Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PENDAHULUAN

I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Sectio Caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan untuk
melahirkan janin/ bayi dengan berat di atas 500 g melalui sayatan pada
dinding perut dan dinding uterus atau vagina yang masih utuh/intact atau
suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Ada tujuh
lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung
otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim
(Mochtar, 2016). Kelahiran Sectio Caesarea dulu disebut sebagai Bedah-C
(Pillitteri, 2015).
Istilah caesarea berasal dari kata latin “caedo”, yang berarti
“memotong”. Baik direncanakan (dijadwalkan) atau tidak (darurat),
kehilangan pengalaman melahirkan anak secara tradisional (pervaginam)
dapat memberikan efek negatif pada konsep diri wanita. Kelahiran
caesarea ialah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus
(Bobak, 2016).

B. Etiologi
Sectio Caesaria yang dilakukan dapat di indikasikan oleh :
1. Indikasi Ibu
a. Panggul sempit absolute
b. Placenta previa
c. Ruptura uteri mengancam
d. Partus Lama
e. Partus Tak Maju
f. Pre eklampsia, dan Hipertensi
2. Indikasi janin
a. Kelainan Letak
b. Gawat Janin

1
c. Janin Besar
3. Kontra Indikasi
a. Janin Mati
b. Syok, anemia berat sebelum diatasi
c. Kelainan congenital Berat

C. Patofisiologi

Riwayat sectio caesarea sebelumnya, distosia persalinan dan letak


janin abnormal memungkinkan ibu hamil untuk dilakukannya persalinan
sectio caesarea. Sectio caesarea menimbulkan perlukaan dan membuka
jaringan, dari jaringan yang tersayat akan memunculkan reseptor nyeri
sehingga timbul rasa nyeri. Klien post sectio caesarea akan mengalami
kelemahan fisik dan rasa nyeri sehingga dapat menganggu mobilisasi klien
dan menyebabkan masalah defisit perawatan diri, dengan adanya sectio
caesarea juga dapat menyebabkan klien mengalami cemas karena
perubahan status peran dan kondisi kesehatannya (Mansjoer, 2015).

D. Pathway

Indikasi pada ibu: Indikasi pada janin:


Disproporsi kepala panggul/ CPD/ FPD, Janin besar, gawat janin,
disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, letak lintang, prolaps tali
riwayat sesar ulang, kelainan plasenta pusat, multiple pregnancy,
(plasenta previa&solution plasenta) dan malpresentasi,
komplikasi medis.

SECTIO CAESAREA

Terjadwal Darurat/ tidak terjadwal

Komplikasi lain:
Harapan yang tidak pasti,
Deep vein thrombosis, Luka Insisi pada abdomen dan uterus khawatir dengan kondisi diri
pada VU dan usus, Emboli
dan bayinya, perubahan
pulmoner, rupture uteri pd
Luka pada abdomen konsep diri yang mendadak
kehamilan selanjutnya dsb.

Ansietas
2
Nyeri Akut Ruang insisi diisi Kematian sel epitel, sel
gumpalan darah dermis & jaringan kulit

Kerusakan Integritas Kulit


Peradangan Peningkatan
mendadak perdarahan
Gangguan Citra Tubuh

Risiko Infeksi

Risiko kekurangan volume cairan

Risiko Cedera pada Janin


Kelemahan Fisik
akibat pembedahan

Defisit Perawatan Diri

(Bobak, 2016)

E. Manifestasi Klinis
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik: yaitu ketidak seimbangan
antara ukuran kepala dan ukuran panggul
4. Ruptur uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distorsia serviks
8. Pre-eklamsi dan hipertensi
9. Malpresentasi janin: letak lintang, letak bokong,
presentasi dan muka (letak defleksi), presentasi rangkap jika reposisi
tidak berhasil.

3
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Metode Morgan Thournau: gabungan spiral/helik CT scan panggul


dan ultrasonografi: perbandingan besar volume lingkar kepala/lingkar
bahu/lingkar perut janin
2. USG : biometri, indeks cairan amnion, letak dan derajat maturasi
plasenta, kelainan bawaan, tebal segmen bawah uterus. Bila pada
pemeriksaan transabdominal didapatkan ketebalan SBU > 3,5 mm
atau pada USG transvaginal ketebalan lapisan miometrium didaerah
SBU > 2,5 mm, memiliki kemungkinan untuk partus pervaginam
dengan resiko dehisen sekitar 1,3%.
3. Rontgen Pelvimetri : pada kecurigaan panggul sempit.
4. Selain itu Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit (Moeloek, 2017).

G. Penatalaksanaan

Menurut Mochtar (2016), penatalaksanaan medis pada persalinan


Sectio Caesarea meliputi sebagai berikut:

1. Cairan IV sesuai indikasi.


2. Anestesi; regional atau general. Perjanjian dari orang terdekat untuk
tujuan sectio caesaria.
3. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
4. Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
5. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan

4
6. Persiapan kulit pembedahan abdomen
7. Persetujuan ditandatangani.
8. Pemasangan kateter foley.
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio
caesarea (Cuningham, 2015), yaitu sebagai berikut:
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus
tetap berkontraksi dengan kuat.
3. Analgesi meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan,
pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin
25 mg.
4. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai
untuk 24 jam pertama setelah pembedahan.
6. Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar
dari tempat tidur dengan bantuan orang lain.
7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip)
diangkat pada hari keempat setelah pembedahan.
8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia.
9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal,
sefalosporin, atau penisilin spektrum luas setelah janin lahir.

H. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam
beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai
dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

5
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
5. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

6
II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian fokus yang dapat dilakukan pada klien dengan postpartum
persalinan sesar yaitu sebagai berikut:
1. Keluhan utama klien saat ini
2. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi, hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL
b) Integritas ego, dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi
sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan
sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c) Makanan dan cairan, abdomen lunak dengan tidak ada distensi
(diet ditentukan).
d) Neurosensori, kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat
anestesi spinal epidural.
e) Nyeri / ketidaknyamanan, mungkin mengeluh nyeri dari berbagai
sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek
anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f) Keamanan, balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering
dan utuh.
g) Seksualitas, fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran
lokhea sedang.

B. Diagnosa Keperawatan

7
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (adanya luka post
SC) dan agen injuri biologis (involusi uterus, dan terjadinya
pembengkakan payudara).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat (adanya luka post SC).
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri dan kelemahan.
4. Ansietas berhubungan dengan stres, ancaman kematian
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembedahan

C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN/NOC INTERVENSI/NIC


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan NIC: Pain Management
berhubungan keperawatan diharapkan pasien dapat 1. Lakukan pengkajian
dengan agen mengontrol nyerinya, nyeri secara komprehensif
injuri fisik berkurang dengan kriteria hasil: mengenai lokasi,
(adanya luka Indikator Awal Target karakteristik, lamanya,
post SC) dan 1. Pasien frekuensi, kualitas nyeri
agen injuri mampu dan faktor presipitasi
biologis mengenali 2. Observasi penyebab
(involusi faktor ketidaknyamanan klien
uterus, dan penyebab secara verbal dan
terjadinya nyeri nonverbal
pembengkaka 2. Mengenali 3. Yakinkan klien akan
n payudara). onset nyeri pemberian analgesik
3. Memberikan 4. Gunakan komunikasi
analgesik teraupetik untuk
(kolaborasi mengetahui pengalaman
dengan tim nyeri pasien
kesehatan 5. Kaji dampak dari
lain) pengalaman nyeri (ggg
4. Melaporkan tidur, ggg hubungan)
kontrol nyeri 6. Kontrol faktor
5. Pasien lingkungan yang
mampu menyebabkan klien
melaporkan merasa tidak nyaman
nyerinya (ruangan, temperatur,
6. Klien cahaya)
mengetahui 7. Instruksikan pasien
frekuensi untuk melakukan teknik
nyeri relaksasi seperti
Keterangan: bimbingan imajinasi,
nafas dalam

