Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG HUKUM

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
minfosingkat@gmail.com KAJIANSINGKATTERHADAPISUAKTUALDANSTRATEGIS Vol.XI, No.21/I/Puslit/November/2019

PUTUSAN BEBAS TERKAIT PERKARA KORUPSI


SOFYAN BASIR
1 Novianti

Abstrak
Putusan bebas perkara korupsi Sofyan Basir (SB) memunculkan beragam pendapat
pakar hukum terkait lemahnya pembuktian. Tulisan ini bertujuan mengkaji
bagaimana pertimbangan hakim terhadap putusan tersebut. Hasil pembahasan
menyimpulkan bahwa pertimbangan hakim memutus bebas SB yakni dakwaan
terhadap Pasal 12 huruf a juncto (jo.) Pasal 15, atau Pasal 11 UU Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 56 KUHP, tidak terbukti. Pasal 12 huruf a
menentukan ancaman bagi penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
yang diberikan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena jabatannya
dan Pasal 15 menentukan ancaman bagi setiap orang yang melakukan percobaan,
pembantuan, atau permufakatan untuk melakukan korupsi. Majelis Hakim tidak
menemukan adanya fakta hukum yang dapat dijadikan bukti untuk membenarkan
dakwaan JPU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Putusan bebas terhadap SB
menjadi momentum bagi KPK untuk lebih berhati-hati menangani perkara korupsi.
Untuk itu DPR perlu mendorong pembentukan Dewan Pengawas sebagaimana
diamanatkan dalam revisi UU KPK untuk menjaga kinerja KPK.

Pendahuluan Pendapatan Belanja Daerah (APBD)


Mantan Direktur Utama PT. Perubahan Provinsi Riau 2014 dan
PLN, SB divonis bebas oleh Majelis APBD 2015 yang divonis bebas
Hakim Tindak Pidana Korupi oleh Pengadilan Tipikor Pekanbaru
(Tipikor) pada 4 November 2019. pada 23 Februari 2017 (detik.com, 4
SB merupakan terdakwa ketiga November 2019).
yang divonis bebas oleh Pengadilan Dalam kasus SB, majelis
Tipikor. Sebelumnya Walikota hakim yang diketuai Hariono, dalam
Bekasi Mochtar Mohammad divonis putusannya menyatakan SB tidak
bebas dalam perkara penyuapan terbukti bersalah melakukan tindak
PUSLIT BKD Anggota DPRD di Pengadilan pidana korupsi seperti surat dakwaan
Tipikor Bandung pada 11 Oktober Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK. SB
2011 dan Bupati Kabupaten Rokan dituntut 5 tahun penjara dan denda
Hulu Suparman dalam kasus Rp200 juta subsider 3 bulan kurungan
korupsi pembahasan Anggaran dan karena terbukti melanggar Pasal 12
huruf a jo. Pasal 15 atau Pasal 11 UU Resources Ltd yang sahamnya dimiliki
Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana Johanes B Kotjo. Surat PT. Samantaka
diubah dengan UU Nomor 20 Tahun kepada PT. PLN tidak mendapat
2001 tentang Pemberantasan Tindak tanggapan positif. Selanjutnya Johanes
Pidana Korupsi (UU Tipikor) jo. Pasal Kotjo selaku pemegang saham
56 ke-2 KUHP. Blackgold Natural Resources Ltd.
Terkait dengan putusan bebas mencari bantuan agar diberikan jalan
SB, Guru Besar Hukum Pidana, untuk berkoordinasi dengan PT. PLN
Indriyanto Seno Adji menilai untuk mendapatkan Independent Power
putusan tersebut merupakan Producer (IPP) PLTU Riau-1. Terkait hal
persoalan perbedaan persepsi dalam itu terjadi beberapa pertemuan antara
pembuktian. Bukti-bukti yang dimiliki Kotjo, Eni (Ketua Komisi VII DPR) dan
KPK selama proses penyidikan tidak SB untuk membahas proyek tersebut.
cukup meyakinkan majelis hakim Pada 2016, SB menunjuk Kotjo untuk
mengenai keterlibatan SB dalam
tindak pidana penyuapan yang
mengerjakan proyek PLTU Riau-
1. SB diduga menyuruh salah satu
2
dilakukan Eni Saragih dan Johannes Direktur PT. PLN untuk berhubungan
Kotjo ataupun Idrus Marham terkait dengan Eni dan Kotjo serta menyuruh
proyek PLTU Riau-1 (vivanews. salah satu Direktur PT. PLN untuk
com, 5 November 2019). Selain itu, memonitor karena ada keluhan dari
kriminolog dan dosen Ilmu Hukum Kotjo tentang lamanya penentuan
Universitas Prasetiya Mulya, Rio proyek PLTU Riau-1 (CNN Indonesia,
Cristiawan menilai putusan bebas 23 April 2019).
SB menunjukkan masih terdapat Dalam Kasus PLTU Riau - I,
ambiguitas atas pemahaman dan SB disangka menerima hadiah atau
implementasi atas keputusan bisnis janji terkait proyek tersebut. SB
(business judgement) yang menjadi disangkakan melanggar Pasal 12
objek tindak pidana korupsi (Tempo. huruf a juncto Pasal 15 atau Pasal 11
co, 12 November 2019). UU Tipikor jo. Pasal 56 KUHP. Pasal
Terlepas dari adanya berbagai 12 UU Tipikor menyatakan:
pendapat terhadap putusan tersebut, “Dipidana dengan pidana
putusan bebas terhadap SB menjadi penjara seumur hidup atau
catatan penting bagi pemberantasan pidana penjara paling singkat 4
korupsi. Terkait dengan putusan tahun dan paling lama 20 tahun
bebas SB, tulisan ini mengkaji dan pidana denda paling sedikit
bagaimana pertimbangan hakim Rp200 juta dan paling banyak
dalam menjatuhkan vonis bebas Rp1 miliar: a. pegawai negeri
terhadap SB. atau penyelenggara negara
yang menerima hadiah atau
Kronologis Kasus Sofyan Basir janji, padahal diketahui atau
Kronologi kasus SB diawali pada patut diduga bahwa hadiah
Oktober 2015, Direktur PT. Samantaka atau janji tersebut diberikan
Batubara mengirimkan surat kepada untuk menggerakkan agar
PT. PLN untuk memasukkan proyek melakukan atau tidak melakukan
PLTU Riau-1 ke dalam Rencana sesuatu dalam jabatannya,
Umum Penyediaan Listrik (RUPTL) yang bertentangan dengan
PT. PLN. PT. Samantaka merupakan kewajibannya”.
anak usaha Black Gold Natural Sedangkan terkait dengan
pembantuan, Pasal 56 KUHP tentang suap dalam proyek IPP
menyatakan: PLTU Riau-1. Majelis Hakim
“Dihukum sebagai orang yang juga meyakini kesaksian para
membantu melakukan kejahatan: terpidana suap IPP PLTU Riau-
1. Barangsiapa dengan sengaja 1 yang menyebut SB, bukan
membantu melakukan kejahatan sebagai penyelenggara negara yang
itu; 2. Barangsiapa dengan sengaja menghendaki adanya proyek IPP
memberikan kesempatan, daya PLTU Riau-1. Selain itu, pengakuan
upaya, atau keterangan untuk terpidana Johannes, menyatakan
melakukan kejahatan”. SB tidak ada dalam daftar pejabat
Adapun Pasal 11 UU Tipikor negara yang menerima commitment
menyatakan: fee dari proyek tersebut. Oleh
“Dipidana dengan pidana penjara karena itu, menurut Hakim Anwar,
paling singkat 1 (satu) tahun dan sangkaan terhadap SB sebagai
3 paling lama 5 (lima) tahun dan orang yang dianggap mengetahui
dan memfasilitasi suap proyek IPP
atau pidana denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh PLTU Riau-1 tidak terbukti.
juta rupiah) dan paling banyak Kedua, SB sama sekali tidak
Rp250.000.000,00 (dua ratus mengetahui adanya rencana
lima puluh juta rupiah) pegawai pembagian fee yang dilakukan oleh
negeri atau penyelenggara Kotjo terhadap Eni dan pihak lain.
negara yang menerima hadiah Menurut majelis, upaya percepatan
atau janji padahal diketahui atau proyek PLTU Riau-1 murni sesuai
patut diduga, bahwa hadiah atau aturan dan bagian dari rencana
janji tersebut diberikan karena program listrik nasional. SB juga
kekuasaan atau kewenangan yang diyakini bergerak tanpa arahan dari
berhubungan dengan jabatannya, Eni dan Kotjo. Dengan demikian
atau yang menurut pikiran orang terdakwa SB tidak terbukti melakukan
yang memberikan hadiah atau tindak pidana pembantuan
janji tersebut ada hubungan sebagaimana dakwaan pertama.
dengan jabatannya”. Berdasarkan hal tersebut SB tidak
terbukti melakukan tindak pidana
pembantuan.
Pertimbangan Hakim terhadap Dengan demikian berdasarkan
Putusan Bebas Sofyan Basir pertimbangan hakim terhadap
Majelis Hakim PN Tipikor dakwaan JPU KPK tuduhan
menyatakan SB tidak bersalah melakukan perbantuan suap dalam
dalam kasus suap terkait proyek proyek PLTU Riau-1 yang dilakukan
PLTU Riau-1. Dalam putusannya, oleh SB yakni dakwaan terhadap Pasal
lima anggota Majelis Hakim 12 huruf a jo. Pasal 15, atau kedua,
mufakat memvonis bebas SB dari Pasal 11 UU Tipikor jo. Pasal 56 KUHP,
seluruh dakwaan dan tuntutan tidak terbukti. Pasal 15 UU Tipikor
yang diajukan oleh JPU KPK. merupakan ancaman atas dugaan
Adapun dasar pertimbangan perbantuan suap dan Pasal 12 huruf
hakim dalam memutus bebas SB a, ancaman sebagai penyelenggara
sebagaimana dijelaskan dalam negara atas penerimaan hadiah atau
pertimbangan hukum putusan janji dari dugaan untuk melakukan
yakni, pertama, SB tidak mengetahui atau tidak melakukan sesuatu
karena jabatannya. Majelis Hakim memberi hadiah atau janji, kepada
tidak menemukan adanya fakta pegawai negeri. Atas dasar unsur-
hukum yang dapat dijadikan bukti unsur tersebut, hakim menyakini:
untuk membenarkan dakwaan JPU pertama, pembuktian yang diperoleh
KPK. Berdasarkan pertimbangan di persidangan tidak cukup
tersebut, dalam amar putusan membuktikan kesalahan terdakwa
menyatakan terdakwa SB tidak dan sekaligus kesalahan terdakwa
