Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP HUKUM DI INDONESIA

TUGAS
SOSIOLOGI HUKUM

OLEH :
RAHADIAN MAHARDIKA S, S.H.
NPM : 191022142

PROGRAM STUDY : MAGISTER HUKUM


DOSEN : PROF. DR. H. SYAFRINALDI, S.H.,
M.CL.

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
A. Pendahuluan
Globalisasi sebagai suatu proses mengalami suatu akselerasi sejak beberapa dekade
terahir ini, tetapi proses yang sesungguhnya sudah berlangsung sejak jauh di masa silam,
semata-mata karena adanya predisposisi umat manusia untuk hidup bersama-sama di suatu
wilayah dan karena itu dikondisikan untuk berhubungan dan mengakui hubungan satu sama
lain.1
Berkembangnya media massa (elektronik, cetak) serta dunia maya (internet) disinyalir
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Pada dasarnya,
proses saling mempengaruhi akibat interaksi adalah gejala yang wajar dalam kehidupan
berbangsa. Perkembangan Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di dunia yang juga
berkembang, disebabkan salah satunya adalah karena adanya pengaruh-pengaruh luar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa bisa disebabkan karena
interaksi dengan pihak luar. Dan hal inilah suatu keniscayaan yang terjadi dalam proses
globalisasi.
Globalisasi bukan hanya menyangkut salah satu bidang dalam kehidupan. Globalisasi
teknologi, ekonomi, dan bahkan informasi dan budaya adalah merupakan suatu hal yang
merupakan sebuah kenyataan. Oleh karena itu, menolak globalisasi adalah hal yang sangat
sulit dilakukan, kalau tidak boleh dikatakan kemustahilan. Walaupun pada akhirnya sudah
barang tentu diperlukan filter sebagai alat untuk menyeleksi apa-apa yang bisa diadopsi, dan
apa yang tidak bisa diambil bagi suatu bangsa, termasuk bangsa Indonesia.2
Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa globalisasi juga berdampak pada tatanan
hukum. Perkembangan yang terjadi di dunia yang disebabkan oleh globalisasi mempengaruhi
perkembangan dalam hukum nasional bangsa-bangsa yang antara lain muncul dalam:
1. Bagaimana bidang hukum makin mengalami internasionalisasi.
2. Bagaimana bahan transnasional bagi praktek hukum diciptakan.
3. Bagaimana kekuatan dari logika-logika yang berkerja dalam bidang ekonomi,
negara dan tatanan Internasional juga berdampak pada bidang hukum, sehingga
logika bidang hukum membentuk suatu microcosmos dari suatu fenomena sosial
yang lebih besar.
1
Satjipto Rahardjo, Pembangunan Hukum di Indonesia Dalam Konteks Global, Makalah seminar pertemuan
Dosen/Peminta Sosiologi Hukum se Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta di Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Agustus 1996
2
Soediro, “Hubungan Hukum dan Globalisasi: Upaya Mengantisipasi Dampak Negatifnya”, JURNAL
KOSMIK HUKUM VOL. 17 No. 1 Januari 2017 ISSN 1411-9781, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Di dalam Undang-Undang Dasar1945 memang tidak dijumpai suatu pasal yang
langsung menjadi dasar pembentukan suatu tatanan hukum baru di tanah air, namun kalau
kita melihat kepada isi pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai empat pokok
pikiran mengenai manajemen nasional” dan empat pokok tujuan negara serta prinsip negara
hukum dan pemerintahan konstitusional yang di deskripsikan dalam penjelasaannya, dapat
dijadikan dasar bagi perumusan konsep strategi pembaruan dan pembinaan hukum nasional.
Dalam kerangka Undang-undang Dasar 1945 tujuan hukum dirumuskan untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan seterusnya atau dalam ungkapan Becaria
tujuan hukum adalah memberikan kebahagiaan besar bagi sebanyak mungkin orang to
provide the greatest happiness devided among the greatest number.3
Secara teknis operasional arah pembangunan hukum di Indonesia terdapat dalam
naskah Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dalam kebijakan pembangunan lima tahun ke
enam disebutkan antara lain, bahwa pembangunan hukum dilaksanakan secara terpadu yang
meliputi semua aspek kehidupan. Hal ini dilakukan agar hukum nasional Indonesia senantiasa
menunjang dan megikuti dinamika pembangunan, sesuai dengan perkembangan aspirasi
masyarakat, serta kebutuhan masa kini dan masa depan. Pembangunan sistem hukum
nasional harus diarahkan kepada hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan
nasional. Pembangunan hukum harus dapat dijadikan dasar untuk menjamin masyarakat,
antara lain dapat membuat kepastian hukum, ketertiban hukum dan perlindungan hukum.
Dalam bahasa para ahli filsafat pencerahan, hukum tidak boleh hanya merupakan alat bantu
untuk mencapai rasionalitas, akan tetapi hukum itu sendiri harus rasional.4
Hukum yang rasional adalah hukum yang benar-benar mampu mewujudkan tujuan
kehadirannya. Selanjutnya untuk menjamin karya hukum yang rasional itu dapat
mewujudkan tujuannya, ia harus didukung oleh tindakan yang efisien dari perangkat
pelaksanaan hukum, disini peranan aparat penegak hukum sangat menentukan.
Untuk dapat menentukan bidang hukum mana yang sebaiknya harus dikembangkan,
dapat dipakai pola ukuran atau kriteria sebagai berikut : 5

3
Edi Setiadi, “Pengaruh Globalisasi Terhadap Subtansi dan Penegakan Hukum”, Volume XVIII No.4, dalam
Jurnal Fakultas Hukum UNISBA, Oktober-Desember 2020, hal. 443-444.
4
Ibid.
5
Mochtar Kusumaatmadja, Pembangunan Hukum dalam rangka Pembangunan hukum Nasional, Binacipta,
Bandung,1986,hal.6.
1. Ukuran keperluan mendesak (urgent need). Ukuran ini digunakan manakala kita
terdesak untuk melakukannya tanpa kesempatan memilih dalam arti yang
sebebanrnya.
2. Ukuran kelayakan (feasibility). Ukuran ini digunakan manakala kita dihadapkan
kepada bidang hukum yang mengandung terlalu banyak halangan. Untuk bidang
hukum ini perlu ditangguhkan dan dipilih bidang-bidang hukum yang tidak ada
komplikasi budaya, keagamaan dan sebagainya.
3. Ukuran perubahan yang pokok (fundamental change). Dalam hal ini perubahan
melalui perundang-undangan diperlukan, karena pertimbangan politis, ekonomis
dan atau sosial.
Dalam penerapan sebuah hukum harus dilihat kondisi dari suatu masyarakat apakah
masyarakat tersebut dapat menerima hukum tersebut atau tidak. Kondisi masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti aneka ragam budaya,
lingkungan alam, dan wilayah geografis. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat
beranekaragam menjadi tantangan untuk menerapkan sebuah hukum tertentu. Budaya lokal
Indonesia sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri.6
Pada prosesnya, globalisasi dapat mengakibatkan masuknya budaya asing ke budaya
Indonesia yang dapat membuat pola pandang masyrakat terhadap suatu hukum juga berubah.
Masuknya budaya asing pada suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan
budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa tersebut. Namun sering terjadi budaya
asing mendominasi kehidupan, sehingga budaya lokal mulai dilupakan. Kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal juga mendorong untuk memilih budaya
baru tersebut.

B. Permasalahan
Sebagaimana bidang tatanan hukum dan budaya, pengaruh globalisasi juga nampak
pada bidang teknologi, ekonomi, dan bahkan informasi. Luasnya cakupan masalah tentang
upaya hukum dalam mengantisipasi dampak negatif globalisasi, maka penulis membatasi
permasalahan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana hubungan hukum dan globalisasi?
2. Apa saja dampak positif dan negatif dari globalisasi?
3. Bagaimana fenomena penegakan hukum di Indonesia dari dampak globalisasi?

6
Soediro, Op.Cit.
C. Pembahasan
1. Hubungan Hukum dan Globalisasi
1.1. Pengertian Hukum
Secara etimologis, istilah hukum (Indonesia) disebut Law (Inggris) dan recht
(Belanda dan Jerman) atau Droit (Prancis). Istilah recht berasal dari bahasa latin
rechtum berarti tuntunan atau bimbingan perintah atau pemerintahan. Rechtum dalam
bahasa Romawi adalah rex yang berarti raja atau perintah raja. Istilah-istilah tersebut
(recht, rechtum, rex) dalam bahasa Inggris menjadi right (hak atau adil) yang berarti
hukum.7
Pengertian hukum juga dikemukakan oleh beberapa ahli. Salim H.S. berpendapat,
hukum adalah keseluruhan dari aturan-aturan hukum, baik yang dibuat oleh negara
maupun yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dengan tujuan untuk
melindungi kepentingan masyarakat, sementara itu hukum yang hidup, tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat hanya dipatuhi oleh warga masyarakat setempat dan
sifatnya lokal.8
Menurut Achmad Ali, hukum adalah seperangkat kaidah atau aturan yang
tersusun dalam suatu sistem, yang menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan oleh manusia sebagai warga masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,
yang bersumber dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain, yang diakui
berlakunya oleh otoritas tertinggi dalam masyarakat tersebut, serta benar-benar
diberlakukan oleh warga masyarakat (sebagai suatu keseluruhan) dalam kehidupannya
dan jika kaidah tersebut dilanggar akan memberikan kewenangan bagi otoritas tertinggi
untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya eksternal.9
Soedikno Mertokusumo berpendapat bahwa hukum adalah keseluruhan kumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan
peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan sanksi.10
Utrecht mengemukakan hukum adalah himpunan petunjuk hidup/perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh
7
Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, (Sinar Grafika: Jakarta, 2013), hlm. 6.
8
Salim H.S., Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2009),
hlm. 26.
9
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence),
(Prenada Media Group: Jakarta, 2012), hlm. 29.
10
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Liberty: Yogyakarta, 1986), hlm. 34.
seluruh anggota masyarakat, oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan oleh pemerintah/penguasa itu.11
Menurut Van Kant dan J.H. Beekhuis, hukum adalah peraturan yang bersifat
memaksa yang diadakan untuk melindungi kepentingan orang dalam masyarakat dan
siapa yang melanggar norma hukum dapat dijatuhi sanksi atau dituntut oleh pihak yang
berwenang atau pihak yang hak-haknya dirugikan.12
Hukum juga memiliki tujuan, Van Apeldoorn mengemukakan bahwa tujuan
hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Demi
mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan
mengadakan perimbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan
setiap orang harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat
Apeldoorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara dua teori tujuan hukum yaitu Teori
Etis dan Teori Utilities.13 Menggarisbahwahi pendapat Van Apeldoorn yang
mengatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara
damai dan adil, maka dapat dikatakan bahwa jika terjadi kondisi masyarakat yang
kurang tertib, maka hukum harus dapat menertibkannya. Demi mencapai kedamaian
hukum harus menciptakan masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan
antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus
memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Jelas kiranya bahwa
sengketa atau masalah yang terjadi di dalam masyarakat harus dapat diselesaikan dalam
rangka melindungi hak setiap orang secara adil.

1.2. Pengertian Globalisasi


Menurut bentuk asalnya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang berarti
universal atau menyeluruh. Kamus Bahasa Indonesia yang diakses daring menjelaskan
bahwa pengertian globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Hal itu
berarti bahwa globalisasi adalah istilah yang identik dengan mendunia, atau menuju
universalisasi. (http://kamusbahasaindonesia.org/globalisasi). Achmad Suparman
menyatakan bahwa globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.

11
Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Sinar Harapan: Jakarta, 1983), hlm. 53.
12
Van Kant, Pengantar Ilmu Hukum. Pembangunan, Jakarta 1972, hlm. 13.
13
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Balai Pustaka: Jakarta, 1989),
hlm. 37.
Jamal Wiwoho dalam Materi Mata Kuliah Hukum dan Globalisasi PDIH UNS
angkatan Tahun 2016 mengemukakan pendapat Malcolm Waters bahwa globalisasi
adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan
sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di dalam kesadaran orang. Hal ini
berarti bahwa sekat atau batas geografis sudah tidak begitu berpengaruh akibat
globalisasi. Jamal Wiwoho juga membandingkan pengertian globalisasi menurut
beberapa pakar. Emmanuel Ritcher yang memberikan definisi globalisasi sebagai
jaringan kerja global yang secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya
terpencar-pencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
Thomas L. Friedman berpendapat bahwa globalisasi memiliki dimensi Ideologi dan
teknologi. Dimensi ideologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi
teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia. Princeton N.
Lyman mengemukakan pendapatnya bahwa globalisasi adalah pertumbuhan yang
sangat cepat atas saling ketergantungan, dan hubungan antara negara-negara di dunia
dalam hal perdagangan dan keuangan. 14
Globalisasi dipandang sebagai sebuah proyek yang diprakarsai oleh negara-
negara maju, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif terhadapnya. Dari
sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi
dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
Sebab globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh juga terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.15
Kennedy dan Cohen berpendapat bahwa transformasi telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil
bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan
selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta
kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan
globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
Lucian W. Pye, (1966) mengemukakan bahwa globalisasi adalah sebuah gejala
tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke seluruh dunia (sehingga menjadi budaya

