2. Jenis Persalinan
Ada 2 jenis persalinan Berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan :
a. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan
1) Persalinan spontan adalah proses persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran adalah persalinan yang bila kekuatan yang diperlukan
untuk bersalin ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
b. Jenis persalinan menurut usia kehamilan:
1) Abortus yaitu pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
2) Partus immatur yaitu pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20
minggu sampai 28 minggu atau berat janin antara 500 gram dan kurang dari
1000 gram.
3) Partus prematur yaitu Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28
minggu dan <37 minggu atau berat badan lahir antara 1000 gram dan kurang
dari 2500 gram.
4) Partus matur atau partus aterm yaitu Pengeluaran buah kehamilan antara usia
37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari 2500 gram.
5) Partus serotinus atau post matur yaitu Pengeluaran buah kehamilan lebih dari
42 minggu.
4) Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri
terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting karena janin harus menyesuaikan diri
dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Gerakan yang diperlukan untuk
mengeluarkan janin berasal dari aktifitas otot uterus, dari otot abdomen dan
diafragma, yang memperkuat kontraksi. Saat kepala janin akan melewati panggul,
kepala bayi akan melakukan gerakan –gerakan meliputi :
a. Engagement
Masuknya kepala bayi dalam PAP pada primipara terjadi pada bulan terakhir
tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala melintasi PAP dapat terjadi dalam 2 keadaan, yaitu sinklitismus (apabila
arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP, sedangkan asinklitismus
(apabila arah sumbu kepala janin miring dengan bidang PAP). Dan majunya
kepala pada primi gravida terjadi setelah kepala masuk dalam rongga panggul,
sebaliknya pada multipara masuknya kepala kedalam rongga Panggul terjadi
bersamaan dengan gerakan lain seperti flexi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
b. Fleksi
Dengan majunya kepala, biasanya fleksi bertambah hingga ubun –ubun kecil
jelas lebih rendah dari ubun –ubun besar. Fleksi disebabkan karena janin
didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul
sehingga menyebabkan fleksi. Begitu penurunan menemukan tahanan dari
pinggir PAP, maka akan terjadi fleksi sehingga uuk (ubun-ubun kecil) lebih
rendah dari uub (ubun-ubun besar).
c. Internal rotation (putaran paksi dalam)
Putaran paksi dalam adalah gerakan pemutaran kepala secara perlahan
menggerakkan oksiput dari posisi asalnya ke anterior menuju shimpisis pubis.
Putaran paksi dalam terjadi setelah kepala sampai di Hodge III atau setelah kepala
sampai didasar panggul.
d. Extension (ekstensi)
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala telah sampai didasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.
e. External rotation ( putaran paksi luar)
Setelah kepala lahir. Maka kepala bayi memutar kembali kearah punggung
anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam.
f. Expulsion (Ekspulsi )
Gerakan kelahiran bahu Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi
sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua
bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin
seutuhnya depan, bahu belakang dan badan seluruhnya (Kuswanti, 2014).
5) Analisa Data
Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien dalam periode Intranatal :
1. Identitas klien
2. Penanggungjawab
3. Data umum kesehatan
4. Data umum maternitas
5. Riwayat persalinan sekarang
6. Data psikososial
Klasifikasi Data Kala I
Data Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengeluh Kontraksi Uterus Nyeri akut
nyeri perut bagian ↓
bawah tembus ke Penurunan bagian bawah janin
belakang. ↓
DO : Penambahan dilatasi serviks
- Kontaksi Uterus ↓
2x/10` lamanya 40``- Peregangan otot polos
45``. ↓
- Ekspresi wajah Menekan ujung saraf sensoris dan
meringis simpatis
- Klien tampak ↓
berkeringat banyak Transmisi
- Klien nampak gelisah ↓
dan kadang-kadang Transduksi
merintih kesakitan. ↓
- Abdomen tampak Modulasi
tegang saat HIS. ↓
- Klien selalu Dipresepsikan sebagai nyeri
memegang erat
bagian pinggul
belkang saat HIS.
2. DS : Kurangnya informasi Kurang pengetahuan
- Klien mengatakan
ingin segera
melahirkan karena
tidak tahan dengan
sakitnya.
- Kurang
mengetahui
tentang bagaimana
proses melahirkan.
- Tidak tahu proses
mengejan yang
efektif dan efisien.
DO:
- Klien tampak cemas
dan tiak bisa
tenang.
Kala II
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat dan distensi perienum.
Kala III
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia otot-otot uterus dan luka episiotomi
2. Risiko defisit volume cairan dan pendarahan berhubungan dengan pelepasan
placenta.
Kala IV
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik: luka jahitan episiotomi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat (luka
jahita episiotomi).
7) Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV tiap 4 jam 1. TTV meningkat dapat
Kala I
dengan kontraksi keperawatan selama Kala I. 2. Monitor DDJ dan HIS tiap 1 menunjukkan tingkat nyeri.
uterus. Ditandai Nyeri pada klien dapat jam 2. Identifikasi kondisi dan
dengan : berkurang dengan kriteria 3. Observasi nyeri secara kehidupan janin.
DS : Klien mengeluh hasil : komprehensif termasuk lokasi, 3. Tingkatkan nyeri yang
nyeri perut bagian bawah 1. Klien mampu karakteristik, durasi, frekuensi, teridentifikasi menentukan
tembus ke belakang. menerapkan teknik kualitas dan faktor presipitasi. tindakan yang sesuai.
DO : penurunan nyeri non 4. Lakukan pemeriksaaan dalam 4. Pemeriksaan dalam tiap 4
- Kontaksi Uterus farmakologis (nafas tiap 4 jam. jam mengetahui kemajuan
2x/10` lamanya 40``- dalam). 5. Anjurkan klien melakukan Kala I.
45``. 2. Nyeri berkurang tindakan yang membantu 5. Teknik nafas dalam dapat
- Ekspresi wajah menjadi skala 6 meredakan nyeri, misal : meningkatkan rasa nyaman
meringis 3. TTV dalam batas Tingkatkan penggunaan sehingga nyeri dapat
- Klien tampak normal penggunaan teknik nafas dalam berkurang dan
berkeringat banyak RR : 16-20x/menit dan miring kiri. mempercepat pembukaan.
- Klien nampak gelisah N : 60-100x/menit 6. Beri tahu pada klien tentang 6. Pengetahuan tentang
dan kadang-kadang TD : 100-120/80-90 kemajuan persalinannya. kemajuan persalinan
merintih kesakitan. mmHg. menyebabkan kecemasan
- Abdomen tampak berkurang sehingga nyeri
tegang saat HIS. berkurang.
- Klien selalu
memegang erat
bagian pinggul
belakang saat HIS.
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
1. Menidentifikasi kebutuhan
Setelah dilakukan asuhan dengan keluarga
2. Kurang pengetahuan belajar klien dan keluarga.
keperawatan selama Kala I. 2. Ajarkan cara mengejan yang
berhubungan dengan 2. Membantu klien dalam
Pengetahuan klien benar dengan posisi yang benar.
kurang terpapar proses persalinan yang
meningkat dengan kriteria 3. Tunjukkan sikap menerima rasa
informasi. Ditandai benar.
hasil : takut dan kecemasan klien.
dengan : 3. Penungkapan rasa takut dan
4. Beri tahu klien tentang proses
DS : 1. Klien mengetahui kecemasan klien akan
persalinan dan nyeri adalah
- Klien mengatakan proses persalinan membantu klien dalam
normal.
ingin segera dan kemajuan mengatasi kecemasan.
5. Ajarkan klien kapan harus
melahirkan karena persalinan. 4. Meningkatkan pengetahuan.
mengejan.
tidak tahan dengan 2. Klien mengetahui 5. Mempersiapkan saat proses
sakitnya. kapan harus melahirkan yang tepat dan
- Kurang mengejan. sesuai.
mengetahui 3. Kecemasan klien
tentang bagaimana berkurang.
proses melahirkan.
- Tidak tahu proses
mengejan yang
efektif dan efisien.
DO:
- Klien tampak cemas
dan tiak bisa tenang.
Kala II 1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi DJJ dan His 1. Identifikasi kondisi dan
berhubungan dengan keperawatan selama kala II 2. Atur posisi klien dengan psosisi kehidupan janin
kontraksi uterus yang Nyeri klien dapat terkontrol dorsal recumbent. 2. Posisi dorsal recumbent
kuat dan distensi dengan kriteria hasil : 3. Latih klien untuk mengejan membantu klien
perienum. Ditandai 1. Klien dapat secara benar. meningkatkan rasa nyaman
dengan : mengejan maksimal 4. Anjurkan klien untuk mengejan dan proses persalinan.
