen. Dicampur sampai
terbentuk massa yang kompak yang dapat digranulasi
10. Ditimbang granul yang didapat
11. Dihitung dan dipisahkan granul yang akan dimasukkan kedalam botol
60 ml
12. Sisa granul untuk uji evaluasi kecepatan alir, ukuran partikel (Metode
Pengayakan), wakture konstitusi, viskositas sifat alir serta volume
sedimentasi
13. Dibuat kurva aliran dan ditentukan sifat alirnya

VI. EVALUASI - HASIL PENGAMATAN

Untukmengujikestabilansediaansirupdilakukanbeberapaevaluasiyaitu :
1. Organoleptis
Diamati apakah sirup yang dibuat sudah sesuai dengan standar sirup yaitu
berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap srta warna larutan
yang sesuai dengan pewarna yang dipakai, larutan tidak terlalu kental
sehingga mudah dituangkan.

12
2. Densitas (Bobot Jenis)
Dilakukan dengan menggunakan piknometer dan neraca analitik. Dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Ambil dan timbang piknometer kosong yang bersih kemudian catat hasil
penimbangan.
b. Kemudian isi piknometer (10 ml) dengan aquadest kemudian timbang.
c. Keringkan piknometer kemudian isi dengan larutan elixir yang akan dijuji
lalu timbang dan catat hasilnya. Penentuan bobot jenis dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

beratpiknometerberisilarutaneliksir −beratpiknometerkosong
BJ = beratpiknometerberisiaquadest −beratpiknometerkosong

3. pH
Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, yaitu disesuaikan
dengan pH kestabilan (6 - 6,5).

13
pH
Nama Bahan 2 3 3,8 4 4,5 5 5,5 6 6,1 6,5 7 7,5 8
Obat

Paracetamol
Gliserin
Sorbitol
Propilenglikol
Na Siklamat
Na CMC
Na Benzoat

Jika dinyatakan dalam bentuk tabel maka akan terlihat sebagai berikut :

Botol Hasil
Organoleptis
Ke- Pengamatan
1 Larutan tidak terlalu kental berwarna , rasa seperti pisang 
2 Larutan tidak terlalu kental berwarna , rasa seperti pisang 
3 Larutan tidak terlalu kental berwarna , rasa seperti pisang 
4 Larutan tidak terlalu kental berwarna , rasa seperti pisang 
5 Larutan tidak terlalu kental berwarna , rasa seperti pisang 
6 Larutan tidak terlalu kental berwarna , rasa seperti pisang 
x́ Larutan tidak terlalu kental berwarna , rasa seperti pisang 
Paraf
pH kestabilan antara 6 – 6,5
centang jika memenuhi standar

14
Botol Ke- Bobot Jenis pH
1

Paraf

Evaluasi Sediaan

No. Evaluasi Hasil Paraf

1 Homogenitas

2 Kelarutan

15
VII. PEMBAHASAN

Sirup adalah sediaan cair beruoa karutan yang mengandung sakarosa.


Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan
tidak lebih dari 66,0%. Pembuatan kecuali dinyatakan lain, sirop dibuat sebgai
berikut: buat cairan untuk sirop, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan
hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai. (FI ed III hal. 31).

Zat aktif yang digunakan dalam praktikum ini mengacu pada Handbook of
Pharmaceutical Manufacturing Formulations Vol. III Ed. 2 (Sarfaraz K. Niazi,
2009) lembar ke-1226, dengan komposisi utama Acetaminophen, Sorbitol, Na
Siklamat, Kollidon 25, Glycerol, Propilenglikol dan air. Pada formulasi ini juga
ditambahkan Metil Paraben (Nipagin) 0,1% sebagai pengawet. Nipagin ini
berfungsi sebagai pengawet karena pada formulasi ini mengandung air yang
menjadi tempat tumbuhnya mikroba merugikan. Dan penambahan Apple essence
yang berguna sebagai pemberi rasa dan pewarna agar mampu menarik perhatian
anak-anak agar tidak ragu untuk meminum obat ini. Kollidon 25 pada formulasi
ini diganti dengan Na CMC karena tidak adanya ketersediaan bahan tersebut di
laboratorium. Dan penambahan Asam Sitrat sebagai antioksidan agar tidak terjadi
perubahan warna selama penyimpanan.

16
VIII. KESIMPULAN

17
IX. DAFTAR PUSTAKA

 Sumber Buku

Depkes RI (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.
Depkes RI (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Kniazi, Sarfaraz (2009). Volume One Second Edition Handbook of
PharmaceuticalManufacturing Formulation Compressed Solid Products. New
York: Informa Healthcare USA.
Rowe C Raymond., Sheskey J Paul., & Quinn E Marian (2009). Handbook
of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press
andAmerican Pharmacists Association.
Drs. Kasim Fauzi, M.Kes., Apt., dkk (2014). Informasi Spesialite Obat
Indonesia Volume 49.
Anief,Moh (2007).Farmasetika.Gadjah Mada University:Yogyakarta.
Anief,Moh (2010). Ilmu Meracik Obat.Gadjah Mada
University:Yogyakarta.
Drs. Tan Hoan Tjay Apt, Drs. Kirana Rahardja Apt. (2010). Obat-Obat
Penting. Edisi Keenam Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo:
Kompas-Gramedia.

 Sumber Internet

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/anondho.wijanarko/material/slideparac
etamol.ppt (Diakses pada 12 April 2015)

https://soulkeeper28.files.wordpress.com/2009/01/na-cmc.pdf (Diakses pada


12 April 2015)

http://www.anakku.net/tablet-atau-sirup-pilih-yang-mana-ya.html (Diakses
pada 19 April 2015)

18
X. LAMPIRAN

1. Desain Kotak

19
2. Label pada Botol Kemasan

20
3. Brosur

Acemol Sirup
Analgesik - Antipiretik

Indikasi:
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit
kepala, sakit gigi dam menurunkan demam.

Kontra Indikasi:
 Penderita gangguan fungsi hati yang berat
 Penderita hipersensitif terhadap obat ini
 Wanita hamil

Komposisi:
Tiap 5 ml mengandung:
Paracetamol 250 mg/5mL
Zat tambahan q.s

Farmakologi:
Acemol® mengandung Paracetamol sebagai
antipiretik-analgesik bekerja mengurangi rasa
nyeri ringan sampai sedang, juga menurunkan
suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga
berdasarkan efek sentral.

Efek Samping:
 Penggunaan jangka lama dan dosis besar
dapat menyebabkan kerusakan hati
 Reaksi hipersensitifitas

Perhatian:
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita
penyakit ginjal.
- Bila setelah 2 hari demam tidak menurun
atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang,
segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan
- Penggunaan obat ini pada penderita yang
mengonsumsi alkohol, dapat meningkatkan
resiko kerusakan fungsi hati

Dosis:
0-1 tahun: ½ sdtk (2,5mL) 3-4 kali sehari
1-2 tahun: 1 sdtk (5mL) 3-4 kali sehari
2-6 tahun: 1-2 sdtk (5-10mL) 3-4 kali sehari
6-9 tahun: 2-3 sdtk (10-15mL) 3-4 kali sehari
9-12 tahun: 3-4 sdtk (15-20mL) 3-4 kali sehari
Atau menurut petunjuk dokter.

Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung
dari cahaya.

No. Reg : DBL 961031537B2


No. Batch : 04153701

Diproduksi oleh :
PT. YOMED
21
Palembang-Indonesia

Anda mungkin juga menyukai