14
(http://jamalwiwoho.com/materi-kuliah) diakses pada 5 April 2020.

Kadri, Globalisasi Budaya, http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/globalisasi-budaya.html. diakses pada 5


15

April 2020.
dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari penyebaran
budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke
berbagai tempat di dunia ini. Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara
intensif terjadi pada awal ke-20, yaitu dengan berkembangnya teknologi komunikasi.
Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi
antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah
dilakukan, dan hal inilah yang menyebabkan semakin cepatnya perkembangan
globalisasi kebudayaan.16
Berdasarkan pemaparan mengenai hukum dan globalisasi, dapat diketahui bahwa
hubungan antara hukum dengan globalisasi sangat erat. Bertolak dari pengertian
hukum menurut Van Appeldorn yang mengatakan bahwa hukum adalah gejala sosial.
Tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum maka hukum itu menjadi suatu
aspek kebudayaan yaitu agama, kesusilaan, adat istiadat, dan kebiasaan. Jika kemudian
dipadukan dengan pendapat Anthony Giddens tentang globalisasi yang suatu hubungan
sosial yang mendunia sehingga mampu menghubungkan antara kejadian yang terjadi
di satu lokasi dengan lokasi yang lain di mana keduanya mengalami perubahan.
Di sini nampaklah titik singgung antara hukum dan globalisasi sebagai suatu
gejala sosial yang tak bisa dihindarkan meliputi berbagai aspek dan meluas ke seluruh
wilayah dunia. Pada saat globalisasi sudah diterima oleh masyarakat, maka ia pun
kemudian berubah menjadi hukum yang mengikat masyarakat tersebut.

2. Dampak Positif dan Negatif dari Globalisasi


Globalisasi menciptakan efek yang kompleks untuk kehidupan manusia, proses
kompleks dari globalisasi berpengaruh terutama di negara berkembang dan pada saat yang
sama globalisasi secara tidak langsung menciptakan sistem-sistem dan kekuatan transnasional
baru. Globalisasi juga menimbulkan berbagai dampak yang menjadi permasalahan global.
Adapun dampak tersebut adalah sebagai berikut :17
a. Dampak jangka pendek:
1. Dampak negatif globalisasi yang terlihat yaitu dampak buruk yang dapat
dihindari sebelum itu terjadi.
16
Soediro, Op. Cit.
17
Ibid.
2. Dampak positif globalisasi yang terlihat yaitu dampak positif/baik yang dapat
diperkirakan sebelum itu terjadi.
b. Dampak jangka panjang:
1. Dampak negatif globalisasi yang tidak terlihat yaitu dampak buruk yang tidak
diperkirakan dan tidak dapat dihindari sebelumnya. Dampak tersebut baru
disadari setelah efek buruknya terjadi.
2. Dampak positif globalisasi yang tidak terlihat yaitu dampak positif/baik yang
tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Dampak tersebut baru disadari setelah
menguntungkan peradaban.
Oleh karena itu sudah selayaknya pembahasan mengenai masalah globalisasi harus
dilakukan secara serius, karena perbedaan pendapat mengenai dampak globalisasi sudah
sering terjadi. Pro dan kontra mewarnai pembicaraan mengenai globalisasi. Adapun dampak
positif globalisasi antara lain adalah sebagai berikut.
a. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan.
b. Mudah melakukan komunikasi.
c. Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi).
d. Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran.
e. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri.
f. Mudah memenuhi kebutuhan.
Adapun dampak negatif globalisasi antara lain adalah sebagai berikut.
a. Informasi yang tidak tersaring.
b. Perilaku konsumtif.
c. Membuat sikap menutup diri dan berpikir sempit.
d. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk.
e. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan
suatu negara.
Menurut pendapat Krisna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan
Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses,
globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi
ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi
dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.
Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai
bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. 18 Oleh karena itu globalisasi
tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik,
ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme
terhadap bangsa. Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme (Elfatsani,
Masalah globalisasi http://elfatsani.blogspot.com/2008/12/masalah- globalisasi.htmlyang
merasa ter-eksploitasi kebudayaan timurnya) antara lain adalah sebagai berikut :19
a. Aspek politik globalisasi membuat pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika
pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat
tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme
terhadap negara menjadi meningkat.
b. Aspek ekonomi globalisasi membuat terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut
akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan
nasional bangsa.
c. Aspek sosial budaya membuat masyarakat dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah
maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan
bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Adapun pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain
adalah sebagai berikut:20
a. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Tidak menutup kemungkinan bahwa
Indonesia akan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika
hal tersebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
b. Dari globalisasi aspek ekonomi, fluktuasi ekonomi (terutama ekonomi makro)
yang pergerakannya sangat cepat dikarenakan batasan-batasan yang sudah luntur

18
Krisna, 2005, Pengaruh Globalisasi terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang,
19
Elfatsani, Masalah globalisasi http://elfatsani.blogspot.com/2008/12/masalah-globalisasi.htmlyang merasa
ter-eksploitasi kebudayaan timurnya. Diakses pada 5 April 2020.
20
Soediro, Op.Cit.
oleh globalisasi tersebut. Apabila pemerintah tidak mampu cepat tanggap dalam
menghadapi fluktuasi ekonomi tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
beserta kesejahteraan masyarakat akan mendapatkan imbas dari kelambanan
pemerintah dalam mengikuti ritme fluktuasi ekonomi tersebut.
c. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut
dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat
mengganggu kehidupan nasional berbangsa.
d. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama
warga, dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan
kehidupan bangsa.
Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap
nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global sehingga apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi
kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika hal ini terjadi maka akan
menimbulkan dilema sebab jika hal itu diterapkan belum tentu sesuai di Indonesia. Tetapi
sebaliknya bila tidak diterapkan akan dianggap tidak aspiratif. Dampak lanjut dari penolakan
terhadap globalisasi dapat memicu ketidakpuasan pada kalangan tertentu dan dapat memicu
tindakan anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan
persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Fenomena Penegakan Hukum di Indonesia dari Dampak Globalisasi


Dampak yang sangat signifikan dari globalisasi adalah hilangnya batasan-batasan akses
di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan perubahan di belahan dunia manapun dapat terjadi
dalam waktu sesingkat-singkatnya namun memberikan dampak yang sebesar-besarnya pada
belahan dunia lain. Fenomena globalisasi yang terjadi pada satu negara yang kemudian
berdampak pada seluruh dunia salah satunya adalah fenomena perang dagang antara Amerika
dan Tiongkok. Amerika dengan digdayanya sebagai negara adi kuasa mendeklarasikan
pemberhentian impor dan ekspor barang dari Tiongkok. Amerika sempat mencabut lisensi
Android pada ponsel pintar terbitan Tiongkok, yaitu Huawei21. Tiongkok juga melancarkan
strategi-strategi perang dagang yang salah satunya adalah memaksimalkan penggunaan
sumber daya yang dimiliki (yang selama ini menjadi objek utama impor ke luar negeri). Hal

21
https://tirto.id/google-cabut-lisensi-android-huawei-dRvT
ini berimbas pada Indonesia yang menjalin aktivitas ekspor impor dengan Tiongkok. Minyak
sawit (CPO) merupakan salah satu sumber bahan ekspor utama Indonesia terpaksa
mengalami penurunan dikarenakan dampak tidak langsung dari perang dagang tersebut. Hal
ini bermuara pada penerbitan Pepres Mandatori B20 yang berisikan maksimalisasi
pengelolaan sawit dalam negeri menjadi campuran bahan bakar kendaraan22 sebagai upaya
Indonesia menghadapi tantangan globalisasi yang dapat menggoncang perekonomian negara.
Globalisasi yang berdampak pada tersendatnya ekspor CPO di Indonesia membuat
pemerintah berkaca untuk tidak lagi bertumpu besar pada kegiatan ekspor sebagai sumber
utama peningkatan perekonomian. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia berusaha
memaksimalkan investasi dari luar negeri, baik dalam bentuk penanaman modal maupun
kerjasama tenaga kerja. Perumusan dan kajian dilakukan secara komprehensif kemudian
menerbitkan RUU omnibus law tenaga kerja yang dikenal dengan istilah omnibus law
“Cilaka”.
Omnibus law atau hukum sapujagad merujuk pada regulasi dengan kekuatan yang absah
dalam menggantikan satu atau lebih regulasi yang sudah berlaku. Konsep ini bisa saja hanya
menggantikan beberapa pasal di satu regulasi dan saat bersamaan mencabut seluruh isi
regulasi lain23. Hakekatnya, omnibus law cipta kerja dirancang untuk memudahkan perizinan
dan aturan yang tumpang tindih untuk berinvestasi di Indonesia. Berkaca dari negara ASEAN
lain, proses perizinan investasi di Vietnam hanya membutuhkan waktu selama lebih kurang
dua bulan dibandingkan Indonesia yang bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun24.
RUU omnibus law cipta kerja yang digadang-gadangkan sebagai solusi dari regulasi
investor Indonesia menuai protes dari banyak pihak. Beberapa ahli mengatakan bahwa
banyak catatan-catatan merah yang perlu dikaji ulang yang berdampak merugikan dari
adanya omnibus law tenaga kerja. Perancangan omnibus law cipta kerja tersebut tidak
transparan, inklusif, dan partisipatif (sarat akan kepentingan karena ada unsur keterlibatan
pengusaha dalam menyaring aturan yang diberlakukan)25 sehingga banyak pihak-pihak yang
dirugikan.
KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia) mengemukakan alasan penolakan RUU
omnibus law cipta kerja yang dituangkan dalam sembilan poin catatan merah. Pertama, dapat
menghilangkan ketentuan upah minimum kabupaten/kota. Kedua, aturan pesangon menjadi
22
https://katadata.co.id/berita/2018/08/20/jokowi-terbitkan-revisi-perpres-mandatori-b20
23
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e2c1e4de971a/menelusuri-asal-usul-konsep-omnibus-law/
24
https://katadata.co.id/berita/2019/09/04/darmin-soroti-proses-investasi-yang-panjang-karena-ratusan-regulasi
25
https://katadata.co.id/telaah/2020/02/27/catatan-merah-pasal-pasal-omnibus-law-cipta-kerja
tidak pasti. Ketiga, penggunaan tenaga alih daya (outsourcing) semakin mudah sehingga
perusahaan yang menyewa tenaga alih daya tidak perlu bertanggung jawab penuh terhadap
kesejahteraan karyawan terkait. Keempat, sanksi pidana dapat dihapuskan bagi perusahaan
yang melanggar aturan. Kelima, regulasi jam kerja dapat berubah dan bermuara pada
eksploitasi karyawan. Keenam, karyawan kontrak akan sulit menjadi karyawan tetap.
Ketujuh, penggunaan tenaga kerja asing atau buruh kasar semakin dilanggengkan yang dapat
berdampak pada peningkatan angka pengangguran tenaga kerja kasar di Indonesia.
Kedelapan, proses pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan kepada karyawan
menjadi lebih mudah (merujuk pada aturan pesangon yang tidak pasti). Kesembilan, dapat
menghilangkan jaminan sosial, yakni jaminan kesehatan dan pensiun pada buruh26.
Banyaknya kelemahan-kelemahan di RUU omnibus law cipta kerja tersebut membuat
Presiden Joko Widodo menangguhkan masa pengesahan yang semula 100 hari menjadi tak
terbatas waktu agar masyarakat dapat menelaah RUU omnibus law cipta kerja dengan cermat.
Globalisasi mampu meluruhkan seluruh batasan antarnegara, meningkatkan percepatan
perkembangan teknologi, serta meningkatkan persaingan sumber daya manusia. Hal ini tidak
hanya berkaitan dengan sektor ekonomi (baik mikro maupun makro) di Indonesia namun juga
pada sektor pendidikan. Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan di Kabinet Indonesia Maju
berusaha meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia (termasuk di dalamnya kualitas siswa)
dengan menjadikan PISA (Program for International Student Assessment) sebagai tolak ukur
kesuksesan siswa dan pendidikan Indonesia. Artinya, Nadiem tidak merujuk pada nilai
evaluasi pendidikan (misalnya melalui UN) yang berskala nasional, melainkan memasang
tolak ukur pada skala internasional sebagai upaya menjawab tantangan dari fenonema
globalisasi tersebut. Skor siswa Indonesia berada pada peringkat bawah dengan kemampuan
membaca, matematika, dan sains sangat rendah27. Oleh sebab itu, Nadiem resmi
menghapuskan UN dan mengganti evaluasi dengan asesmen kompetensi meliputi
transformasi kepemimpinan sekolah, transformasi pendidikan dan pelatihan guru,
menerapkan standar penilaian global, serta kemitraan dengan daerah dan masyarakat sipil 28.
Strategi ini sinergis dengan ketetapan penghapusan UN yang diberlakukan pada seluruh
sekolah. Persaingan SDM skala global merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh SDM

26
Ibid
27
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-
tingkatkan-kualitas
28
https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/05/government-to-revamp-student-assessment-to-
improve-pisa-scores.html
Indonesia di era globalisasi ini yang tidak hanya perlu dibarengi oleh ide-ide terbarukan
tetapi juga dengan peraturan pemerintah yang sinergis dengan ide-ide tersebut.
Fenomena globalisasi lain yang berkaitan dengan ketiadaan batas antarnegara dan
memberikan dampak sangat besar adalah wabah COVID-19 dengan status pandemic (skala
dunia). Wabah COVID-19 menjadi skala dunia dikarenakan penyebaran virus yang sangat
cepat yang diperparah dengan salah satu dampak globalisasi, yaitu meluruhnya batasan
antarnegara sehingga aktivitas masyarakat masuk dan keluar negeri menjadi sangat mudah.
Seluruh negara di dunia sedang berjuang menghadapi wabah ini dengan melancarkan strategi
dan regulasi yang sesuai dengan negara masing-masing.
Regulasi yang diberlakukan di Italia adalah lockdown total yang mengharuskan seluruh
masyarakat berada di rumah dan hanya diperbolehkan keluar untuk berbelanja kebutuhan
sehari-hari. Seluruh aktivitas dihentikan kecuali aktivitas di swalayan dan apotek. Hal yang
sama juga diterapkan di beberapa kota di Tiongkok. Regulasi lockdown terbilang efektif
dengan tolak ukur penurunan secara perlahan angka pasien positif COVID-19 di daerah-
daerah tersebut. Berbeda dengan Italia dan Tiongkok, Korea Selatan menerapkan tes massal
untuk seluruh masyarakat, yakni lebih kurang 20 ribu tes per hari 29 untuk memberikan
tindakan secara cepat kepada masyarakat yang positif.
Presiden Joko Widodo mengambil langkah seperti Korea Selatan, yaitu tes massal
COVID-1930 sambil memberikan himbauan untuk tidak beraktivitas di luar rumah.
Pelaksanaan tes massal juga bukan perkara mudah dengan tantangan geografis yang dimiliki
Indonesia. Presiden kemudian menetapkan pembatasan sosial berskala besar melalui PP
Nomor 21 Tahun 202031. PP mengatur beberapa kegiatan yang diliburkan dan dibatas, yaitu
peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, serta pembatasan
kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Pemerintah daerah perlu merujuk pada PP tersebut
dalam merancang regulasi penanganan penyebaran COVID-19 tersebut.
Secara keseluruhan, regulasi pemerintah di Indonesia dalam menyikapi COVID-19
tidak berjalan dengan efektif. Praktik dari PP pembatasan sosial skala besar masih perlu
dikaji ulang. PP pembatasan sosial berkaitan dengan darurat sipil skala rendah (tingkatan:
tertib sipil, darurat sipil, darurat militer, dan darurat perang). PP ini dinilai tidak efektif dan
dapat melegalkan tindakan opresif pada masyarakat. Efektivitas dan tindakan yang tidak

