Anda di halaman 1dari 11

RESUME TENTANG PERSIAPAN INTRA OPERATIF

Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif

Disusun oleh :

Nama : Widiawati

NIM : 32722001D18118

Kelas : 2B D III Keperawatan

Dosen Pembimbing

Yeni Yulianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN (2B)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
INTRA OPERATIF
I. Pengertian Keperawatan Intraoperatif
Keperawatan Intraoperatif dimulai ketika pasien masuk kebagian bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruangpemulihan.
II. Aktifitas keperawatan pada intraoperatif:
1. Pemeliharaan Keselamatan
a. Atur Posisi Pasien
- Kesejajaran fungsional
- Pemajanan area pembedahan
- Mempertahankan posisi selama di operasi.
b. Memasang alat grounding ke pasien
c. Memberikan dukungan fisik
d. Memastikan bahwa jumlah jarum dan instrument yang tepat.
2. Pemantauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan yang berlebihan.
b. Mengobservasi kondisi kardiopulmunal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada TPRS
3. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi dan Jika Pasien Sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi.
c. Terus mengkaji status emosional pasien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota kes yang sesuai.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingk aseptic dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola SDM

III. Fungsi Keperawatan Intraoperatif


Fungsi keperawatan di ruang operasi :

1. Sirkulasi
2. Scrub ( instrumentasi )
Aktivitas perawat sirkulasi:

• Mengatur ruang operasi


• Melindungi keselamatan dan kebutuhan kesehatan pasien dengan cara :
a. Memantau aktivitas anggota tim bedah
b. Memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.
• Memastikan kebersihan, suhu yang tepat, kelembaban dan pencahayaan; menjaga
peralatan tetap berfungsi; dan ketersediaan perbekalan material.
• Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik,
• Memantau pasien sepanjang prosedur operasi untuk memastikan keselamatan dan
kesejahteraan individu.

Aktivitas perawat scrub :

• Scrubing untuk pembedahan


• Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahitan, dan peralatan khusus;
• Membantu dokter bedah dan asisten dokter bedah selama prosedur bedah dengan
mengantisipasi instrument yang dibutuhkan, spons, drainase dan peralatan lain ;
• Terus mengawasi waktu pasien di bawah pengaruh anesthesia dan waktu luka dibuka.
• Mengecek peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua jarum, kasa dan
instrument sudah dihitung lengkap saat insisi ditutup.
• Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas laboratorium.

IV. Prinsip Kesehatan dan Baju Operasi


1. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi.
2. Selama pembedahan, personel yang telah melakukan scrub dan mengenakan pakaian
operasi hanya menyentuh benda-benda yang telah disteril.
3. Personel yang tidak melakukan scrub dilarang menyentuh atau mengkontaminasi apa
saja yang steril.
4. Pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit merupakan sumber organisme patogenik yang
harus dilaporkan.
5. Dalam suatu contoh, kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi disebabkan oleh
infeksi tenggorok ringan yang dibawa oleh perawat ruang operasi.
6. Untuk itu penting sekali segera melaporkan bahkan kelalaian ringan sekalipun.

V. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif


Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
A. Anggota steril
1. Ahli bedah utama / operator
2. Asisten ahli bedah.
3. Scrub Nurse / Perawat Instrumen
B. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1. Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2. Perawat sirkulasi
3. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
VI. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
Pada fase ini lingkup aktifitas dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologismenyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
➢ Type Anastesy :
a. General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk reflek
batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi. Biasanya
diberikan secara intra vena atau inhalasi.
b. Regional Anastesy yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari area atau
bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi tetap sadar.
➢ Tekhnik Anastesi Regional :
1. Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa untuk
membuka bagian kulit, luka dan luka bakar. Misalnya lidocaine dan benzocaine, jenis
ini biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat.
2. Local Anastesi (Infiltrasi), yaitu anastesi yang disuntikkan pada area tertentu dan
digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine atau tetracaine 0,1%.
3. Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan di daerah syaraf atau kumpulan
syaraf kecil untuk menghasilkan sensasi pada daerah kecil pada tubuh.
4. Anastesi Spinal yaitu obat anastesi yang disuntikkan ke daerah subarrachnoid sampai
ke spinal cord.
5. Epidural Anastesi, injeksi pada daereh dalam spinal tetapi di luar duramater
A. Persiapan Psikologis Pasien
B. Pengaturan Posisi
1. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien.
2. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
b. Umur dan ukuran tubuh pasien.
c. Tipe anaesthesia yang digunakan.
d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
3. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
a. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
b. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya
ditutup dengan duk.
c. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
d. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan
terjadinya pertukaran udara.
e. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.
f. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
g. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
h. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
i. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
C. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
D. Penutupan Daerah Steril
E. Mempertahankan Surgical Asepsis
F. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
G. Monitor dari Malignant Hyperthermia
H. Penutupan luka pembedahan
I. Perawatan Drainase
J. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
VII. Pengkajian
A. Sebelum dilakukan operasi
a. Pengkajian psikososial
1) Perasaan takut / cemas
2) Keadaan emosi pasien
b. Pengkajian Fisik
- Tanda vital : TD, N, R, Suhu.
- Sistem integumentum
• Pucat
• Sianosis
• Adakah penyakit kulit di area badan.
- Sistem Kardiovaskuler
• Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
• Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
• Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
• Kebiasaan merokok, minum alcohol
• Oedema
• Irama dan frekuensi jantung.
• Pucat
- Sistem pernafasan
• Apakah pasien bernafas teratur ?
• Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal
• Apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi
• Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
- Sistem saraf
• Kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien
• Apakah pasien puasa ?
• Lavement ?
• Kapter ?
• Perhiasan ?
• Make up ?
• Scheren / cukur bulu pubis ?
• Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
• Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
B. Selama dilaksanakannya operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi
dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b. Pengkajian fisik
• Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
• Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera
diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
• Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera
diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
• Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan
operasi adalah sebagai berikut :
1. Cedera, Resiko Tinggi berhubungan dengan posisi, pemajanan alat/suhu,
hipoksia, lingkungan.
2. Infeksi, Resiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit yang rusak,
prosedur invasif.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah selama
pembedahan
D. Perencanaan
a. Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel tersebut ke
dalam rencana asuhan :
• Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anastesia yang direncanakan,
ahli anastesi dan anggota tim.
• Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur dan ahli bedah.
• Kebutuhan medikasi non rution, komponen darah, instrumen.
• Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik, kelengkapan
instrumen, peralatan jahit dan pengadaan balutan.
b. Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan ruang operasi yang dapat secara negatif
mempengaruhi pasien :
1. Fisik
a) Suhu dan kelembaban ruangan
b) Bahaya peralatan listrik
c) Kontaminasi potensial
d) Hilir mudik yang tidak perlu
2. Psikososial
a) Kebisingan
b) Kurang mengenal sebagai individu
c) Rasa diabaikan tanpa pengantar di tempat tunggu
d) Percakapan yang tidak perlu
E. Intervensi
a. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien :
1. Atur dan jaga agar peralatan syaktion berguna dengan baik.
2. Atur peralatan pemantauan invasif.
3. Bantu saat pemasangan jalur (arteri /CVP ).
4. Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien.
5. Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anastesi dan pembedahan,
pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi.
6. Ikuti tahapan sesuai dengan prosedur bedah :
a. Lakukan scrab/bersihan dengan terampil
b. Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan antisipasi peralatan dan
bahan apa yang dibutuhkan sebelu diminta.
7. Ikuti prosedur yang telah ditetapkan sebagai contoh :
a. Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah
b. Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur.
c. Persiapan kulit antiseptik
d. Membuka dan menutup sarung tangan
e. nghitung kasa, instrumen, jarum
f. Tekhnik septik
g. Penatalaksanaan kateter urine.
h. Penatalaksanaan drainase
8. Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anastesi/ perawat
yang bertanggung jawab/ bertindak yang tepat untuk mengontrol atau
menangani situasi.
9. Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya.
10. Bantu ahli bedah dan anastesi untuk menerapkan rencana penerapan mereka.
b. Bertindak sebagai advotkat pasien
1) Berikan privasi fisik
2) Jaga kerahasiaan
3) Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
c. Informasikan pasien dengan pengalaman intraoperatif
1) Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami.
2) Gunakan keterampilan komunikasi umum
d. Koordinasi aktivitas bagi personil lain yang terlibat dalamperawatan pasien. Seperti
X – ray, laboratorium, ICU.
e. Operasikan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan diruang
operai dan tugaskan dilayanan khusus.
f. Ikutserta dalam konferensi perawatan pasien.
g. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan.
h. Komunikasikan baik verbal dan tulisan mengenai status kesehatan pasien saat
pemindahan dari ruang operasi.
F. Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang operasi
yaitu cara bernafas, warna kulit, selang invasif (IV), drain kateter berfungsi secara
normal, balutan adekuat tidak terlalu ketat.
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak aman dan
menenganinya dengan baik.
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan.
d. Melaporkan dan mendokumentasikan.
e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip aseptik dan praktek keperawatan teknis.
f. Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan preoperatif.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/94793074/Makalah-Intraoperatif

Mansjoer,A. dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius.

Kumpulan Artikel Keperawatan http://www.artanto.com

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai