Nstemi PDF
Nstemi PDF
Oleh :
Fadlan Aufar Malik (140100103)
Thasia Paramudita (140100199)
Dharsheena Seshadri (140100247)
Pembimbing :
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Penguji
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Non-St Segment Elevation Myocardial Infarction”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ........................................................................................ i
Kata pengantar ................................................................................................. ii
Daftar isi ........................................................................................................... iii
Daftar gambar................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Anatomi dan fungsi jantung .................................................... 3
2.2 ST elevasi miokard infark ........................................................ 7
2.2.1 Definisi ............................................................................. 7
2.2.2 Klasifikasi.......................................................................... 7
2.2.3 Etiologi .............................................................................. 7
2.3 NSTEMI ................................................................................... 9
2.3.1 Definisi ............................................................................. 9
2.3.2 Faktor Risiko .................................................................... 9
2.3.3 Patofisiologi aterosklerosis............................................... 7
2.3.4 Patogenesis Aterosklerosis ............................................... 11
2.3.5 Manifestasi klinis .............................................................. 16
2.3.6 Diagnosis ........................................................................... 17
2.3.7 Diagnosis Banding ........................................................... 26
2.3.8 Stratifikasi Risiko .............................................................. 27
2.2.9 Tatalaksana ....................................................................... 32
BAB III STATUS ORANG SAKIT ............................................................ 43
BAB IV FOLLOW UP PASIEN .................................................................. 50
BAB V DISKUSI KASUS ............................................................................. 57
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
2
DAFTAR GAMBAR
3.3.1 EKG 45
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
BAB 1
PENDAHULUAN
minimal yang bertahan ≥10 menit, serta disertai dengan adanya peningkatan
marka jantung.1,2
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dibagi menjadi
dua, yaitu : Sirkulasi Sistemik- aliran darah dari jantung kiri ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung kanan; Sirkulasi Pulmoner- aliran darah dari jantung kanan ke
paru – paru lalu kembali ke jantung kiri.4
Jantung terpisah menjadi dua bagian, yaitu jantung bagian kanan dan
jantung bagian kiri, Jantung bagian kanan- meliputi atrium kanan yang
7
menampung darah rendah kandungan oksigen dan tinggi CO2 dari seluruh tubuh
melalui vena cava superior dan inferior.Melewati katup tricuspid darah dialirkan
ke ventrikel kanan pada fase diastole, dan selanjutnya dipompa oleh ventrikel
kanan melalui arteri pulmonalis dialirkan ke paru – paru pada fase sistol.4
Jantung kiri meliputi atrium kiri yang menampung darah kaya oksigen
dari paru – paru meliputi vena pulmonalis.Melewati katup bicuspid (mitral) darah
dialirkan ke ventrikel kiri pada fase diastole dan selanjutnya dipompa oleh
ventrikel kiri ke aorta pada fase sistol dan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
sistem pembuluh darah (termasuk arteri, arteriole, dan kapiler).4
Mekanisme sistol dan diastole adalah suatu proses yang diarahkan oleh
8
impuls sistem saraf – saraf yang berjalan berurutan. Seluruh rangkaian kejadian
yang menyebabkan kontraksi dan relaksasi bergantian, dapat diringkas dalam tiga
tahap :4
- Saraf vagus merangsang simpul sinoatrial (SAN), pusat pacu jantung. Simpul
sinoatrial (SAN) terletak di dinding bagian atas atrium kanan, didekat pangkal
vena kava, terdiri dari sel – sel khusus. Dalam keadaan biasa, impuls yang
dikeluarkan oleh SAN berirama kurang lebih 70 kali setiap menit. Impuls
yang tersebar di seluruh otot atrium, menyebabkan kontraksi simultan kedua
atrium kanan dan kiri, dan mendorong darah memasuki ventrikel (melalui
katup tricuspid dan bicuspid/mitral).
- Kontraksi atrium mengirimkan impuls – impuls yang pada gilirannya
merangsang simpul atrioventrikuler (AVN). Simpul atrioventrikuler adalah
massa otot jantung yang termodifikasi, terletak di bagian bawah/tengah
atrium kanan jantung. “Bundle of His” adalah seikat serat otot jantung yang
termodifikasi, berfungsi meneruskan impuls dari AVN ke ventrikel.
- Potensi rangsangan dari impuls yang dikirimkan ke serat Purkinje mencapai
cabang kanan dan kiri dari serat Purkinje. Hal ini menyebabkan ventrikel
berkontraksi, mendorong darah keluar dari jantung menuju arteri (arteri
pulmonalis membawa darah ke paru – paru, dan aorta membawa darah ke
seluruh tubuh).
Kejadian ini dimungkinkan, karena otot jantung mempunyai empat
kemampuan, yaitu automaticity, conductivity, excitability, dan contractility.
Sistem pembuluh darah arteri (pembuluh nadi) merupakan pembuluh yang
membawa darah keluar dari jantung, dindingnya tebal, terdiri atas tiga lapis, yaitu
tunika adventitia (lapisan paling luar) yang tersusun dari jaringan penyambung;
tunika media (lapisan tengah) yang tersusun atas otot polos dan jaringan elastis;
tunika intima (lapisan paling dalam) yang tersusun atas sel endothelial.4
Arteri membentuk cabang – cabang lebih kecil yang disebut arteriole,
berdiameter 10-100 mikrometer, yang diinervasi dan dikelilingi oleh sel otot
polos. Arteriole ini membentuk cabang – cabang lebih kecil lagi yang ujung –
ujungnya berhubungan langsung dengan sel – sel tubuh, disebut kapiler. Kapiler
10
berdiameter sekitar 5-8 mikrometer, tidak diinervasi dan tidak memiliki otot
polos. Satu arteriole dapat melayani ratusan kapiler. Kapiler berfungsi
menghantarkan oksigen dan nutrient ke sel – sel, dan mengambil produk sisa yang
tidak dibutuhkan lagi untuk dikirim ke venule dan selanjutnya dialirkan melalui
vena kembali kejantung.4
Vena (pembuluh balik) merupakan pembuluh yang membawa darah
kembali ke jantung. Vena merupakan pembuluh berdinding tipis, kurang elastis,
lumennya lebih besar daripada arteri. Pembuluh ini mempunyai beberapa katup
untuk mencegah agar darah tidak berbalik arah. Vena bercabang – cabang
membentuk venule, yang kemudian membentuk cabang – cabang lebih kecil,
disebut kapiler.4
Vena yang berhubungan langsung dengan jantung dikenal dengan vena
cava. Vena mengandung darah kaya CO2, kecuali vena pulmonalis yang
mengandung banyak oksigen. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung, membawa oksigen dan nutrisi untuk miokardium melalui cabang –
cabang intramiokardial yang kecil – kecil. Karena itu, bila ada penyempitan yang
bermakna pada arteri koroner, kerja jantung pasti akan terganggu. Keadaan ini
yang disebut penyakit jantung koroner (PJK), penyebab sebagian besar kematian
kardiovaskular pada manusia di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. CO2
dan sisa produk metabolism sel miokardium akan dialirkan melalui vena
koronaria menuju sinus koronarius yang bermuara di atrium kanan.4
Darah dalam sistem kardiovaskular berperan sebagai media untuk
transport, yang mengangkut berbagai elemen keperluan sel – sel tubuh. Pada
orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam sistem sirkulasi
berkisar 5-6 liter. Dari keseluruhan volume darah ini, 55% terdiri dari plasma,
yaitu cairan yang mengandung elektrolit, protein, gula dan molekul lain, dan 40
– 45% adalah sel padat, terutama terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan platelet (trombosit).4
10
2.2.3 Etiologi
Penyebab utama SKA adalah ketidakseimbangan tiba-tiba antara pemasukan
oksigen pada miokardial dengan kebutuhan yang biasanya disebabkan oleh
adanya obstruksi arteri koroner. Ketidakseimbangan mungkin juga disebabkan
oleh kondisi lain, termasuk berlebihnya permintaan oksigen miokard dalam
pengaturan pembatasan aliran yang stabil saat keadaan luka, insufisiensi koroner
akut karena penyebab lain (misalnya, emboli pada koroner, arteritis koroner);
10
2.3 NSTEMI
2.3.1 Definisi
NSTEMI didefinisikan dengan adanya nyeri pada dada yang dirasakan
seperti tertekan pada saat istirahat atau pada saat aktivitas minimal yang
berlangsung ≥ 10 menit serta disertai dengan adanya peningkatan marka jantung.
Nyeri biasanya mucul di bagian retrosternal dan menjalar ke salah satu atau
kedua tangan, leher, hingga dagu.2
2.3.2 Faktor risiko
Faktor yang meningkatkan kemungkinan SKA-NSTEMI adalah usia tua,
laki-laki, riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung, diabetes melitus.1
Menurut Canadian Cardiovascular Society, faktor risiko penyakit jantung dapat
dibagi menjadi 2, yaitu:6
2.3.3 Patofisiologi
10
1. Ruptur plak atau erosi plak dengan trombus non oklusif (penyebab ini yang
paling berperan dalam terjadinya UA/NSTEMI).
Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting angina pektoris tak
stabil; sehingga tiba-tiba terjadi obstruksi sub total atau total dari pembuluh darah
koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Dua pertiga
dari pembuluh yang mengalami ruptur sebelumnya mempunyai penyempitan 50%
atau kurang dan pada 97% pasien dengan angina tidak stabil mempunyai
penyempitan kurang dari 70%. Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang
mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik (fibrotik cap). Plak
yang tidak stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya
infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan
dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Kadang-kadang
keretakan timbul pada dinding plak yang paling lemah karena adanya enzim
protease yang dihasilkan makrofag dan secara enzimatik melemahkan dinding
plak (fibrous cap). Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi
platelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup
pembuluh darah 100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan
bila trombus tidak menyumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat
akan terjadi angina tidak stabil.9
SKA merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari PJK akibat
utama dari proses aterotrombosis selain stroke iskemik serta peripheral arterial
disease (PAD). Aterotrombosis merupakan suatu penyakit kronik dengan proses
yang sangat komplek dan multifaktor serta saling terkait.
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan
angina yang bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih
berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena
aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual
sampai muntah, kasang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan
jasmani seringkali tidak ada yang khas.
10
2.3.6 Diagnosis
Diagnosis awal pasien dengan keluhan nyeri dada dapat ditegakkan
dengan mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, elektrokardiogram, tes marka jantung, dan foto polos dada, dan lain-lain.
Anamnesis
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang
tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal
berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung
intermiten/beberapa menit atau persisten (>20 menit). Keluhan angina tipikal
sering disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis, mual/muntah, nyeri
abdominal, sesak napas, dan sinkop.1 Faktor yang dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya NSTE-ACS adalah usia tua, laki-laki, riwayat penyakit
jantung koroner dalam keluarga, adanya penyakit arteri perifer, DM, insufisiensi
renal, riwayat infark miokard, dan riwayat revaskularisasi.5
Presentasi angina atipikal yang sering dijumpai antara lain nyeri di daerah
penjalaran angina tipikal, rasa gangguan pencernaan (indigestion), sesak napas
yang tidak dapat diterangkan, atau rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan.
Keluhan atipikal ini lebih sering dijumpai pada pasien usia muda (25-40 tahun)
atau usia lanjut (>75 tahun), wanita, penderita diabetes, gagal ginjal menahun,
atau demensia. Walaupun keluhan angina atipikal dapat muncul saat istirahat,
keluhan ini patut dicurigai sebagai angina ekuivalen jika berhubungan dengan
aktivitas, terutama pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner (PJK).
Hilangnya keluhan angina setelah terapi nitrat sublingual tidak prediktif terhadap
diagnosis SKA.1
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada
pasien dengan karakteristik sebagai berikut : 1
1. Pria
2. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non koroner (penyakit arteri
perifer / karotis)
10
3. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard, bedah
pintas koroner, atau IKP
4. Mempunyai faktor risiko: umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes
mellitus, riwayat PJK dini dalam keluarga, yang diklasifikasi atas risiko tinggi,
risiko sedang, risiko rendah menurut NCEP (National Cholesterol Education
Program)
Suspek ACS
Konfirmasi ACS
Penanganan Awal
ACS
Stratifikasi Risiko
Cardiac Rehabilition
Discharge Planning
Gambar 2.8 Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction Guideline Pathway7
Pemeriksaan fisik
10
Pemeriksaan elektrokardiogram
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah
kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin
sesampainya di ruang gawat darurat.1 EKG direkomendasikan sebagai
pemeriksaan lini pertama yang harus segera dilakukan, dimana EKG memiliki
spesifisitas yang tinggi (97%) dan sensitivitas yang rendah (28%) pada ACS.5
Sebagai tambahan, sadapan V3R dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada
semua pasien dengan perubahan EKG yang mengarah kepada iskemia dinding
10
inferior. Sementara itu, sadapan V7-V9 juga harus direkam pada semua pasien
angina yang mempunyai EKG awal nondiagnostik. Sedapat mungkin, rekaman
EKG dibuat dalam 10 menit sejak kedatangan pasien di ruang gawat darurat.
Pemeriksaan EKG sebaiknya diulang setiap keluhan angina timbul kembali.1
1. Nyeri dada yang sesuai dengan kriteria angina ekuivalen atau tidak seluruhnya
tipikal pada saat evaluasi di ruang gawat-darurat.
2. EKG normal atau nondiagnostik, dan
3. Marka jantung normal
Kadar troponin pada pasien infark miokard akut meningkat di dalam darah
perifer 3 – 4 jam setelah awitan infark dan menetap sampai 2 minggu.
Peningkatan ringan kadar troponin biasanya menghilang dalam 2 hingga 3 hari,
namun bila terjadi nekrosis luas, peningkatan ini dapat menetap hingga 2 minggu.
Mengingat troponin I/T tidak terdeteksi dalam darah orang sehat, nilai
ambang peningkatan marka jantung ini ditetapkan sedikit di atas nilai normal yang
ditetapkan oleh laboratorium setempat.1
Perlu diingat bahwa selain akibat STEMI dan NSTEMI, peningkatan kadar
troponin juga dapat terjadi akibat:
1. Takiaritmia atau bradiaritmia berat
10
2. Miokarditis
3. Dissecting aneurysm
4. Emboli paru
5. Gangguan ginjal akut atau kronik
6. Stroke atau perdarahan subarakhnoid
7. Penyakit kritis, terutama pada sepsis
Apabila pemeriksaan troponin tidak tersedia, pemeriksaan CKMB dapat
digunakan. CKMB akan meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam, mencapai
puncaknya saat 12 jam, dan menetap sampai 2 hari.1
Pemeriksaan laboratorium
Data laboratorium, di samping marka jantung, yang harus dikumpulkan di
ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit,
koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak
boleh menunda terapi SKA.1
Pemeriksaan Noninvasif
Stress test & exercise treadmill testing yang telah dibahas sebelumnya dapat
membantu menyingkirkan diagnosis banding PJK obstruktif pada pasien-pasien
tanpa rasa nyeri, EKG istirahat normal dan marka jantung yang negatif.1 Tenaga
medis dapat menggunakan tes ini pada pasien NSTE-ACS yang memiliki risiko
rendah-sedang dan kondisi fisiknya stabil.5
Tabel 2.2 Diagnosis banding pasien dengan keluhan utama nyeri dada6
Stratifikasi risiko TIMI ditentukan oleh jumlah skor dari 7 variabel yang
masing-masing setara dengan 1 poin. Variabel tersebut antara lain adalah usia ≥65
10
tahun, ≥3 faktor risiko, stenosis koroner ≥50%, deviasi segmen ST pada EKG,
terdapat 2 kali keluhan angina dalam 24 jam yang telah lalu, peningkatan marka
jantung, dan penggunaan asipirin dalam 7 hari terakhir. Dari semua variabel yang
ada, stenosis koroner ≥50% merupakan variabel yang sangat mungkin tidak
terdeteksi. Jumlah skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian kardiovaskular <8,3%);
skor 3-4 : risiko menengah (risiko kejadian kardiovaskular <19,9%); dan skor 5-7
: risiko tinggi (risiko kejadian kardiovaskular hingga 41%). Stratifikasi TIMI telah
divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari dan 1 tahun pada berbagai spektrum
SKA termasuk UAP/NSTEMI.1
dapat diperkirakan melalui presentasi klinis ketika pasien tiba. Adanya gejala saat
istirahat memberikan prognosis yang buruk. Selain itu, nyeri yang berkelanjutan
atau sering serta adanya takikardia, hipotensi dan gagal jantung juga merupakan
pertanda peningkatan risiko dan memerlukan diagnosis dan penanganan segera.1
Pertanda EKG. Hasil EKG awal dapat memperkirakan risiko awal. Pasien
dengan EKG yang normal saat tiba di RS memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan mereka dengan inversi gelombang T. Selain itu, adanya depresi
segmen ST saat tiba, inversi gelombang T yang dalam di sadapan anterior, depresi
segmen ST ≥0,1 mV atau ≥0,05 mV di dua atau lebih sadapan yang bersebelahan,
dan elevasi segmen ST ≥0,1 mV di sadapan aVR memberikan prognosis yang
lebih buruk.1
2.3.9 Tatalaksana
Berdasarkan stratifikasi risiko, dapat ditentukan kebutuhan untuk
dilakukan strategi invasif dan waktu pelaksanaan revaskularisasi. Strategi invasif
melibatkan dilakukannya angiografi, dan ditujukan pada pasien dengan tingkat
risiko tinggi hingga sangat tinggi. Waktu pelaksanaan angiografi ditentukan
berdasarkan beberapa parameter dan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:1
Strategi ini dilakukan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria risiko tinggi dan
dianggap memiliki risiko rendah, yaitu memenuhi kriteria berikut ini:
• Nyeri dada tidak berulang
• Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung
• Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada
jam ke-6 hingga 9)
• Tidak ada peningkatan nilai troponin (saat tiba atau antara jam ke-6
hingga 9)
• Tidak ada iskemia yang dapat ditimbulkan (inducible ischemia)
NICE merekomendasikan pada pasien dengan risiko sedang/intermediate (skor
GRACE 88-100, menunjukkan angka mortalitas dalam 6 bulan >3.0%) atau lebih,
sebaiknya dipersiapkan untuk strategi invasif dalam waktu 96 jam. Pasien dengan
risiko rendah dan kondisi stabil (skor GRACE <88), dapat dipulangkan dengan
perencanaan angiografi.6
Penentuan risiko rendah berdasarkan risk score seperti GRACE dan TIMI
juga dapat berguna dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan strategi
konservatif. Penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien-pasien ini berdasarkan
evaluasi PJK. Sebelum dipulangkan, dapat dilakukan stress test untuk menentukan
adanya iskemi yang dapat ditimbulkan (inducible) untuk perencanaan pengobatan
dan sebelum dilakukan angiografi elektif. Risk Score >3 menurut TIMI
menunjukkan pasien memerlukan revaskularisasi. Timing revaskularisasi dapat
ditentukan berdasarkan penjelasan di atas.1
a. ANTI ISKEMIA
Penyekat Beta (Beta blocker)
10
Tabel 2.10 Jenis dan dosis penyekat beta untuk terapi IMA
Nitrat
Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang
mengakibatkan berkurangnya preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri
sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah
dilatasi pembuluh darah koroner baik yang normal maupun yang mengalami
aterosklerosis.
10
Tabel 2.12 Jenis dan dosis penghambat kanal kalsium untuk terapi IMA1
b. ANTIPLATELET
Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda indikasi kontra dengan
dosis loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk
jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan yang diberikan. Tidak
disarankan memberikan aspirin bersama NSAID (penghambat COX2 selektif dan
NSAID non-selektif).
10
c. ANTIKOGULAN
Terapi antikoagulan harus ditambahkan pada terapi antiplatelet secepat
mungkin. Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang
mendapatkan terapi antiplatelet. Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko
perdarahan dan iskemia, dan berdasarkan profil efikasi-keamanan agen tersebut.
10
e. STATIN
Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan
modifikasi diet, inhibitor hydroxymethylglutary-coenzyme A reductase (statin)
harus diberikan pada semua penderita UAP/NSTEMI, termasuk mereka yang
telah menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra. Terapi
statin dosis tinggi hendaknya dimulai sebelum pasien keluar rumah sakit, dengan
sasaran terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL <100 mg/ dL. Menurunkan
kadar kolesterol LDL sampai <70 mg/dL mungkin untuk dicapai.
10
2.3.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan akibat gangguan elektrik,
mekanik, dan inflamasi yang diinduksi dari daerah infark miokard. Komplikasi
awal terjadi akibat nekrosis dari miokard itu sendiri, sedangkan komplikasi yang
terjadi setelah beberapa hari sampai beberapa minggu diakibatkan karena
inflamasi dan proses penyembuhan jaringan nekrosis. Beberapa komplikasi akibat
infark adalah:4
1. Iskemia berulang
Sekitar 20% sampai 30% pasien miokard infark akan mengalami
postinfarction angina.
2. Aritmia
Aritmia sering terjadi selama akut miokard infark dan merupakan sumber
kematian utama sebelum pasien dirawat di RS. Mekanisme yang
menyebabkan terjadinya aritmia setelah infark adalah sebagai berikut:
a. Gangguan aliran darah ke struktur jantung yang berperan dalam jalur
konduksi (misalnya SA node, AV node dan bundle branches).
b. Akumulasi produk metabolic toksik (misalnya asidosis selular) dan
abnormal konsentrasi ion sel akibat kerusakan membran sel.
c. Stimulasi autonomik (simpatetik dan parasimpatetik).
d. Pemberian obat-obatan yang berpotensi menyebabkan aritmia.
3. Disfungsi miokard
- Congestive Heart Failure disebabkan akibat adanya ventricle
remodeling, aritmia, dan beberapa komplikasi akut lainnya. Tanda dan
gejala terjadi dekompensasi gagal jantung seperti sesak, rales, dan S3.
- Syok kardiogenik adalah kondisi akibat penurunan CO yang berat dan
hipotensi (SBP <90 mmHg) disertai dengan adanya perfusi jaringan
perifer inadekuat yang terjadi ketika lebih dari 40% massa ventrikel kiri
mengalami infark. Pasien dengan syok kardiogenik membutuhkan agen
inotropik intravena (misal dobutamine) untuk meningkatkan CO. Pasien
sering distabilisasikan dengan pemasangan intra-aortic ballon pump. Alat
tersebut dimasukkan ke aorta melalui arteri femoralis, memiliki flexible
10
BAB 3
pernah berobat maupun kontrol ke dokter untuk penyakit kencing manis dan
hipertensi.
Interpretasi
Irama: Sinus ritme, rate 75 x/menit regular, Axis: LAD; P wave (+) durasi 0,08
detik, PR interval durasi 0,16 detik; Kompleks QRS: durasi 0,08 detik Q patologis
di lead II, III, avF; ST isoelektris.
Kesimpulan
10
HASIL LABORATORIUM
Darah Lengkap
Hb : 12,1 g/dL (13-18)
Eritrosit : 4,47 juta /μL (4,50-6,50)
Leukosit : 8.580 /μL (4000-11000)
Hematokrit : 36% (39-54)
Trombosit : 227x 103/μL (150 000-450 000)
MCV : 81 fl (81-99)
MCHC : 33,4 g/dl (31.0 – 37.0)
RDW : 14,3% (11,5 – 14,5)
MPV : 10,8fl (6,5 – 9,5)
PCT : 0,250 % (0,100 – 0,500)
PDW :13,3% (10.0 – 16.0)
Hitung jenis
Neutrofil : 54,80% (50,00 – 70,00)
Limfosit : 34,70% (20,00 – 40,00)
Monosit : 8,30% (2,00 – 8,00)
Eosinofil : 1,60% (1,00 – 3,00)
Basofil : 0,60% (0,00 – 1,00)
Neutrofil absolut : 4,7% (2,7 – 6,5)
Limfosit absolut : 2,98% (1,5 - 3,7)
Monosit absolut : 0,71% (0,2 – 0,4)
Eosinofil absolut : 0,14% (0 – 0,10)
Basofil absolut : 0,05% (0 – 0,1)
IPF : 4,9%
NRBC : 0,0%
Faal Hemostasis
Waktu Protrombin
Pasien : 14,6 dtk
Kontrol : 14,00 dtk
INR : 1,03 (0,8 – 1,30)
APTT
Pasien : 25,2 dtk (27 - 39)
Kontrol : 33,7 dtk
Waktu trombin
Pasien : 13,5
Kontrol : 19,2
Kimia Klinik
10
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa darah sewaktu : 168 mg/dl (< 200)
HbA1c : 5,8% (4-6)
Lemak
Kolesterol Total : 155 mg/dl
Trigliserida : 116 mg/dl
Kolesterol HDL : 38 mg/dl
Kolesterol LDL : 100 mg/dl
Ginjal
BUN : 9 mg/dL (10 - 20)
Ureum : 19 mg/dL (21 - 43)
Kreatinin : 0,77mg/dL (0,6 – 1,1)
Elektrolit
Na : 134 mEq/L (135 - 155)
K : 2,7mEq/L (3,6 – 5,5)
Cl : 97 mEq/L (96 – 106)
Enzim Jantung
CKMB : 41 U/L (<=24)
Diagnosis kerja:
NSTEMI TIMI risk 4/7, GRACE 109, CRUSADE 20
Diferensial Diagnosis:
10
1. Miokarditis
2. Perikarditis
BAB 4
FOLLOW UP PASIEN
10
Tanggal S O A P
26 Sens = CM NSTEMI TIMI -Bed Rest
Sesak nafas
Juni TD = 110/70mmhg risk 4/7, grace -O2 2-4 L/i
(+)
2018 HR = 84 x/i 109, crusade 20 + -IVFD NaCl 0,9%
Nyeri dada RR = 20 x/i CHF fc III ec 10gtt/i mikro
(+) Kepala CAD + DM tipe II -Inj. arixtra 2,5 mg/ 24
Mata:Konjungtiva jam
anemis (-/-) -Inj. Furosemide 20 mg
Konjungtiva ikterik /8 jam
(-/-) -Aspilet 1 x 80mg
Leher -Clopidogrel 1x75mg
TVJ R+2cm H2O -Captopril 3x 12,5mg
Thorax -Simvastatin 1x40mg
Cor = S1S2 (N) -Clobazam 1x10mg
reguler, mur mur(-), -Laxadyn syr 1xc1
gallop(-) -Drips KCl 50 MEq
Pulmonal = dalam 400 CC NaCl
SP : vesikuler (+/+) 0,9% habis dalam 8 jam
ST : Rales (+/+) -ISDN 3x5 mg
Abdomen
Soepel, BU(+)N R/ pantau hemodinamik
Ekstremitas Cek KGDN / 2jPP,
Akral hangat, HbA1C, lipid profil,
Edema (-) urinalisa (JP)
10
Tanggal S O A P
27 Sens = CM NSTEMI TIMI -Bed Rest
Sesak nafas
Juni TD = 130/80mmhg risk 4/7, grace -O2 2-4 L/i
(+)
2018 HR = 69 x/i 109, crusade 20 + -IVFD NaCl 0,9%
Nyeri dada RR = 20 x/i CHF fc III ec 10gtt/i mikro
(+) Kepala CAD + DM tipe II -Inj. arixtra 2,5 mg/ 24
Mata:Konjungtiva jam
anemis (-/-) -Inj. Aspilet 1 x 80mg
Konjungtiva ikterik -Clopidogrel 1x75mg
(-/-) -Captopril 3x 12,5mg
Leher -ISDN 3x5 mg
TVJ R+2cm H2O -Concor 1x2.5 mg
Thorax -Inj. Furosemide 20
Cor = S1S2 (N) mg/8 jam
reguler, mur mur(-), -Simvastatin 1x40mg
gallop(-) -Laxadyn syr 1xc1
Pulmonal = -Clobazam 1x10mg
SP : vesikuler (+/+)
ST : Rales (+/+) R/Cek elektrolit post
Abdomen koreksi, pantau urine
Soepel, BU(+)N output dan
Ekstremitas hemodinamik, angiografi
Akral hangat, koroner
Edema (-)
10
Tanggal S O A P
28 Sens = CM NSTEMI TIMI -Bed Rest
Sesak nafas
Juni TD = 130/80mmhg risk 4/7, grace -O2 2-4 L/i
(+)
2018 HR = 72 x/i 109, crusade 20 + -IVFD NaCl 0,9%
Nyeri dada RR = 20 x/i CHF fc III ec 10gtt/i mikro
(+) Kepala CAD + DM tipe II -Inj. Furosemide 1x40
Mata:Konjungtiva mg
anemis (-/-) -Inj. Aspilet 1 x 80mg
Konjungtiva ikterik -Clopidogrel 1x75mg
(-/-) -ISDN 3x5 mg
Leher -Concor 1x2.5 mg
TVJ R+2cm H2O -Captopril 1 x 2,5mg
Thorax -Simvastatin 1x40mg
Cor = S1S2 (N) -Laxadyn syr 1xc1
reguler, mur mur(-), -Clobazam 1x10mg
gallop(-) -Spironolacton 1x20 mg
Pulmonal =
SP : vesikuler (+/+) R/ pantau urine output
ST : Rales (+/+) dan perdarahan,
Abdomen angiografi koroner
Soepel, BU(+)N
Ekstremitas
Akral hangat,
Edema (-)
10
Tanggal S O A P
29 Sens = CM NSTEMI TIMI -Bed Rest
Sesak nafas
Juni TD = 120/80mmhg risk 4/7, grace -O2 2-4 L/i
2018 (-) HR = 74 x/i 109, crusade 20 + -IVFD NaCl 0,9%
RR = 25 x/i CHF fc III ec 10gtt/i mikro
Nyeri dada
UOP = 1600 cc CAD + DM tipe II -Inj. Furosemide 1x40
(-) mg
Kepala -Inj. Aspilet 1 x 80mg
Mata:Konjungtiva -Clopidogrel 1x75mg
anemis (-/-) -ISDN 3x5 mg
Konjungtiva ikterik -Concor 1x2.5 mg
(-/-) -Captopril 1 x 2,5mg
Leher -Simvastatin 1x40mg
TVJ R+2cm H2O -Laxadyn syr 1 x CI
Thorax -Clobazam 1x10mg
Cor = S1S2 (N) -Spironolacton 1x20 mg
reguler, mur mur(-),
gallop(-) R/ pantau urine output
Pulmonal = dan perdarahan,
SP : vesikuler (+/+) angiografi koroner
ST : Rales (+/+)
Abdomen
Soepel, BU(+)N
Ekstremitas
Akral hangat,
Edema (-)
10
Interpretasi
Irama: Sinus ritme, rate 79 x/menit regular, Axis: LAD; P wave (+) durasi 0,08
detik, PR interval durasi 0,16 detik; Kompleks QRS: durasi 0,08 detik Q patologis
di lead II, III, avF; ST isoelektris.
Kesimpulan
Sinus ritme + LAD + OMI Inferior
4.2 EKG 27 Juni 2018 05:48 WIB
10
Interpretasi
Irama: Sinus ritme, rate 71 x/menit regular, Axis: LAD; P wave (+) durasi 0,08
detik, PR interval durasi 0,16 detik; Kompleks QRS: durasi 0,08 detik Q patologis
di lead II, III, avF; ST isoelektris.
Kesimpulan
Sinus ritme + LAD + OMI Inferior
EKG 28 Juni 2018 05:16 WIB
10
Interpretasi
Irama: Sinus ritme, rate 63 x/menit regular, Axis: LAD; P wave (+) durasi 0,12
detik, PR interval durasi 0,16 detik; Kompleks QRS: durasi 0,08, Q patologis
detik; ST isoelektris.
Kesimpulan
Sinus ritme + LAD + OMI Inferior
BAB V
10
DISKUSI KASUS
TEORI DISKUSI
Definisi
NSTEMI didefinisikan dengan adanya nyeri pada dada Seorang pasien, laki-laki,
yang dirasakan seperti tertekan pada saat istirahat atau usia 62 tahun, datang
pada saat aktivitas minimal yang berlangsung ≥ 10 menit dengan keluhan utama
serta disertai dengan adanya peningkatan marka jantung. nyeri dada lebih kurang
Nyeri biasanya mucul di bagian retrosternal dan menjalar 20 menit. Pasien juga
ke salah satu atau kedua tangan, leher, hingga dagu. memiliki riwayat DM &
Faktor risiko hipertensi.
Faktor yang meningkatkan kemungkinan SKA-NSTEMI
adalah usia tua, laki-laki, riwayat keluarga yang
memiliki penyakit jantung, diabetes mellitus.
Patofisiologi
Lima proses patofisiologi yang berperan terhadap Pasien belum menjalani
perkembangan UA/NSTEMI1,2 : angiografi untuk melihat
1. Ruptur plak atau erosi plak dengan trombus non adanya thrombus non
oklusif (penyebab ini yang paling berperan dalam oklusi yang menyebabkan
terjadinya UA/NSTEMI). timbul nya gejala nyeri
2. Obstruksi dinamis yang disebabkan oleh : dada.
Spasme arteri koroner epikardium
(f) Resistensi pembuluh darah koroner
(g) Vasokonstriktor lokal seperti tromboakson A2, yang
dilepask anda ritrombosit
(h) Disfungsi dari endotel koroner
(i) Stimulus adrenergik termasuk dingin dan kokain
3. Penyempitan hebat lumen arteri koroner yang
disebabkan oleh pembentukan aterosklerotik yang
progresif atau restenosis pasca-intervensi koroner
perkutan.
4. Inflamasi
5. Angina pektoris ridak stabil sekunder yang disebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen atau penurunan
suplai oksigen (misalnya dalam keadaan takikardi,
demam, hipotensi atau anemia).
TEORI DISKUSI
10
TEORI DISKUSI
10
Pemeriksaan EKG
Adanya keluhan angina akut
dan pemeriksaan EKG tidak
ditemukan elevasi segmen ST
yang persisten, diagnosisnya
adalah infark miokard dengan
non elevasi segmen ST
(NSTEMI) atau Angina
Pektoris tidak stabil (APTS/
UAP). Depresi segmen ST
yang diagnostik untuk
iskemia adalah sebesar ≥0,05
mV di sadapan V1-V3 dan
≥0,1 mV di sadapan lainnya.
Gelombang Q menjadi
parameter diagnostik infark
miokardium, biasanya muncul
beberapa jam sejak infark
mulai terjadi, tetapi pada
Interpretasi
beberapa pasien gelombang ini
baru muncul beberapa hari Irama: Sinus ritme, rate 75 x/menit regular, Axis:
kemudian. Pembentukan LAD; P wave (+) durasi 0,08 detik, PR interval
gelombang Q sebagai tanda durasi 0,16 detik; Kompleks QRS: durasi 0,08
infark mudah dipahami. Bila detik Q patologis di lead II, III, avF; ST
ada suatu area di isoelektris.
miokardium mengalami Kesimpulan
kematian, tidak ada aktivitas
Sinus ritme + LAD + OMI Inferior
listrik disana-area tersebut
tidak mampu lagi
menghantarkan aliran
listrik. Akibatnya, semua
gaya listrik jantung akan
diarahkan menjauhi daerah
infark. Oleh karena itu,
elektroda diatas daerah
infark akan merekam
defleksi negatif dalam, yaitu
suatu gelombang Q.
10
TEORI DISKUSI
10
NRBC: 0,0%
Faal Hemostasis
Waktu Protrombin
Pasien: 14,6 dtk
Pemeriksaan Noninvasif Kontrol: 14,00 dtk
Lemak
Kolesterol Total : 155 mg/dl
Trigliserida : 116 mg/dl
Kolesterol HDL : 38 mg/dl
10
Ginjal
BUN : 9 mg/dL (10 - 20)
Ureum: 19 mg/dL (21 - 43)
Kreatinin: 0,77mg/dL (0,6 – 1,1)
Elektrolit
Na: 134 mEq/L (135 - 155)
K: 2,7mEq/L (3,6 – 5,5)
Cl: 97 mEq/L (96 – 106)
Enzim Jantung
CKMB: 41 U/L (<=24)
TEORI DISKUSI
Stratifikasi Risiko
TIMI risk 4/7
1. TIMI risk
10
TEORI DISKUSI
Stratifikasi Risiko
Killip I
2. Killip (Mortalitas dalam 30 hari)
3. GRACE score
GRACE
score
109
TEORI DISKUSI
CRUSADE
score 20
(risiko
perdarahan
sangat rendah)
10
TEORI DISKUSI
Tatalaksana
Fase Perawatan Intensif di CVCU (2x24 jam): - Bed rest
a. Bed rest total - O2 2-4 L/I via nasalkanule
b. Oksigen 2-4L/menit - IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/I
c. Pemasangan IV FD (mikro)
d. Obat-obatan : - Aspilet 160mg kunyah
- Inj Arixtra 2,5mg/24 jam
- Clopidogrel (untuk usia <75 tahun dan tidak rutin
(H-1)
mengkonsumsi clopidogrel) berikan 300 mg atau
Fondaparinux
Ticagrelor 180mg
- Inj Furosemide 20mg/8
- Nitrat sublingual 5mg, dapat diulang sampai 3 (tiga) kali
jam
jika masih ada keluhan, dilanjutkan Nitrat iv bila keluhan
persisten - Aspilet 1x80mg
- Morfin 2-4 mg iv jika masih nyeri dada - Clopidogrel 1x75 mg
Obat-obatan: - Captopril 3x12,5 mg
-Simvastatin 1x20-40mg atau Atorvastatin 1x20-40mg - Simvastatin 1x40mg
atau rosuvastatin 1 x 20 mg jika kadar LDL di atas target - Clobazam 1x10mg
-Aspilet 1x80-160 mg - Laxadyn 1XCI (malam)
-Clopidogrel 1x75mg atau Ticagrelor 2x90mg - Drips KCl 50 mEq dalam
-Bisoprolol 1x5-10mg jika fungsi ginjal bagus, atau 400cc NaCl 0,9% habis
Carvedilol 2x 12,5 mg jika fungsi ginjal menurun, dosis dalam 8 jam
dapat di uptitrasi; diberikan jika tidak ada kontra indikasi - ISDN 3x5mg
-Ramipril 1x10 mg atau Lisinopril 1x10, Captopril
3x25mg atau jika LV fungsi menurun EF <50% dan
diberikan jika tidak ada kontra indikasi. Jika intoleran
dengan golongan ACE-I dapat diberikan obat golongan
ARB: Candesartan 1x16, Valsartan 2x80 mg
-Obat pencahar 2xIC (7) Diazepam 2x5 mg
Heparinisasi dengan:
-UF heparin bolus 60 Unit/kgBB, maksimal 4000 Unit,
dilanjutkan dengan dosis rumatan 12 unit/kgBB maksimal
1000 Unit/jam atau Enoxaparin 2x60 mg SC (sebelumnya
dibolus 30mg iv di UGD) atau Fondaparinux 1x2,5 mg SC.
10
b. Monitoring kardiak
c. Puasa 6 jam
d. Diet jantung I 25-35 kkal/KgBB/24jam
e. Total cairan 25-35 cc/KgBB/24jam
f. Pemeriksaan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL,
trigliserid) dan asam urat
TEORI DISKUSI
Komplikasi Anamnesis : Pasien juga mengeluhkan
sesak nafas yang dialami sejak 1
1. Iskemia berulang
2.Aritmia minggu sebelum masuk rumah sakit
3.Disfungsi miokard dan bersifat hilang timbul, pasien
- Congestive Heart Failure mengaku sesak bila beraktivitas
disebabkan akibat adanya ventrikel ringan seperti berjalan ke kamar
remodeling, aritmia, dan beberapa mandi. Pasien merasa lebih nyaman
komplikasi akut lainnya. Tanda dan apabila berbaring dengan
gejala terjadi dekompensasi gagal menggunakan 2-3 bantal.
jantung seperti sesak, rales, dan S3.
mengalami infark.
4.Komplikasi mekanik
- Komplikasi mekanik akibat MI
terjadi akibat iskemi jaringan jantung
dan nekrosis.
- Ruptur Muskulus Papilari
- Ventricular Free Wall Rupture
5.Perikarditis
10
BAB 6
KESIMPULAN
Laporan kasus pasien atas nama Tn. AF, laki-laki, usia 63 tahun, berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosis
dengan NSTEMI TIMI risk 4/7, GRACE 109, CRUSADE 20. Selama dirawat
inap pasien diterapi awal dengan:
• Bed rest
• O2 2-4 L/I via nasal kanule
• IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/I (mikro)
• Inj Arixtra 2,5mg/24 jam (H-1)
• Inj Furosemide 20mg/8 jam
• Aspilet 1x80mg
• Clopidogrel 1x75 mg
• Captopril 3x12,5 mg
• Simvastatin 1x40mg
• Clobazam 1x10mg
• Laxadyn 1XCI (malam)
• Drips KCl 50 mEq dalam 400cc NaCl 0,9% habis dalam 8 jam
• ISDN 3x5mg
10
DAFTAR PUSTAKA
8. Anderson JL, Adams CD, Antman EM, Bridges CR, Califf RM, Casey DE,
et al. 2012 ACCF/AHA Focused Update Incorporated Into the ACCF/AHA
2007 Guidelines for the Management of Patients With Unstable
10
13. Lutgens, E., van Suylen, R.J., Faber, B.C., Gijbels, M.J., Eurlings, P.M.,
Bijnens, A., Cleutjens, K.B., Heeneman, S., Daemen, M.A.J.P. 2003,
„Atherosclerotic Plaque Rupture Local or Systemic Process?‟, Arterioscler
Thromb Vasc Biol., 23, pp. 2123–2130. doi:
10.1161/01.ATV.0000097783.01596.E2.
14. Thaler, M. S. 2013,’The Only ECG book you’ll ever need’, Lippincott
William & Wilkins. pp. 230-231.
15. PERKI 2015, „Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah’, pp. 9-12.