OLEH : Kelompok 1 :
Sukmawati Nim : 19193006
Ita Tirtayana Nim : 19193007
Ahmad Nim : 19193018
Nurmala Nim : 19193004
Rahmin Nim : 19193002
Fitri Nim : 19193001
Tasyrif Zul Amar Nim : 19193003
A. Wahyuni Nim : 19193008
PEMBIMBING
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.........................................) (.........................................)
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS
A. Pengertian
Menurut (Nurari dan Kusuma, 2015) tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik
tahan asam, yang ditularkan melalui udara (airbone). Menurut (Imran Somantri,
2007) tuberkulosis paru – paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru – paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit
ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan
nodus linfe.
Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain
infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan
ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di
bronkiolus atau alveolus, kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna,
melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui
lesi kulit.
Menurut (Crofton, John. 2002) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa
kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu
basil tahan asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan mikobakterium
altipis misalnya M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.
Menurut (Price, S., & Wilson. 2003) tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga
dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam
mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali
paru-paru terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru
dilindungi oleh membran halus dan licin yang disebut pleura yang juga meluas
untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma,
sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat
ruang yang disebut spasium pleura yang mengandung sejumlah kecil cairan yang
melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas
selama ventilasi.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan
bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap
lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang
merupakan perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-
divisi bronkus. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada
paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru
kanan dan delapan pada paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi
menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki arteri, limfotik dan syaraf. Bronkus subsegmental membantu
percabangan menjadi bronkiolus.
Bronkiolus membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas.
Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia
dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru
menuju laring. Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi saluran transisional antara kalan udara konduksi dan jalan udara
rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior
di dalam rongga hidung, dan ke superior dalam sistem pernapasan bagian bawah
menuju ke faring. Dari sinilah lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar.
Air untuk kelembaban diberikan untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang
disuplay ke udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan
pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedimikian rupa sehingga
bila udara mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan
kelembabannya mencapai 100%. Udara mengalir dari faring menuju laring atau
kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan
untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang
berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan dinamakan glotis. Glotis
merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah.
Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya
sebagai organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke
atas, penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang
berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam
esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, maka larynx
yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda asing dan sekret
keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Trachea disokong oleh cincin tulang
rawan yang berbentu seperti sepatu 5 inchi. Struktur kuda yang
panjangnya trachea dan bronchus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh
karena itu dinamakan pohon tracheal bronchial. Tempat percabangan trachea
menjadi cabang utama bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan
Karina. Karena banyak mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme
hebat dan batuk, kalau saraf-saraf terangsang. Cabang utama bronchus kanan dan
kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan
lanjutan trachea, yang arahnya hampir vertikal. Baliknya bronchus kiri lebih
panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trachea yang dengan sudut yang
lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama bronchus kanan kalau udara tidak
tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah jalan, maka tidak masuk ke
dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi
segumen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil
yang dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran udara
terkecil yang mengandung alveolus.Semua saluran udara di bawah tingkat
bronchiolus terminalis disbut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas-
gas di luar bronchiolus terminalis. Terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru-paru tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiulus respiratorius yang
kadang-kadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berhasil dari
dinding mereka, puletus alviolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan
saccus alveolus hanya mempunyai satu lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya
lebih kecil dibandingkan dengan tebal garis tengah sel darah merah. Dalam setiap
paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan seluas lapangan
tenis. Tetapi alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang
dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap
pengembangan inspirasi, mencegah kolaps pada alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di dalam
rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh darah paru-
paru dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada
bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Diantara pleura parietal dan pleura
viceral, terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua
permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah
pemisahan thoraks dan paru-paru. Paru-paru mempunyai 2 sumber suplay darah
yaitu :
1. Arteri bronkhialis.
2. Arteri pulmonalis.
E. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka
terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui
sistem limfe dan aliran darah ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks
serebri), dan area paru – paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespon
dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan
banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis melisis (menghancurkan) basil dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi dua sampai
sepuluh minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil
yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang membentuk
dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral
dari masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makropag) menjadi
nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi,
membentuk sekar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan
penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri
kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh
tuberkel yang memecah, membentuk jaringan parut. Paru – paru yang terinfeksi
lebih membengkak mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika
penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang
diperbaharui. Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami
penyakit aktif.
F. Manifestasi Klinis
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis. Pada
individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak
dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun gejala dapat
timbul pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu
setelah terpajan oleh basil.
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis
berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi
paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini
dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada
Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih
sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan
menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c. Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa
sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat
peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh
darah.
d. Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan
proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
e. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada
dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot
pada saat batuk.
f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh
sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g. Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari
proses infeksi.
H. Komplikasi
Menurut (Price & Wilson 2003) kompliki dari TB Paru antara lain :
1. Meningitisas
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Prinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus dan
jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan ekonomi tersebut
dikenal 2 (dua) macam alternatif pengobatan.
a. Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan, obat relatif
murah.
Pengobatan intensif : setiap hari 1 – 3 bulan INH +, Rifampicin +
Streptomicyn dan diteruskan dengan pengobatan intermitten dua kali
seminggu sampai satu tahun : INH + Rifampicin atau Ethambutol.
b. Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan obat relatif
murah.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2. Keluhan: Penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang: Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat- tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan
sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
a. Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
b. Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri.
c. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat dan putus
harapan.
d. Lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat,
ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara kurang, daerah di
dalam rumah lembab, tidak cukup sinar matahari, jumlah anggota keluarga
yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota
keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dibuka
sehingga sinar matahari tidak dapat masuk, ventilasi minim menybabkan
pertukaran udara kurang, sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan
imunisasi.
b. Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering
dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
c. Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
d. Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan karena sesak nafas,
mudah lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas
(nafas pendek).
e. Pola tidur dan istirahat
Sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering berkeringat
pada malam hari.
f. Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, sedangkan
dalam hal daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan
pendengaran) jarang ditemukan adanya gangguan
g. Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan dan
kecemasan akan muncul pada penderita TB paru dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentang pernyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita
menjadi perasaan tak berbedanya dan tak ada harapan
h. Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam hal hubungan dan
peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk menghindari penularan terhadap
anggota keluarga yang lain.
7. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari dan
berkeringat pada malam hari
8. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB
9. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan tidur pada malam hari
Tanda : Pasien meringis, tidur tidak nyenyak
10. Pernapasan
Gejala : Batuk berdarah, Batuk produktif, Sesak nafas, Takipnea
11. Cardiovaskuler
Gejala : Takikardia
(Doengoes, 2000)
12. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat badan
menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam
pernapasan.
b. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas yang
cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani. Bila mengenai
pleura, perkusi memberikan suara pekak.
c. Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas tambahan
berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah.Bila terdapat kavitas
yang cukup besar,auskultasi memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura,
auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali.
d. Palpasi
Badan teraba hangat (demam)
Data Subyektif
1) Pasien mengeluh panas
2) Batuk/batuk berdarah
3) Sesak bernafas
4) Nyeri dada
5) Malaise dan kelelahan
Data Obyektif
1) Ronchi basah, kasar dan nyaring.
2) Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik.
3) Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
4) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
5) Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
6) Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan
sub mandibula
7) Kadang terjadi abses.
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman
tuberkulosis
2. Ketidakefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkosspasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler,
sekret yang kental, edema bronchial.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan
intake nutrisi, dispneu,
5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
8. Kurang pengetahuan tentangkondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan tidak ada yang menerangkan, informasi yang tidak akurat,
terbatasnya pengetahuan/kognitif
9. Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan sesak napas dan
nyeri dada
10. Kecemasan b.d. prognosis penyakit yang belum pasti
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
6. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan proses inflamasi keperawatan selama 1x24 1. Pantau TTV pasien.
aktif. jam diharapkan hipertermi 2. Observasi suhu kulit dan catat 2. Untuk mengetahui peningkatan
dapat diatasi, dengan kriteria keluhan demam suhu tubuh pasien
hasil : 3. Berikan masukan cairan sesuai 3. Untuk menanggulangi terjadinya
1. Pasien melaporkan panas kebutuhan perhari, kecuali ada syok hipovolemik
badannya turun. kontraindikasi
2. Kulit tidak merah. 4. Berikan kompres air biasa/hangat 4. Untuk menurunkan suhu tubuh
3. Suhu dalam rentang
0
normal : 36,5-37,7 C. Kolaborasi
4. Nadi dalam batas normal : 1. Kolaborasi pemberian cairan IV. 1. Untuk menanggulangi terjadinya
60-100 x/menit syok hipovolemik.
5. Tekanan darah dalam batas 2. Kolaborasi pemberian obat 2. Untuk menurunkan suhu tubuh
normal : 120/110-90/70 antipiretik yang bekerja langsung di
mmHg. hipotalamus
6. RR dalam batas normal : 16-
20x/menit.
7. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan tindakan 1. Evaluasi respon pasien terhadap 1. Menetapkan kemampua atau
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam aktivitas. Catat laporan dispnea, kebutuhan pasien memudahkan
ketidak seimbangan pasien diharapkan mampu peningkatan kelemahan atau pemilihan intervensi.
antara suplai dan melakukan aktivitas dalam kelelahan.
kebutuhan oksigen. batas yang ditoleransi dengan
kriteria hasil: 2. Berikan lingkungan tenang dan 2. Menurunkan stress dan
1. Melaporkan atau batasi pengunjung selama fase rangsanagn berlebihan,
menunjukan peningkatan akut sesuai indikasi. meningkatkan istirahat.
toleransi terhadap aktivitas 3. Jelaskan pentingnya istirahat 3. Tirah baring dipertahankan
yang dapat diukur dengan dalam rencana pengobatan dan selama fase akut untuk
adanya dispnea, kelemahan perlunya keseimbangan aktivitas menurunkan kebutuhan metabolic,
berlebihan, dan tanda vital dan istirahat. menghemat energy untuk
dalam rentan normal. penyembuhan.
4. Bantu pasien memilih posisi 4. Pasien mungkin nyaman dengan
nyaman untuk istirahat. kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk ke depan meja atau
bantal.
5. Bantu aktivitas perawatan diri 5. Meminimalkan kelelahan dan
yang diperlukan. Berikan membantu keseimbangan suplai
11. Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada klien dan keluarga 1. Keterlibatan keluargabegitu berarti
edema dan keletihan. keperawatan selama 1 x 24 Jam, perawatan diri yang benar. dalam proses penyembuhan
defisit perawatan diri tidak 2. Berikan perawatan kulit 2. Dengan perawatan kulit dapat
terjadi dengan kriteria hasil: bersihkan dan hilangkan bau badan
1. Klien dan keluarga mampu dan kulit menjadi lembab
menjelaskan kembali
3. Rangsang sirkulasi darah, 3. Memandikan dapat memberikan
perawatan diri yang benar rasa segar pada klien, serta pijatan/
kendorkan otot, buat rasa nyaman
2. 3) Klien mampu melakukan masase selama dimandikan dapat
denagn cara mandikan klien.
perawatan diri secara melancarkan sirkulasi
mandiri 4. Membuat klien terlihat lebih segar
4. Berikan perawatan gigi dan mulut
3. Badan klien bersih, gigi 5. Rawat gigi secara teratut dan benar
5. Berikan perawatan muka
klien bersih,telinga bersih, membersihkan kuman/sisa
kulit lembab, klien dapat makanan yang menyebabkan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 1 & 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta :
FKUI.
Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi
12”. Jakarta : EGC,
OLEH : Kelompok 1 :
Sukmawati Nim : 19193006
Ita Tirtayana Nim : 19193007
Ahmad Nim : 19193018
Nurmala Nim : 19193004
Rahmin Nim : 19193002
Fitri Nim : 19193001
Tasyrif Zul Amar Nim : 19193003
A. Wahyuni Nim : 19193008
PEMBIMBING
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.........................................) (.........................................)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
No. RM : 37 69 25
Tanggal : 16 September 2019
Ruangan : Ruangan Baji Ati / 402
I. DATA UMUM
1. Identitas klien
Nama : Ny “R”
Umur : 46 Tahun
Tempat/Tanggal lahir: 29 Oktober 1976
Jenis Kelamin :P
Status perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Makassar
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Lama Bekerja : Tidak Terkaji
Alamat : Jln.Mentimun Lr. No 51
No. Telp : 085299842533
Tanggal Masuk RS :16 September 2019
Ruangan : Baji Ati
Golongan Darah : Tidak Terkaji
Sumber info : Pasien dan keluarga
2. Penanggung jawab/pengantar
Nama : Tn “A”
Umur : 49 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Jln.Mentimun Lr. No 51
No. Telp :
gigi kotor dan jarang sikat gigi, kuku kotor dan tidak pernah memotong
kuku.
Dan hasil pemeriksaan yang didapatkan : Albumin : 1.73 g/dl, Hb : 11.39
d/dl Tb : 156 cm, BB : 45 Kg, IMT : 18.5 Kg, Lila : 21 cm Td : 130/90
mmhg, N : 98 x/i , P : 28 x/S : 36.60C dan GCS : 15
Provocative/Palliative : Batuk terus - menerus
Quality : Seperti tertusuk – tusuk
Region : Pada bagian dada
Scale : Skala nyeri 6
Timing : Nyeri dirasakan selama ± 3-5 menit, dan hilang
timbul
? ?
Keterangan Simbol:
: Laki-Laki : Klien
: Perempuan : Garis Perkawinan
X : Sudah Meninggal : Serumah
? : Umur tidak diketahui
Keterangan Genogram :
G1 : Ayah dari bapak klien sudah meninggal karena penyakit, Ca. Prostat, dan ibu
dari bapak klien sudah meninggal karena penyakit Demam Typoid
Ayah dari ibu klien sudah meninggal dunia karena penyakit asma, sedangkan
ibu dari ibu klien sudah meninggal karena penyakit hipertensi.
G2 : Ayah klien merupakan anak ke dua dari enam orang bersaudara, semua saudara
laki lakinya sudah meninggal dunia, dan tidak diketahui penyebabnya.
Ibu klien merupakan anak ke lima dari lima orang bersaudara, saudara pertama,
kedua dan ke empat sudah meninggal dunia dan tidak diketahui penyebabnya.
G3 : Klien merupakan anak ke dua dari lima orang bersaudara, dan semua saudara
masih hidup.
V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
2) Cairan
4) Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1) Jam tidur
a. Siang Pukul 13:00 Tidak menentu
b. Malam Pukul 22:00 Tidak menetu
2) Pola tidur Teratur / ± 8-10 jam / Tidak Teratur / ± 5-6 jam/24 j
24j
3) Kebiasaan sebelum Sebelum tidur klien Tidak ada
tidur selalu menontn tv dan
berkumpul bersama
keluarga
4) Kesulitan tidur Tidak ada kesulitan Klien tidak dapat tidur dengan
tidur nyanyak dan sering terbangun
pada malam hari karena batuk
5) Olah Raga
6) Personal Hygiene
Suhu : 36.6 oC
2. Pengkajian (Review Of Body System)
a. Sistem Respirasi
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan bersih, terdapat pernapasan
cuping hidung,menggunakan alat bantu pernapasan (O2)
4 liter. Tidak ada luka pengembangan dada kanan dan
kiri sama. RR : 28x/i, dan dispneu. Batuk darah dan
sulit mengeluarkan dahak.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, vokal fremitus menurun
pada ke dua paru. Tidak ada massa, tidak ada krepitasi.
Perkusi : Suara hipersonor pada seluruh lapang paru sinistra.
Auaskultasi : Suara napas bronkopneu dan terdapat ronchi.
b. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Bentuk dada sinestris kiri dan kanan,tidak terdapat
pembesaran \ benjolan,dan incus cordis terlihat pada
space V.
Palpasi : Tidak terdapat adanya nyer tekan, tidak ada krepitasi,
dan ictus cordis teraba. N : 89 x/i, CRT : < 2 detik
Perkusi : Pekak, batas jantung tidak ada pembesaran.
Askultasi : Bunyi jantung S1, S2 LUP DUP, reguler, tunggal, dan
tidak terdapat adanya suara tambahan.
c. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Bersih, tdak ada luka, abdomen terlhat membesar, merah
pada bagan abdomen.
Palpasi : Terdapat dstensi pada bagian abdomen, terdapat nyeri
tekan, pada regio hypocardium dan iliaca dextra dan
sinistra.
Perkusi : Terdengar suara tympani
Auskultasi : Bising usus 18x/i
d. Sistem Urinaria
Inspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan tidak
ada penumpukan cairan di bagian abdomen dan tidak
terdapat jaringan parut
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di bagian ginjal, ginjal tidak teraba
membesar, dan bledder teraba kosong
e. Sistem Reproduksi
Tidak terkaji
f. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi :
1. Ekstremitas Atas : Tangan kanan terpasang Nacl 0,9 %, 25 tpm, tidak
terdapat adanya luka dan terdapat udem pada kedua
tangan.
2. Ektremitas Bawah : Tidak Terdapat adanya luka pada kaki kiri dan kanan ,
terdapat udem pada kedua kaki.
Kemampuan fungsi untuk semua ekstremitas
3 3
2 2
- Kekuatan otot pada tangan kanan dan kiri berada pada skala 3, artinya
klien hanya mampu menahan gaya gravitasi dengan sokongan.
- Kekuatan otot pada kaki kanan dan kiri berada pada skala 2, artinya
gerakan otot lemah, tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakan
pasif).
g. Neurologi
Nervus 1 : Klien dapat mencium bau-bauan
Nervus II : Klien dapat melihat pada jarak 2 meter
Nervus III : Klien dapat menggerakkan bola mata kesamping dan keatas
Nervus IV : Klien dapat menggerakkan bola ke atas dan kebawah
Nervus V : Klien dapat mengunyah makanan dengan baik
Nervus VI : Klien dapat menggerakkan bola mata ke samping
Nervus VII : Klien dapat membedakan rasa manis dan asing
Nervus VIII : Fungsi pendengaran klien baik
Nervus IX : Klien dapat menelan makanan dengan baik
Palpasi :
1. Vokal fremitus menurun pada ke dua paru.
Perkusi :
1. Suara hypersonor pada seluruh lapang paru
Aukultasi :
1. Suara napas bronkopneu
2. Terdengar ronchi
3. Pemeriksaan Diagnostik
Nama : Ny “ R” Tanggal pemeriksaan : 17 -09 - 2019
Umur : 46 Tahun Diagnosa : Tb. Paru
HASIL TES DARAH RUTIN
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 11 4.0-10.0 103 / µl
RBC 4.15 Lk : 4.5 – 5.5, P : 4.0 – 5.0 103 / µl
HGB 11.3 Lk : 14 – 18, P : 12 – 16 g / dl
HCT 33.4 Lk : 40-50, P : 37 – 45 %
MCV 30.4 80 – 90 Fl
MCH 27.2 27 – 31 Pg
MCHC 33.8 32 – 37 g / dl
PLT 132 150 – 400 106 / µl
LYM% ---- 0.5 – 1.5 %
Asam Laktat 0 – 20 Mg / dl
4) Vip albumin 20 %
5) Ifalmin 2 – 2 - 2
6) Moxi 400 Mg
7) A Cetat system 2 x 1
8) Lusix prundilansi 1 g / IV
9) Premanic 1 – 0 – 0
10) Tracetat 2 x 1
11) Cerneat 1 Amp / 24 jam/ drips
12) Adona 1 Amp / 24 jam / drips
13) Cetorolac 1 Amp / 24 jam / IV
14) OAT kategoi 1 (Rifampicin , Ethambutol, Streptomicyn atau Pirazinamid)
PENYIMPANGAN KDM
Mycobacterium Tuberculosis
Saluran Pernafasan
Sekret sulit dikeluarkan Lesi pada organ lain Penyebaran bakteri secara limfahematogen
Udem
Nekrosis kaseosa
Nyeri
KLASIFIKASI DATA
- Lila : 21 cm
38. Hb :11.3 g /dl
39. TTV
- Td : 130/90 mmhg
- N : 98 x/i
- P : 28 x/
- S : 36.60C
ANALISA DATA
Nyeri
4. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan cemas
dengan penyakitnya Air Bone / Inhlasi Droplet
2. Klien mengatakan lemas
seluruh badan Saluran Pernafasan
3. Klien mengatakan susah
untuk tidur karena Menetap di jaringan paru
memikirkan penyakitnya.
DO : Tumbuh Dan Berkembang Cemas / Ansietas
1. Klien terlihat gelisah
2. Klien terlihat sulit untuk Dalam Sitoplasma Dan
Makrofag
tidur
3. Klien selalu menanyakan
tentang penyakitnya.
Peradangan Saluran Geatah
4. Mukosa bibir klien terlihat Bening
pucat
5. TTV :
Komplek Primer
Td :130/90 mmhg
Hemaptoe
Repon Psikologis
Cemas / Ansietas
5. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan tidak
dapat tidur dengan nyenyak Air Bone / Inhlasi Droplet
2. Klien mengatakan sering
terbangun pada malam hari Saluran Pernafasan Atas
karena batuk.
3. Klien mengatakan jam Bakteri Tertahan Di Bronkus
tidurnya ± 5-6 jam / 24 jam Gangguan Pola
Istirahat Tidur
DO: Peradangan Bronkus
1. Klien terlihat lemas
2. Konjungtiva mata terlihat Penumpukan Sekret
anemis
3. Kantong mata klien bagian Tdak Efektif
bawah terlihat hitam
4. Klien terlihat sering Batuk Terus – Menerus
terbangun pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl Gangguan Pola Istirahat
Tidur
6. TTV
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
6. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan sulit untuk
DIAGNOSA KEPERAWATAN
dua paru.
8. Terdengar suara rochi
9. Dipsneu, nafas bronkopneu
10. TTV :
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
2. Nyeri akut b.d batuk terus- menerus. Setelah dlakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri secara 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
Dindai dengan : keperawatan selama 3 x 24 kompherensif
DS: jam, diharapkan nyeri dapat 2. Berikan posisi semifowler 2. Dapat mengurangi nyeri dan
1. Klien mengatakan dada terasa berkurang atau terkontrol memberikan rasa nyaman.
sakit jika batuk . Dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan teknik relaksasi 3. Dapat mengurangi rasa nyeri
1. Menyetakan nyeri 4. Kalaborasi dengan tim 4. Untuk membantu mempercepat
DO : berkurang / terkontrol medis pemberian obat anti untuk menghilangkan rasa
1. Klien terlihat meringis menahan sakit 2. Klien tampak rileks nyeri nyeri.
2. P : Batuk terus – menerus 5. Pantau TTV 5. Untuk mengetahui keadaan
Q : Seperti tertusuk – tusuk umum klien
R : Pada bagian dada
S :Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan selama ±
3-5 menit, dan hilang timbul
3. TTV
Td : 130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
3. Intoleransi aktivitas b.d adanya udem Setelah dilakukan tindakan 1. Dekatkan benda – benda 1. Klien dapat dengan mudah,
pada ke dua kaki. Dindai dengan : asuhan keperawatan selama 3 yang dibutuhkan klien mengambil benda yang di
DS: x 24 jam, klien diharapkan butuhkan klien.