DS : Klien 2. Bayi dapat segera saat ada His atau kontraksi. 3. Teknik mengejan yang
mengatakan perut lahir 5. Siapkan pertolongan persalinan. benar dapat menghemat
bagian bawah semakin 3. Kala II < 1,5 jam. 6. Siapkan pertolongan BBLR. energi ibu.
sakit. 4. Skala nyeri 4. Memaksimalkan
DO : berkurang menjadi 8 pengeluaran bayi.
- Klien kadang 5. Persiapan yang baik
mengerang kesakitan. memperlancar persalinan,
- Klien nampak 6. Pertolongan BBLR
semakin meringis dan menyelamatkan bayi.
gelisah
- Tampak perineum
menonjol, vulva, dan
anus terbuka.
- Nampak dorongngan
untuk meneran.
- Ruptur pada mukosa
vagina, kulit
perineum, otot sekitar
anus.
- His ; 5x10`menit →
50``-55``, DJJ ;
144x/menit,
Pembukaan Lengkap
10 cm, Ketuban ; - ,
Portio tidak teraba.
TTV : T; 120/80
mmHg, N ; 96 , P ;
20x/menit, S ;36,5°C.
Kala III 1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri klien, 1. Mengetahui tingkat
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama intensitas dan frekuensi. nyeri klien, intensitas
iskemia otot-otot Kala III nyeri klien dapat 2. Lakukan tindakan ang dan frekuensi.
uterus dan luka terkontrol dengan kriteria dapat membantu 2. Nafas dalam
episiotomi. Ditandai hasil : meredakan nyeri; nafas mengurangi nyeri.
dengan : dalam. 3. Merangsang kontraksi
1. Skala nyeri
DS :Klien mengatakan 3. Lakukan masase pada uterus.
berkurang menjadi 7
nyeri pda bagian perut daerah uterus.
2. Klien mengatakan
bawah.
nyeri dapat
DO :
terkontrol.
- Klien masih
3. Klien dapat menahan
meringis kesakitan
nyeri sampai
setelah proses
mengeluarkan
kelahiran.
plasenta.
- Terlihat keluar
keringat disekitar
wajah klien.
- Uterus teraba
keras, dan
kontraksi kuat.
- Terdapat luka 1. Monitor kehilangan cairan
epistiotomi (darah, keringat) dan TTV, 1. Memonitor tanda
mediolateral grade Setelah dilakukan asuhan Inspeksi turgir kulit dan dehidras lebih dini
II. keperawatan selama Kala membrane mukosa terhadap dapat menyelamatkan
III. Keseimbangan cairan
2. Risiko defisit volume adekuat dengan kriteria kekeringan. klien.
cairan dan pendarahan hasil : 2. Observasi keutuhan plasenta 2. Plasenta yang tidak
berhubungan dengan dan membran amnion. utuh beresiko
1. Pola intake klien
pelepasan placenta. 3. Monitor keras lembutnya mengakibtakan
adekuat.
Ditandai dengan : uterus setelah lepasnya pendarahan.
2. Tidak ada tanda-
DS : Klien plasenta. 3. Uterus yang lembek
tandadehidrasi.
mengatakan merasa 4. Anjurkan banyak minum air beresiko pendarahan.
3. TTV normal
lemas putih selama proses 4. Cairan lebih cepat
RR : 16-20x/menit
DO : persalinan jika ada mual dan diabsorbsikan melalui
N : 60-100x/menit
- Keluar darah dari muntah. lambung dibandingkan
TD : 100-120/80-90
jalan lahir sebelum 5. Kelola pemberian dengan makanan padat
mmHg.
pengeluaran oksitoksin dan methergin dan untuk menvegah
4. Turgor kulit elastis.
plasenta. 0,2 mg IM. dehidrasi.
- Uterus terasa 5. Oksitoksin membantu
lembek, dan kontraksi uterus,
kandung kencing mempercepat lepasnya
kosong. plasenta dan methergin
- Pendarahan ± menurangi risiko
100cc pendarahan.
- Intake cairan 100cc
TTV : TD :
110/70mmHg, N ;
88x/menit, RR ;
23x/menit, dan S :
37°C.
Kala IV 1. Nyeri akut Setlah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. TTV meningkat dapat
berhubungan asuhan keperawatan 2. Observasi nyeri secara menunjukkan tingkat
dengan agen selama Kala IV , nyeri
komprehensif termasuk nyeri.
injuri fisik: luka berkurang dengan kriteria
jahitan hasil : lokasi, karakteristik, durasi, 2. Tingkat nyeri yang
episiotomi. 1. Klien mampu frekuensi, kualitas dan teridentifikasi
Ditandai dengan : menerapkan teknik
faktor presipitasi. menentukan tindkaan
DS : Klien penurunan nyeri non
farmakologis (nafas 3. Implementasikan tindakan yang sesuai.
mengatakan merasa
dalam ). untuk kenyamanan fisik 3. Lingkungan yang
masih kesakitan
2. Klien melaporkan nyeri
seperti menciptakan suasan nyaman
didaerah luka jahitan. sudah terkontrol.
3. Nyeri berkurang yang nyaman. memninimalkan
DO :
menjadi 6 4. Ajarkan pereda nyeri non stimulasi nyeri.
- Klien terlihat
4. TTV normal farmakologisnafas dalam, 4. Pereda non
kesakitan saat
RR : 16-20x/menit relaksasi. farmakologis
dilakukan penjahitan
N : 60-100x/menit 5. Ajarkan cara perubahan mengefektifkan kerja
didaerah luka
TD : 100-120/80-90 posisi dan posisi yang obat.
robekan jalan lahir
mmHg. nyaman untuk mengurangi 5. Posisi yang tepat dapat
bagian dalam.
nyeri. memnimalkan
- Klien tampak
terjadinya nyeri.
berteriak-teriak
kesakitan saat
dilakukan penjahitan
didaerah genitalia
- Keluar keringat
disekitar wajah Setelah dilakukan tindakan
klien. asuhan keperawatan selama
1. Observasi Mengetahui
Kala IV klien tidak infeksi
tidak normalan lebih dini.
2. Risiko infeksi dengan kriteria hasil :
2. Perawatan perineum yang
berhubungan dengan 1. Observasi TTV dan tanda
1. Meningkatnya rutin dengan antiseptik
pertahanan tubuh infeksi pada luka jahitan.
penyembuhan luka. memenimalkan risiko
primer tidak adekuat 2. Ajarkan ibu untuk merawat
2. Bebas tanda-tanda infekis.
(luka jahita episiotomi). perineum dan perawatan luka
infeksi (rubor, kalor, 3. Merawat luka secara rutin
Ditandai dengan : jahitan secara mandiri.
dolor dan tumor). Luka setelah mandi dapat
3. Ajarkan ibu untuk merawat
DS : Klien bekas jahitan mencegah infeksi.
luka selesai mandi.
mengatakan episiotomi. 4. Genitalia yang bersih
4. Anjurkan ibu menjaga
mengeluh perih pada 3. TTV dalam batas bebas dari bakteri patogen
kebersihan genitalia dan
jalan lahir. normal. sehingga mencegah
mengganti peembalut sesering
DO : infeksi.
mungkin.
Adanya luka jahitan 5. Makanan tinggi protein
5. Anjurkan ibu/klien untuk
jalan lahir bagian mempercepat proses
makan makanan tinggi protein.
dalam dengan jahitan penyembuhan luka.
jelujur dibagian
dalam dan jahitan
satu-satu dibagian
luar.
DAFTAR PUSTAKA
Nurwaridha (2016). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Patologi Dengan Kasus Persalinan
Post Matur Di Puskesmas Bara-Baraya Makassar. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=MANAJEMEN+ASUHAN+
+KEBIDANAN+INTRANATAL+PATOLOGI+DENGAN+KASUS+PERSALINAN+POST
+MATUR+DI+PUSKESMAS+BARA-
BARAYA+MAKASSAR+TANGGAL+23+MEI+2016&btnG [Diunduh dan diakses pada 13
April 2020 pukul 13.33 WIB]
Rizka Angraeni (2009). Asuhan Keperawatan Pada Ny. K Dengan Intranatal Pada Primigravida
Dibangsal Cempaka RSUD Sragen. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=ASUHAN+KEPERAWATAN+PADA+NY.
+K+DENGAN+INTRANATAL+PADA+PRIMIGRAVIDA+DIBANGSAL+CEMPAKA+RSUD+S
RAGEN+&btnG [Diunduh dan diakses pada 13 April 2020 pukul 18.25 WIB]
Wibowo Arief , Umadah Najwatul (2014). Pengaruh Faktor Risiko Ibu Dan Janin Terhadap
Persalinan Caesarean Section . Jurnal Biometrika Kependudukan Vol. 3 No. 1 Hal 59-65.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=faktor+prognos+pada+intranatal+care+normal&btnG [Jurnal
diterbitkan pada Juli 2014 dan diakses pada 13 April 2020 pukul 22.46 WIB]