Anda di halaman 1dari 88

1

SEMINAR KASUS KMB

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny ” R”


DENGAN TB PARUAKTIF DI RUANG PERAWATAN BAJI ATI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH : Kelompok 1 :
Sukmawati Nim : 19193006
Ita Tirtayana Nim : 19193007
Ahmad Nim : 19193018
Nurmala Nim : 19193004
Rahmin Nim : 19193002
Fitri Nim : 19193001
Tasyrif Zul Amar Nim : 19193003
A. Wahyuni Nim : 19193008

PEMBIMBING

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.........................................) (.........................................)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK
2019-2020

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
1

BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS
A. Pengertian
Menurut (Nurari dan Kusuma, 2015) tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik
tahan asam, yang ditularkan melalui udara (airbone). Menurut (Imran Somantri,
2007) tuberkulosis paru – paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru – paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit
ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan
nodus linfe.
Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain
infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan
ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di
bronkiolus atau alveolus, kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna,
melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui
lesi kulit.
Menurut (Crofton, John. 2002) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa
kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu
basil tahan asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan mikobakterium
altipis misalnya M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.
Menurut (Price, S., & Wilson. 2003) tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
2

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga
dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam
mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali
paru-paru terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru
dilindungi oleh membran halus dan licin yang disebut pleura yang juga meluas
untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma,
sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat
ruang yang disebut spasium pleura yang mengandung sejumlah kecil cairan yang
melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas
selama ventilasi.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan
bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap
lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang
merupakan perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-
divisi bronkus. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada
paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru
kanan dan delapan pada paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi
menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki arteri, limfotik dan syaraf. Bronkus subsegmental membantu
percabangan menjadi bronkiolus.
Bronkiolus membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas.
Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia
dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru
menuju laring. Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi saluran transisional antara kalan udara konduksi dan jalan udara

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
3

pertukaran gas. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus


alveolus dan jakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi di dalam alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar,
yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II adalah
sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli
tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan
benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme pertahanan
yang penting (Smeltzer, 2013).
C. Klasifikasi
1. Pembagian secara patologis :
a. Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).
b. Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).
2. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Tuberkulosis Paru BTA positif.
b. Tuberkulosis Paru BTA negative
3. Pembagian secara aktifitas radiologis :
a. Tuberkulosis paru (Koch pulmonal) aktif.
b. Tuberkulosis non aktif .
c. Tuberkulosis quiesent (batuk aktif yang mulai sembuh)
4. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
a. Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas
pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu
lobus paru.
b. Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter
tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian
satu paru.
c. For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang
melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
4

5. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic


Society memberikan klasifikasi baru:
a. Kategori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
tidak pernah, tes tuberculin negatif.
b. Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi,
disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
c. Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.
d. Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.
6. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :
a. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus
baru dengan batuk TB berat.
b. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan
sputum BTA positf.
c. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru
yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam
kategori I.
d. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
D. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1 – 4 mm dengan tebal 0,3 – 0,6 mm. Sebagian besar komponen
M. Tuberkulosis adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini
adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,
M. Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru – paru yang kandungan
oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit
tuberkulosis.
Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronchiolus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka dari itu; disaring,
dihangatkan, dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet.
Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblek dan
kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
5

rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior
di dalam rongga hidung, dan ke superior dalam sistem pernapasan bagian bawah
menuju ke faring. Dari sinilah lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar.
Air untuk kelembaban diberikan untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang
disuplay ke udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan
pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedimikian rupa sehingga
bila udara mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan
kelembabannya mencapai 100%. Udara mengalir dari faring menuju laring atau
kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan
untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang
berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan dinamakan glotis. Glotis
merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah.
Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya
sebagai organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke
atas, penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang
berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam
esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis, maka larynx
yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda asing dan sekret
keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Trachea disokong oleh cincin tulang
rawan yang berbentu seperti sepatu  5 inchi. Struktur kuda yang
panjangnya  trachea dan bronchus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh
karena itu dinamakan pohon tracheal bronchial. Tempat percabangan trachea
menjadi cabang utama bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan
Karina. Karena banyak mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme
hebat dan batuk, kalau saraf-saraf terangsang. Cabang utama bronchus kanan dan
kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan
lanjutan trachea, yang arahnya hampir vertikal. Baliknya bronchus kiri lebih
panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trachea yang dengan sudut yang
lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama bronchus kanan kalau udara tidak

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
6

tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah jalan, maka tidak masuk ke
dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi
segumen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil
yang dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran udara
terkecil yang mengandung alveolus.Semua saluran udara di bawah tingkat
bronchiolus terminalis disbut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas-
gas di luar bronchiolus terminalis. Terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru-paru tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiulus respiratorius yang
kadang-kadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli yang berhasil dari
dinding mereka, puletus alviolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan
saccus alveolus hanya mempunyai satu lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya
lebih kecil dibandingkan dengan tebal garis tengah sel darah merah. Dalam setiap
paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan seluas lapangan
tenis. Tetapi alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang
dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap
pengembangan inspirasi, mencegah kolaps pada alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di dalam
rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh darah paru-
paru dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada
bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Diantara pleura parietal dan pleura
viceral, terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua
permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah
pemisahan thoraks dan paru-paru. Paru-paru mempunyai 2 sumber suplay darah
yaitu :
1. Arteri bronkhialis.
2. Arteri pulmonalis.
E. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka
terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui
sistem limfe dan aliran darah ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
7

serebri), dan area paru – paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespon
dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan
banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis melisis (menghancurkan) basil dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi dua sampai
sepuluh minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil
yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang membentuk
dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral
dari masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makropag) menjadi
nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi,
membentuk sekar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan
penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri
kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh
tuberkel yang memecah, membentuk jaringan parut. Paru – paru yang terinfeksi
lebih membengkak mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika
penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang
diperbaharui. Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami
penyakit aktif.
F. Manifestasi Klinis
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis. Pada
individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak
dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun gejala dapat
timbul pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu
setelah terpajan oleh basil.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
8

Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis
berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi
paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini
dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada
Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih
sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan
menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c. Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa
sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat
peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh
darah.
d. Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan
proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
e. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada
dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot
pada saat batuk.
f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh
sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g. Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari
proses infeksi.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
9

h. Penurunan Berat Badan


Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan
dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
i. Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
j. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis
paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
Gambaran klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu  :
1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorakx, anemia dan
lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala Sistemik, meliputi :
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
10

b. Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
d. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
e. Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
f. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
g. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio
udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
2. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
11

H. Komplikasi
Menurut (Price & Wilson 2003) kompliki dari TB Paru antara lain :
1. Meningitisas
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Prinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus dan
jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan ekonomi tersebut
dikenal 2 (dua) macam alternatif pengobatan.
a. Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan, obat relatif
murah.
 Pengobatan intensif : setiap hari 1 – 3 bulan INH +, Rifampicin +
Streptomicyn dan diteruskan dengan pengobatan intermitten dua kali
seminggu sampai satu tahun : INH + Rifampicin atau Ethambutol.
b. Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan obat relatif
murah.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
12

 Pengobtan intensif: tiap hari selama 1 – 2 bulan INH + Rifampicin +


Streptomicyn atau Pirazinamid, dan diteruskan dengan pengobatan
intermitten 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan : INH + Rifampicin
atau Ethambutol atau Streptomycin.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
13

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2. Keluhan: Penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang: Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat- tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan
sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
a. Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
b. Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri.
c. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat dan putus
harapan.
d. Lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat,
ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara kurang, daerah di
dalam rumah lembab, tidak cukup sinar matahari, jumlah anggota keluarga
yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota
keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dibuka
sehingga sinar matahari tidak dapat masuk, ventilasi minim menybabkan
pertukaran udara kurang, sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan
imunisasi.
b. Pola nutrisi - metabolik.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
14

Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering
dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
c. Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
d. Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan karena sesak nafas,
mudah lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas
(nafas pendek).
e. Pola tidur dan istirahat
Sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering berkeringat
pada malam hari.
f. Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, sedangkan
dalam hal daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan
pendengaran) jarang ditemukan adanya gangguan
g. Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan dan
kecemasan akan muncul pada penderita TB paru dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentang pernyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita
menjadi perasaan tak berbedanya dan tak ada harapan
h. Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam hal hubungan dan
peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk menghindari penularan terhadap
anggota keluarga yang lain.
7. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari dan
berkeringat pada malam hari
8. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
15

9. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan tidur pada malam hari
Tanda : Pasien meringis, tidur tidak nyenyak
10. Pernapasan
Gejala : Batuk berdarah, Batuk produktif, Sesak nafas, Takipnea
11. Cardiovaskuler
Gejala : Takikardia
(Doengoes, 2000)
12. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat badan
menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam
pernapasan.
b. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas yang
cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani. Bila mengenai
pleura, perkusi memberikan suara pekak.
c. Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas tambahan
berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah.Bila terdapat kavitas
yang cukup besar,auskultasi memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura,
auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali.
d. Palpasi
Badan teraba hangat (demam)
Data Subyektif
1) Pasien mengeluh panas
2) Batuk/batuk berdarah
3) Sesak bernafas
4) Nyeri dada
5) Malaise dan kelelahan

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
16

Data Obyektif
1) Ronchi basah, kasar dan nyaring.
2) Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik.
3) Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
4) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
5) Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
6) Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan
sub mandibula
7) Kadang terjadi abses.
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman
tuberkulosis
2. Ketidakefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkosspasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler,
sekret yang kental, edema bronchial.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan
intake nutrisi, dispneu,
5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
8. Kurang pengetahuan tentangkondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan tidak ada yang menerangkan, informasi yang tidak akurat,
terbatasnya pengetahuan/kognitif
9. Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan sesak napas dan
nyeri dada
10. Kecemasan b.d. prognosis penyakit yang belum pasti

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari


Makassar
17

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Resiko tinggi Setelah dilakukan dilakukan 1. Kaji patologi penyakit dan 1. Untuk Membantu pasien
penyebaran infeksi tindakan keperawatan dalam potensial penyebaran infeksi menyadari/ menerima perlunya
berhubungan dengan waktu 3x 24 jam dharapakan melalui droplet udara selama batuk, mematuhi program pengobatan
adanya infeksi kuman Tidak terjadi penyebaran bersin,meludah, bicara, tertawa untuk mencegah pengaktifan
tuberkulosis. infeksi dengan kriteria hasil: ataupun menyanyi. berulang.
1. Klien mengidentifikasi
interfensi untuk 2. Identifikasi orang lain yang 2. Orang-orang yang terpajan ini
mencegah resiko beresiko, contoh anggota rumah, perlu program terapi obat
penyebaran infeksi sahabat karib, dan tetangga. untuk mencegah penyebaran/
2. Klien menunjukkan teknik terjadinya infeksi.
untuk melakukan 3. Anjurkan pasien untuk batuk/ 3. Perilaku yang diperlukan untuk
perubahan pola hidup bersin dan mengeluarkan dahak melakukan pencegahan
dalam melakkan pada tisu, menghindari meludah penyebaran infeksi.
lingkungan yang nyaman sembarangan, kaji pembuangan tisu
3. TB yang diderita klien sekali pakai dan teknik mencuci
berkurang/ tangan yang tepat. Dorong untuk
sembuhIntervensi mengulangi demonstrasi.
4. Kaji tindakan kontrol infeksi 4. Dapat membantu menurunkan
sementara, contoh masker/ isolasi rasa terisolasi pasien an
pernafasan. membuang stigma sosial
sehubungandengan penyakit
menular.
5. Observasi TTV (suhu tubuh). 5. Untuk mengetahui keadaan umum
klien karena reaksi demam

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


18

indikator adanya infeksi lanjut.


6. Identifikasi faktor resiko individu 6. Pengetahuan tentang faktor ini
terhadap pengaktifan berulang membantu pasien untuk mengubah
tuberkolusis, contoh tahanan bawah pola hidup dan
gunakan obat penekan imun adanya menghindarimenurunkan insiden
dibetes militus, kanker, kalium. eksaserbasi.
7. Tekankan pentingnya tidak 7. Periode singkat berakhir 2-3 hari
menghentikan terapi obat. setelah kemoterapi awal, tetapi
pada adanya rongga/ penyakitluas
sedang, resiko penyebaran infeksi
dapat berlanjut sampai 3 bulan.
8. Dorong memilih/ mencerna 8. Adanya anoreksia dan malnutrisi
makanan seimbang, berikan sebelumnya merendahkan tahanan
sering makanan kecil dan makanan terhadap proses infeksi dan
besardalam jumlah yang tepat. mengganggu penyembuhan.

9. Kolaborasi dengan dokter tentang 9. Untuk mempercepat penyembuhan


pengobatan dan terapi. infeksi.
2. Ketidakefektif bersihan Setelah dilakukan dilakukan Mandiri
jalan napas berhubungan tindakan keperawatan dalam 1. Auskultasi suara nafas, perhatikan 1. Untuk mengidentifikasi kelainan
waktu 3x 24 jam dharapakan bunyi nafas abnormal. pernafasan berhubungan dengan
dengan bronkosspasme
bersihan jalan napas pasien obstruksi jalan napas
efektif dengan kriteria hasil:
1. pasien melaporkan sesak 2. Monitor usaha pernafasan, 2. Untuk menentukan intervensi
berkurang pengembangan dada, dan yang tepat dan mengidentifikasi
2. pernafasan teratur keteraturan derajat kelainan pernafasan
3. ekspandi dinding dada 3. Observasi produksi sputum, 3. Merupakan indikasi dari kerusakan

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


19

simetris muntahan, atau lidah jatuh ke jaringan otak.


4. ronchi tidak ada belakang.
5. sputum berkurang atau 4. Pantau tanda-tanda vital terutama 4. Untuk mengetahu keadaan umum
tidak ada frekuensi pernapasan pasien.
6. frekuensi nafas normal 5. Berikan posisi semifowler jika tidak 5. Meningkatkan ekspansi paru
(16-24)x/menit ada kontraindikasi. optimal
6. Ajarkan klien napas dalam dan 6. Batuk efektif akan membantu
batuk efektif jika dalam keadaan dalam pengeluaran secret
sadar. sehingga jalan nafas klien
kembali efektif.
7. Berikan klien air putih hangat 7. Untuk meningkatkan rasa
sesuai kebutuhan jika tidak ada nyaman pasien dan membantu
kontraindikasi. pengeluaran sekret.
8. Lakukan fisioterapi dada sesuai 8. Fisioterapi dada terdiri dari
indikasi. postural drainase, perkusi dan
fibrasi yang dapat membantu
dalam pengeluaran sekret klien
sehingga jalan nafas klien kembali
9. Lakukan suction bila perlu efektif.
9. Membantu dalam pengeluaran
sekret klien sehingga jalan nafas
klien kembali efektif secara
10. Lakukan pemasangan selang mekanik
orofaringeal sesuai indikasi 10. Membantu membebaskan jalan
Kalaborasi napas

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


20

1. Berikan O2 sesuai indikasi 1. Memenuhi kebutuhan O2


2. Berikan obat sesuai indikasi 2. Membantu membebaskan jalan
misalnya bronkodilator, napas secara kimiawi
mukolitik, antibiotik, atau steroid
3. Gangguan pertukaran Setelah diberikan asuhan Mandiri
gas berhubungan keperawatan selama 3x24 jan 1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman
1. Berguna dalam evaluasi derajat
dengan berkurangnya diharapkan pertukaran gas pernafasan. Catat penggunaan otot
distress pernapasan atau
keefektifan kerusakan kembali efektif dengan kriteria aksesori, napas bibir, ketidak
kronisnya proses penyakit.
membran alveolar hasil : mampuan berbicara / berbincang.
kapiler. 1. Pasien melaporkan keluhan 2. Mengobservasi warna kulit,
2. Sianosis kuku menggambarkan
sesak berkurang membran mukosa dan kuku,
vasokontriksi/respon tubuh
2. Pasien melaporkan tidak serta mencatat adanya sianosis
terhadap demam. Sianosis cuping
letih atau lemas perifer (kuku) atau sianosis pusat
hidung, membran mukosa, dan
3. Napas teratur (circumoral).
kulit sekitar mulut dapat
4. Tanda vital stabil
mengindikasikan adanya
5. Hasil AGD dalam batas
hipoksemia sistemik.
normal (PCO2 : 35-45 3. Mengobservasi kondisi yang
3. Mencegah kelelahan dan
mmHg, PO2 : 95-100 mmH memburuk. Mencatat adanya
mengurangi komsumsi oksigen
hipotensi,pucat,cyanosis, perubahan
untuk memfasilitasi resolusi
dalam tingkat kesadaran, serta
infeksi.
dispnea berat dan kelemahan
Kolaborasi
1. Memberikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan, misalnya: nasal kanul
1. Pemberian terapi oksigen untuk
dan masker.
menjaga PaO2 diatas 60

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


21

mmHg, oksigen yang diberikan


sesuai dengan toleransi dengan
2. Memonitor ABGs, pulse oximetry. pasien
2. Untuk memantau perubahan
proses penyakit dan memfasilitasi
perubahan
4. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah diberikan tindakan Mandiri
kurang dari kebutuhan keperawatan s e l a m a 3 x 2 4 1.Catat status nutrisi pasien: turgor
1. Berguna dalam mendefinisikan
tubuh b.d j a m diharapkan kebutuhan kulit, timbang berat badan,
derajat masalah dan intervensi
ketidakadekuatan intake nutrisi adekuat, dengan integritas mukosa mulut,
yang tepat.
nutrisi, dispneu, kriteria hasil : kemampuan menelan, adanya
bising usus, riwayat mual/rnuntah
1. Menunjukkan berat
atau diare.
badan meningkat
2. Kaji ulang pola diet pasien yang
mencapai tujuan dengan 2. Membantu intervensi kebutuhan
disukai/tidak disukai.a
nilai laboratoriurn normal yang spesifik, meningkatkan
dan bebas tanda intake diet pasien.
3. Monitor intake dan output secara
malnutrisi. 3. Mengukur keefektifan nutrisi dan
periodik.
2. Melakukan perubahan cairan.
pola hidup untuk
4. Catat adanya anoreksia,
meningkatkan dan 4. Dapat menentukan jenis diet dan
mual, muntah, dan
mempertahankan berat mengidentifikasi pemecahan
tetapkan jika ada hubungannya
badan yang tepat. masalah untuk meningkatkan
dengan medikasi. Awasi frekuensi,
intake nutrisi
volume, konsistensi Buang Air
Besar (BAB).
5. Membantu menghemat energi
5. Anjurkan bedrest.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


22

khusus saat demam terjadi


6. Lakukan perawatan mulut peningkatan metabolik..
sebelum dan sesudah tindakan 6. Mengurangi rasa tidak enak
pernapasan. dari sputum atau obat-obat
yang digunakan yang dapat
7. Anjurkan makan sedikit dan sering merangsang muntah.
dengan makanan tinggi protein dan 7. Memaksimalkan intake nutrisi
karbohidrat. dan menurunkan iritasi gaster.
Kolaborasi:
1. Rujuk ke ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet. 1. Memberikan bantuan dalarn
perencaaan diet dengan nutrisi
adekuat unruk kebutuhan
2. Awasi pemeriksaan laboratorium. metabolik dan diet.
(BUN, protein serum, dan 2. Nilai rendah menunjukkan
albumin). malnutrisi dan perubahan program
terapi.
5. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan tindakan Mandiri
dengan inflamasi paru, asuhan keperawatan selama 1. Observasi karakteristik nyeri, mis 1. Nyeri merupakan respon subjekstif
batuk menetap 3x24 jam diharapkan rasa nyeri tajam, konstan , ditusuk. Selidiki yang dapat diukur.
dapat berkurang atau perubahan karakter
terkontrol, dengan kriteria hasil: /lokasi/intensitas nyeri.
1. Menyatakan nyeri 2. Pantau TTV 2. Perubahan frekuensi jantung
berkurang atau terkontrol TD menunjukan bahwa pasien
2. Pasien tampak rileks mengalami nyeri, khususnya bila
alasan untuk perubahan tanda vital
telah terlihat.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


23

3. Berikan tindakan nyaman mis, 3. Tindakan non analgesik diberikan


pijatan punggung, perubahan dengan sentuhan lembut dapat
posisi, musik tenang, menghilangkan ketidaknyamanan
relaksasi/latihan nafas. dan memperbesar efek terapi
analgesik.
4. Tawarkan pembersihan mulut 4. Pernafasan mulut dan terapi
dengan sering. oksigen dapat mengiritasi dan
mengeringkan membran mukosa,
potensial ketidaknyamanan umum
5. Anjurkan dan bantu pasien 5. Alat untuk mengontrol
dalam teknik menekan dada ketidaknyamanan dada sementara
selama episode batuk. meningkatkan keefektifan upaya
Kaloaborasi batuk.
1. Kolaborasi dalam pemberian 1. Obat ini dapat digunakan untuk
analgesik sesuai indikasi. menekan batuk non produktif,
meningkatkan kenyamanan

6. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri 1. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan proses inflamasi keperawatan selama 1x24 1. Pantau TTV pasien.
aktif. jam diharapkan hipertermi 2. Observasi suhu kulit dan catat 2. Untuk mengetahui peningkatan
dapat diatasi, dengan kriteria keluhan demam suhu tubuh pasien
hasil : 3. Berikan masukan cairan sesuai 3. Untuk menanggulangi terjadinya
1. Pasien melaporkan panas kebutuhan perhari, kecuali ada syok hipovolemik
badannya turun. kontraindikasi
2. Kulit tidak merah. 4. Berikan kompres air biasa/hangat 4. Untuk menurunkan suhu tubuh
3. Suhu dalam rentang
0
normal : 36,5-37,7 C. Kolaborasi

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


24

4. Nadi dalam batas normal : 1. Kolaborasi pemberian cairan IV. 1. Untuk menanggulangi terjadinya
60-100 x/menit syok hipovolemik.
5. Tekanan darah dalam batas 2. Kolaborasi pemberian obat 2. Untuk menurunkan suhu tubuh
normal : 120/110-90/70 antipiretik yang bekerja langsung di
mmHg. hipotalamus
6. RR dalam batas normal : 16-
20x/menit.

7. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan tindakan 1. Evaluasi respon pasien terhadap 1. Menetapkan kemampua atau
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam aktivitas. Catat laporan dispnea, kebutuhan pasien memudahkan
ketidak seimbangan pasien diharapkan mampu peningkatan kelemahan atau pemilihan intervensi.
antara suplai dan melakukan aktivitas dalam kelelahan.
kebutuhan oksigen. batas yang ditoleransi dengan
kriteria hasil: 2. Berikan lingkungan tenang dan 2. Menurunkan stress dan
1. Melaporkan atau batasi pengunjung selama fase rangsanagn berlebihan,
menunjukan peningkatan akut sesuai indikasi. meningkatkan istirahat.
toleransi terhadap aktivitas 3. Jelaskan pentingnya istirahat 3. Tirah baring dipertahankan
yang dapat diukur dengan dalam rencana pengobatan dan selama fase akut untuk
adanya dispnea, kelemahan perlunya keseimbangan aktivitas menurunkan kebutuhan metabolic,
berlebihan, dan tanda vital dan istirahat. menghemat energy untuk
dalam rentan normal. penyembuhan.
4. Bantu pasien memilih posisi 4. Pasien mungkin nyaman dengan
nyaman untuk istirahat. kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk ke depan meja atau
bantal.
5. Bantu aktivitas perawatan diri 5. Meminimalkan kelelahan dan
yang diperlukan. Berikan membantu keseimbangan suplai

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


25

kemajuan peningkatan aktivitas dan kebutuhan oksigen.


selama fase penyembuhan.
8. Kurang pengetahuan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji ulang kemampuan belajar 1. Kemampuan belajar berkaitan
tentang kondisi, keperawatan tingkat pasien misalnya: perhatian, dengan keadaan emosi dan kesiapan
pengobatan,pencegahan pengetahuan pasien kelelahan, tingkat partisipasi, fisik. Keberhasilan tergantung pada
berhubungan dengan meningkat, dengan kriteria lingkungan belajar, tingkat kemarnpuan pasien.
tidak ada yang hasil: pengetahuan, media, orang
menerangkan, informasi 1. Menyatakan pemahaman dipercaya. 2. Informasi tertulis dapat membantu
yang tidak akurat, prosespenyakit/prognosisd 2. Berikan Informasi yang spesifik mengingatkan pasien.
terbatasnya a kebutuhan pengobatan dalam bentuk tulisan misalnya:
pengetahuan/kognitif 2. Melakukan perubahan jadwal minum obat. 3. Meningkatkan partisipasi pasien
prilaku dan pola hidup 3. Jelaskan penatalaksanaan obat: mematuhi aturan terapi dan
untuk memperbaiki dosis, frekuensi, tindakan dan mencegah putus obat.
kesehatan umum perlunya terapi dalam jangka waktu
3. Mengidentifikasi gejala lama. Ulangi penyuluhan tentang
yang mernerlukan interaksi obat Tuberkulosis dengan
evaluasi/intervensi obat lain.
4. Menerima perawatan 4. Jelaskan tentang efek samping 4. Mencegah keraguan terhadap
kesehatan adekuat. obat: mulut kering, konstipasi, pengobatan sehingga mampu
gangguan penglihatan, sakit kepala, menjalani terapi.
peningkatan tekanan darah.
5. Anjurkan pasien untuk tidak 5. Kebiasaan minurn alkohol berkaitan
minurn alkohol jika sedang terapi dengan terjadinya hepatitis.
INH.
6. Rujuk perneriksaan mata saat 6. Efek samping etambutol:
mulai dan menjalani terapi menurunkan visus, kurang mampu
etambutol. melihat warna hijau.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


26

7. Berikan gambaran tentang 7. Debu silikon beresiko keracunan


pekerjaan yang berisiko silikon yang mengganggu fungsi
terhadap penyakitnya misalnya: paru/bronkus.
bekerja di pengecoran logam,
pertambangan, pengecatan..
8. Review tentang cara penularan 8. Pengetahuan yang cukup dapat
Tuberkulosis dan resiko kambuh mengurangi resiko penularan/
lagi kambuh kembali. Komplikasi
Tuberkulosis
9 Gangguan pemenuhan Setelah diberikan tindakan 1. kaji kebiasaan tidur penderita 1. Untuk mengetahui sejauh mana
tidur dan istirahat keperawatan selama 3x24 jam sebelum sakit dan saat sakit gangguan tidur penderita
sehubungan dengan sesak diharapkan kebutuhan tidur 2. Observasi efek abot – obatan yang 2. Gangguan psikis dapat terjadi bila
napas dan nyeri dada. terpenuhi. Dengan Kriteria hasil: dapat di derita klien dapat menggunakan kartifosteroid
1. memahami faktor yang temasuk perubahan mood dan
menyebabkan gangguan tidur insomnia
2. Dapat menangani penyebab 3. Mengawasi aktivitas kebiasaan 3. Untuk mengetahui apa penyebab
tidur yang tidak adekua penderita gangguan tidur penderita
3. Tanda – tanda kurang tidur 4. Anjurkan klien untuk relaksasi pada 4. Memudahkan klien untuk bisa
dan istirahat tidak ada waktu akan tidur. tidur
5. Ciptakan suasana dan lingkungan 5. Lingkungan dan siasana yang
yang nyaman nyaman akan mempermudah
penderita untuk tidur.
10 Kecemasan b.d. prognosis Setelah dilakukan askep selama 1. Pantau tingkat kecemasan 1. Faktor ini mempengaruhi persepsi
penyakit yang belum pasti 3x24 jam kecemasan klien klien terhadap ancaman diri,
berkurang dengan kriteria hasil : potensial siklus anxieta
1. Klien tidak gelisah 2. Beri informasi tentang penyakit 2. Dapat menambah pengetahuan
2. Klien tidak bingung yang diderita klien klien tentang penyakit yang

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


27

3. Klien mengerti tentang dideritanya


penyakitnya 3. Dorong klien mengakui 3. Klien tidak akan merasa terbebani
permasalahan dan mengekspresikan dengan beban pikiran sehingga
perasaan dapat mempercepat proses
penyembuhan
4. Libatkan keluarga dalam proses 4. Memberi keyakinan pada klien
penyembuhan bahwa dia tidak menghadapi
masalah sendirian

11. Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada klien dan keluarga 1. Keterlibatan keluargabegitu berarti
edema dan keletihan. keperawatan selama 1 x 24 Jam, perawatan diri yang benar. dalam proses penyembuhan
defisit perawatan diri tidak 2. Berikan perawatan kulit 2. Dengan perawatan kulit dapat
terjadi  dengan kriteria hasil: bersihkan dan hilangkan bau badan
1. Klien dan keluarga mampu dan kulit menjadi lembab
menjelaskan kembali
3. Rangsang sirkulasi darah, 3. Memandikan dapat memberikan
perawatan diri yang benar rasa segar pada klien, serta pijatan/
kendorkan otot, buat rasa nyaman
2. 3)   Klien mampu melakukan masase selama dimandikan dapat
denagn cara mandikan klien.
perawatan diri secara melancarkan sirkulasi
mandiri 4. Membuat klien terlihat lebih segar
4. Berikan perawatan gigi dan mulut
3. Badan klien bersih, gigi 5. Rawat gigi secara teratut dan benar
5. Berikan perawatan muka
klien bersih,telinga bersih, membersihkan kuman/sisa
kulit lembab, klien dapat makanan yang menyebabkan nyeri

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


28

melakukan aktifitasnya dan bau


6. Perawatan rambut dapat mencegah
6. Cegah infeksi daerah kepala dengan infeksi dan memberikan rasa
cara perawatan rambut seperti nyaman dan segar
mencuci, menyisir atau mencukur
rambut. 7. Agar kebersihan kuku klien
7. Berikan perawatan kuku terjaga.

Loporan Pendahuluan Tuberculosis Paru Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


29
Tuberculosis Paru

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan


Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari Brunner


dan Suddart.  Jakarta : EGC

Brooker Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 1 & 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC

Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika :


Jakarta.

Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3.” Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta :
FKUI.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction
Price, S., & Wilson. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,
Edisi.2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi
12”. Jakarta : EGC,

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


30
Tuberculosis Paru

SEMINAR KASUS KMB

ASUHAN KEPERAWATA PADA Ny ” R”


DENGAN TB PARU AKTIF DI RUANG PERAWATAN BAJI ATI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH : Kelompok 1 :
Sukmawati Nim : 19193006
Ita Tirtayana Nim : 19193007
Ahmad Nim : 19193018
Nurmala Nim : 19193004
Rahmin Nim : 19193002
Fitri Nim : 19193001
Tasyrif Zul Amar Nim : 19193003
A. Wahyuni Nim : 19193008

PEMBIMBING

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.........................................) (.........................................)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK
2019-2020

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


30
Tuberculosis Paru

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

No. RM : 37 69 25
Tanggal : 16 September 2019
Ruangan : Ruangan Baji Ati / 402
I. DATA UMUM

1. Identitas klien
Nama : Ny “R”
Umur : 46 Tahun
Tempat/Tanggal lahir: 29 Oktober 1976
Jenis Kelamin :P
Status perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Makassar
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Lama Bekerja : Tidak Terkaji
Alamat : Jln.Mentimun Lr. No 51
No. Telp : 085299842533
Tanggal Masuk RS :16 September 2019
Ruangan : Baji Ati
Golongan Darah : Tidak Terkaji
Sumber info : Pasien dan keluarga

2. Penanggung jawab/pengantar
Nama : Tn “A”
Umur : 49 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Jln.Mentimun Lr. No 51
No. Telp :

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


31
Tuberculosis Paru

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : Sesak napas disertai nyeri dada


2. Alasan masuk RS :
Klien dibawah oleh keluarga ke rumah sakit pada tanggal 16 September
2019 , dengan alasan batuk darah, sesak nafas disertai nyeri dada, yang
dialam sejak 2 minggu yang lalu, dan adanya udem pada ke dua tangan dan
kaki sehingga sulit melakukan aktivitas.
3. Keluhan saat ini :
Pada saat dilakukan pengkajan pada tanggal 16 September 2019, pukul
20 :00 di dapatkan data : klien mengeluh batuk disertai darah, sesak nafas ,
susah mengeluarkan dahak disertai nyeri pada bagian dada pada saat batuk,
sulit melakukan aktivitas sehingga aktivitas di bantu keluarga, kedua tangan
dan kaki bengkak, malas makan dan porsi makan tidak dihabiskan. Klien
juga mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak dan sering terbangun
pada malam hari karena batuk dan jam tidurnya ± 5-6 jam / 24 jam, selain itu
klien juga mengatakan lemas seluruh badan, klien cemas dan sulit tidur
karena memikirkan penyakitnya.
Pada saat dilakukan observasi didapatkan data, KU lemah, klien terlihat
sesak, batuk darah, susah mengeluarkan dahak, menggunakan alat bantu
pernafasan O2 4 liter, klien terlihat meringis menahan sakit, udem pada
kedua tangan dan kaki, sulit beraktivitas, ADL di bantu keluarga, pergerakan
klien lemah dan tidak bebas, klien terlihat gelisah,sulit untuk tidur, selalu
menanyakan tentang penyakitnya, mukosa bibir pucat, konjugtiva mata
anemis, kantong mata bagian bawah hitam, sering terbangun pada malam
hari, porsi makan tidak dihabiskan (2 sendok teh) dan sering berkeringat
pada malam hari.
Pada tanggal 17 september 2019 didapatkan data : klien mengatakan
selama di rumah sakit klien hanya di lap basah menggunakan waslap dan
jarang membersihkan dan merawat dirinya dan data objektif yang
didapatkan: Klien hanya di lap basah oleh keluarga, rambut klien terlihat
lepek, wajah klien terlihat berminyak, daun terlinga klien terlihat kotor,
terdapat kotoran pada hidung klien, terdapat sisa-sisa makanan pada mulut,

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


32
Tuberculosis Paru

gigi kotor dan jarang sikat gigi, kuku kotor dan tidak pernah memotong
kuku.
Dan hasil pemeriksaan yang didapatkan : Albumin : 1.73 g/dl, Hb : 11.39
d/dl Tb : 156 cm, BB : 45 Kg, IMT : 18.5 Kg, Lila : 21 cm Td : 130/90
mmhg, N : 98 x/i , P : 28 x/S : 36.60C dan GCS : 15
Provocative/Palliative : Batuk terus - menerus
Quality : Seperti tertusuk – tusuk
Region : Pada bagian dada
Scale : Skala nyeri 6
Timing : Nyeri dirasakan selama ± 3-5 menit, dan hilang
timbul

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami


Sebelum di diagnosis tb paru dan di rawat di RSUD Labuang Baji Makassar,
klien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan pernah menderita penyakit
kuning pada tahun 2004. Klien tidak memiliki riwayat operasi.
2. Riwayat alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun makanan.
3. Riwayat imunisasi
No Status Imunisasi Ya Tidak Ket
1. BCG √ - -
2. Polio √ - -
3. DPT √ - -
4. Hepatitis √ - -
5. Campak √ - -

Ket : Status imunisasi klien lengkap

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA / GENOGRAM

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


33
Tuberculosis Paru

? ?

Keterangan Simbol:
: Laki-Laki : Klien
: Perempuan : Garis Perkawinan
X : Sudah Meninggal : Serumah
? : Umur tidak diketahui
Keterangan Genogram :
G1 : Ayah dari bapak klien sudah meninggal karena penyakit, Ca. Prostat, dan ibu
dari bapak klien sudah meninggal karena penyakit Demam Typoid
Ayah dari ibu klien sudah meninggal dunia karena penyakit asma, sedangkan
ibu dari ibu klien sudah meninggal karena penyakit hipertensi.
G2 : Ayah klien merupakan anak ke dua dari enam orang bersaudara, semua saudara
laki lakinya sudah meninggal dunia, dan tidak diketahui penyebabnya.
Ibu klien merupakan anak ke lima dari lima orang bersaudara, saudara pertama,
kedua dan ke empat sudah meninggal dunia dan tidak diketahui penyebabnya.
G3 : Klien merupakan anak ke dua dari lima orang bersaudara, dan semua saudara
masih hidup.

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


34
Tuberculosis Paru

: Suami klien merupakan anak pertama dari tujuh orang bersaudara,semua


saudara masih hidup.
G4 : Klien memiliki tiga orang anak, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan
Catatan :
1. Tidak ada riwayat penyakit keturunan
2. Klien tinggal serumah dengan suami dan ke 3 orang anaknya

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping Klien merasa tidak percaya diri pada perubahan


bentuk tubuh, yang dulunya gemuk,sekarang
kurus
2. Harapan klien Klien mengatakan ingin segera sembuh dari
penyakitnya dan ingin segera pulang
3. Faktor stressor Klien merasa jenuh di Rumah sakit karena sulit
untuk melakukan aktivitas.
4. Konsep diri Klien dapat menerima penyakitnya dengan
lapang dada meskipun terkadang cemas
memikirkan penyakitnya, dan selalu bertanya
tentang penyakitnya.
5. Adaptasi Adaptasi klien selama di Rumah Sakit, baik,
sangat ramah terhadap mahasiswa maupun
perawat.
6. Hubungan dengan anggota Hubungan dengan anggota keluarga terjailn
keluarga dengan baik, hal ni anggota keluarga selalu
mendamipngi klien.
7. Hubungan dengan Hubungan dengan masyarakat terjalin dengan
masyarakat baik, hal ini terjadi banyak masyarakat yang
datang menjenguk.
8. Perhatian thd org lain & Klien memperhatikan lawan bicaranya dengan
lawan bicara baik terlihat pada saat pengkaji bertanya klien
menjawabnya dengan baik.
9. Aktifitas sosial Klien tidak memiliki aktivitas di luar rumah,
sehari-hari klien hanya mengurus rumah
tangga.
10 Bahasa yang sering Selama di Rumah Sakit klien hanya

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


35
Tuberculosis Paru

. digunakan menggunakan bahasa Indonesia

11 Keadaan lingkungan Keadaan lingkungan baik, rapi dan bersih,


. terbukti pada saat di Rumah Sakit, lingkungan
bersih dan tertata dengan baik
12 Kegiatan keagamaan / pola Klien rutin melaksanakan sholat lima waktu
. ibadah selama di rumah, tetapi semenjak sakit dan di
rawat klien tidak terlihat melaksanakan lima
waktu.
13 Keyakinan tentang Klien yakin bahwa sehat di mulai dari dirinya
. kesehatan sendiri.

VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1) Nutrisi
A (Atropometri)
TB : 156 cm
BB : 45 kg
Lingkar lengan Atas : 21 cm
BB Sebelum Sakit : 52 kg
BB Ideal : (Tinggi-100) - [15% x (Tinggi-100)]
(156 - 100) - [15% x (156-100)] = 56-8.4 =47, 6 kg
Status Gizi : BB / (Tb.Tb) = 45 kg / (156-156)2 = 18.5 kg
B (Biokimia)
Albumin : 1.73 g/dl
Hb : 11.3 g/dl
Eskresi Kreatinin : 0.96 mg/dl
C (Clinical)
Keadaan Fisik : Klen terlhat lemah, lemas, dan lesuh
Berat Badan : 45 kg
Otot : Flaksia / lemah
Kardiovaskuler : Denyut nadi 98 x /i. Irama normal (Reguler)
Rambut : Lepek
Kulit : Turgor kulit jelek kering (dan pucat)
Bibir : membran mukosa kering dan pucat

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


36
Tuberculosis Paru

Gusi : Tidak ada perdarahan


Lidah : Kotor
Gigi : gigi kotor dan terdapat karies
Mata : Konjungtiva anemis, kantong mata bagaian bawah hitam
Kuku : Mudah patah

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Nafsu makan Baik Kurang baik
2. Jenis makanan Nasi, ikan, dan sayur Bubur, ikan, buah,dan sayur
3. Pola makan 1 porsi habis Porsi makan tidak habis 2 sdt
4. Frekuensi makan 3-5x sehari 3x sehari
5. Makanan pantangan Tidak ada pantangan Makanan yang mengandung
minyak dan santan
6. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan

2) Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Frekuensi minum
2. Minum yang disukai Air putih, teh dan susu Air putih dan susu
3. Minuman pantangan Tidak ada pantangan Minuman yang mengandung
alkohol
4. Volume ± 3500 cc / hari Oral ± 1.200 cc /hari
Infus ± 1000 cc / hari
5. Kebutuhan cairan Terpenuhi Terpenuhi

3) Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB (Buang air besar)
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi
1X Sehari 1X Sehari

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


37
Tuberculosis Paru

3. Konsistensi Lunak Lunak


4. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada
BAK (Buang air kecil)
1. Tempat
pembuangan WC WC
2. Frekuensi 6-8 X Sehari 5-6 Kali sehari
3. Warna dan bau Kunig/Khas Kuning seperti teh
4. Volume ±250 cc sekali BAK 1500 cc / 24 jam
5. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan

4) Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1) Jam tidur
a. Siang Pukul 13:00 Tidak menentu
b. Malam Pukul 22:00 Tidak menetu
2) Pola tidur Teratur / ± 8-10 jam / Tidak Teratur / ± 5-6 jam/24 j
24j
3) Kebiasaan sebelum Sebelum tidur klien Tidak ada
tidur selalu menontn tv dan
berkumpul bersama
keluarga
4) Kesulitan tidur Tidak ada kesulitan Klien tidak dapat tidur dengan
tidur nyanyak dan sering terbangun
pada malam hari karena batuk
5) Olah Raga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jenis olahraga Tidak ada Tidak ada
2. Frekuensi Tdak ada Tdak ada
3. Kondisi setelah olah Tidak ada Tidak ada
raga

6) Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


38
Tuberculosis Paru

1. Rambut Bersih, tidak ada ketombe, Bersih, tidak ada ketombe,


keramas 3 x seminggu rambut lepek. Selama klien di
menggunakan shampoo. rawat di Rumah Sakit (16-17
September 2019) klien tidak
pernah keramas
2. Muka / Wajah Bersih, tidak berminyak, Wajah berminyak dan jarang
rutin cuci muka sebelum cuci muka selama di Rumah
tidur. Sakit Sakit (16-17 September
2019).
3. Mata Mata besih, tidak berarir Mata berair dan tidak ada udem.
dan tidak ada udem.
4. Telinga Daun telinga bersih, tidak Daun telinga agak kotor, jarang
ada kotoran, rutin membersihkan telinga selama di
membersihkan telinga 2 x Rumah Sakit (16-17 September
seminggu. 2019).
5. Hidung Hidung bersih, tidak ada Hidung kotor, terdapat kotoran
kotoran.
6. Mulut Mulut bersih, tidak ada Kebersihan mulut kurang,
kotoran pada lidah , rutin terdapat sisa-sisa makanan pada
skat gigi 2 x seminggu. lidah. Jarang skat gigi selama di
Rumah Sakit 16-17 September
2019).
7. Leher Bersh, tidak ada kotoran Terdapat kotoran pada lipatan
leher.
8. Kulit Kulit bersih, tidak ada Kebersihan kulit kurang, pucat
kotoran, rutin memakai dan kering. Jarang memakai
lation. lation
Lain- Lain
9. Sikat Gigi Gigi bersih, rutin skat ggi 2 Gigi kotor, jarang sikat ggi
x seminggu. selama di Rumah Sakit 16-19
September 2019).
10. Mandi Klien rutin mandi 2 x sehari Selama di Rumah Sakit (16-17

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


39
Tuberculosis Paru

September 2019). Klien hanya di


lap bsah menggunakan waslap
oleh keluarganya.
11. Kuku Kuku tangan dan kaki bersh, Selama di Rumah Sakit 16-17
rutin memotong kuku 1 x September 2019) kuku klen klien
seminggu kotor dan jarang memotong
kuku.

7) Aktifitas Mobilitas Fisik

Aktivitas Dibantu Mandiri Keterangan


1. Mandi √ - Selama Di Rumah Sakit 16-19
September 2019). Klien hanya di
lap basah oleh keluarga
menggunakan waslap karena
klien susah untuk menggerakkan
tangan dan kakinya, karena
adanya udem pada kedua tangan
dan kaki.
2. Berpakaian √ - Selama di rumah sakit 16-19
September 2019). Klen di bantu
keluarga untuk berpakaian.
Karena klien susah untuk
menggerakkan tangan dan
kakinya, karena adanya udem
pada kedua tangan dan kaki.
3. Pergi Ketoilet √ - Selama di Rumah Sakit (16-19
September 2019). Klien di bantu
keluarga jka ingin ke kamar
mandi, hal ni disebabkan adanya
kelemahan otot karaena terdapat
udem pada ekstremitas.
4. Berjalan √ - Selama di Rumah Sakit (16-19

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


40
Tuberculosis Paru

September 2019). Klien tidak


pernah beraktivitas apalagi untuk
berjalan. Meskipun klien ingin
berjalan klien membutuhkan
bantuan keluarga, hal ini
disebabkan adanya kelemahan
otot karaena terdapat udem pada
ekstremitas.
5. BAB / BAK √ - Selama di Rumah Sakit (16-19
September 2019). Jika klien ingin
BAB, klien di bawah oleh
keluarganya ke WC dan proses
BAK dibantu dengan penggunaan
kateter.
6. Makan / Minum √ - Selama di Rumah Sakit (16-19
September 2019). Jika klien ingn
makan dan minum klien di bantu
oleh keluarganya, hal ini
disebabkan adanya kelemahan
otot karaena terdapat udem pada
ekstremitas.
Tingkat ketergantungan klien : G
Keterangan Penilaian :
A : Mandiri untuk 6 fungsi D : Mandiri untuk 3 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi E : Mandiri untuk 2 Fungsi
C : Mandiri untuk 4 fungsi F : Mandiri untuk 1 Fungsi
G : Tergantung untuk 6 fungsi
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Hari :Senin Tanggal : 16 September 2019 Jam : 20:00
1. Keadaan Umum : Lemah
Tingkat kesadaran : E :4 M :6 V :5
BB/TB : BB : 45 kg TB : 156 cm
Vital Sign : Td :130/90 mmhg RR :28x/i Nadi :89x/i

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


41
Tuberculosis Paru

Suhu : 36.6 oC
2. Pengkajian (Review Of Body System)
a. Sistem Respirasi
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan bersih, terdapat pernapasan
cuping hidung,menggunakan alat bantu pernapasan (O2)
4 liter. Tidak ada luka pengembangan dada kanan dan
kiri sama. RR : 28x/i, dan dispneu. Batuk darah dan
sulit mengeluarkan dahak.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, vokal fremitus menurun
pada ke dua paru. Tidak ada massa, tidak ada krepitasi.
Perkusi : Suara hipersonor pada seluruh lapang paru sinistra.
Auaskultasi : Suara napas bronkopneu dan terdapat ronchi.
b. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Bentuk dada sinestris kiri dan kanan,tidak terdapat
pembesaran \ benjolan,dan incus cordis terlihat pada
space V.
Palpasi : Tidak terdapat adanya nyer tekan, tidak ada krepitasi,
dan ictus cordis teraba. N : 89 x/i, CRT : < 2 detik
Perkusi : Pekak, batas jantung tidak ada pembesaran.
Askultasi : Bunyi jantung S1, S2 LUP DUP, reguler, tunggal, dan
tidak terdapat adanya suara tambahan.
c. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Bersih, tdak ada luka, abdomen terlhat membesar, merah
pada bagan abdomen.
Palpasi : Terdapat dstensi pada bagian abdomen, terdapat nyeri
tekan, pada regio hypocardium dan iliaca dextra dan
sinistra.
Perkusi : Terdengar suara tympani
Auskultasi : Bising usus 18x/i
d. Sistem Urinaria

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


42
Tuberculosis Paru

Inspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan tidak
ada penumpukan cairan di bagian abdomen dan tidak
terdapat jaringan parut
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di bagian ginjal, ginjal tidak teraba
membesar, dan bledder teraba kosong
e. Sistem Reproduksi
Tidak terkaji
f. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi :
1. Ekstremitas Atas : Tangan kanan terpasang Nacl 0,9 %, 25 tpm, tidak
terdapat adanya luka dan terdapat udem pada kedua
tangan.
2. Ektremitas Bawah : Tidak Terdapat adanya luka pada kaki kiri dan kanan ,
terdapat udem pada kedua kaki.
Kemampuan fungsi untuk semua ekstremitas
3 3
2 2
- Kekuatan otot pada tangan kanan dan kiri berada pada skala 3, artinya
klien hanya mampu menahan gaya gravitasi dengan sokongan.
- Kekuatan otot pada kaki kanan dan kiri berada pada skala 2, artinya
gerakan otot lemah, tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakan
pasif).
g. Neurologi
Nervus 1 : Klien dapat mencium bau-bauan
Nervus II : Klien dapat melihat pada jarak 2 meter
Nervus III : Klien dapat menggerakkan bola mata kesamping dan keatas
Nervus IV : Klien dapat menggerakkan bola ke atas dan kebawah
Nervus V : Klien dapat mengunyah makanan dengan baik
Nervus VI : Klien dapat menggerakkan bola mata ke samping
Nervus VII : Klien dapat membedakan rasa manis dan asing
Nervus VIII : Fungsi pendengaran klien baik
Nervus IX : Klien dapat menelan makanan dengan baik

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


43
Tuberculosis Paru

Nervus X : Klien dapat membuka mulutnya dengan baik


Nervus XI : Kekuatan otot tangan dan kaki mengalami penurunan.
Nervus XII : Pergerakan klien lemah dan tidak bebas.
h. Sistem Endokrin
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat
adanya pemebsaran kelenjar getah bening.
Palpasi : Tidak terdapat massa dan tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan pada saat di perkusi.
Auskultasi :
i. Sistem Indera (Penglihatan)
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva mata anemis, tidak
terdapat adanya ikterus, pupil isokor, diameter 2,5 mm, kantong
mata bagaian bawah hitam dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
Palpasi : Tidak terdapat adanya nyeri tekan.
j. Sistem Indera (Pendengaran)
Inspeksi : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat adanya luka, dan
tidak mengguanakan alat bantu pendengaran serta tidak ada
pembengkakan.
Palpasi : Tidak terdapat adanya nyeri tekan.
k. Sistem Integumen
Inspeksi : Turgor kulit kering, pucat, tidak terdapat adanya luka, dan selalu
keringat dingin.
Palpasi : Akral teraba dingin, terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas
dan bawah.
Data Fokus
Inspeksi :
1. Terdapat pernafasan cuping hidung
2. Menggunakan alat bantu pernafasan (02) 4 liter
3. Batuk, dan sulit mengeluarkan dahak
4. RR :28 x/i
5. Dispneu

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


44
Tuberculosis Paru

Palpasi :
1. Vokal fremitus menurun pada ke dua paru.
Perkusi :
1. Suara hypersonor pada seluruh lapang paru
Aukultasi :
1. Suara napas bronkopneu
2. Terdengar ronchi

3. Pemeriksaan Diagnostik
Nama : Ny “ R” Tanggal pemeriksaan : 17 -09 - 2019
Umur : 46 Tahun Diagnosa : Tb. Paru
HASIL TES DARAH RUTIN
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 11 4.0-10.0 103 / µl
RBC 4.15 Lk : 4.5 – 5.5, P : 4.0 – 5.0 103 / µl
HGB 11.3 Lk : 14 – 18, P : 12 – 16 g / dl
HCT 33.4 Lk : 40-50, P : 37 – 45 %
MCV 30.4 80 – 90 Fl
MCH 27.2 27 – 31 Pg
MCHC 33.8 32 – 37 g / dl
PLT 132 150 – 400 106 / µl
LYM% ---- 0.5 – 1.5 %

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


45
Tuberculosis Paru

MXD% ---- 1–3 %


NEUT% ---- 0–1 %
3
MXD# ---- 2–6 10 / µl
NEUT# ---- 50 – 70 103 / µl
RDW-SD 45.1 37.0 – 54.0 Fl
RDW-CV 14.7 11.5 – 14.5 %
PDW 14.9 10.0 – 14.5 Fl
MPV 10.1 Lk : 6.1 – 8.9, P : 6.3 – 9.1 Fl
P—LCR 28.6 20 – 40 %
PCT 0,13 2 -8 %

Nama : Ny “ R” Tanggal pemeriksaan : 16 – 09 – 2019


Umur : 46 Tahun Diagnosa : Tb. Paru
PEMERIKSAAN ELETROLIT

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuuan


Kalium (K) 3.5 3.5 – 5,0 mEq / L

Natrium (Na) 13 133 – 145 mEq / L

Clorida (Cl) 106 96 – 106 mEq / L

Nama : Ny “ R : Tanggal pemeriksaan : 16 – 09- 2019


Umur :46 tahun Diagnosa : Tb. Paru
HASIL PEMERKSAAN LABORATORIUM

Tes Name Result Ref.Interval Units


Protein Total 6.5 – 8.8 gr / dl
Albumin 1.42 3.5 – 5.0 gr / dl
Bilirubin Total Mg / dl
Bilirubin Direk Mg / dl
Bilirubin Indirek
SGOT 22 Laki – laki : 10 – 40 µ/ L
Perempuan : 9 – 25
SGPT 7 Laki – laki : 10 – 55 µ/ L
Perempuan : 7 – 30
Alkali Phospate < 20 µ/ L
Ureum 23 – 43 Mg / dl

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


46
Tuberculosis Paru

Ceratinin 0.96 0.6 – 1.4 Mg / dl


Asam Urat Lk: 3.6 – 8.5, P : 2.3 – 6.6 Mg / dl
Cholestrol < 200 Mg / dl
HDL Cholestrol 40 – 60 Mg / dl
LDL < 130 Mg / dl
Trygliserida < 150 Mg / dl
GDS 90 71 – 140 Mg / dl
Glukosa Puasa 71- 110 Mg / dl
Glukosa 2 Jam Pp < 140 Mg / dl

Asam Laktat 0 – 20 Mg / dl

Nama : Ny “ R” Tanggal pemeriksaan : 17 – 09 - 2019


Umur : 46 Tahun Diagnosa : Tb. Paru
HASIL PEMERIKSAAN RAPID TEST
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Imun
Anti HIV (Rapid) Non Reaktif (3.R) Non Reaktif -

Nama : Ny “ R” Tanggal pemeriksaan : 18 – 09 - 2019


Umur : 46 Tahun Diagnosa : Tb. Paru
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Kimia
Albumin 1.73 3.5 – 5.0 g/dl

Nama : Ny “ R” Tanggal pemeriksaan : 17 – 09 - 2019


Umur : 46 Tahun Diagnosa : Tb. Paru
HASIL PEMERKSAAN KULTUR BTA (TCM)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Mikro
BTA (+) Positif Negatif -

Nama : Ny “ R” Tanggal pemeriksaan : 16 – 09 - 2019


Umur : 46 Tahun Diagnosa : Tb. Paru
Hasil pemeriksaan photo thoraks memberi kesan : Tb Paru Aktif
4. Penatalaksanaan Medis
1) Nacl 0.9 %
2) 02 4 Liter
3) Combiven 1 Amp / 24 jam

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


47
Tuberculosis Paru

4) Vip albumin 20 %
5) Ifalmin 2 – 2 - 2
6) Moxi 400 Mg
7) A Cetat system 2 x 1
8) Lusix prundilansi 1 g / IV
9) Premanic 1 – 0 – 0
10) Tracetat 2 x 1
11) Cerneat 1 Amp / 24 jam/ drips
12) Adona 1 Amp / 24 jam / drips
13) Cetorolac 1 Amp / 24 jam / IV
14) OAT kategoi 1 (Rifampicin , Ethambutol, Streptomicyn atau Pirazinamid)

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


48
Tuberculosis Paru

PENYIMPANGAN KDM
Mycobacterium Tuberculosis

Air bone / Inhalasi droplet

Saluran Pernafasan

Saluran Pernafasan Atas Menetap di jaringan paru Saluran Pernafasan bawah

Bakteri tertahan di bronkus Tumbuh dan berkembang dalam Paru - paru

Peradangan Bronkus Sitoplasma dan makrofag

Penumpukan Sekret Peradangan saluran getah bening Alveolus

Tidak Efektif Komplek Primer Terjadi perdarahan

Sekret sulit dikeluarkan Lesi pada organ lain Penyebaran bakteri secara limfahematogen

Hemaptoe Nafsu makan menurun

Batuk Terus Respon Psikologis Res. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan Pola Tidur Cemas / Ansietas Retensi cairan dan natrium

Udem

Bersihan jalan nafas tidak efektif Keletihan

Alveolus Intoleransi Aktivitas

Respon Radang Defisisit perawatan Diri

Leukosit memfagosit bacteri

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


49
Tuberculosis Paru

leukosit digantikan makrofag

Makrofag mengadakan infiltrasi

Terbentuk sel tuberkel epitel

Nekrosis kaseosa

Nyeri

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


50
Tuberculosis Paru

KLASIFIKASI DATA

Inisial : Ny “R” Diagnosa : Tb Paru


No.RM : 37 69 25 Ruang / kamar : Baji Ati / 402
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan sesak nafas 1. Klien terlihat sesak
2. Klien mengatakan badan bergetar 2. Klien terlihat batuk darah dan susah
ketika melakukan aktivitas mengeluarkan dahak
3. Klien mengatakan batuk darah dan 3. Terdapat pernafasan cuping hidung
sulit mengeluarkan dahak 4. Menggunakan alat bantu pernafasan
4. Klien mengatakan dada terasa sakit (O2) 4 Liter
ketika batuk 5. Hasil ronsen paru memberi kesen Tb
5. Klien mengatakan lemas seluruh paru aktif
badan 6. Kultur BTA +
6. Klien mengatakan malas makan 7. Terdapat ronchi
7. Klien mengatakan porsi makannya 8. Terdengar suara hypersonor pada paru.
tidak di habiskan 9. Vokal fremitus menurun pada ke dua
8. Klien mengatakan sulit untuk paru.
beraktivitas 10. Klien terlihat meringis menahan sakit
9. Klien mengatakan aktivitas dibantu P : Batuk terus – menerus
keluarga Q : Seperti tertusuk – tusuk
10. Klien mengatakan ke dua kaki R : Pada bagian dada
bengkak S :Skala nyeri 6
11. Klien mengatakan sering berkeringat T: Nyeri dirasakan selama ± 3-5 menit,
pada malam hari dan hilang timbul
12. Klien mengatakan tidak dapat tidur 11. Klien terlihat lemas
dengan nyenyak 12. Mukosa bibir klien pucat / kering
13. Klien mengatakan sering terbangun 13. Kuku klien mudah patah
pada malam hari karena batuk 14. Porsi makan klien tidak habis (2 sendok
14. Klen mengatakan jam tidurnya ± 5-6 teh)
jam/ 24 jam. 15. Konjungtiva mata anemis
15. Klien mengatakan cemas dengan 16. Udem pada kedua kaki
penyakitnya. 17. Klien sulit beraktivitas

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


51
Tuberculosis Paru

16. Klien mengatakan selama di rumah 18. ADL dibantu keluarga


sakit klien hanya di lap basah 19. Kekuatan otot 3/3/2/2
menggunakan waslap. 20. Pergerakan klien lemah dan tidak bebas
17. Klien mengatakan selama di rumah 21. Klien terlihat gelisah
sakit klien jarang membersihkan dan 22. Klien terlihat sering keringat dingin
merawat dirinya. pada malam hari
23. Klien selalu menanyakan tentang
penyakitnya
24. Kantong mata bagian bawah terlihat
hitam
25. Klien terlihat sering terbangun pada
malam hari karena batuk
26. Kien terlihat sulit beraktivitas dan udem
pada ke dua kaki’
27. Klien hanya di lap basah oleh keluarga
28. Rambut klien terlihat lepek
29. Wajah klien terlihat berminyak
30. Daun terlinga klien terlihat kotor
31. Terdapat kotoran pada hidung klien
32. Terdapat sisa-sisa makanan pada mulut,
gigi kotor dan jarang sikat gigi.
33. Kuku kotor dan tidak pernah memotong
kuku.
34. Dipsneu
35. Suara nafas bronkopneu
36. Biokimia
- Albumin : 1.73 g/dl
- Hb : 11.39 d/dl
37. Atropometri
- Tb : 156 cm
- BB : 45 Kg
- IMT : 18.5 Kg

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


52
Tuberculosis Paru

- Lila : 21 cm
38. Hb :11.3 g /dl
39. TTV
- Td : 130/90 mmhg
- N : 98 x/i
- P : 28 x/
- S : 36.60C

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


53
Tuberculosis Paru

ANALISA DATA

Inisial : Ny “ R” Diagnosa : Tb Paru


No.RM : 37 69 25 Ruang / kamar : Baji Ati / 402
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI KEPERAWATAN
1. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan sesak
nafas Air Bone / Inhalasi Droplet
2. Klien mengatakan batuk
berdarah Saluran Pernafasan Atas
3. Klien mengatakan sulit
mengeluarkan dahak Bakteri Yang Besar Bertahan
Di Bronkus
DO :
1. Klien terlihat sesak (P:28x/i) Ketidakefektif
Bersihan Jalan
2. Klien terlhat batuk darah
Peradangan Pada Bronkus Nafas
dan susah mengeluarkan
dahak
Penumpukan Sekret
3. Klien menggunakan alat
bantu pernafasan (02 4 liter)
Tidak Efektif
4. Hasil ronsen paru memberi
kesan Tb. Paru aktif
Sekret Sulit Dikeluarkan
5. Kultur BTA +
6. Terdengar suara hypersonor
Bersihan Jalan Nafas Tidak
pada seluruh lapang paru Efektif
7. Vokal fremitus menurun
pada ke dua paru.
8. Terdengar suara rochi
9. Dipsneu, nafas bronkopneu
10. TTV :
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i S :36.60C

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


54
Tuberculosis Paru

2. DS: Mycrobacterium Tuberculosis


1. Klien mengatakan dada terasa
sakit jika batuk Alveolus
DO :
1. Klien terlihat meringis menahan Respon Radang
sakit
2. P : Batuk terus – menerus Leukosit Memfagosit Bakteri
Q : Seperti tertusuk – tusuk
R : Pada bagian dada Leukosit Digantikan Oleh Nyeri Akut
Makrofag
S :Skala nyeri 6
T: Nyeri dirasakan selama ±
3-5 menit, dan hilang timbul
Makrofag Mengadakan
3. TTV Ilfiltrasi
Td : 130/90 mmhg
Terbentuk Sel Tuberkel
N : 89x/i
Epiteloid
P : 28 x/i
S :36.60C
Nekrosis Kaseosa

Nyeri

3. DS: Mycrobacterium Tuberculosis


1. Klien mengatakan sulit
beraktivitas Air Bone / Inhalasi Droplet
2. Klien mengatakan aktivitas
di bantu keluarga Saluran Pernafasan Bawah
3. Klien mengatakan ke dua
kakinya bengkak. Paru- Paru Intoleransi Aktifitas
DO :
1. Klien terlihat lemah Alveolus
2. Terlihat udem pada ke dua
kaki Terjadi Perdarahan
3. Klien terlihat sulit

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


55
Tuberculosis Paru

beraktivitas Penyebaran bakteri secara


Limfahematogen
4. ADL klien dibantu keluarga
5. Kekuatan otot 3/3/2/2
Nafsu Makan Menurun
6. Pergerakan klien lemah dan
tidak bebas
Retensi Cairan Dan Natrium
7. Hasil lab :
- Albumin : 1.73 g/dl
Udem
- Hb : 11.3 g/dl
8. TTV
Keletihan
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
Intoleransi Aktivitas
P : 28 x/i
S :36.60C

4. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan cemas
dengan penyakitnya Air Bone / Inhlasi Droplet
2. Klien mengatakan lemas
seluruh badan Saluran Pernafasan
3. Klien mengatakan susah
untuk tidur karena Menetap di jaringan paru
memikirkan penyakitnya.
DO : Tumbuh Dan Berkembang Cemas / Ansietas
1. Klien terlihat gelisah
2. Klien terlihat sulit untuk Dalam Sitoplasma Dan
Makrofag
tidur
3. Klien selalu menanyakan
tentang penyakitnya.
Peradangan Saluran Geatah
4. Mukosa bibir klien terlihat Bening
pucat
5. TTV :
Komplek Primer
Td :130/90 mmhg

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


56
Tuberculosis Paru

N : 89x/i Penyebaran Limfahem Atogen


P : 28 x/i
S :36.60C Lesi pada organ lain

Hemaptoe

Repon Psikologis

Cemas / Ansietas
5. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan tidak
dapat tidur dengan nyenyak Air Bone / Inhlasi Droplet
2. Klien mengatakan sering
terbangun pada malam hari Saluran Pernafasan Atas
karena batuk.
3. Klien mengatakan jam Bakteri Tertahan Di Bronkus
tidurnya ± 5-6 jam / 24 jam Gangguan Pola
Istirahat Tidur
DO: Peradangan Bronkus
1. Klien terlihat lemas
2. Konjungtiva mata terlihat Penumpukan Sekret
anemis
3. Kantong mata klien bagian Tdak Efektif
bawah terlihat hitam
4. Klien terlihat sering Batuk Terus – Menerus
terbangun pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl Gangguan Pola Istirahat
Tidur
6. TTV
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
6. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan sulit untuk

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


57
Tuberculosis Paru

beraktivitas dan kedua Air Bone / Inhalasi Droplet


kakinya bengkak
2. Klien mengatakan selama di Saluran Pernafasan Bawah
rumah sakit klien hanya di
lap basah menggunakan Paru- Paru
waslap.
3. Klien mengatakan selama di Alveolus
Rumah sakit klien jarang
membersihkan dan merawat Terjadi Perdarahan
dirinya. Defisit Perawatan
Diri
DO : Penyebaran bakteri secara
Limfahematogen
1. Kien terlihat sulit beraktivitas
dan udem pada ke dua kaki’
Nafsu Makan Menurun
2. Klien hanya di lap basah oleh
keluarga
Retensi Cairan Dan Natrium
3. Rambut klien terlihat lepek
4. Wajah klien terlihat
Udem
berminyak
5. Daun terlinga klien terlihat
Keletihan
kotor
6. Terdapat kotoran pada
Intoleransi Aktivitas
hidung klien
7. Terdapat sisa-sisa makanan
Defisit Perawatan Diri
pada mulut, gigi kotor dan
jarang sikat gigi.
8. Kuku kotor dan tidak pernah
memotong kuku.
7. DS : Mycrobacterium Tuberculosis
1. Klien mengatakan lemas
seluruh badan Air Bone / Inhalasi Droplet
2. Klien mengatakan malas
makan
3. Klien mengatakan porsi

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


58
Tuberculosis Paru

makannya tdak di habiskan Saluran Pernafasan Bawah


(2 sendok teh)
D0 : Paru – Paru Resiko
1. Klien terlihat lemas Ketidakseimbangan
2. Mukosa bibir klien pucat / Alveolus nutrisi,
kering
3. Porsi makan tidak dihabskan Terjadi Perdarahan
4. Konjungtiva mata anemis
5. Kuku klien mudah patah Penyebaran Bakteri Secara
Limfahematogen
6. Atropometri
- Tb : 156 cm
Nafsu Makan Menurun
- BB : 45 Kg
- IMT : 18.5 Kg
Nutrisi Kurang dari
- Lila : 21 cm
Kebutuhan
7. Biokimia
- Albumin : 1.73 g/dl
- Hb : 11.39 d/dl
8. TTV :
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Inisial : Ny “R” Diagnosa : Tb Paru


No.RM : 37 69 25 Ruang / kamar : Baji Ati / 40

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


59
Tuberculosis Paru

N Tanggal ditemukan Tanggal teratasi


Diagnosa keperawatan
O
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 16 – September -2019 19 September 2019
ketidakmampuan mengeluarkan dahak
2. Nyeri akut b.d batuk terus- menerus 16 – September -2019 18 September 2019
3. Intoleransi aktivitas b.d adanya udem 16 – September -2019 Masalah tidak teratasi
pada ke dua kaki klien pulang
4. Ansietas b.d keadaan penyakit yang 16 – September -2019 17 September 2019
dalami
5. Gangguan pola istirahat tidur b.d 16 – September -2019 18 September 2019
dengan batuk dan dipsneu
6. Defisit perawatan diri b.d edema dan 17 September 2019 18 September 2019.
keletihan.
7. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan 16 – September -2019 Masalah tidak teratasi
tubuh b.d penurunan nafsu makan klien pulang

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


60
Tuberculosis Paru

RENCANA (INTERVENSI ) ASUHAN KEPERAWATAN


Inisial : Ny “R” Diagnosa : Tb Paru
No.RM : 37 69 25 Ruang / kamar : Baji Ati / 402

Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa keperawatan
No Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan asuhah 1. Kaji status pernafasan klien 1. Untuk mengidentifikasi
ketidakmampuan mengeluarkan dahak. keperawatan selama 3 x 24 kelainan pernafasan
Dindai dengan : jam, diharapkan bersihan jalan berhubungan dengan obstruksi
DS : nafs kembali efektif. Dengan 2. Catat kemampuan untuk jalan napas
1. Klien mengatakan sesak nafas kriteria hasil: mengeluarkan sekret 2. Pengeluaran sulit bila sekret
2. Klien mengatakan batuk berdarah 1. Sesak nafas berkurang tebal, sputum berdarah akibat
3. Klien mengatakan sulit mengelua 2. Pernafasan teratur 3. Anjurkan klien utnuk latihan kerusakan paru.
rkan  3. Ekspansi dinding dada batuk efektif dan nafas 3. Batuk efektif membantu
dahak simetris dalam. mengeluarkan sekret
DO : 4. Ronchi tidak ada 4. Anjurkan klien untuk posisi
1. Klen terlihat sesak (P:28x/i) 5. Sputum berkurang / tidak semifowler. 4. Meningkatkan ekspansi paru
2. Klien terlhat batuk darah dan ada 5. Berikan terapi oksigen (O2). dan membuka atelektasis .
susah mengeluarkan dahak 6. Frekuensi nafas normal 6. Pantau TTV 5. Membantu suplai O2
3. Klien menggunakan alat bantu (16-24 x / i) 7. Kalaborasi dengan tim 6. Mengetahui perkembangan
pernafasan (02 4 liter) medis untuk membantu klen
4. Hasil ronsen paru memberi kesan terapi. 7. Diperlukan untuk pengobatan
Tb. Paru aktif lanjutan dalam proses
5. Kultur BTA + penyembuhan
6. Terdengar suara hypersonor pada
seluruh lapang paru
7. Vokal fremitus menurun pada ke

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


61
Tuberculosis Paru

dua paru.
8. Terdengar suara rochi
9. Dipsneu, nafas bronkopneu
10. TTV :
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
2. Nyeri akut b.d batuk terus- menerus. Setelah dlakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri secara 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
Dindai dengan : keperawatan selama 3 x 24 kompherensif
DS: jam, diharapkan nyeri dapat 2. Berikan posisi semifowler 2. Dapat mengurangi nyeri dan
1. Klien mengatakan dada terasa berkurang atau terkontrol memberikan rasa nyaman.
sakit jika batuk . Dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan teknik relaksasi 3. Dapat mengurangi rasa nyeri
1. Menyetakan nyeri 4. Kalaborasi dengan tim 4. Untuk membantu mempercepat
DO : berkurang / terkontrol medis pemberian obat anti untuk menghilangkan rasa
1. Klien terlihat meringis menahan sakit 2. Klien tampak rileks nyeri nyeri.
2. P : Batuk terus – menerus 5. Pantau TTV 5. Untuk mengetahui keadaan
Q : Seperti tertusuk – tusuk umum klien
R : Pada bagian dada
S :Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan selama ±
3-5 menit, dan hilang timbul
3. TTV
Td : 130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


62
Tuberculosis Paru

3. Intoleransi aktivitas b.d adanya udem Setelah dilakukan tindakan 1. Dekatkan benda – benda 1. Klien dapat dengan mudah,
pada ke dua kaki. Dindai dengan : asuhan keperawatan selama 3 yang dibutuhkan klien mengambil benda yang di
DS: x 24 jam, klien diharapkan butuhkan klien.
1. Klien mengatakan sulit mampu melakukan aktivitas 2. Bantu aktivitas klien 2. Dapat meringankan aktivitas
beraktivitas yang dapat ditoleransi . yang tidak bisa di lakukan.
2. Klien mengatakan aktivitas di Dengan kriteria hasil : 3. Libatkan keluarga dalam 3. Keluarga dapat membantu
bantu keluarga 1. Melaporkan peningkatan proses penyebuhan kebutuhan yang tidak bisa di
3. Klien mengatakan ke dua kakinya toleransi terhadap lakukan klien.
bengkak. aktivitas yang dapat di 4. Ciptakan lingkungan yang 4. Lingkungan yang terapeutik
DO : ukur dengan adanya terapeutik dapat mempercepat proses
1. Klien terlihat lemah dispneu, kelemahan penyembuhan.
2. Terlihat udem pada ke dua kaki berlebihan 5. Pantau TTV 5. Untuk mengetahui keadaan
3. Klen terlihat sulit beraktivitas 2. TTV dalam rentan umum klien.
4. ADL klien dibantu keluarga normal.
5. Kekuatan otot 3/3/2/2
6. Pergerakan klien lemah dan tidak
bebas
7. Hasil lab :
- Albumin : 1.73 g/dl
- Hb : 11.3 g/dl
8. TTV
Td : 130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S : 36.60C
4. Ansietas b.d keadaan penyakit yang Setelah dilakukan tindakan sel 1. Pantau tingkat kecemasan 1. Faktor ini mempengaruhi
dalami. Dindai dengan : ama 3 x 24 jam, diharapkan persepsi klien terhadap ancaman
kecemasan dir, potensial, siklus anxieta.

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


63
Tuberculosis Paru

DS : klien dapat berkurang. Dengan  2. Beri informasi tentang 2. Dapat menambah pengetahuan


1. Klien mengatakan cemas dengan kriteria hasil : penyakit yang diderita klen klien tentang penyakit yang
penyakitnya 1. Klien tidak gelisah diderita klien
2. Klien mengatakan lemas seluruh 2. Dapat tidur dengan 3. Dorong klien untuk 3. Mengetahui pencetus
badan nyenyak mengungkapkan kecemasan klien
3. Klien mengatakan susah untuk 3. TTV dalam batas normal perasaannya.
tidur karena memikirkan 4. Libatkan keluarga dalam 4. Mempercepat proses
penyakitnya. proses penyembuhan penyembuhan
DO : 5. Pantau TTV 5. Mengetahui keadaan umum
4. Klien terlihat gelisah klien.
5. Klien terlihat sulit untuk tidur
6. Klien selalu menanyakan tentang
penyakitnya.
7. Mukosa bibir klien terlihat pucat
8. TTV :
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
5. Gangguan pola istirahat tidur b.d dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebiaaan tidur klien 1. Untuk mengetahui sejauh mana
batuk dan dipsneu. Dindai dengan : asuhan keperawatan selama 3 sebelum dan saat sakit ganggua tidur klen
DS : x 24 jam, diharapkan 2. Awasi aktivitas kebiasaan 2. Untuk mengetahu apa
1. Klien mengatakan tidak dapat kebutuhan tidur terpenuhi. klien penyebab gangguan tidur klen.
tidur dengan nyenyak Dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan klien untuk 3. Memudahkan klien untuk bisa
2. Klien mengatakan sering 1. Memahami faktor yang relaksasi pada waktu akan tidur.
terbangun pada malam hari menyebabkan gangguan tidur
karena batuk. tidur 4. Ciptakan suasana dan 4. Lingkungan dan suasana yang
3. Klien mengtakan jam tidurnya ± 2. Dapat menangani lingkungan yang nyaman. nyaman akan mempermudah

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


64
Tuberculosis Paru

5-6 jam / 24 jam penyebab tidur yang tidak klien untuk tidur.
DO: adekuat. 5. Pantau TTV 5. Untuk mengetahui keadaan
1. Klien terlihat lemas 3. Tanda – tanda kurang umum klien
2. Konjungtiva mata terlihat anemis tidur tidak ada.
3. Kantong mata klien bagaian
bawah terlihat hitam
4. Klien terlihat sering terbangun
pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl
6. TTV
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C
6. Defisit perawatan diri b.d edema dan Setelah dilakukan tindakan 8. Jelaskan pada klien dan 8. Keterlibatan keluargabegitu
keletihan. Ditandai dengan : keperawatan selama 1 x 24 keluarga perawatan diri yang berarti dalam proses
DS : Jam, defisit perawatan diri benar. penyembuhan
1. Klien mengatakan sulit untuk tidak terjadi  dengan kriteria 9. Berikan perawatan kulit 9. Dengan perawatan kulit dapat
beraktivitas dan kedua kakinya hasil: bersihkan dan hilangkan bau
bengkak 4. Klien dan keluarga mampu badan dan kulit menjadi lembab
2. Klien mengatakan selama di menjelaskan kembali 10. Rangsang sirkulasi darah, 10. Memandikan dapat memberikan
rumah sakit klien hanya di lap perawatan diri yang benar kendorkan otot, buat rasa rasa segar pada klien, serta
basah menggunakan waslap. 5. 3)   Klien mampu nyaman denagn cara pijatan/ masase selama
3. Klien mengatakan selama di melakukan perawatan diri mandikan klien. dimandikan dapat melancarkan
Rumah sakit klien jarang secara mandiri sirkulasi
membersihkan dan merawat 6. Badan klien bersih, gigi 11. Berikan perawatan gigi dan 11. Membuat klien terlihat lebih
dirinya. klien bersih,telinga bersih, mulut segar
kulit lembab, klien dapat 12. Berikan perawatan muka 12. Rawat gigi secara teratut dan

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


65
Tuberculosis Paru

DO : melakukan aktifitasnya benar membersihkan


1. Kien terlihat sulit beraktivitas dan kuman/sisa makanan yang
udem pada ke dua kaki’ menyebabkan nyeri dan bau
2. Klien hanya di lap basah oleh 13. Cegah infeksi daerah kepala 13. Perawatan rambut dapat
keluarga dengan cara perawatan mencegah infeksi dan
3. Rambut klien terlihat lepek rambut seperti mencuci, memberikan rasa nyaman dan
4. Wajah klien terlihat berminyak menyisir atau mencukur segar
5. Daun terlinga klien terlihat kotor rambut.
6. Terdapat kotoran pada hidung 14. Berikan perawatan kuku 14. Agar kebersihan kuku klien
klien terjaga.
7. Terdapat sisa-sisa makanan pada
mulut, gigi kotor dan jarang sikat
gigi.
8. Kuku kotor dan tidak pernah
memotong kuku.

7. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 1. Catat status nutrisi klien 1. Berguna untuk mendefinisikan
tubuh b.d penurunan nafsu makan. asuhan keperawatan selama 3 nutrisi dan cairan.
Ditandai dengan : x 24 jam, adekuat diharapkan 2. Monitor intake dan output 2. Mengukur ketidakefektfan
DS : kebutuhan nutrisi adekuat,. nutrisi dan cairan.
1. Klien mengatakan lemas seluruh Dengan Kriteria Hasil : 3. Catat adanya anorexia, mual 3. Menentukan jenis diet dan
badan 1. Menunjukkna dan mutah mendefinisikan pemecahan
2. Klien mengatakan malas makan peningkatan BB masalah untuk meningkatkan
3. Klien mengatakan porsi 2. Nilai lab norml intake nutrisi.
makannya tdak di habiskan (2 3. Bebas dari tanda 4. Anjurkan klien makan 4. Membantu mempertahankan
sendok teh) malnutisi. sedikit –sedikit tapi sering nutrisi dalam tubuh.
4. Nafsu makan membaik 5. Pantau TTV 5. Mengetahui keadaau umum
klien.

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


66
Tuberculosis Paru

D0 :
1. Klien terlihat lemas
2. Mukosa bibir klien pucat / kering
3. Porsi makan tidak dihabiskan
4. Konjungtiva mata anemis
5. Kuku klien mudah patah
6. Atropometri
- Tb : 156 cm
- BB : 45 Kg
- IMT : 18.5 Kg
- Lila : 21 cm
7. Biokimia
- Albumin : 1.73 g/dl
- Hb : 11.39 d/dl
8. TTV :
Td :130/90 mmhg
N : 89x/i
P : 28 x/i
S :36.60C

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


67
Tuberculosis Paru

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial : Ny “R” Diagnosa : Tb Paru


No.RM : 37 69 25 Ruang / kamar : Baji Ati / 402
Waktu : Senin. 16 September 2019
Evaluasi (SOAP/SOAPIER)
No No. Waktu Implementasi Hasil
Dx
1. I 06 :00 1. Mengkaji status pernafasan - Terdengar suara hypersonor S:
klien - Terdapat ronchi 1. Klien mengatakan masih sesak nafas
- RR :28 x/i 2. Klien mengatakan  masih batuk berdarah
dan masih sulit mengeluarkan dahak
21 :08 2. Mencatat kemampuan untuk - Klien sulit untuk mengeluarkan O:
mengeluarkan sekret sekret 1. Klen masih terlihat sesak (P:28x/i)
21 :10 3. Menganjurkan klien utnuk - Telah diberikan teknik batuk 2. Klien masih terlhat batuk darah dan
latihan batuk efektif dan nafas efektif dan nafas dalam, dan susah mengeluarkan dahak
dalam. klien mengikuti anjuran. 3. Klien masih menggunakan alat bantu
22 : 06 4. Menganjurkan klien untuk - Telah diberikan posisi pernafasan (02 4 liter)
posisi semifowler. semifowlwer dan klien terlihat 4. Masih terdengar suara hypersonor pada
lebih rileks. seluruh lapang paru
23:00 5. Memberikan terapi oksigen (O2) - Telah diberikan therapy O2 4 5. Vokal fremitus masih menurun pada ke
liter. dua paru.
06 :00 6. Memantau TTV - Td : 130 / 90 mmhg 6. Masih terdengar suara rochi
N : 89 x/ m 7. Dipsneu
P : 28 x / i 8. TTV :
S : 36.6 0C Td :120/80 mmhg
07 : 00 7. Melakukan kalaborasi dengan - Telah diberikan tehrapy N : 84/i
tim medis pemberian therapy nebulizer combiven 1Amp / 24 P : 28 x/i
Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar
68
Tuberculosis Paru

nebulizer jam S :36.40C


A : Masalah belum terasi
- Bersihan jalan nafas tidak efektif.
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4 5, 6 7
2. II 21:00 1. Mengkaji tingkat nyeri secara - P : Batuk terus – menerus S:
kompherensif Q : Seperti tertusuk – tusuk 1. Klien mengatakan dada masih terasa
R : Pada bagian dada
sakit jika batuk
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan selama ± O:
3 - 5 menit, hilang timbul 1. Klien terlihat meringis menahan sakit
22 : 06 2. Memberikan posisi semifowler - Telah diberkan posisi
2. P : Batuk terus – menerus
semifowler dan klien terlihat
lebih rileks dan merasa lebih Q : Seperti tertusuk – tusuk
nyaman. R : Pada bagian dada
21 :10 3. Menganjurkan teknik relaksasi - Telah diberikan teknik relaksasi
S :Skala nyeri 6
nafas dalam dan klien
mengikuti anjuran. T: Nyeri dirasakan selama ±
07 :00 4. Melakukan kalaborasi dengan - Therapy obat yang di berikan 3-5 menit, dan hilang timbul
tim medis pemberian obat anti adalah cetorolac 1 Amp / 24 3. TTV
nyeri jam / IV
5. Memantau TTV - Td : 130 / 90 mmhg Td :120/80 mmhg
06:00 N : 84/i
N : 89 x/ m
P : 28 x / i P : 28 x/i
S : 36.6 0C S :36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Nyeri akut
P : Lanjutkan intervensi 1,2, 3 , 4 dan 5
3. III 22:00 1. Mendekatkan alat – alat yang - Benda – benda yang di S:
Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar
69
Tuberculosis Paru

dibutuhkan klien. butuhkan klien didekatkan 1. Klien mengatakan masih sulit


seperti gelas minum, tisu dan beraktivitas
lain-lain, dan klien lebih mudah
2. Klien mengatakan aktivitas masih di
menjangkaunya.
bantu keluarga
21:08 2. Membantu aktivitas klien - Aktivitas yang dibantu adalah 3. Klien mengatakan ke dua kakinya masih
membantu kien mengganti
bengkak.
bajunya.
O:
22:17 3. Melibatkan keluarga dalam - Keluarga bersedia dan selalu 1. Klien mash terlihat lemah
proses penyebuhan membantu dalam memenuhi
2. Masih udem pada ke dua kaki
ADL klien.
21:00 4. Menciptakan lingkungan yang - Telah diciptakan lingkungan 3. Klien masih terlihat sulit beraktivitas
terapeutik yang bersih dan tidak bising, 4. ADL klien masih dibantu keluarga
sehingga klien lerlihat lebih 5. Kekuatan otot 3/3/2/2
nyaman dan istirahat dengan
nyaman. 6. Pergerakan klien masih lemah dan tidak
06 : 00 5.Memantau TTV - Td : 130 / 90 mmhg bebas
N : 89 x/ m 7. TTV
P : 28 x / i
Td :120/80 mmhg
S : 36.6 0C
N : 84/i
P : 28 x/i
S :36.40C

A : Masalah belum teratasi


- Intoleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar
70
Tuberculosis Paru

4. IV 22:20 1. Memantau tingkat kecemasan - Tingkat kecemasan ringan S:


1. Klien mengatakan sudah tidak cemas
22:30 2. Memberi informasi tentang - Telah diberikan edukasi / dengan penyakitnya
penyakit yang diderita klien informasi tentang penyakit O:
klen, dan klien sdah mngerti 1. Klien sudah tidak terlihat gelisah
tentang penyakitnya dan lebih 2. Klien sudah tidak menanyakan
tenang. penyakitnya lagi.
06: 30 3. Mendorong klien untuk - Klien merasa takut jika 3. TTV :
mengungkapkan perasaannya. penyakit yang didertanya tidak Td :120/80 mmhg
sembuh, dan dihindari oleh N : 84/i
banyak orang P : 28 x/i
22:45 4. Melibatkan keluarga dalam - Keluarga selalu memberikan S :36.40C
proses penyembuhan motivasi kepada klien A : Masalah teratasi
06:00 5. Memantau TTV - Td : 130 / 90 mmhg - Ancietas / Cemas
N : 89 x/ m P : Pertahankan intervensi
P : 28 x / i
S : 36.6 0C
5. V 22:18 1. Mengkaji kebiaaan tidur klien - Sebelum sakit : Menonton TV S:
sebelum sakit dan saat sakit - Saat sakit : Tidak ada 1. Klien mengatakan masih tidak dapat
tidur dengan nyenyak
22:30 2. Mengawasi aktivitas kebiasaan - Klien berbaring di tempat tidur 2. Klien masih sering sering terbangun
klien , dan terlihat gelisah. pada malam hari karena batuk.

22 :15 3. Menganjurkan klien untuk - Telah diberkikan teknik


relaksasi pada waktu akan tidur relaksasi nafas dalam dan klien O:
terlihat lebih rileks. 1. Klien masih terlihat lemas
2. Konjungtiva mata masih terlihat anemis
22 :45 4. Menciptakan suasana dan - Telah diberikan lingkungan 3. Kantong mata klien bagaian bawah

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


71
Tuberculosis Paru

lingkungan yang nyaman. yang nyaman dan klien lebuh masih terlihat hitam
mudah dan merasa nyaman 4. Klien masih terlihat sering terbangun
untuk istirahat. pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl
06:00 5. Memantau TTV 6. TTV
- Td : 130 / 90 mmhg Td :120/80 mmhg
N : 89 x/ m N : 84/i
P : 28 x / i P : 28 x/i
0
S : 36.6 C S :36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Gangguan pola istirahat tidur
P : Lanjutkan intervensi no 3,4 dan 5
6. VII. 21:09 1. Catat status nutrisi klien - Bb: 45 kg S:
- Tb: 156 cm 1. Klien mengatakan masih lemas seluruh
- IMT : 18.5 kg badan
- Lila : 21 cm 2. Klien mengatakan masih malas makan
22:00 2. Monitor intake dan output - Intake Nutrisi 3. Klien mengatakan porsi makannya
- Jenis : Bubur, ikan, buah,dan masih tidak di habiskan (2 sendok teh)
sayur O:
- Frekuensi : 3x 1 1. Klien terlihat masih lemas
- Porsi : Tidak habis (2 sendok 2. Mukosa bibir klien masih pucat / kering
teh). 3. Porsi makan tidak dihabiskan
- Intake Cairan 4. Konjungtiva mata masih anemis
Oral ± 1.200 cc /hari 5. Atropometri
Infus ± 000 cc / hari - Tb : 156 cm
- Output - BB : 45 Kg
1500 cc / 24 jam - IMT : 18.5 Kg
22:10 3. Mencatat adanya anorexia, mual - Tidak ada reaksi mual dan - Lila : 21 cm

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


72
Tuberculosis Paru

dan mutah muntah 6. Albumin : 1.73 g/dl


21:00 4. Menganjurkan klien makan - Klien mengkuti intruksi dan - Hb : 11.39 d/dl
sedkit – sedikit tapi sering makan sedikit – sedikit tapi - TTV :
sering. Td :120/80 mmhg
06:00 5. Memantau TTV - Td : 130 / 90 mmhg N : 84/i
N : 89 x/ m P : 28 x/i
P : 28 x / i S :36.40C
S : 36.6 0C A : Masalah belum teratasi
- Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
P : Lanjutkan ntervensi no 1, 2, 3, 4, dan 5

Selasa 17 September 2019


7. I 06 :00 1. Mengkaji status pernafasan - Terdengar suara hypersonor S:
klien - Terdapat ronchi 1. Klien mengatakan masih sesak nafas
- RR :26 x/i 2. Klien mengatakan  masih batuk berdarah
21 :15
2. Mencatat kemampuan untuk - Klien sulit untuk mengeluarkan dan masih sulit mengeluarkan dahak
mengeluarkan sekret sekret O:
21:25 3. Menganjurkan klien untuk - Telah diberikan teknik batuk 1. Klien masih terlihat sesak (P:26x/i)
latihan batuk efektif dan nafas efektif dan nafas dalam, dan 2. Klien masih terlhat batuk darah dan
dalam. klien mengikuti anjuran. susah mengeluarkan dahak
21:00 4. Menganjurkan klien untuk - Telah diberikan posisi 3. Klien masih menggunakan alat bantu
posisi semifowler semifowlwer dan klien terlihat pernafasan (02 4 liter)
lebih rileks. 4. Masih terdengar suara hypersonor pada
22:00
5. Merikan terapi oksigen (O2) - Telah diberikan therapy O2 4 seluruh lapang paru
liter. 5. Vokal fremitus masih menurun pada ke
06 :00 6. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg dua paru.
N : 84 x/ i 6. Masih terdengar suara rochi
Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar
73
Tuberculosis Paru

P : 26 x / i 7. Dipsneu
07 :00 S : 36.4 0C 8. TTV :
7. Melakukan kalaborasi dengan - Telah diberikan tehrapy Td :120/80 mmhg
tim medis pemberian therapy nebulizer combiven 1Amp / 12 N : 84/i
nebulizer jam P : 26 x/i
S :36.40C
A : Masalah belum terasi
- Bersihan jalan nafas tidak efektif.
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4 5, 6 7
8 II. 21 :36 1. Mengkaji tingkat nyeri secara - P: Batuk terus – menerus S:
kompherensif Q: Seperti tertusuk – tusuk 1. Klien mengatakan nyeri pada bagian
R: Pada bagian dada dada sudah mulai berkurang pada saat
S: Skala nyeri 5 batuk
T: Nyeri dirasakan selama ± O:
3 - 5 menit, hilang timbul 1. Klien terlihat meringis menahan sakit
21:00 2. Memberikan posisi semifowler - Telah diberkan posisi 2. P : Batuk terus – menerus
semifowler dan klien terlihat Q : Seperti tertusuk – tusuk
lebih rileks dan merasa lebih R : Pada bagian dada
nyaman. S :Skala nyeri 4
21:25 3. Menganjurkan teknik relaksasi - Telah diberikan teknik T: Nyeri dirasakan selama ±
relaksasi nafas dalam dan klien 3-5 menit, dan hilang timbul
mengikuti anjuran.
06 :30 4. Melakukan kalaborasi dengan - Therapy obat yang di berikan 3. TTV
tim medis pemberian obat anti adalah cetorolac 1 Amp / 24 Td :120/80 mmhg
nyeri jam / IV N : 84/i
06:00 5. Memantau TTV P : 28 x/i
- Td : 120 / 80 mmhg S :36.40C
N : 84 x/ i A : Masalah belum teratasi

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


74
Tuberculosis Paru

P : 26 x / i - Nyeri akut
S : 36.4 0C P : Lanjutkan intervensi 1,2, 3 , 4 dan 5

9. III 21:18 1. Mendekatkan alat – alat yang - Benda – benda yang di S :


dibutuhkan klien. butuhkan klien didekatkan 1. Klien mengatakan masih sulit
seperti gelas minum, tisu dan beraktivitas
lain-lain, dan klien lebih mudah 2. Klien mengatakan aktivitas masih di
menjangkaunya. bantu keluarga
3. Klien mengatakan ke dua kakinya masih
22:05 2. Membantu aktivitas klien - Aktivitas yang dibantu adalah bengkak.
membantu kien untuk makan. O:
21:07 3. Melibatkan keluarga dalam - Keluarga bersedia dan selalu 1. Klien mash terlihat lemah
proses penyebuhan membantu dalam memenuhi 2. Masih udem pada ke dua kaki
ADL klien. 3. Klien masih terlihat sulit beraktivitas
22:25 4. Menciptakan lingkungan yang - Telah diciptakan lingkungan 4. ADL klien masih dibantu keluarga
terapeutik yang bersih dan tidak bising, 5. Kekuatan otot 3/3/2/2
sehingga klien lerlihat lebih 6. Pergerakan klien masih lemah dan tidak
nyaman dan istirahat dengan bebas
nyaman. 7. TTV
06:00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg Td :120/80 mmhg
N : 84 x/ i N : 84/i
P : 26 x / i P : 28 x/i
S : 36.4 0C S :36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Intoleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
10. V 22:24 1. Menganjurkan klien untuk - Telah diberkikan teknik S:
relaksasi pada waktu akan tidur relaksasi nafas dalam dan klien 1. Klien mengatakan masih tidak dapat
Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar
75
Tuberculosis Paru

22 :34 2. Menciptakan suasana dan terlihat lebih rileks. tidur dengan nyenyak
lingkungan yang nyaman. - Telah diberikan lingkungan 2. Klien masih sering sering terbangun
yang nyaman dan klien lebuh pada malam hari karena batuk.
mudah dan merasa nyaman O:
06:00 3. Memantau TTV untuk istirahat. 1. Klien masih terlihat lemas
- Td : 120 / 80 mmhg 2. Konjungtiva mata masih terlihat anemis
N : 84 x/ i 3. Kantong mata klien bagaian bawah
P : 26 x / i masih terlihat hitam
0
S : 36.4 C 4. Klien masih terlihat sering terbangun
pada malam hari.
5. Hb : 11.3 g / dl
6. TTV
Td :120/80 mmhg
N : 84/i
P : 26 x/i
S :36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Gangguan pola istirahat tidur
P : Lanjutkan intervensi no 3,4 dan 5

11. VI.
07 :00 1. Menjelaskan pada klien dan - Telah diberikan edukasi S :
keluarga perawatan diri yang kepada klien dan keluarga 1. Klien mengatakan badan terasa segar
benar. tentang perawatan diri yang setelah dilakukan perawatan diri.
benar, keluarga dan klen .
mengerti terkait edukasi yang O :

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


76
Tuberculosis Paru

08 :00 2. Memberikan perawatan kulit diberikan. 1. Klien terlihat lebih segar


- Telah diberikan perawatan 2. Rambut klien sudah tidak lepek
kulit dengan memakaikan 3. Wajah klien sudah tidak berminyak
07 :16 lation. 4. Tidak terdapat sisa-sisa makanan pada
3. Merangsang sirkulasi darah,
- Klien telah di mandikan mulut dan gigi terlihat bersih
kendorkan otot, buat rasa
5. Kuku bersh dan tidak kotor.
nyaman denagn cara mandikan
A : Masalah Teratasi
klien.
- Defisit perawatan diri
4. Memberikan perawatan gigi dan
07 :20 - Telah diberikan perawatan gigi P : Pertahankan intervensi
mulut
dan mulut dengan cara
membantu klien menggosok
gigi.
5. Memberikan perawatan muka
07 :30 - Telah diberikan perawatan
muka, dengan cara membantu
klien mencuci muka.
6. Mencegah infeksi daerah kepala
07 :40 dengan cara perawatan rambut - Telah dilakukan perawatan
seperti mencuci, menyisir atau rambut dengan cara membantu
mencukur rambut. klien untuk keramas.
7. Memberikan perawatan kuku
08 :00 - Telah diberikan perawatan
kuku dengan cara menggunting
kuku klien.
12. VII 21:09 1. Catat status nutrisi klien - Bb: 45 kg S:
- Tb: 156 cm 1. Klien mengatakan masih lemas seluruh
- IMT : 18.5 kg badan
- Lila : 21 cm 2. Klien mengatakan masih malas makan
3. Klien mengatakan porsi makannya

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


77
Tuberculosis Paru

22:00 2. Monitor intake dan output -


Intake Nutrisi masih tidak di habiskan (2 sendok teh)
-
Jenis : Bubur, ikan, buah,dan O:
sayur 1.
Klien terlihat masih lemas
- Frekuensi : 3x 1 2.
Mukosa bibir klien masih pucat / kering
- Porsi : tidak habis 2 sendok 3.
Porsi makan tidak dihabiskan
teh 4.
Konjungtiva mata masih anemis
- Intake Cairan 5.
Atropometri
Oral ± 1.100 cc /hari - Tb : 156 cm
Infus ± 1000 cc / hari - BB : 45 Kg
- Output - IMT : 18.5 Kg
1300 cc / 24 jam - Lila : 21 cm
6. Hb : 11.39 d/dl
22:10 3. Mencatat adanya anorexia, mual - Tidak ada reaksi mual dan 7. TTV :
dan mutah muntah Td :120/80 mmhg
21:00 4. Menganjurkan klien makan - Klien mengkuti intruksi dan N : 84/i
sedikit – sedikit tapi sering makan sedikit – sedikit tapi P : 26 x/i
sering. S :36.40C
06:00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg A : Masalah belum teratasi
N : 84 x/ i - Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
P : 26 x / i P : Lanjutkan ntervensi no 1, 2, 3, 4, dan 5
S : 36.4 0C

Rabu, 18 September 2019


13. I 08 : 32 1. Mengkaji status pernafasan - Terdengar suara hypersonor S:
klien - Terdapat ronchi 1. Klien mengatakan sesak nafas berkurang
- RR :24 x/i 2. Klien mengatakan  dahak sudah mulai
08-45
2. Mencatat kemampuan untuk - Sekret sudah bisa keluar keluar pada saat batuk.
Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar
78
Tuberculosis Paru

mengeluarkan sekret -Telah diberikan teknik batuk O :


10:34 3. Menganjurkan klien untuk efektif dan nafas dalam, dan 1. Klien masih terlihat sesak (P:24x/i)
latihan batuk efektif dan nafas klien mengikuti anjuran 2. Klien batuk dan mulai ada dahak
dalam. -Telah diberikan posisi 3. Klien masih menggunakan alat bantu
09:45 4. Menganjurkan klien untuk semifowlwer dan klien terlihat pernafasan (02 4 liter)
posisi semifowler lebih rileks. 4. Masih terdengar suara hypersonor pada
-Telah diberikan therapy O2 4 seluruh lapang paru
10:00
5. Merikan terapi oksigen (O2) liter. 5. Vokal fremitus masih menurun pada ke
-Td : 120 / 80 mmhg dua paru.
12:00 6. Memantau TTV N : 82 x/ i 6. Masih terdengar suara rochi
P : 24 x / i 7. Dipsneu
0
S : 36.4 C 8. TTV :
- Telah diberikan tehrapy Td :120/80 mmhg
08:00 7. Melakukan kalaborasi dengan nebulizer combiven 1Amp / 12 N : 82/i
tim medis pemberian therapy jam P : 24 x/i
nebulizer S :36.40C
A : Masalah belum terasi
- Bersihan jalan nafas tidak efektif.
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4 5, 6 7
14 II 08: 54 1. Mengkaji tingkat nyeri secara - P : Batuk terus – menerus S:
kompherensif Q : Seperti tertusuk – tusuk 1. Klien mengatakan pada saat batuk dada
R : Pada bagian dada tidak terasa sakit lagi.
S : Skala nyeri 3 O:
T : Nyeri dirasakan selama ± 1. Klien sudah tidak meringis menahan
3 - 5 menit, hilang timbul sakit
09:45 2. Memberikan posisi semifowler - Telah diberkan posisi 2. Skala nyeri 0-1
semifowler dan klien terlihat 3. TTV
lebih rileks dan merasa lebih Td :120/80 mmhg

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


79
Tuberculosis Paru

nyaman. N : 82/i
10:34 3. Menganjurkan teknik relaksasi - Telah diberikan teknik P : 26 x/i
relaksasi nafas dalam dan klien S : 36.40C
mengikuti anjuran. A : Masalah teratasi
08:00 4. Melakukan kalaborasi dengan - Therapy obat yang di berikan - Nyeri akut
tim medis pemberian obat anti adalah cetorolac 1 Amp / 24 P : Pertahankan intervensi
nyeri jam / IV
12:00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg
N : 82 x/ i
P : 24 x / i
S : 36.4 0C
15 III 09:13 1. Mendekatkan alat – alat yang - Benda – benda yang di S :
dibutuhkan klien. butuhkan klien didekatkan 1. Klien mengatakan masih sulit
seperti gelas minum, tisu dan beraktivitas
lain-lain, dan klien lebih mudah 2. Klien mengatakan aktivitas masih di
menjangkaunya. bantu keluarga
3. Klien mengatakan ke dua kakinya masih
10:13 2. Membantu aktivitas klien - Aktivitas yang dibantu adalah bengkak.
membantu kien untuk makan. O:
10:45 3. Melibatkan keluarga dalam - Keluarga bersedia dan selalu 1. Klien mash terlihat lemah
proses penyebuhan membantu dalam memenuhi 2. Masih udem pada ke dua kaki
ADL klien. 3. Klien masih terlihat sulit beraktivitas
12 :30 4. Menciptakan lingkungan yang - Telah diciptakan lingkungan 4. ADL klien masih dibantu keluarga
terapeutik yang bersih dan tidak bising, 5. Kekuatan otot 3/3/2/2
sehingga klien lerlihat lebih 6. Pergerakan klien masih lemah dan tidak
nyaman dan istirahat dengan bebas
nyaman. 7. TTV
12 :00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg Td :120/80 mmhg

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


80
Tuberculosis Paru

N : 82 x/ i N : 84/i
P : 24 x / i P : 24 x/i
S : 36.4 0C S : 36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Intoleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
16. V 12:35 1. Menganjurkan klien untuk - Telah diberkikan teknik S:
relaksasi pada waktu akan tidur relaksasi nafas dalam dan klien 1. Klien mengatakan sudah bisa masih
terlihat lebih rileks. dengan nyenyak dan jarang terbangun
12 :30 2. Menciptakan suasana dan - Telah diberikan lingkungan lagi pada malam har akrena batuk.
lingkungan yang nyaman. yang nyaman dan klien lebuh O:
mudah dan merasa nyaman 1. Keadaan umum klien mulai membaik m
untuk istirahat. 2. Kantong mata klien bagian bawah sudah
12:00
3. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg tidak hitam.
N : 82 x/ i 3. Klien sudah tidak terbangun lagi pada
P : 24 x / i malam hari.
S : 36.4 0C 4. TTV
Td :120/80 mmhg
N : 32/i
P : 24 x/i
S :36.40C

A : Masalah teratasi
- Gangguan pola istirahat tidur
P : Pertahanka intervensi.
17. VII. 08:07 1. Catat status nutrisi klien - Bb: 45 kg S:
- Tb: 156 cm 1. Klien mengatakan masih lemas seluruh
- IMT : 18.5 kg badan

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


81
Tuberculosis Paru

- Lila : 21 cm 2. Klien mengatakan masih malas makan


3. Klien mengatakan porsi makannya
09:35 2. Monitor intake dan output - Intake Nutrisi masih tidak di habiskan (2 sendok teh)
- Jenis : Bubur, ikan, buah,dan O:
sayur 1. Klien terlihat masih lemas
- Frekuensi : 3x 1 2. Mukosa bibir klien masih pucat / kering
- Porsi : tidak habis 2 sendok 3. Porsi makan tidak dihabiskan
teh 4. Konjungtiva mata masih anemis
- Intake Cairan 5. Atropometri
Oral ± 1.300 cc /hari - Tb : 156 cm
Infus ± 1000 cc / hari - BB : 45 Kg
- Output - IMT : 18.5 Kg
± 1.450 cc / 24 jam - Lila : 21 cm
11:00 3. Mencatat adanya anorexia, mual - Tidak ada reaksi mual dan 6. Hb : 11.39 d/dl
dan mutah muntah 7. TTV :
09 :12 4. Menganjurkan klien makan - Klien mengkuti intruksi dan Td :120/80 mmhg
sedkit – sedikit tapi sering makan sedikit – sedikit tapi N : 84/i
sering. P : 26 x/i
12 :00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 80 mmhg S :36.40C
N : 84 x/ i A : Masalah belum teratasi
P : 26 x / i - Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
0
S : 36.4 C P : Lanjutkan tervensi no 1, 2, 3, 4, dan 5
Kamis, 19 September 2019
18. 1. 8 : 32 1. Mengkaji status pernafasan - RR :22 x/i S:
klien 1. Klien mengatakan sudah tidak sesak
nafas
08-45
2. Mencatat kemampuan untuk - Sekret sudah bisa keluar 2. Klien mengatakan  dahak keluar pada
mengeluarkan sekret - Telah diberikan teknik batuk saat batuk.

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


82
Tuberculosis Paru

10:34 3. Menganjurkan klien untuk efektif dan nafas dalam, dan O :


latihan batuk efektif dan nafas klien mengikuti anjuran 1. Klien tidak terlihat sesak (P:22x/i)
dalam. - Telah diberikan posisi 2. Klien batuk dan ada dahak
09:45
4. Menganjurkan klien untuk semifowlwer dan klien terlihat 3. Klien tidak menggunakan alat bantu
posisi semifowler lebih rileks. pernafasan
10:00 5. Merikan terapi oksigen (O2) - Telah diberikan therapy O2 4 4. Suara sonor pada seluruh lapang paru
liter. paru.
12:00
6. Memantau TTV - Td : 120 / 90 mmhg 5. TTV :
N : 82 x/ i Td :120/90 mmhg
P : 22 x / i N : 82/i
0
S : 36.4 C P : 22 x / i
08:00
7. Melakukan kalaborasi dengan - Telah diberikan tehrapy S :36.40C
tim medis pemberian therapy nebulizer combiven 1Amp / 12 A : Masalah teratasi
nebulizer jam - Bersihan jalan nafas tidak efektif.
P : Pertahankan intervensi.
19. III 09:13 1. Mendekatkan alat – alat yang - Benda – benda yang di S :
dibutuhkan klien. butuhkan klien didekatkan 1. Klien mengatakan masih sulit
seperti gelas minum, tisu dan beraktivitas
lain-lain, dan klien lebih mudah 2. Klien mengatakan aktivitas masih di
menjangkaunya. bantu keluarga
10:13 2. Membantu aktivitas klien - Aktivitas yang dibantu adalah 3. Klien mengatakan ke dua kakinya masih
membantu kien untuk makan. bengkak.
10:45 3. Melibatkan keluarga dalam - Keluarga bersedia dan selalu O :
proses penyebuhan membantu dalam memenuhi 1. Klien mash terlihat lemah
ADL klien. 2. Masih udem pada ke dua kaki
12 :30 4. Menciptakan lingkungan yang - Telah diciptakan lingkungan 3. Klien masih terlihat sulit beraktivitas
terapeutik yang bersih dan tidak bising, 4. ADL klien masih dibantu keluarga
sehingga klien lerlihat lebih 5. Kekuatan otot 3/3/2/2

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


83
Tuberculosis Paru

nyaman dan istirahat dengan 6. Pergerakan klien masih lemah dan tidak
nyaman. bebas
12 :00 5. Memantau TTV - Td : 120 / 90 mmhg 7. TTV
N : 82 x/ i Td : 120/920 mmhg
P : 22 x / i N : 82 / i
S : 36.4 0C P : 24 x/i
S : 36.40C
A : Masalah belum teratasi
- Intoleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
20. VII 08:07 1. Catat status nutrisi klien - Bb: 45 kg S:
- Tb : 156 cm 1. Klien mengatakan masih lemas seluruh
- IMT : 18.5 kg badan
- Lila : 21 cm 2. Klien mengatakan masih malas makan
3. Klien mengatakan porsi makannya
09:35 2. Monitor intake dan output - Intake Nutrisi masih tidak di habiskan (2 sendok teh)
- Jenis : Bubur, ikan, buah,dan O:
sayur 1. Klien terlihat masih lemas
- Frekuensi : 3x 1 2. Mukosa bibir klien masih pucat / kering
- Porsi : tidak habis 2 sendok 3. Porsi makan tidak dihabiskan
- Intake Cairan 4. Konjungtiva mata masih anemis
Oral ± 1.500 cc /hari 5. Atropometri
Infus ± 1000 cc / hari - Tb : 156 cm
- Output - BB : 45 Kg
1350 cc / 24 jam - IMT : 18.5 Kg
- Lila : 21 cm
11:00 3. Mencatat adanya anorexia, mual - Tidak ada reaksi mual dan 6. Hb : 11.39 d/dl
dan mutah muntah 7. TTV :

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


84
Tuberculosis Paru

09 :12 4. Menganjurkan klien makan - Klien mengkuti intruksi dan Td :120/90 mmhg
sedkit – sedikit tapi sering makan sedikit – sedikit tapi N : 82 / i
12 :00 5. Memantau TTV sering. P : 22 x / i
- Td : 120 / 90 mmhg S :36.40C
N : 82 x/ i A : Masalah belum teratasi
P : 22 x / i - Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
S : 36.4 0C P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4, dan 5

Jum`at 20 September 2019

21 I& 10 :00 Semua implementasi di hentikan Klien pulang Keadaan klien membaik
VII

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


85
Tuberculosis Paru

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar


86
Tuberculosis Paru

Askep Seminar Ners X Stikes Gunung Sari Makassar

Anda mungkin juga menyukai