Anda di halaman 1dari 7

LEARNING TASK :

1. APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN UNTUK MENCIPTAKAN


LINGKUNGAN PRAKTIK/KLINIK GIGI YANG MENYENANGKAN BAGI
PASIEN ANAK?

Dalam menciptakan lingkungan praktik/klinik gigi yang menyenangkan bagi pasien anak, ada 3
hal yang harus di perhatikan
 Kualitas Dokter Gigi
 Kualitas Pelayanan klinik
 Kualitas Klinik (tampilan fisik) klinik gigi tersebut

A. Kualitas Dokter Gigi


Kualitas dokter gigi dapat dikatakan baik apabila dapat memenuhi
kompetensinya sebagai berikut :
 Mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasien sehingga dapat
memperoleh informasi yang dapat menunjang dalam menentukan
diagnosis dan rencana perawatan
 Mampu melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada pasien dengan
baik
 Mampu mendiagnosis secara lengkap dan mampu merencanakan
perawatan yang sesuai dengan pasien
 Mampu menyampaikan hal hal yang memang seharusnya disampaikan
terhadap pasien mengenai hal hal yang berkaitan dengan perawatan
nya
 Mampu mengedukasi pasien dan memastikan pasien mengikuti
istruksi perawatan dengan baik sehingga tujuan perawatan tercapai

B. Kualitas Pelayanan yang baik


Kualitas pelayanan kesehatan dapat dikategorikan baik apabila pasien
memperoleh kepuasan atau dengan kata lain masalah yang ada pada pasien
dapat teratasi dengan baik setelah datang ke klinik dokter.

Perawatan gigi dan mulut bukan hanya untuk mengobati gigi sakit dan
bermasalah, tapi juga untuk memperbaiki penampilan gigi yang pada akhirnya
akan menciptakan rasa percaya diri

Faktor-faktor yang menentukan kepuasan pasien terhadap pelayanan


kesehatan gigi dan mulut dapat dinilai berdasarkan terpenuhinya beberapa
dimensi mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yaitu

 Dimensi kompetensi teknis (Jaminan)

Dimensi kompetensi teknik itu berhubungan dengan bagaimana


pemberian layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan
yang teleh disepakati, yang meliputi kepatuhan, ketepatan, kebenenaran
dan konsistensi, dan kerahasiaan
Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknik dapat mengakibatkan
berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan
kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu
layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.

 Dimensi efektifitas layanan kesehatan

Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau


mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta
berkembangnya dan/atau meluasnya penyakit yang ada

Dimensi efektifitas sangat berkaitan dengan dimensi kompetensi


teknis, terutama dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi relative
risk dan ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam
standar layanan kesehatan.

 Dimensi efisiensi pelayanan kesehatan (Daya Tanggap)

Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh sebab itu, dimensi


efisiensi sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan
yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien atau masyarakat.
Layanan kesehatan memenuhi standar layanan kesehatan yaitu tidak
memerlukan waktu lama, dan tidak menimbulkan risiko yang lebih
besar kepada pasien.

 Dimensi hubungan antarmanusia (empati)

Hubungan antarmanusia adalah interaksi antara pemberi layanan


ksehatan (provider) dengan pasien atau konsumen. Hubungan
antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau
kredibilitas dengan saling menghargai, menjaga rahasia, saling
menghormati responsif, memberi perhatian, dan lain- lain.

Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi


yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana layanan
kesehatan akan dan/atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini
sangat penting pada tingkat puskesmas dan ruma sakit.

 Dimensi kenyamanan tidak berhubungan langsung dengan efektivitas


layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan ke
pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobat
kembali ketempat tersebut.
Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik layanan kesehatan,
pemberi pelayanan medis dan nonmedis. Misalnya, tersedianya TV/
majalah /musik/kebersihan dalam suatu ruang tunggu dapat
menimbulkan perasaan kenikmatan tersendiri sehingga waktu tunggu
tidak menjadi hal yang membosankan.

C. Kualitas tampilan fisik klinik dokter gigi anak

Tempat praktek yang ideal khususnya untuk pasien anak perlu memperhatikan
beberapa faktor seperti pencahayaan, warna, tata ruang, kebisingan, suhu serta
getaran agar pasien merasa senyaman mungkin dan menghilangkan kesan
menakutkan pada dokter gigi sehingga dokter giginya sendiri dapat bekerja
dengan lebih baik dan nyaman.

Lingkungan fisik yang mempengaruhi kecemasan anak :


 Ruang tunggu
 Ruang tunggu merupakan tempat bagi pasien untuk menunggu
sebelum mendapatkan perawatan, Sering kali banyak anak-anak yang
merasa cemas saat berada di ruang tunggu

Ruang tunggu diusahakan tidak terlalu dekat dengan ruang praktik


untuk menghindari bunyi dari alat bor dan instrument lainya yang
dapat menakuti anak-anak.

Sebagian besar pasien anak merasakan kecemasan ketika menunggu di


ruang tunggu, sehingga perilaku mereka pun menjadi tidak kooperatif
pada ruang perawatan gigi

 Pemandangan di sekitar ruang praktik yang dilihat oleh pasien

 Adanya pamflet dan poster yang didesain semenarik mungkin di ruang


tunggu dapat menghilangkan rasa takut pada anak

 Susunan alat-alat seperti alat bor dan instrumen lain


 Ruang perawatan
Ruang perawatan dapat dibuat lebih menarik untuk menarik perhatian
anak-anak agar tidak merasa takut saat memasuki ruang perawatan.
pada ruang perawatan warna dinding , kursi gigi, dan perlengkapan
lainnya dapat memberikan efek yang menyenangkan pada anak
 Suhu
Temperature yang sesuai agar anak merasa nyaman
 Parfume ruangan
Tujuan penggunaaan nya adalah untuk menghindari bau obat yang
daoat menimbulkan rasa cemas yang berlebih pada anak
 Pemilihan warna
Warna-warna yang lembut dan cerah akan memberikan efek
menenangkan dibandingkan warna-warna terang dan menyala. Selain
itu, dapat pula diberikan paduan warna yang serasi sehingga anak
cenderung untuk tetap tenang

2. APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN OLEH MASING-MASING STAF


PRAKTIK/KLINIK GIGI UNTUK MEMBUAT SUASANA YANG NYAMAN
BAGI PASIEN ANAK DAN ORANG TUANYA?

Adapun hal yang merupakan dasar untuk membangun hubungan tim-pediatrik pasien
gigi yang baik yang dapat meningkatkan peluang suksesnya perawatan untuk anak-
anak adalah sebagai berikut :

 Positive Approach

 Team Attitude

 Organization

 Truthfulness

 Tolerance

 Flexibility

Resepsionis :

 Orang pertama yang ditemui/berbicara via telepon


 Menenangkan orang tua
 Mengatur penjadwalan (dokter gigi yg menentukan durasi)
 Menerima dan menjawab telepon serta mengatur reservasi dan jadwal pasien
 Menerima pasien yang akan bertemu dengan dokter
 Melakukan administrasi keuangan klinik
 Melakukan administrasi pasien klinik (mengatur data-data pasien dan meng-
input data pasien)
 Memberikan informasi yang berkaitan dengan klinik kepada pasien
 Menyortir surat-surat yang masuk ke klinik baik kertas maupun elektronik
 Memberikan citra klinik yang baik dan ramah serta professional
 Mengatur sosial media klinik, dll

Perawat gigi :

 Menjadi asisten dokter gigi dan menjaga ketenangan pasien


 Mempersiapkan alat sebelum pasien masuk ke ruang perawatan
 Menghibur/menemani pasien anak selama amnanesa/konsultasi
 Mengatur jumlah penunggu pasien dalam ruang perawatan

Dokter gigi : menunjukan empati ( empati yang dimiliki dokter gigi harus akurat
mencakup kemampuan memahami pasien dari komunikasi verbal dan non verbal,
serta kemampuan mengekpresikan pemahaman tersebut ke pasien karena hal tersebu
akan berpengaruh pada interaksi antar elemn perawatan dental.

3. APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN OLEH DOKTER GIGI AGAR ORANG


TUA PASIEN DAPAT MENJADI BAGIAN DARI TIM PERAWATAN GIGI
ANAKNYA?

Another behavior modification method involves preap- pointment parental


education via mailings, prerecorded messages, or customized Web pages. Precontact
with the parent can provide directions for preparing the child for an initial dental visit
and therefore can increase the likelihood of a successful first appointment. Beneficial
effects of pre- appointment mailings were demonstrated in a controlled study by
Wright, Alpern, and Leake.17 Children seemed better prepared by their mothers, and
the dentist saw more cooperative pediatric patients. Almost all parents under- stood
the letter’s contents, acknowledged the dentist’s thoughtfulness, and welcomed the
concern for the proper presentation to their children. A similar letter is shown in Fig.
3-2. Dentists using preappointment educational mate- rials should be selective. Over-
preparation could confuse a parent or provoke anxiety.

Sikap orang tua yang berpengaruh terhadap perawatan gigi dan mulut anaknya, antara
lain:

1. Orang tua yang otoriter

Sikap otoriter yang ditunjukkan orang tua biasanya membuat seorang anak
patuh, bertingkah laku baik, ramah, dan sopan. Sikap anak yang seperti ini akan
menerima perawatan dengan baik yang dilakukan oleh dokter gigi, tetapi meskipun
demikian dokter gigi harus bersikap tidak menambah kecemasan yang mungkin akan
dialami anak serta mengingatkan orang tua untuk bersikap netral.

2. Orang tua yang terlalu sabar

Orang tua yang menunjukkan perhatian yang berlebihan kepada anak dan
segala permintaan/ kebutuhan anak selalu dipenuhi, sehingga sikap yang seperti ini
akan membuat anak tidak mengalami perkembangan dalam reaksinya. Perilaku anak
akan menjadi pemarah, tidak memiliki control diri mempunyai keinginan yang
berlebihan, menjadi lengah, dan tidak penurut. Sikap orang tua yang demikian
mengharuskan dokter gigi memberikan pengertian kepada orang tua terhadap
tindakan yang mungkin akan dilakukan dalam perawatan, karena anak dengan orang
tua seperti ini biasanya memiliki sikap suka menentang.

3. Orang tua yang lalai/ penolakan (rejection)

Sikap ini menunjukkan kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi
anaknya.Biasanya tipe orang tua seperti ini terlihat setelah kunjungan pertama dan
saat perjanjian kunjungan berikutnya anak tersebut tidak kembali. Hal lain yang
nampak adalah penyuluhan dan motivasi-motivasi yang diberikan oleh dokter gigi
tidak dijalankan dengan baik. Penyebabnya mungkin diakibatkan oleh kesibukan
orang tua sehingga menjadi kurang perhatian terhadap anaknya.Anak yang sedikit
terabaikan oleh orang tuanya merasa rendah diri, dilupakan, pesimis dan memiliki
rasa percaya diri yang rendah. Pada perawatan gigi anak seperti ini bisa menjadi tidak
kooperatif, menyulitkan, dan susah diatur

4. Orang tua yang manipulatif

Orang tua yang manipulatif adalah orang tua yang suka bertanya secara berlebihan
dalam hal perawatan gigi, misalnya lama perawatan, proses mendiagnosis penyakit,
dan proses perawatan gigi. Keingintahuan orang tua ini biasanya justru menyebabkan
anak semakin cemas. Dokter gigi harus mengatur situasi yang baik untuk berdiskusi
dengan orang tua agar mereka dapat mengerti dan mengenali prosedur perawatan gigi
dengan baik.

5. Orang tua yang suka mencurigai

Merupakan orang tua yang mempertanyakan perlunya perawatan gigi.Pertanyaan ini


ini biasanya bukan karena keingintahuan dari orang tua tetapi karena rasa
ketidakpercayaannya terhadap dokter gigi.

6. Orang tua yang terlalu melindungi (overprotection)

Sikap terlalu melindungi ditunjukan oleh orang tua dengan terlalu mencampuri dan
mendominasi anak. Sikap seperti ini membuat anak akan mengalami keterlambatan
dalam pematangan sosial dan aturan-aturan sosial anak akan memiliki perasaan selalu
dibawah, merasa tidak berdaya, malu, dan sering merasa cemas. Biasanya orang tua
yang terlalu melindungi memiliki perasaan cemas yang berlebihan, untuk itu dokter
gigi harus memberi lebih banyak waktu untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan
dengan perawatan gigi. Sebab jika rasa cemas pada orang tua berkurang akan
mengurangi kecemasan pada anak.

7. Orang tua yang terlalu cemas (overanxiety)

Sikap dari orang tua dengan perhatian yang berlebihan dan tidak semestinya pada
anak.Hal ini selalu diiringi dengan sikap terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi,
atau terlalu ikut campur.
8. Orang tua yang terlalu mengidentifikasi (overidentification)

Jika anak tidak mau mengikuti keinginannya, orang tua anak tersebut merasa
dikecewakan.Umumnya tingkah laku anak tercermin dalam perasaan malu-malu,
mengucilkan diri sendiri, pesimis, dan tidak percaya diri.

Anda mungkin juga menyukai