1. Klien mengatakan sulit mampu melakukan aktivitas 2. Bantu aktivitas klien 2. Dapat meringankan aktivitas
beraktivitas yang dapat ditoleransi . yang tidak bisa di lakukan.
2. Klien mengatakan aktivitas di Dengan kriteria hasil : 3. Libatkan keluarga dalam 3. Keluarga dapat membantu
bantu keluarga 1. Melaporkan peningkatan proses penyebuhan kebutuhan yang tidak bisa di
3. Klien mengatakan ke dua kakinya toleransi terhadap lakukan klien.
bengkak. aktivitas yang dapat di 4. Ciptakan lingkungan yang 4. Lingkungan yang terapeutik
DO : ukur dengan adanya terapeutik dapat mempercepat proses
1. Klien terlihat lemah dispneu, kelemahan penyembuhan.
2. Terlihat udem pada ke dua kaki berlebihan 5. Pantau TTV 5. Untuk mengetahui keadaan
3. Klen terlihat sulit beraktivitas 2. TTV dalam rentan umum klien.
4. ADL klien dibantu keluarga normal.
5. Kekuatan otot 3/3/2/2
6. Pergerakan klien lemah dan tidak
bebas
7. Hasil lab :
- Albumin : 1.73 g/dl
- Hb : 11.3 g/dl
8. TTV
Td : 130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S : 36.60C
4. Ansietas b.d keadaan penyakit yang Setelah dilakukan tindakan sel 1. Pantau tingkat kecemasan 1. Faktor ini mempengaruhi
dalami. Dindai dengan : ama 3 x 24 jam, diharapkan persepsi klien terhadap ancaman
kecemasan dir, potensial, siklus anxieta.
5-6 jam / 24 jam penyebab tidur yang tidak klien untuk tidur.
DO: adekuat. 5. Pantau TTV 5. Untuk mengetahui keadaan
1. Klien terlihat lemas 3. Tanda – tanda kurang umum klien
2. Konjungtiva mata terlihat anemis tidur tidak ada.
3. Kantong mata klien bagaian
bawah terlihat hitam
4. Klien terlihat sering terbangun
pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl
6. TTV
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
6. Defisit perawatan diri b.d edema dan Setelah dilakukan tindakan 8. Jelaskan pada klien dan 8. Keterlibatan keluargabegitu
keletihan. Ditandai dengan : keperawatan selama 1 x 24 keluarga perawatan diri yang berarti dalam proses
DS : Jam, defisit perawatan diri benar. penyembuhan
1. Klien mengatakan sulit untuk tidak terjadi dengan kriteria 9. Berikan perawatan kulit 9. Dengan perawatan kulit dapat
beraktivitas dan kedua kakinya hasil: bersihkan dan hilangkan bau
bengkak 4. Klien dan keluarga mampu badan dan kulit menjadi lembab
2. Klien mengatakan selama di menjelaskan kembali 10. Rangsang sirkulasi darah, 10. Memandikan dapat memberikan
rumah sakit klien hanya di lap perawatan diri yang benar kendorkan otot, buat rasa rasa segar pada klien, serta
basah menggunakan waslap. 5. 3) Klien mampu nyaman denagn cara pijatan/ masase selama
3. Klien mengatakan selama di melakukan perawatan diri mandikan klien. dimandikan dapat melancarkan
Rumah sakit klien jarang secara mandiri sirkulasi
membersihkan dan merawat 6. Badan klien bersih, gigi 11. Berikan perawatan gigi dan 11. Membuat klien terlihat lebih
dirinya. klien bersih,telinga bersih, mulut segar
kulit lembab, klien dapat 12. Berikan perawatan muka 12. Rawat gigi secara teratut dan
D0 :
1. Klien terlihat lemas
2. Mukosa bibir klien pucat / kering
3. Porsi makan tidak dihabiskan
4. Konjungtiva mata anemis
5. Kuku klien mudah patah
6. Atropometri
- Tb : 156 cm
- BB : 45 Kg
- IMT : 18.5 Kg
- Lila : 21 cm
7. Biokimia
- Albumin : 1.73 g/dl
- Hb : 11.39 d/dl
8. TTV :
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
lingkungan yang nyaman. yang nyaman dan klien lebuh masih terlihat hitam
mudah dan merasa nyaman 4. Klien masih terlihat sering terbangun
untuk istirahat. pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl
06:00 5. Memantau TTV 6. TTV
- Td : 130 / 90 mmhg Td :120/80 mmhg
N : 89 x/ m N : 84/i
P : 28 x / i P : 28 x/i
0
S : 36.6 C S :36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Gangguan pola istirahat tidur
P : Lanjutkan intervensi no 3,4 dan 5
6. VII. 21:09 1. Catat status nutrisi klien - Bb: 45 kg S:
- Tb: 156 cm 1. Klien mengatakan masih lemas seluruh
- IMT : 18.5 kg badan
- Lila : 21 cm 2. Klien mengatakan masih malas makan
22:00 2. Monitor intake dan output - Intake Nutrisi 3. Klien mengatakan porsi makannya
- Jenis : Bubur, ikan, buah,dan masih tidak di habiskan (2 sendok teh)
sayur O:
- Frekuensi : 3x 1 1. Klien terlihat masih lemas
- Porsi : Tidak habis (2 sendok 2. Mukosa bibir klien masih pucat / kering
teh). 3. Porsi makan tidak dihabiskan
- Intake Cairan 4. Konjungtiva mata masih anemis
Oral ± 1.200 cc /hari 5. Atropometri
Infus ± 000 cc / hari - Tb : 156 cm
- Output - BB : 45 Kg
1500 cc / 24 jam - IMT : 18.5 Kg
22:10 3. Mencatat adanya anorexia, mual - Tidak ada reaksi mual dan - Lila : 21 cm
P : 26 x / i 7. Dipsneu
07 :00 S : 36.4 0C 8. TTV :
7. Melakukan kalaborasi dengan - Telah diberikan tehrapy Td :120/80 mmhg
tim medis pemberian therapy nebulizer combiven 1Amp / 12 N : 84/i
nebulizer jam P : 26 x/i
S :36.40C
A : Masalah belum terasi
- Bersihan jalan nafas tidak efektif.
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4 5, 6 7
8 II. 21 :36 1. Mengkaji tingkat nyeri secara - P: Batuk terus – menerus S:
kompherensif Q: Seperti tertusuk – tusuk 1. Klien mengatakan nyeri pada bagian
R: Pada bagian dada dada sudah mulai berkurang pada saat
S: Skala nyeri 5 batuk
T: Nyeri dirasakan selama ± O:
3 - 5 menit, hilang timbul 1. Klien terlihat meringis menahan sakit
21:00 2. Memberikan posisi semifowler - Telah diberkan posisi 2. P : Batuk terus – menerus
semifowler dan klien terlihat Q : Seperti tertusuk – tusuk
lebih rileks dan merasa lebih R : Pada bagian dada
nyaman. S :Skala nyeri 4
21:25 3. Menganjurkan teknik relaksasi - Telah diberikan teknik T: Nyeri dirasakan selama ±
relaksasi nafas dalam dan klien 3-5 menit, dan hilang timbul
mengikuti anjuran.
06 :30 4. Melakukan kalaborasi dengan - Therapy obat yang di berikan 3. TTV
tim medis pemberian obat anti adalah cetorolac 1 Amp / 24 Td :120/80 mmhg
nyeri jam / IV N : 84/i
06:00 5. Memantau TTV P : 28 x/i
- Td : 120 / 80 mmhg S :36.40C
N : 84 x/ i A : Masalah belum teratasi
P : 26 x / i - Nyeri akut
S : 36.4 0C P : Lanjutkan intervensi 1,2, 3 , 4 dan 5
22 :34 2. Menciptakan suasana dan terlihat lebih rileks. tidur dengan nyenyak
lingkungan yang nyaman. - Telah diberikan lingkungan 2. Klien masih sering sering terbangun
yang nyaman dan klien lebuh pada malam hari karena batuk.
mudah dan merasa nyaman O:
06:00 3. Memantau TTV untuk istirahat. 1. Klien masih terlihat lemas
- Td : 120 / 80 mmhg 2. Konjungtiva mata masih terlihat anemis
N : 84 x/ i 3. Kantong mata klien bagaian bawah
P : 26 x / i masih terlihat hitam
0
S : 36.4 C 4. Klien masih terlihat sering terbangun
pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl
6. TTV
Td :120/80 mmhg
N : 84/i
P : 26 x/i
S :36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Gangguan pola istirahat tidur
P : Lanjutkan intervensi no 3,4 dan 5
11. VI.
07 :00 1. Menjelaskan pada klien dan - Telah diberikan edukasi S :
keluarga perawatan diri yang kepada klien dan keluarga 1. Klien mengatakan badan terasa segar
benar. tentang perawatan diri yang setelah dilakukan perawatan diri.
benar, keluarga dan klen .
mengerti terkait edukasi yang O :
nyaman. N : 82/i
10:34 3. Menganjurkan teknik relaksasi - Telah diberikan teknik P : 26 x/i
relaksasi nafas dalam dan klien S : 36.40C
mengikuti anjuran. A : Masalah teratasi
08:00 4. Melakukan kalaborasi dengan - Therapy obat yang di berikan - Nyeri akut
tim medis pemberian obat anti adalah cetorolac 1 Amp / 24 P : Pertahankan intervensi
nyeri jam / IV
12:00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg
N : 82 x/ i
P : 24 x / i
S : 36.4 0C
15 III 09:13 1. Mendekatkan alat – alat yang - Benda – benda yang di S :
dibutuhkan klien. butuhkan klien didekatkan 1. Klien mengatakan masih sulit
seperti gelas minum, tisu dan beraktivitas
lain-lain, dan klien lebih mudah 2. Klien mengatakan aktivitas masih di
menjangkaunya. bantu keluarga
3. Klien mengatakan ke dua kakinya masih
10:13 2. Membantu aktivitas klien - Aktivitas yang dibantu adalah bengkak.
membantu kien untuk makan. O:
10:45 3. Melibatkan keluarga dalam - Keluarga bersedia dan selalu 1. Klien mash terlihat lemah
proses penyebuhan membantu dalam memenuhi 2. Masih udem pada ke dua kaki
ADL klien. 3. Klien masih terlihat sulit beraktivitas
12 :30 4. Menciptakan lingkungan yang - Telah diciptakan lingkungan 4. ADL klien masih dibantu keluarga
terapeutik yang bersih dan tidak bising, 5. Kekuatan otot 3/3/2/2
sehingga klien lerlihat lebih 6. Pergerakan klien masih lemah dan tidak
nyaman dan istirahat dengan bebas
nyaman. 7. TTV
12 :00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg Td :120/80 mmhg
N : 82 x/ i N : 84/i
P : 24 x / i P : 24 x/i
S : 36.4 0C S : 36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Intoleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
16. V 12:35 1. Menganjurkan klien untuk - Telah diberkikan teknik S:
relaksasi pada waktu akan tidur relaksasi nafas dalam dan klien 1. Klien mengatakan sudah bisa masih
terlihat lebih rileks. dengan nyenyak dan jarang terbangun
12 :30 2. Menciptakan suasana dan - Telah diberikan lingkungan lagi pada malam har akrena batuk.
lingkungan yang nyaman. yang nyaman dan klien lebuh O:
mudah dan merasa nyaman 1. Keadaan umum klien mulai membaik m
untuk istirahat. 2. Kantong mata klien bagian bawah sudah
12:00
3. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg tidak hitam.
N : 82 x/ i 3. Klien sudah tidak terbangun lagi pada
P : 24 x / i malam hari.
S : 36.4 0C 4. TTV
Td :120/80 mmhg
N : 32/i
P : 24 x/i
S :36.40C
A : Masalah teratasi
- Gangguan pola istirahat tidur
P : Pertahanka intervensi.
17. VII. 08:07 1. Catat status nutrisi klien - Bb: 45 kg S:
- Tb: 156 cm 1. Klien mengatakan masih lemas seluruh
- IMT : 18.5 kg badan
nyaman dan istirahat dengan 6. Pergerakan klien masih lemah dan tidak
nyaman. bebas
12 :00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 90 mmhg 7. TTV
N : 82 x/ i Td : 120/920 mmhg
P : 22 x / i N : 82 / i
S : 36.4 0C P : 24 x/i
S : 36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Intoleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
20. VII 08:07 1. Catat status nutrisi klien - Bb: 45 kg S:
- Tb : 156 cm 1. Klien mengatakan masih lemas seluruh
- IMT : 18.5 kg badan
- Lila : 21 cm 2. Klien mengatakan masih malas makan
3. Klien mengatakan porsi makannya
09:35 2. Monitor intake dan output - Intake Nutrisi masih tidak di habiskan (2 sendok teh)
- Jenis : Bubur, ikan, buah,dan O:
sayur 1. Klien terlihat masih lemas
- Frekuensi : 3x 1 2. Mukosa bibir klien masih pucat / kering
- Porsi : tidak habis 2 sendok 3. Porsi makan tidak dihabiskan
- Intake Cairan 4. Konjungtiva mata masih anemis
Oral ± 1.500 cc /hari 5. Atropometri
Infus ± 1000 cc / hari - Tb : 156 cm
- Output - BB : 45 Kg
1350 cc / 24 jam - IMT : 18.5 Kg
- Lila : 21 cm
11:00 3. Mencatat adanya anorexia, mual - Tidak ada reaksi mual dan 6. Hb : 11.39 d/dl
dan mutah muntah 7. TTV :
09 :12 4. Menganjurkan klien makan - Klien mengkuti intruksi dan Td :120/90 mmhg
sedkit – sedikit tapi sering makan sedikit – sedikit tapi N : 82 / i
12 :00 5. Memantau TTV sering. P : 22 x / i
- Td : 120 / 90 mmhg S :36.40C
N : 82 x/ i A : Masalah belum teratasi
P : 22 x / i - Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
S : 36.4 0C P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4, dan 5
21 I& 10 :00 Semua implementasi di hentikan Klien pulang Keadaan klien membaik
VII