terbukti secara sah dan meyakinkan yang tidak cukup terbukti itu tidak
bersalah dan membebaskan SB dari diyakini oleh hakim atau dengan
segala dakwaan dan tuntutan lima perkataan lain bahwa pembuktian
tahun penjara dan denda Rp200 tidak memenuhi asas pembuktian
juta. menurut undang-undang. Kedua,
Mencermati putusan bebas hakim menilai, pembuktian
dalam kasus SB dapat dikemukakan kesalahan yang didakwakan
bahwa munculnya putusan tersebut
terkait dengan alasan hukum, yakni
tidak memenuhi ketentuan batas
minimum pembuktian (Agnes Asisi
4
suatu keharusan menjadi pilihan Marselle Devinta, 2015).
hakim karena hal itu memang Terkait dengan alat bukti
dikehendaki oleh peraturan dalam putusan bebas SB, Indriyanto
perundang-undangan. Hal ini menyatakan putusan bebas lebih
didasarkan pada ketentuan Pasal dikarenakan lemahnya pengumpulan
191 ayat (1) KUHAP yang berbunyi: minimum dua alat bukti. Dalam
“Jika pengadilan berpendapat bahwa perkara SB, KPK hanya berpijak
dari hasil pemeriksaan di sidang, pada keterangan Eni dan alat
kesalahan terdakwa atas perbuatan bukti penyadapan yang tidak
yang didakwaan tidak terbukti secara ada kaitannya dengan SB atau
sah dan meyakinkan, maka terdakwa kesaksian yang berdasarkan pada
diputus bebas”. Inti alasan putusan keterangan orang lain (de auditu)
bebas tersebut adalah karena menurut hukum bukan alat bukti.
tidak terbuktinya dakwaan JPU. Bahkan sudah menjadi asas hukum
Ukuran terbukti tidaknya suatu bahwa apabila sejak awal terjadi
perbuatan yang didakwakan dapat split opinion atau keraguan, maka
dilihat dari terpenuhinya alat- keraguan itu tidak bisa dijadikan
alat bukti minimum, dan adanya dasar pengajuan kasus ke hadapan
keyakinan hakim terhadap alat- pengadilan.
alat bukti tersebut serta terpenuhi Pendapat lainnya juga
atau tidaknya unsur-unsur dari diungkapkan oleh Pakar Hukum
perbuatan pidana itu. Bukti Pidana, Mudzakir yang menyatakan
minimum artinya harus tersedia bahwa pasal yang dituduhkan
minimal dua alat bukti dari lima kepada SB tidak tepat dan tidak
alat bukti yang ditentukan oleh ada delik suap di dalamnya. Dalam
Undang-Undang. dakwaan Pasal 56 KUHP, delik
Selain itu, pertimbangan hakim suap terjadi saat para pelaku
memutus bebas dari segala tuntutan mempunyai komitmen untuk
hukum pada kasus korupsi berdasarkan menjual jabatan atau melakukan
pada pembuktian dakwaan. Pasal janji sepakat menyalahgunakan
dakwaan pada pelaku berdasarkan jabatannya dan sepakat menerima
Pasal 13 UU Tipikor yang unsur- hadiah dihubungkan dengan
unsurnya meliputi: setiap orang, keterlibatan SB, proses ini tidak
terpengaruh perihal dakwaan bukan sebagai pembantu (Jurnal
suap karena hal tersebut tidak Patroli, 17 Oktober 2019).
terjadi. Demikian juga terhadap Terlepas dari berbagai
pasal pembantuan, apabila dikenai pendapat dari ahli hukum tersebut,
pasal pembantuan, JPU harus KPK harus teliti dan memperkuat
membuktikan pengetahuan apa pembuktian atas dakwaan yang
pembantuan itu dan apa yang diajukan ke pengadilan dan KPK
dilakukan dari pembantuan itu. Jika tidak terlalu memaksakan untuk
dilihat dari fakta-fakta persidangan, mengajukan perkara ke pengadilan
tidak ada saksi yang mengatakan jika memang buktinya tidak
pemberian uang Kotjo kepada Eni memadai. Untuk itu KPK perlu
diketahui SB (Jurnal Patroli, 17 melakukan evaluasi terkait alat
Oktober 2019). bukti tersebut.
Pakar hukum pidana,
5 Eddy Hiariej, menegaskan
pembantuan dalam satu kasus
Penutup
Putusan bebas dalam
haruslah dilakukan dengan suatu perkara korupsi terkait kasus SB
kesengajaan. Menurutnya, paling disebabkan adanya perbedaan
tidak ada lima perbedaan prinsip persepsi antara jaksa dan hakim,
antara turut serta melakukan baik mengenai penerapan hukum
dengan pembantuan. Pertama, maupun penilaian terhadap fakta
turut serta melakukan pelanggaran yang terungkap dalam persidangan.
dijatuhi pidana, sedangkan Adanya kekeliruan atau kurang
pembantuan dalam pelanggaran cermatnya JPU dalam menerapkan
tidak dijatuhi pidana. Kedua, pasal yang didakwakan
dalam turut serta melakukan harus menimbulkan celah bagi hakim
ada kesengajaan untuk bekerja untuk menyatakan bahwa JPU tidak
sama atau relasi yang sebanding, dapat membuktikan dakwaannya.
tetapi dalam pembantuan hal ini Untuk itu, putusan bebas terhadap
tidak disyaratkan Ketiga, dalam SB harus menjadi momentum
turut serta, harus ada kerja sama bagi KPK untuk mengoreksi diri,
yang erat di antara para pelaku, terutama menyangkut proses
sedangkan dalam pembantuan, penyidikan dan penuntutan. KPK
orang yang membantu hanya harus lebih teliti dan memperkuat
melakukan peranan yang tidak pembuktian atas dakwaan yang
penting. Keempat, dalam turut serta diajukan di pengadilan. Terkait
melakukan harus ada tindakan adanya beberapa putusan
pelaksanaan (uitvoeringshandeling), bebas termasuk putusan bebas
sedangkan dalam pembantuan, terhadap SB maka keberadaan
pembantu hanya cukup melakukan Dewan Pengawas sebagaimana
tindakan persiapan maupun diamanatkan revisi UU KPK
tindakan dukungan. Kelima, dipandang perlu untuk segera
meskipun yang dilakukan dibentuk. Guna meningkatkan
bukan perbuatan penyelesaian profesionalisme dan mencegah
(voltooingshandeling), jika kerja penyalahgunaan wewenang KPK
sama antara para pelaku sangat maka DPR perlu mendorong
erat, orang yang demikian itu lalu Pemerintah untuk segera membentuk
dipandang sebagai pelaku dan Dewan Pengawas.
Referensi “Mantan Pimpinan KPK Sebut Bukti
Asisi Marselle Devinta, Agnes. atas Sofyan Basir Lemah”, https://
“Pertimbangan Hakim Dalam www.vivanews.com/berita/
Menjatuhkan Putusan Bebas, Dalam nasional/17236-mantan-pimpinan-
Perkara Pidana Korupsi”, http:// kpk-sebut-bukti-atas-sofyan-basir-
e-journal.uajy.ac.id/9125/1/ lemah, diakses 7 November 2019.
JURNALHK11035.pdf, diakses 6 “Anomali Vonis Bebas Sofyan Basir”,
November 2019. https://kolom.tempo.co/
”Kronologi Keterlibatan Sofyan read/1271077/anomali-vonis-bebas-
Basir Dalam Suap PLTU sofyan, diakses 7 November 2019.
Riau-1”, https://www. ”Sofyan Basir Terdakwa KPK ke-3 Yang
cnnindonesia.com/nasion Divonis Bebas Oleh Pengadilan
al/20190423174034-20-388954/ Tipikor”, https://news.detik.com/
kronologi-keterlibatan-sofyan- berita/d-4771216/sofyan-basir-
basir-dalam-suap-pltu-riau-1, terdakwa-kpk-ke-3-yang-divonis-
bebas-di-pengadilan-tipikor,
6
diakses 7 November 2019.
“Dakwaan Sofyan Basir Dinilai Tidak diakses 7 November 2019.
Jelas”, https://jurnalpatrolinews.
co.id/berita/read/dakwaan-
sofyan-basir-dinilai-tidak-jelas,
diakses 7 November 2019.

Novianti
novianti2@dpr.go.id

Novianti, S.H., M.H., menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas


Bung Hatta, Padang, pada tahun 1990, dan pendidikan S2 di Fakultas Hukum
Tarumanegara pada tahun 2000. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Madya Hukum
Internasional pada Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah
yang telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku antara lain: “Konvensi Hak Anak
Pelaku Tindak Pidana Dalam Proses Penyidikan” (2015), “Politik Hukum Internasional
Dalam Penanggulangan Terorisme” (2016), dan ”Pelindungan Paten Melalui Patent
Cooperation Treaty dan Regulation Under The PCT” (2017).”

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai