Anda di halaman 1dari 19

Dok, saya pilek tidak sembuh-sembuh

STEP 1

 Diafanoskopi :
Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai ada tidaknya kesuraman pd sinus2 yg ada di
wajah. Caranya senter dimasukan kedalam mulut dan ruanganya harus gelap, kemudian
dilihat ada kesuraman pd sinus atau tidak.

STEP 2

1. Apa innervasi dari masing2 sinus paranasal?


2. Apa saja fungsi dari sinus paranasal?
3. Mengapa pasien terdapat ingus kental yg sulit keluar dan keluarnya di tenggorokan?
4. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala disekitar mata?
5. Mengapa didapatkan keluhan pilek tidak sembuh sejak 4 bulan yang lalu?
6. Mengapa bila sedang minum obat keluhan berkurang tapi setelah obat habis keluhan timbul
kembali?
7. Apa saja pemeriksaan fisik pada hidung selain diafanoskopi?
8. Apa saja klasifikasi sinusitis?
9. Apa saja faktor yang berperan pada kronisitas sinusitis?
10. Apa etiologi dari keluhan pada skenario?
11. Komplikasi dari diagnosis?
12. Sebutkan macam2 sekret pada hidung dan penyebabnya!
13. Jelaskan pemeriksaan penunjang pada skenario!

STEP 3

1. Apa innervasi dari masing2 sinus paranasal?


- Sinus maksila : n. V divisi 2 atau n. Maksilaris punya 2 cbg : n.infraorbitaal dan n.palatina
mayor, mengatur sekresi n.infraorbital. ostium sinus maksilaris letak diatas butuh
bantuan dr silla untuk ke meatus media
- Sinus frontal : n.supraorbital (mengatur sekresinya) dan n.supratochlear
- Sinus sphenid : n.V devisi oftalmika dan maksila, ostium letak dibawah sinus
- Sinus etmoid : n.etmoidalis anterior et posterior, cabang post gangglion n.VII,

nyeri sekitar wajah krn semua innervasi dr n.V, ostium sinus etmoid untuk pengaliran
sekresi menuju ke muaranya

2. Apa saja fungsi dari sinus paranasal?

System transport mukosiliar

1. Merupakan pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri


dan jamur atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udara.
Efektivitas system transport silier dipengaruhi oleh kualitas silia dan
palut lendir (dihasilkan oleh sel2 goblet pada epitel dan kelenjar
seruminosa submukosa).

2. Bagian bawah palut lendir terdiri dari cairan serosa mengandung


laktoferin, lisozim, inhibitor lekoprotease sekretorik, dan IgA
sekretorik (fx : mengeluarkan mikroorganismedari jaringan dengan
mengikat antigen tsb pada lumen saluran napas)

3. Bagian permukaannya terdiri dari mucus yang lebih elastic dan


banyak mengandung protein plasma seperti albumin, IgG (fx : beraksi
di dalam mukosa dengan memicu reaksi inflamasi jika terpajan
dengan antigen bakteri), IgM dan factor komplemen .

4. Pada sinus maxilla, system transport silia  menggerakkan secret


sepanjang dinding anterior, medial, posterior dan lateral serta atap
rongga sinus membentuk gambaran halo / bintang yang mengarah
ke ostium alamiah. Setinggi ostium secret akan lebih kental tetapi
drenasenya lebih cepat untuk mencegah tekanan negative dan
berkembangnya infeksi. Kerusakan mukosa yang ringan tidak akan
menghentikan atau mengubah transport, dan secret akan melewati
mukosa yang rusak tsb. Tetapi jika secret lebih kental, secret akan
terhenti pada mukosa yang mengalami defek.

5. Gerakan system transport mukosilier pada sinus frontal mengikuti


gerakan spiral  secret berjalan menuju septum interfrontal  atap,
dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior dan posterior
 resessus frontal.

6. Pada dinding lateral terdapat 2 rute besar :

1. Rute pertama

Merupakan gabungan sekresi sinus frontal, maxilla


dan etmoid anterior. Secret ini biasanya bergabung
di dekat infundibulum etmoid  selanjutnya
berjalan menuju tepi bebas processus unsinatus,
dan sepanjang dinding medial konka inferior 
nasofaring melewati bagian anteroinferior orifisium
tuba eustachii  berlanjut ke batas epitel bersilia
dan epitel skuamosa pada nasifaring  selanjutnya
jatuh ke bawah dibantu dengan gaya gravitasi dan
proses menelan.

2. Rute kedua

Gabungan sekresi sinus etmois posterior dan


sphenoid  bertemu di recessus sfenoetmoid 
menuju ke nasofaring pada bagian posterosuperior
orifisium tuba eustachii.

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

3. Mengapa pasien terdapat ingus kental yg sulit keluar dan keluarnya di tenggorokan?
Ingus kental :
Mukus dibentuk sel goblet di hidung dan SPN, dlm keadaan tertentu mikroorganisme msuk
 inflamasi  hipersekresi sel goblet  merusak sel mukosa hidung dan SPN (akn
tersumbat disinus atau meatal kompleks shg saat diafanoskopi terdapat kesuraman) ,
Masuk ketenggorokan :
Hidung ada sumbatan shg tdk bisa keluar ke hidung, tekanan dirungga hidung besar shg saat
menelan ingus terdorong kebelakang

Ada 3 patofisologi :
a. Ada obstruksi pd jalur drainase sinus/ sinus ostial : ada mukus di sinus dibantu silia akan
mendorong mukur drainase, obstruksi  tdk maksimal
Defisiensi imun : pertahanan imun di sinus jelek
b. Kerja silia yg tdk maksimal : silia membantu mukus untuk didrainase didalam sinus,
sindrom kartegener slh satu tanda kerusakan pd silia imobile, shg mukus tdk bs didorong
utk didrainase
c. Perubahan komposisi dari mukus
Mukus ada 2 lapisa, lapisan dalam lebih encer/ serous, outer : sifatnya lebih kental. Jk
ada perubahan komposisi dmn produksi luar berlebih shg produksi mukus yg lebih kental
akan lebih banyak  silia susah untuk menggerakan mukus kedalam drainase sinus

Obstriuksi bisa karena inflamasi  udem  obstruksi shg menekan silia  kerja silia
menurun  jika ada obstruksi, silia menurun  ostium tersumbat di drainase

Awalnya serous tdk langsung purulen  awalnya serous jk lama2 tdk sembuh akan
tertumpuk  menjadi media bakteri untuk replikasi dan tumbuh  mulai terbentuk sekret
yg kental  tidak sembuh  berlanjut sebagai hipoksia  bakteri anaerob berkembang
cepat  terjadi perubahan pd mukosa sperti terbentuk polip, hipertfofi mukosa, polip
menekan dari nervus  nyeri

Kenapa sekret kental, terasa tertelan, tapi hidung tersumbat dan batuk tidak berdahak :

Hidung tersumbat dr hipertrofi konka

Silia menghantarkan lendir ke posterior karna hidung ke

Batuk tidak berdahak karna untuk menghilangkan DD dari organ respirasi.

Ingus kental  ada bakteri  mengalir ke posterior. Bakteri menyebabkan batuk karna
bakteri ke posterior. Reflek batuk keluar karna ada reseptor karina trakealis
1. Patofisiologi

2. Tahap sensitisasi

3. Makrofag / monosit berperan sebagai APC (Antigen


Presenting Cell) menangkap allergen di mukosa hidung

4. Antigen membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung


dengan molekul HLA II membentuk kompleks peptide MHC
kelas II, kemudian dipresentasikan pd sel T helper(Th 0)

5. Aktivasi sitokin seperti IL 1 oleh APC, untuk aktivasi Th0


menjadi Th 1 dan Th 2

6. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4,


IL5, IL13

7. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel


limfosit B, sehingga limfosit B aktif dan memproduksi IgE

8. Ig E di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat


oleh reseptor Ig E dipermukaan sel mastosit atau basofil (sel
mediator) proses sensitisasi

9. Bila mukosa tersensitasi, terpapar dengan allergen yang


sama, maka kedua rantai Ig E akan mengikat allergen
spesifikdegranulasi mastosit basofilprediators mediator
terlepas, terutama histamine dan lainnya (PGD2, Lt D4, PAF,
bradikinin)reaksi alergi fase cepat

10. Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus


sehingga gatal dan bersin2

11. Histamin menyebabkan sel goblet dan mukosa hipersekresi


dan permeabilitas kapiler meningkatrinorrhea

12. Vasodilatasi sinusoidhidung tersumbat

13. Histamine merangsang mukosa hidung ICAM 1

14. Pada IPAR, sel mastoid akan melepas molekul


kemotaktikakumulasi eosinofil dan neutrofil di jaringan
target (berlanjut 6-8 jam pasca paparan). Pd fase ini, factor
non spesifik dpt memperberat gejala seperti asap rokok, bau
yg merangsang, perubahan cuaca, kelembaban yang tinggi

15. Tahap provokasi/ reaksi alergi

Immediate Phase Allergic Reactionsejak kontak allergen


sampai 1 jam

Late phase allergic reaction, berlangsung 2-4 jam dengan


puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dapat
berlangsung sampai 24-48 jam

Hidung Buntu :

Histamine Vasodilatasi vascular  Oedem mukosa dan konka


hidung  Sumbatan hidung.

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

Rhinore :

Histamine  kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami


hipersekresi dan permeabilitas meningkat  rinore

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

Hidung gatal dan bersin2 :


Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf
vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung 
bersin2

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

4. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala disekitar mata?


a. Hipertfofi mukosa
b. Silia tdk bisa berfungsi baik
c. Sekret didalam sinus terkumpul shg menekan dinding2 pd sinus  sakit disekitar mata

Disinus maksila : nyeri di pipi

Sinus etmoidal : nyeri di dekat kantus medial

Sinus frontal : nyeri didahi

Sinus sphenoid : nyeri dibelakang kepala

5. Mengapa didapatkan keluhan pilek tidak sembuh sejak 4 bulan yang lalu?
Ada 3 patofisiologi, mungkin 4bln yg lalu blm ada obstruksi (silia kerja berkurang dan
hipersekresi )

6. Mengapa bila sedang minum obat keluhan berkurang tapi setelah obat habis keluhan timbul
kembali?
Mungkin dokter tidak mengobati dari etiologi, misalnya pd sinus maksila terganggu 
mukus berlebihan, hanya diobati mungeurangi nyeri tdk obstruksinya.
Dimukosa terdapat inflamasi shg menjadi membesar, osteo meatal komplek ikut menutup
 mengendap  lama2 menekan segala arah kedinding yg terdapat nervus, selain itu
terdapat pertumbuhan bakteri ( dokter hanya memberi untuk anti bakteri tidak etiologi )

Obat dekongestan utk vasokonstriksi konka supaya kecil, jk sudah terbentuk obstruksi,
disekitar konka ada meatus media utk muara sinus frontal dan etomidal anterior. Jika ada
hipertfori konka  menutup meatus, dikasih dekongestan, obstruksinya terbuka tapi
produksinya tetep banyak.

7. Apa etiologi dari keluhan pada skenario?


Faktor Predisposisi
Obstruksi mekanik seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di
hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung merupakan faktor predisposisi
terjadinya sinusitis. Selain itu rinitis kronis serta rinitis alergi juga menyebabkan
obstruksi ostium sinus serta menghasilkan lendir yang banyak, yang merupakan
media untuk tumbuhnya bakteri. Sebagai faktor predisposisi lain ialah lingkungan
berpolusi, udara dingin serta kering, yang dapat mengakibatkan perubahan pada
mukosa serta kerusakan silia.

8. Sebutkan macam2 sekret pada hidung dan penyebabnya!


Berdasarkan warna :
- Tidak berwarna / bening : virus dan alergi
- Kuning/kehijauan : bakteri
- Kehitaman : terjadi jika seseorang menghirup polutan yg terlalu banyak
- Orange / kemerahan : bercampur dgn darah krn ada benda asing yg masuk ke hidung
disertai bau tdk sedap
- Biru : disebabkan tepung dan bakteri pseudomonas pyocyanea menempel dimedia yg
cocok  menghasilkan pigmen non fluorecin berwarna biru

9. Apa saja pemeriksaan fisik pada hidung selain diafanoskopi?

Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:


1.      Kriteria Mayor :
-          Sekret nasal yang purulen
-          Drenase faring yang purulen
-          Purulent Post Nasaldrip
-          Batuk
-          Foto rontgen (Water’sradiograph atau air fluid level) : Penebalan lebih 50% dari
antrum
-          Coronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus

2.      Kriteria Minor :
-          Sakit kepala                                                     -     Edem periorbital
-          Nyeri di wajah                                                -     Sakit gigi
-           Nyeri telinga Sakit tenggorok                        -     Nafas berbau
-           Bersin-bersin bertambah sering                      -     Demam
-          Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri
-          Ultrasound

Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :


Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan ≥ 2 kriteria minor

10. Apa saja klasifikasi sinusitis?

Klasifikasi
            Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya
berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila berlangsung dari 4
minggu sampai 3 bulan dan sinusitis kronik bila berlangsung lebih dari 3 bulan.
            Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut
bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-tanda radang
akut sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan disebut sinusitis kronik,bila
oerubahan histologik mukosa sinus sudah irreversible, misalnya sudah berubah menjadi
jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan
pemeriksaan histopatologik, akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
 
1.    Sinusitis Akut
       Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi,
obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.

Etiologi
(1) rinitis akut
(2) infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut
(3) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)
(4) berenang dan menyelam
(5)trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal
(6) barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.
Gejala Subyektif
Gejala sebjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lockal. Gejala sistemik ialah
demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang – kadang
berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri
didaerah sinus yang terkena, serta kadang – kadang dirasakan juga ditempat lain karena
nyeri alih (referred pain).
Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang – kadang menyebar ke
alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga.
Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius. Kadang –
kadang dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan bertambah bila
mata digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal). Pada sinusitis frontal rasa nyeri
terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri diseluruh kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid
di verteks, oksipital, dibelakang bola mata dan didaerah mastoid.

Gejala Obyektif
Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada
sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul
pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di
meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah
tampak keluar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
2.   Sinusitis Subakut
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya
(demam, sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda.
Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada
rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi
tampak sinus yang sakit suram atau gelap.

3. Sinusitis Kronik
            Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar
disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan
faktor predisposisinya.
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa
hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa
hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan
pada sinusitis akut tidak sempurna. Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka,
sehingga drenase sekret akan terganggu. Drenase sekret yang terganggu dapat
menyebabkan silia rusak dan seterusnya.

Gejala Subyektif
Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:
         Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal drip (post nasal
drip).
         Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok.
         Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius.
         Adanya nyeri/sakit kepala.
         Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis.
         Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, beruoa
bronchitis atau bronkietaksis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.
         Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan
gastroenteritis,`sering terjadi pada anak.

Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang


meengganggu pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan mengakibatkan batuk
kronik.
Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan
berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi
mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus
serta adamya stasis vena.

Gejala obyektif
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan
tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret
kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak
sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

11. Apa saja faktor yang berperan pada kronisitas sinusitis?


a. Obstruksi dr ostium sinus : kesehatan sinus bergantung dr sekresi, viskositas, volume yg
normal. Aliran mukosiliar harus normal. Ostium hrus selalu terbuka untuk drainase
terpenuhi jk terjai obstruksi sinus  penebalan mukosa dan disfungsi silia
b. Kelainan anatomi
Mengakibatkan obstruksi mekanis drainase, ex : septum deviasi, proc.uncinatus kelainan
c. Kelambatan pemulihan fs mukosiliar : ex. Mukostatis, hipoksia, penurunan jumlah silia
d. Mikroba : akut dan kronis (stapilokokus aureus, stapilokokus kogulasi negatif, kuman
aerob
e. Resirkulasi mukus dan osteitis : ditemukan osteum asesorius maksila  resirkulasi
mukus, sekret mukus dr sinus ke ostium maksila akan menuju ke meatus medius, pd
kasus ini mukus akan masuk lagi ke sinus melalui ostium asesorius
Osteitis : akibat langsung infeksi/ oprasi sinus

12. Komplikasi dari diagnosis?

Komplikasi Sinusitis
CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat
infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini harus
rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.
1.      Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.
Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus
frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan
infeksi isi orbita.
Terdapat lima tahapan :
         Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus
ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina
papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada
kelompok umur ini.
         Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi
orbita namun pus belum terbentuk.
         Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita
menyebabkan proptosis dan kemosis.
         Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.
Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih
serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis
konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin
bertambah.
         Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran
vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.
Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari :
a.       Oftalmoplegia.
b.      Kemosis konjungtiva.
c.       Gangguan penglihatan yang berat.
         Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan
saraf kranial II, III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.

2.      Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus,
kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista
retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.
Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan
melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi
sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke
lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan
penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.
Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel
meskipun lebih akut dan lebih berat.
Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua
mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

3.      Komplikasi Intra Kranial


         Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut,
infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung
dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui
lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.
         Abses dural adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering
kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya
mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan
tekanan intra kranial.
         Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau
permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.
         Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat
terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak. Terapi komplikasi intra
kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang
mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.
4.      Osteomielitis dan abses subperiosteal
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis
adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik
berupa malaise, demam dan menggigil
13. Jelaskan pemeriksaan penunjang pada skenario!

Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:


1.      Kriteria Mayor :
-          Sekret nasal yang purulen
-          Drenase faring yang purulen
-          Purulent Post Nasaldrip
-          Batuk
-          Foto rontgen (Water’sradiograph atau air fluid level) : Penebalan lebih 50% dari
antrum
-          Coronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus

2.      Kriteria Minor :
-          Sakit kepala                                                     -     Edem periorbital
-          Nyeri di wajah                                                -     Sakit gigi
-           Nyeri telinga Sakit tenggorok                        -     Nafas berbau
-           Bersin-bersin bertambah sering                      -     Demam
-          Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri
-          Ultrasound

Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :


Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan ≥ 2 kriteria minor

Pemeriksaan Penunjang
1.      Laboratorium
o   Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis
akut
o   Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus
dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-
anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan
komplikasi yang disebabkan sinusitis.
2.      Imaging
o   Rontgen sinus, dapat menunjukan suatu penebalan mukosa, air-fluid level, dan
perselubungan.Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk
mengetahui adanya abses gigi.
o   CT-Scan, memiliki spesifisitas yang jelek untuk diagnosis sinusitis akut, menunjukan
suatu air-fluid level pada 87% pasien yang mengalami infeksi pernafasan atas dan 40%
pada pasien yang asimtomatik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk luas dan beratnya
sinusitis.
          MRI sangat bagus untuk mengevaluasi kelainan pada jaringan lunak yang
menyertai sinusitis, tapi memiliki nilai yang kecil untuk mendiagnosis sinusitis akut
14. Penatalaksanaan

15. DD dari sinusitis

Klasifikasi
            Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya
berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila berlangsung dari 4
minggu sampai 3 bulan dan sinusitis kronik bila berlangsung lebih dari 3 bulan.
            Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut
bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-tanda radang
akut sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan disebut sinusitis kronik,bila
oerubahan histologik mukosa sinus sudah irreversible, misalnya sudah berubah menjadi
jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan
pemeriksaan histopatologik, akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
 
1.    Sinusitis Akut
       Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi,
obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.

Etiologi
(1) rinitis akut
(2) infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut
(3) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)
(4) berenang dan menyelam
(5)trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal
(6) barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.
Gejala Subyektif
Gejala sebjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lockal. Gejala sistemik ialah
demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang – kadang
berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri
didaerah sinus yang terkena, serta kadang – kadang dirasakan juga ditempat lain karena
nyeri alih (referred pain).
Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang – kadang menyebar ke
alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga.
Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius. Kadang –
kadang dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan bertambah bila
mata digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal). Pada sinusitis frontal rasa nyeri
terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri diseluruh kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid
di verteks, oksipital, dibelakang bola mata dan didaerah mastoid.

Gejala Obyektif
Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada
sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul
pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di
meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah
tampak keluar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak
lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi Waters, PA dan lateral. Akan tampak
perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) ada sinus
yang sakit.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius atau
meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam – macam bakteri yang merupakan flora
normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, Streptococcus,
Stphylococcus dan Haemophylus influeanzae. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau
jamur.

Terapi
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotika selama 10 – 14 hari, meskipun
gejala klinik telah hilang. Antibiotika yang diberikan adalah golongan penisilin. Diberikan juga
obat dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase sinus. Boleh
diberikan analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri.
Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi
komplikasi ke orbita atau intrakranial; atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret
tertahan oleh sumbatan.

2.   Sinusitis Subakut
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya
(demam, sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda.
Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada
rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi
tampak sinus yang sakit suram atau gelap.
Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan,
yaitu diatermi atau pencucian sinus.
Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas, atau yang sesuai
dengan tes resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga diberikan obat-obat simtomatis
berupa dekongestan local (obat tetes hidung) untuk memperlancar draenase. Obat tetes
hidung hanya boleh diberikan untuk waktu yang terbatas (5 sampai 10 hari), karena kalau
terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa. Selain itu, dapat diberikan
analgetika, antihistamin, dan mukolitik.
Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave
diathermy), sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi
sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus dan juga pembedahan non
radikal, seperti bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) untuk membersihkan daerah
Kompleks Ostio Meatal sehinggamukosa sinus kembali normal

3. Sinusitis Kronik
            Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar
disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan
faktor predisposisinya.
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa
hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa
hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan
pada sinusitis akut tidak sempurna. Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka,
sehingga drenase sekret akan terganggu. Drenase sekret yang terganggu dapat
menyebabkan silia rusak dan seterusnya.

Gejala Subyektif
Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:
         Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal drip (post nasal
drip).
         Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok.
         Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius.
         Adanya nyeri/sakit kepala.
         Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis.
         Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, beruoa
bronchitis atau bronkietaksis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.
         Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan
gastroenteritis,`sering terjadi pada anak.

Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang


meengganggu pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan mengakibatkan batuk
kronik.
Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan
berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi
mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus
serta adamya stasis vena.
Gejala obyektif
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan
tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret
kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak
sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.
Pemeriksaan mikrobiologik
            Biasanya merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti
kuman aerobS. aureus, S. viridians, H. Influenzae dan kuman anaerob Peptostreptokokus
dan Fusobakterium.

Diagnosis sinusitis kronik


            Dibuat berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan rinoskopi anterior dan
posterior serta pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus
frontal, pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan
histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaan
meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan naso-endoskopi dan
pemeriksaan CT-scan.

Terapi
Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotik untuk mengatasi infeksinya dan
obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotik diberikan selama sekurang-kurangnya 2 minggu.
Selain itu dapat juga dibantu dengan diatermi gelombang pendek selama 10 hari di daerah
sinus yang sakit.
Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan untuk membantu memperbaiki
drenase dan pembersihan sekret dan sinus yang sakit.  Untuk sinusitis maksila dilakukan
pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan
tindakan pencucian Proetz.  Irigasi dan pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu.
Bila setelah 5-6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen,
berarti mukosa sinus sudah tidak dapat kembali normal (perubahan irreversible), maka perlu
dilakukan operasi radikal.
Untuk mengetahui perubahan mukosa masih reversible atau tidak, dapat juga
dilakukan dengan pemeriksaan sinoskopi, yaitu melihat antrum (sinus maksila) secara
langsung dengan menggunakan endoskop.

STEP 4

Anda mungkin juga menyukai