8
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Cuci tangan sebelum dan
berhubungan keperawatan risiko infeksi dapat sesudah melakukan
dengan teratasi dengan kriteria hasil : tindakan
pertahanan Batasan karakteristik AwalTarget Sediakan lingkungan
b.
tubuh primer Tidak terdapat demam, yang bersih dan
yang tidak kemerahan, cairan kenyamanan tempat tidur
adekuat purulen, bengkak c. Batasi pengunjung
(adanya luka disekitar luka d. Petugas kesehatan
post SC). Mengetahui tanda dan memakai sarung tangan
gejala infeksi sebagai bentuk universal
Asupan nutrisi precaution
Robeknya kulit e. Berikan antibiotik
Luasnya tepi luka f. Gunakan peralatan steril
Keterangan: dalam melakukan
1= tidak ada pengetahuan tindakan yang
2= pengetahuan sedikit membutuhkan peralatan
3= pengetahuan sedang steril
4=pengetahuan baik g. Bersihkan dan sterilkan
5= pengetahuan sangat baik alat yang telah dipakai
h. Observasi luka klien
i. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam memberikan
diet
j. Bantu dan mengajari
kliren dalam melakukan
perawatan perineum
Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan
perawatan keperawatan, diharapkan pasien pasien dalam melakukan
diri mampu melakukan perawatan diri ADL secara mandiri.
berhubungan secara menyeluruh dengan kriteria 2. Monitor kebutuhan
dengan nyeri hasil: pasien akan alat bantu
dan Batasan karakteristik Awal Target dalam melakukan ADL.
kelemahan Mampu mandi sendiri 3. Sediakan peralatan-
Mampu berpakaian peralatan pribadi yang
sendiri dibutuhkan pasien
Mampu merapikan (seperti deodoran, pasta
rambut sendiri gigi, dan sabun mandi,
Mampu toileting diapers).
sendiri 4. Bantu pasien dalam
Mampu makan dan melakukan ADL sampai
minum sendiri pasien atau keluarga
Keterangan: mampu melakukannya
1= tidak ada pengetahuan dengan mandiri.

9
2= pengetahuan sedikit
3= pengetahuan sedang
4=pengetahuan baik
5= pengetahuan sangat baik

Ansietas Setelah dilakukan tindakan NIC: anxiety reduction


berhubungan keperawatan diharapkan ansietas 1. Nyatakan dengan
dengan pasien menurun, dengan kriteria elas harapan yang
stress,ancama hasil: menyenangkan
n kematian 1. Klien mampu mengidentifikasi 2. Jelaskan semua
dan mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
2. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan 3. Pahami perspektif
menunjukan teknik untuk pasien terhadap stres
mengontrol cemas 4. Instruksikan pasien
3. Vital sign dalam batas normal menggunakan teknik
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, relaksasi
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan.
Resiko NOC: fluid balance NIC: fluid balance
kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status
volume keperawatan, diharapkan pasien hidrasi
cairan tidak mengalami kekurangan volume 2. Monitor vital sign
berhubungan cairan dengan kriteria hasil: 3. Kolaborasi
dengan 1. Tanda-tanda vital normal pemberian iv
pembedahan 2. Tidak ada tanda dehidrasi 4. Berikan cariran iv
3. Turgor kulit baik, membran pada suhu ruangan
mukosa lembab 5. Kolaborasi dengan
dokter
6. Atur kemungkinan
transfusi

10
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2014). Buku Saku Keperawatan Pediatri.


Jakarta : EGC.
Bobak, (2016). Buku ajar keperawatan maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Cuningham, (2015). Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Heardman, T. H. (2014). Diagnosis keperawatan; definisi dan klasifikasi 2014-
2015. Jakarta: EGC.
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2014). Nursing Outcame
Clasification. Mosby. Philadelphia.
Mochtar, (2016). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC

Moeloek, (2017). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F.


Jakarta : EGC.
Pillitteri, (2015). Nursing intervention clasification. Mosby. USA

11

Anda mungkin juga menyukai