29
https://www.bbc.com/news/world-asia-51836898
30
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200320010100-4-146305/bukan-lockdown-ternyata-jokowi-lebih-
pilih-tes-massal-corona
31
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135059/pp-no-21-tahun-2020
opresif pada masyarakat dapat tercapai apabila pemerintah memiliki akuntabilitas yang baik
dalam menegakkan prinsip-prinsip HAM. PP pembatasan sosial skala besar juga dinilai
mengerdilkan UU Kekarantinaan Kesehatan yang dirasa sudah komprehensif untuk
diterapkan dalam menangani wabah COVID-19.
Globalisasi turut menyebarkan isu internasional ke tanah air Indonesia, yang
mengakibatkan Pemerintah harus menyesuaikan kebijakan yang hendak diambil demi
menyesuaikan diri terhadap isu-isu intersnasional tersebut. Pemerintah yang cerdas dan bijak
pasti akan dapat memaksimalkan isu internasional untuk meningkatkan kualitas SDM
Indonesia dengan cara kebijakan-kebijakan yang akan mereka terapkan, namun jika
Pemerintah tidak matang dan tidak menguasai medan akan apa yang harus dilakukan maka
yang terjadi adalah penolakan dari masyarakat atau bahkan menyebarnya isu negatif tersebut
di Indonesia yang implikasinya sudah pasti penurunan kualitas SDM.

D. Kesimpulan
Secara keseluruhan, penegakan hukum Indonesia dalam menghadapi tantangan
globalisasi masih pada ranah reaktif, belum mencapai ranah proaktif. Regulasi-regulasi yang
telah disahkan tersebut juga harus dilaksanakan. Perlu adanya pengawalan oleh pihak-pihak
tertentu, meliputi pihak yang ditetapkan, penegak hukum, dan masyarakat untuk memastikan
regulasi yang disahkan telah dijalankan dengan semestinya.
Globalisasi yang menyebabkan kemajuan pada teknologi membuat persebaran isu
melalui media elektronik serta dunia maya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
dunia, termasuk Indonesia. Perkembangan Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di
dunia yang juga berkembang, disebabkan salah satunya adalah karena adanya pengaruh-
pengaruh luar. Globalisasi bukan hanya menyangkut salah satu bidang dalam kehidupan.
Globalisasi teknologi, ekonomi, dan bahkan informasi dan budaya adalah merupakan suatu
hal yang merupakan sebuah kenyataan. Oleh karena itu, menolak globalisasi adalah hal yang
sangat sulit dilakukan, kalau tidak boleh dikatakan kemustahilan.
Dalam bidang hukum, globalisasi harus disikapi dengan bijak karena walau
bagaimanapun globalisasi pasti akan berdampak juga terhadap hukum nasional. Hal ini
dilakukan agar hukum nasional Indonesia senantiasa menunjang dan megikuti dinamika
pembangunan, sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat, serta kebutuhan masa kini
dan masa depan. Pembangunan sistem hukum nasional harus diarahkan kepada hukum
nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional. Pembangunan hukum harus dapat
dijadikan dasar untuk menjamin masyarakat, antara lain dapat membuat kepastian hukum,
ketertiban hukum dan perlindungan hukum. Namun, kebijaksanaan pemerintah Indonesia
masih belum maksimal sehingga dalam arus globalisasi kita cenderung tenggelam dengan
dampak-dampak yang buruk terhadap isu tertentu. Di sisi lain, Pemerintah yang mampu
menguasai medan yang ia jalani akan dapat mensiasati keadaan dan mengambil langkah bijak
untuk menanggapi isu global dalam hal peningkatan kualitas SDM di Indonesia.
Daftar Pustaka
Buku
Achmad, Ali, 2012, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence), Prenada Media Group, Jakarta.
Kant, Van dan J. H. Beekhuls, 1972, Pengantar Ilmu Hukum. Pembangunan, Jakarta.
Kansil, C.S.T, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Kusumaatmaja, Mochtar, 1997, Hukum Internasional, Binacipta, Jakarta.
Mertokusumo, Soedikno, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta.
Salim, H.S., 2009, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Sugiarto, Umar Said, 2013, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Utrecht E. 1983, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai