Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ni Luh Putu Sri Wahyu Ningrum

Nim: 1816041001

Prodi: Pendidikan kepelatihan olahraga

STRESS

Setiap orang atau individu pasti mempunyai masalah maupun problem tersendiri, dari adanya
problem tersebut, akan berdampak buruk kepada individu tersebut salah satunya akan memicu
stress. Stress secara umum adalah suatu keadaan dimana seseorng mengalami tekanan dari
banyak faktor yang berdampak pada fisik maupun psikisnya. Banyak orang tidak memahami
dengan penuh bagaimana stress tersebut, ada beberapa pendapatpara ahli mengenai stress
yakni

 Selye (1982 dalam Ali Maskum, 2008) menyatakan definisi stres sebagai respon non
spesifik dari tubuh di setiap tuntutan.
 Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
 Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance
between demand (physical and psychological) and response capability, under condition
where failure to meet that demand has importance concequences”. Artinya, ada
ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan memenuhinya.
Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak krusial.
 Anoraga (dalam Anggraeni, 2003) berpendapat bahwa stres merupakan tanggapan
seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu perubahan di
lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Dalam Olahraga Stress adalah sebuah kondisi berkepanjangan akibat evaluasi atau penilaian
berkelanjutan antara harapan, pengalaman pribadi, dan tekanan yang dialami oleh seseorang.
Stress dalam olahraga biasanya sering terjadi pada atlet, mengapa demikian karena adanya
tekanan mental baik psikis maupun fisik dari seseorang baik itu ketika ia sedang latihan maupun
tidak. Setres juga timbul karena atlet tersebut merasa jenuh dengan program–program yang
diberikan dan akan berdampak pada atlet tidak konsentrasi saat latihan

Ada efek – efek yang timbul akibat stress yakni:

1) Efek kognitif: efeknya secara kognitif pikiran, seperti: khawatir, kepikiran (sampai nggak bisa
tidur), takut akan hasil yang buruk, dan juga kecemasan berlebihan .

2) Efek (psiko)somatis: efek yang terlihat dari segi fisiologi, semisal naiknya detak jantung, sakit
perut, bahkan berlebihan hingga diare, sulit tidur, gangguan nafas, badan gemetaran, atau
kekakuan pada oto-otot.

Stress yang dialami olah atlet akan berdampak pada merka sendiri, dampak dari stress ini yakni
ketika perlombaan akan berpengaruh dengan penampilannya,performa yang kurang bagus,
tidak percaya diri (yang berlebihan) terhadap kemampuan lawan atau kemampuan diri sendiri,
ekspektasi yang berlebihan, dan situasi pertandingan yang menimbulkan stress.

Stress juga bisa berakibat dari orang terdekat seperti pelatih, teman, tim manajer, bahkan orang
tua(lingkungan sosialnya ). Tekanan yang berlebih dialami adalah salah satu pemicu stress yang
akan terjadi, apalagi dia (atlet) tidak bisa menerima kondisi itu, maka semakin bertambah
tekanan yang akan dialaminya. Salah satu contoh tekanan dari pelatih yakni program yang
monoton, porsi latiahn yang sangat berat. Tekanan dari teman, persaingan untuk menjadi yang
terbaik(dengan segala hal dicoba) dan jika gagal akan berakibat stress.

Tanda-tanda orang mengalami gejala stress yaitu :

1. Susah focus dan berkonsentrasi

Karena seringnya latihan maupun bekerja tanpa adanya jeda untuk beristirahat akan
menimbulkan dampak stress, tanda tandanya yakni susah berkosentrasi bahkan bisa
juga sulit untuk mengingat hal-hal kecil yang sebenarnya mudah untuk kita ingat.
2. Sakit kepala berkepanjangan

Sakit kepala berkepanjangan ini juga merupakan salah satu gejala stress dimana skit
kepala ini bisa mengganggu kita ketika kita tidur bisa kebangun tengah malam dan
berkepanjangan

3. Pikiran selalu kosong

Ketika kita mengalami stress maka kelenjar adrenal di dalam tubuh kita akan
menghasilkan kortiol. Menurut peneliti, hormone ini menjadi penghambat kemampuan
anda dalam mengingat sesuatu.

4. Punggung dan leher pegal terus menerus

Stress yang timbul ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga otot-otot terasa
kaku dan sakit

5. Merasa dirinya tidak baik dan tidak berharga, serta merasa tertekan dan

6. Mudah gelisah, merasa frustasi, dan sering terlihat murung.

Cara mengatasi stress pada atlet

Ada mekanisme penyesuaian diri yang disebut dengan “Coping”. Coping ini melibatkan strategi
manajemen pikiran, emosi, dan perilaku untuk menurunkan efek merugikan dari stress. Bahkan,
dapat meregulasi stress menjadi berefek positif bagi atlet. Karena, stress pada dasarnya menjadi
sinyal tanda bahaya, sehingga atlet mampu lebih waspada, lebih berhati-hati dalam mengatur
strategi dan perilakunya, dan mengambil antisipasi yang tepat. Syaratnya, atlet harus menguasai
“coping” yang tepat. Coping ini juga ada beberapa macam:
1) Problem-focused coping: yaitu menganalisa penyebab masalah/stress dan kemudian
mengambil langkah-langkah untuk menganalisanya. contohnya, seorang atlet yang sering
gelisah karena ditonton orang banyak, kemudian ia berdiskusi dengan psikolog olahraga untuk
menganalisa masalahnya, dan melakukan beberapa latihan imajeri untuk menghilangakan efek
stress kepada penonton. Semisal, dia menerapkan latihan imajeri “penonton adalah botol,
penonton adalah botol…”hingga ia terbiasa untuk bertanding dengan adanya penonton.

2) Emotion-focus coping: yaitu mengatasi stress dengan mencari dukungan emosional yang
suportif untuk menurunkan rasa dari dampak stress tersebut. Pada umumnya, dukungan
emosional ini dapat berasal dari pelatih, pasangan, orangtua/keluarga, atau teman. contohnya,
seorang atlet yang menelepon keluarganya untuk curhat akan tekanan-tekanan pertandingan
yang dialaminya (Namun, tentu saja dibutuhkan masukan yang membut dia merasa lebih rileks
bukan malah menambah beban stress.

3) Avoidance coping: yaitu menarik diri dari penyebab stress, atau menghindari penyebab
stress. contohnya, Dita seorang atlet silat, mengetahui kalau penyebab stress-nya ketika
bertanding adalah ditonton orang banyak, maka setiap ia bertanding, ia cenderung bersiap di
tempat yang jauh dari keramaian dan berdiam diri. Mungkin banyak yang salah sangka mengira
dita takut dengan musuh atau jauh dari arena, tapi sesungguhnya itu adalah caranya untuk
menenangkan diri.

4) Distraction-oriented stimuli: Yaitu mengalihkan orang yang stress (setressor ) ke kegiatan lain
agar stressor tidak berkelanjutan menganggu persapan mentalnya; contohnya, bermain game,
ngopi, menonton film, mendengarkan musik, bercanda dengan pelatih dan sebagainya. Namun
dalam mengguakan coping style ini, haruslah berhati-hati jangan sampai justru stimuli selingan
itu malah berakibat buruk; semisal, bermain game sampai larut malam hingga paginya bangun
tidak-bugar-dan-muncul-mata-panda.

Dan hal yang bisa dilakukan oleh pelatih untuk mengatsi atlenya yang stress yakni: mengamati
dan membimbing atlet untuk mengenali pola stress-nya sendiri untuk mengembangkan coping-
style agar atlet toleran terhadap stress. Apa yang menjadi sumber kecemasan atlet. Ini bisa
dilakukakan secara terstruktur dalam latihan, semisal menyuruh atlet memiliki catatan pribadi
atau diary, selain juga melakukan pengamatan dan mencari informasi dari orang-orang terdekat
atlet, misalnya dari orang tuanya. Pelatih juga dapat mengajarkan atau memberi “mental
training” yang sederhana kepada atlet. Seperti relaksasi, visualisasi, latihan imajeri, seiring
dengan jalannya program latihan.

Sumber :

Komarudin. 2015. Psikologi Olahraga. PT. Remaja Rosdakarya : Jakarta.

https://pisikologihore.com/definisi-stres-menurut-para-ahli/

https://psikodemia,com/stres-dalam-psikologi-olahraga

https://kursniper.wordpress.com/2018/12/30/mengenali-stres-dalam-olahraga/

Musradinur(2016)stress dan cara mengatasi dalam perspektif pdikologi 2460-4917

Anda mungkin juga menyukai