0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
72 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas penerapan sistem HACCP dan GMP pada industri minuman. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tujuh prinsip HACCP yaitu analisis bahaya, penentuan CCP, penetapan batas kritis, prosedur pemantauan, tindakan koreksi, verifikasi dan pencatatan. Dokumen ini juga menganalisis penerapan GMP dan HACCP pada produksi minuman jahe instan, susu dan kacang-kacangan untuk mening
Deskripsi Asli:
tugas yang diberikan dosen, siapa tau dapat membantu :)
Dokumen tersebut membahas penerapan sistem HACCP dan GMP pada industri minuman. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tujuh prinsip HACCP yaitu analisis bahaya, penentuan CCP, penetapan batas kritis, prosedur pemantauan, tindakan koreksi, verifikasi dan pencatatan. Dokumen ini juga menganalisis penerapan GMP dan HACCP pada produksi minuman jahe instan, susu dan kacang-kacangan untuk mening
Dokumen tersebut membahas penerapan sistem HACCP dan GMP pada industri minuman. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tujuh prinsip HACCP yaitu analisis bahaya, penentuan CCP, penetapan batas kritis, prosedur pemantauan, tindakan koreksi, verifikasi dan pencatatan. Dokumen ini juga menganalisis penerapan GMP dan HACCP pada produksi minuman jahe instan, susu dan kacang-kacangan untuk mening
Hisam Dj Ahmad (651417033) Judul : Penerapan HACCP Pada Setiap Produk Minuman Tujuan : Untuk Meningkatkan Kualitas Dan Keamanan Produk Minuman Pendahuluan : HACCP adalah sistem manajemen dimana keamanan pangan ditangani melalui analisis dan pengendalian bahaya biologis, kimia, dan fisik dari produksi bahan mentah, pengadaan dan penanganan, hingga pengolahan, distribusi dan konsumsi produk jadi (Sauer, 1998, Sohrab, 2000). HACCP dirancang untuk digunakan di semua segmen industry makanan mulai dari penanaman, pemanenan, pengolahan, produksi, distribusi dan pemasaran produk pangan untuk konsumsi. Program prasyarat seperti Good Manufacturing Practices (GMP) adalah prasyarat penting untuk pengembangan dan implementasi HACCP. HACCP didasarkan pada tujuh prinsip; yaitu analisis bahaya, penentuan titik control kritis (CCP, critical control point), penetapan batas kritis, prosedur pemantauan, tindakan koreksi, prosedur verifikasi, penetapan prosedur pencatatan dan dokumentasi (Rodgwell, 1996). Penjaminan mutu pada skala industri besar merupakan lebih mudah diterapkan karena sudah tersistem dan kesadaran dan kontrol pekerja yang tinggi. Akan tetapi pada skala industry kecil dan menengah, dengan keterbatasan pengetahuan, modal, serta sarana, penerapan penjaminan mutu cukup sulit untuk dilakukan. Salah satu industri yang harus menerapkan penjaminan mutu adalah industry kecil yang memproduksi jahe instan, minuman dari kacang- kacangan dan industry pengolahan susu. Penjaminan mutu penting dilakukan untuk mendapatkan mutu produk yang konsisten dan aman. Oleh karena itu, untuk mengurangi kontaminasi pada proses produksi di suatu industri, hal tersebut harus diperhatikan dengan baik, yaitu dengan menerapkan GMP (good manufacturing practices) dan HACCP (hazard analysis and critical control point) sehingga kasus keracunan makanan dapat dikurangi. Salah satu bagian dari GMP adalah sanitasi. Sanitasi memegang peranan penting dalam berbagai industri termasuk industri pangan. Sanitasi pangan menentukan seberapa higienis suatu produk dihasilkan. Sanitasi juga mendukung program HACCP yang diterapkan dalam industri pangan. Metode 1. Pada jurnal pertama metode yang dilakukan yaitu GMP (Good Manufacturing Practices) pada Produksi Minuman Sehat Kacang-Kacangan Analisis GMP yang dimaksud adalah analisis sesuai dengan standar CPPB (cara produksi pangan yang baik). Analisis GMP dilakukan melalui form audit checklist GMP sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. 2. Pada jurnal kedua metode yang dilakukan yaitu pengolahan susu dengan penerapan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) pada keseluruhan tahap proses pemerahan susu merupakan usaha perbaikan manajemen penanganan susu sehingga diharapkan langkah-langkah tersebut secara perlahan dapat memperbaiki mutu dan keamanan susu di tingkat peternak lokal yang dapat berkontribusi maksimal terhadap produksi susu nasional. Proses penyusunannya mengikuti tujuh prinsip system HACCP yang direkomendasikan oleh Standar Nasional Indonesia (1998) 3. Pada jurnal ketiga metode yang dilakukan yaitu GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) pada produksi minuman jahe instan. GMP (Good Manufacturing Practices) tersebut meliputi prasyarat yang diterapkan dalam industri pengolahan pangan meliputi: Lokasi Bangunan, Fasilitas sanitasi, Mesin dan peralatan, Bahan, Pengawasan proses, Produk akhir, Laboratorium, Karyawan. Dan pada perencanaan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) dilakukan dengan merancang penerapan 7 prinsip HACCP Hasil Dan Pembahasan 1. Pada jurnal pertama Berdasarkan hasil studi dilakukan melalui analisis GMP yaitu standar pemeriksaan 1) lokasi dan lingkungan produksi pada produksi minuman sehat kacang kacangan. Lokasi di luar ruang produksi masih terawat, namun masih banyak ditemukan kelemahan seperti kucing yang berkeliaran di halaman lokasi produksi, terdapat perangkap tikus dan tikus di dekat tempat penyimpanan es. Lingkungan produksi berada dekat dengan kebun atau tanah kosong, sehingga seringkali serangga seperti lalat masuk ke lokasi produksi. Industri juga berlokasi di sekitar perumahan dengan sistem selokan yang berada di depan lokasi masih terbuka dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. 2) Bangunan dan Fasilitas Pada industri rumah tangga tersebut masih terdapat beberapa kekurangan pada ruang produksi berdasarkan peraturan BPOM (2011; 2012b), yaitu lantai ruang produksi belum menggunakan jenis lantai yang kedap air, batas lantai dengan dinding masih berbentuk siku-siku, belum adanya penutup lampu, serta peralatan toilet yang tidak lengkap. Selain itu, di antara ruang pencucian, ruang perendaman bahan baku, dan ruang penyimpanan tidak terdapat sekat pemisah, sehingga lantai menjadi basah dan licin. 3) Peralatan Produksi Alat-alat yang digunakan masih berbahan plastik, kemudian juga baskom diletakkan di bawah (berkontak langsung dengan lantai). Wadah-wadah lain juga tidak disusun dan disimpan dengan rapi di tempat atau lemari yang bersih dan terlindung dari risiko kontaminasi. 4) Sarana Penyediaan Air Kegiatan produksi yang dilakukan sehari-hari menggunakan jenis air bersih PAM untuk proses pencucian rutin dan menggunakan air heksagonal sebagai bahan baku air kedelai, dan kacang merah tersebut. Air heksagonal diperoleh dari supplier yang sudah melewati pengujian laboratorium, sudah tergolong bersih 5) Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi Beberapa peralatan yang mendukung kebersihan karyawan belum memenuhi criteria berdasarkan peraturan BPOM (2010b). tidak terdapat wastafel, sabun cuci tangan, setelah menggunakan toilet. Tidak terdapat bak pencuci atau sterilisasi kaki bagi orang-orang yang hendak masuk kedalam ruang produksi. Tidak terdapat kotak P3K untuk menjadi alat pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan pada karyawan 6) Kesehatan dan Higiene Karyawan Tidak mengikuti aturan masih ada pekerja menggunakan sepatu boots saat keluar dari ruang produksi, pekerja tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan proses pengemasan dan pelabelan, serta masih ada karyawan yang menggunakan hairnet yang tidak menutupi telinga dan dikenakan di luar area produksi 7) Pemeliharaan dan Progrsm Higiene Sanitasi Saluran atau pembuangan dalam tempat produksi belum dilengkapi dengan alat yang mempunyai katup untuk mencegah masuknya air ke dalam tempat produksi. 8) Penyimpanan Penyimpanan produk dilakukan pada suhu di bawah 10°C, namun pada kenyataannya, suhu ruangan berada di atas 10°C.
2. Pada jurnal kedua
Berdasarkan hasil studi dilakukan melalui analisis HACCP yaitu standar Penyusunan rancangan HACCP dengan menggunakan 2 metode : Penentuan Critical Control Point (CCP) pada proses pemerahan susu a) Pemerahan awal dengan jenis bahaya mikrobiologi tindakan yang dilakukan buang susu sapi pada pemerahan pertama, lakukan hal yang benar pada pemerahan yang kedua dst. b) Menyaring susu dengan jenis bahaya, fisik tindakan yang dilakukan saring kembali susu yang diperah dengan saringan yang bersih, kering dan dari kain blacu/tetra yang berwarna putih. c) Menyimpan susu pada wadah yang diisi air dingin (pendinginan) jenis bahaya, mikrobiologi tindakan yang dilakukan menguji kandungan TPC susu, apabila tinggi maka susu dibuang atau dipisahkan. d) Mengumpulkan susu ke TPS jenis bahaya, fisik dan mikrobiologi tindakan yang dilakukan dilakukan menguji kandungan TPC susu, apabila tinggi maka susu dibuang atau dipisahkan. Penentuan Control Point (CP) pada proses pemerahan susu a) Menyediakan sarana pemerahan jenis bahaya, mikrobiologi dan kimia tindakan yang dilakukan bersihkan kembali sarana/alat pemerahan dengan kaporit 200 PPM dan keringkan dengan cara menaruh terbalik diatas rak. b) Membersihkan kandang dengan jenis bahaya, mikrobiologi dan fisik tindakan yang dilakukan bersihkan kembali lantai kandang terutama dari kotoran sapi setiap sebelum mulai dilakukan pemerahan. c) Persiapan pemerahan dengan jenis bahaya, biologi dan fisik tindakan yang dilakukan lakukan pembersihan pemerah : mandi dan cuci tangan dengan sabun. d) Membersihkan ambing dengan jenis bahaya, biologi dan kimia tindakan yang dilakukan cek TPC susu : apabila tinggi maka susu hasil pemerahan tersebut dibuang dan dilakukan pembersihan ambing kembali. e) Jarak dan waktu pemwerahan dengan jenis bahaya mikrobiologi tindakan yang dilakukan melakukan kembali pemerahan dalam selang waktu ideal menurut SOP dan lakukan pemerahan menurut cara yang dianjurkan. f) Suci hama puting dengan jenis bahaya, kimia tindakan yang dilakukan bersihkan kembali puting dengan air hangat dan dilap dengan lap yang bersih dan kering. 3. Pada jurnal ke tiga Berdasarkan hasil studi dilakukan melalui analisis GMP yaitu Penerapan GMP pada produksi jahe instan a) Lokasi tempat produksi IKM DIA telah memenuhi persyaratan GMP yaitu berada ditempat yang jauh dari pencemaran, jalan menuju pabrik tidak berdebu, tidak ada genangan air, tdiak ada semak belukar, tidak ada tempat pembuangan sampah umum, tidak di lingkungan pemukiman kumuh, bebas banjir, tidak ada sampah teronggok, dan tidak dekat tempat rongsokan b) Bangunan Tempat produksi minuman jahe instan telah terpisah. Beberapa bagian dari bangunan belum memenuhi syarat GMP seperti masih ada sudut yang siku di tempat kristalisasi dan belum digunakannya plastic curtain. Fasilitas bangunan seperti jendela sudah memenuhi syarat. Hanya saja belum ada lampu untuk penarik serangga dan lampu penerangan belum diberi sangkar. Hal ini yang menjadi perbaikan setelah audit HACCP. Atap ruang produksi sudah sesuai dengan GMP. Ventilasi hanya berupa pintu yang akan dilengkapi dnegan air curtain. Tidak ada jendela di ruang produksi sehingga ruangan cukup panas sehingga akan dilengkapi dengan exhaustfan. c) Fasilitas Sanitasi sudah dilengkapi dengan sarana cuci tangan yang posisinya dipindahkan ke tempat masuk ruang produksi dilengkapi dengan sabun dan lap kering. Kelengkapan sanitasi seperti kain pel, karbol, dan pewangi di tempatkan terpisah dari ruang produksi. Air yang digunakan adalah air dari PDAM, sedangkan limbah proses pengolahan berupa ampas empon-empon diletakkan di tempat terpisah dan diambil oleh penampung untuk dijadikan pupuk. d) Mesin dan peralatan Beberapa peralatan yang sudah tidak digunakan harus dipindahkan karena mengganggu proses produksi seperti pemarut yang sudah rusak. Semua mesin yang digunakan karena kontak langsung dengan bahan terbuat dari stainless steel atau bahan food grade lainnya. Alat ukur yang digunakan berupa timbangan digital harus dikalibrasi untuk memastikan keakuratannya. e) Penyimpanan Temuan dari audit HACCP mengharuskan semua bahan baku disimpan di atas pallet sehingga tidak menyentuh lantai. Produk akhir disimpan di rak-rak yang terpisah dari bahan baku. Bahan pengemas juga disimpan terpisah. IKM DIA telah menerapkan sistem FIFO (first in first out) dalam penyimpanan dan penggunaan bahan-bahan dalam proses produksi. f) Pemeliharaan dan program sanitasi Ruang produksi secara rutin setiap hari dibersihkan dan didisinfektasi menggunakan karbol. Lubang-lubang yang memungkinkan hama seperti tikus masuk sudah ditutup dan digunakan perangkap tikus di ruang produksi. Di ruang produksi, disediakan alas kaki khusus sehingga untuk mencegah kontaminasi dari luar. Gorden plastic digunakan untuk menutup pintu ruang produksi yang berhubungan dengan luar. Tempat sampah di ruang produksi tertutup untuk mencegah kontaminasi. Limbah cair dibuang ke saluran air dan tidak ada air yang menggenang, Limbah padat berupa ampas empon- empon dikumpulkan di tempat khusus dan secara rutin diambil oleh penampung. Penerapan HACCP pada produksi jahe instan a) Analisis bahaya dan upaya pencegahan preventif dimana penimbangan, pencucian, dan pemarutan. Pencucian harus dikontrol dengan baik untuk memastikan bahwa semua empon empon bersih untuk menghindari kotoran sebagai kotoran fisik. Selanjutnya Pendinginan ditujukan untuk menurunkan suhu menjadi suhu sekitar dengan membiarkan produk dalam wadah terbuka. Langkah ini memiliki risiko pencemaran lingkungan dan harus dikendalikan dengan baik. Langkah ini merupakan titik kontrol karena kontaminasi dapat terjadi dari pekerja karena dalam kasus IKM DIA, pengayakan dilakukan secara manual. Rusaknya saringan juga harus dicegah dan dihindari. Langkah terakhir adalah pengemasan semi-otomatis dengan menggunakan kantong plastik. Ini adalah titik kontrol yang harus dikontrol dengan baik untuk mencegah kontaminasi dari pekerja dan penyegelan yang tidak sempurna. Kebocoran kemasan berbahaya karena kontaminasi biologis dari semut dan produk akan cepat menyerap air. b) Penentuan CCP Kegiatan ini juga bertujuan untuk menentukan titik-titik control (CP) dan titik kontrol kritis (CCP) dalam produksi minuman jahe instan di industri skala kecil, dalam hal ini di UKM DIA sebagai salah satu industri kecil minuman jahe instan. Penentuan CP dan CCP sangat penting untuk sertifikasi HACCP (analisis bahaya dan titik kontrol kritis). Akan tetapi pada proses pengolahan jahe instan tidak terdapat CCP. Tahapan yang ada selama proses produksi termasuk dalam titik control yang tidak beresiko terhadap keamanan pangan tetapi mempengaruhi karakteristik produk yang dihasillkan c) Penentuan batas kritis (critical limit) sangat penting untuk konsistensi dan analisis keamanan pangan dan proses-proses yang terlibat. Penentuan batas kritis ini diperlukan pada CCP. Berhubung pada proses produksi minuman jahe instan ini tidak ada CCP, maka tidak ada penentuan batas kritis. Hanya saja hasil audit menunjukkan bahwa IKM DIA diharuskan menguji cemaran mikrobia dan logam berat sesuai SNI 01-4320-1996 tentang serbuk minuman tradisional. d) Penetapan dan penerapan prosedur pemantauan (monitoring) untuk mengontrol CCP Penerapan prosedur dan pemantauan dikakukan untuk mengontrol titik control kritis. Pada proses produksi minuman jahe instan tidak ada CCP sehingga tidak ada prosedur untuk pemantauan CCP. e) Penentuan tindakan koreksi diperlukan jika terjadi penyimpangan atau deviasi dari batas kritis selama pemantauan CCP. Pada proses produksi minuman jahe instan tidak ada CCP yang ditetapkan karena setiap langkah tidak berisiko terhadap keamanan pangan atau ada tahapan berikutnya dimana risiko tersebut dapat dihilangkan. Oleh karena itu tidak dilakukan penentuan tindakan koreksi. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa pada ketiga jurnal diatas hampir memiliki kesamaan pada pada pelaksanaan atau penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) dan cara pengendaliannya pada proses pengolahan berlangsung agar produk dapat terjaga keamananya. Pada jurnal pertama dan ketiga memiliki kesamaan yaitu penerapan GMP yang meliputi Lokasi bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, sarana penyediaan air, fasilitas dan kegiatan hygiene dan sanitasi, Kesehatan dan Higiene Karyawan, Pemeliharaan dan Progrsm Higiene Sanitasi, penyimpanan. Akan tetapi pada jurnal pertama tidak melakukan penerapan HACCP sebaliknya pada jurnal ketiga melakukan penerapan HACCP. Pada jurnal kedua dan ketiga tidak sepenuhnya sama, saat melakukan penerapan HACCP. Jurnal kedua hanya menerapkan CCP dan CP, tetapi pada jurnal ketiga berusaha menerapkan 7 prinsip HACCP walaupun beberapa prinsip terkait CCP tidak bisa dilaksanakan karena pada proses produksi minuman jahe instan tidak teridentifikasi adanya CCP.