Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bayi prematur berisiko mengalami masalah kesehatan di awal

kehidupan karena organ yang belum matang dalam tubuh. Menurut

laporan WHO (World Health Organization) pada tahun 2015, diperkirakan

15 juta bayi lahir prematur dan terus meningkat setiap tahun (World

Health Organization, 2015). Sedangkan berdasarkan data pelayanan

kesehatan, di indonesia menempati peringkat kasus BBLR tertinggi kedua

karena persalinan prematur yaitu sekitar 534 bayi dari 13.419 kelahiran

hidup (3,98%), perlunya perawatan lebih lanjut dalam upaya mengurangi

angka kesakitan dan kematian (Riskesdas, 2013).

Perawatan bayi prematur secara intensif dilaksanakan di NICU

untuk memberikan bantuan pernapasan, pengaturan suhu tubuh,

pemantauan tanda-tanda vital dan pencegahan dari infeksi. Perawatan di

NICU dapat menyebabkan stres pada bayi prematur karena kebisingan

yang disebabkan oleh suara monitor dan alat bantu lainnya, tindakan

medis yang melukai bayi (infus) (Bredemeyer, Reid, Polverino, &

Wocadlo, 2008; Pineda et al., 2017) . Bayi prematur dengan kondisi ini

lebih rentan terhadap penurunan fisiologis kesehatan yang dapat dilihat

pada tanda-tanda vital, memperlambat proses penyembuhan dan dapat

mempengaruhi pertumbuhan bayi prematur (Hockenberry, Wilson, &

Rodgers, 2016; Marcdante & Kliegman, 2014). Diperlukan perawatan

1
khusus untuk mengurangi masalah yang disebabkan selama perawatan

di NICU.

Negara maju dan berkembang telah menggunakan banyak

metode terapi yang sehat sebagai intervensi yang aman, efektif dan

efisien dalam mengembangkan sistem saraf sensorik dan motorik anak-

anak sejak lahir hingga lahir (Alipour, Eskandari, Hossaini, & Sangi, 2013;

Standley, 2002). Mendengarkan Murottal Qur'an adalah salah satu terapi

suara yang mempengaruhi otak dan merangsang gelombang alfa untuk

mengurangi stres, mengurangi emosi negatif, menciptakan relaksasi,

menstabilkan tanda-tanda vital dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh

(Abdurrochman, Wulandari, & Fatimah, 2007; Vaghefi, Nasrabadi,

Golpayegani, Mohammadi, & Gharibzadeh, 2015).

Manajemen perawatan bayi prematur di Indonesia sebagian besar

masih terfokus pada perawatan hanya kondisi kesehatan fisik dan

mengabaikan perawatan psikologis bayi prematur. Penelitian ini adalah

untuk memberikan inovasi perawatan baru untuk bayi prematur di NICU

dengan memeriksa efek Murottal Qur'an terhadap saturasi oksigen pada

bayi prematur yang dirawat di NICU. Temuan penelitian ini diharapkan

menjadi salah satu metode baru dalam merawat bayi prematur di

Indonesia.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat

dirumuskan yaitu adakah pengaruh mendengarkan murrottal qur’an

terhadap tingkat saturasi oksigen pada bayi BBLR (prematur) di ruang

alamanda Rsud bangil.?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh mendengarkan murrottal qur’an

terhadap tingkat saturasi oksigen pada bayi BBLR (prematur) di ruang

alamanda Rsud bangil

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi saturasi oksigen pada bayi neonatus sebelum di berikan

murrottal qur’an.

2. Mengidentifikasi saturasi oksigen pada bayi neonatus sesudah di berikan

murrottal qur’an.

3. Menganalisis pengaruh mendengarkan murrottal qur’an terhadap tingkat

saturasi oksigen pada bayi neonatus.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep BBLR

2.1.2 Definisi

Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan

28 - 37 minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena

mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar

rahim akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru,

jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya, sekitar 75% kematian

perinatal disebabkan oleh prematuritas (Krisnadi dkk, 2014).

Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur

kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar

bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk,

2013).Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :

1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa

kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang

teratur).

2. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat

semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan

=KMK).

3. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

4
2.1.2 Klasifikasi

BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :

a. Prematuritas murni

Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk

masa kehamilan.

b. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan

merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.

Mahimesh menyatakan bahwa karakteristik kehamilan dapat

mempengaruhi tingkat kematangan organ bayi serta fisiologinya (May &

Mahlmeister, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi saturasi oksigen meliputi

Hb, tingkat billirubin dan kadar oksigen dalam darah.

Menurut Ribek dkk. (2011), klasifikasi BBLR di bagi 3 yaitu

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500- 2500 gram

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLRS), berat lahir < 1500 gram

3. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram

Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga

cukup bulan (dismatur).

5
2.1.3 Etiologi

a. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan

antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit

jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun

dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi

trauma , dan lain-lain.

b. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban

pecah dini.

c. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status

ekonomi sosial.

d. Faktor plasenta

Faktor plasenta di sebabkan oleh: hidramnions, plasenta previa,dan

ketuban pecah dini (Amin & Hardi. 2015 )

2.1.4 Manifestasi Klinik

1) Sebelum bayi lahir

a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

prematurus dan lahir mati.

b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat,

gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut

seharusnya .

6
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan

hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan

toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.

2) Setelah bayi lahir

a. Berat lahir < 2500 gram

b. Panjang badan < 45 cm

c. Lingkaran dada < 30 cm

d. Lingkaran kepala < 33 cm

e. Umur kehamilan < 37 minggu

f. Kepala relatif lebih besar dari badannya

g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak

h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus

i. Tangisnya lemah dan jarang

j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea

k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi

l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan

kepala mengarah ke satu sisi.

m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif

n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan

o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama

p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema

q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

7
2.1.5 Patofisiologi

Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi

masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada

waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang

kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan

menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi

ini sering melahirkan bayi BBLR.

Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi

kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau

mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga

menyebabkan bayi BBLR.

Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik.

Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.

Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-

alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan

makin tinggi angka kematiannya. Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-

alat dalam tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul

masalah misalnya :

a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu

tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari

kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif

lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang

berkurang

8
b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada

BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru

yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah

c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen

akibat dari motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga

waktu pengosongan lambung bertambah

d. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi

urine berkurang

e. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang

karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif

belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi

terhadap peradangan masih belum baik.

f. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi

prematur sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan,

akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana

keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan

ini disebabkan oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi

prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler

yang rapuh.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta

menemukan gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.

b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.

c. Pemerioksaan hematokrit.

d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK

9
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita

aspirasi mekonium.

f. Pemeriksaan analisa gas darah (Amin & Hardi. 2015 )

Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR menurut (Mitayani, 2009) :

1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht

(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.

2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).

3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres

pernafasan bila ada. Rentang nilai normal: 1) pH : 7,35-7,45 2)

TCO2 : 23-27 mmol/L 3) PCO2 : 35-45 mmHg 4) PO2 : 80-100 mmHg

5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih

4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.

5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal: 1)

bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl. 2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.

7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):

Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.

8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan :

1. Memperatahankan suhu dengan ketat

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebba itu suhu tubuhnya

harus diperthankan dengan ketat

2. Mencegah infeksi dengan ketat

10
BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip- prinsip

pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang

bayi. Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu

penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk

mencegah terkena penyakit. Sumber infeksi meningkat secara

langsung berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan yang

berkontak langsung dengan bayi.

3. Pengawasan nutrisi/ ASI

Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian

nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Nutrisi yang optimal sangat

kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi terdapat kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme

ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah,

jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan

kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral

atau dengan kombinasi keduanya. Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat

dan pemeliharaan harian harus dipenuhi dalam keadaan adanya

banyak kekurangan anatomi dan fisiologis. Meskipun beberapa

aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir, namun

koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai

34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36

sampai 37 minggu. Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi

stabil secara medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi

4. Peningkatan ketat

11
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi dan

erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan

berat badan harus diakukan dengan ketat.Kebutuhan cairan untuk bayi

baru lahir 120-150 mk/kg atau 100-120 cal/ kg/ hari. Pemebrian

dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera

mungkin mencukupi kebutuhan cairan kalori.

5. Memperbaiki curah jantung

6. Mencari factor penyebab

7. Mengobati penyebab

8. Mencegah terjadinya kejang

9. Beri asupan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat bayi

10. Menjaga bayi tetap hangat

11. Timbang berat badan secara umum setiap minggu hingga BB bayi

mencapai 2,5 kg (Sarwono, P. 2010).

Pencegahan :

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali

selam kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. ibu

hamil yang diduga berisiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR

harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan

kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan

diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan

janin yang dikandung dengan baik

12
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun)

4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar

mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan

antenatal dan status gizi ibu selama hamil

5. Mengetahui tanda bahaya untuk mencari pertolongan (Amin H. 2015.

2.1.8 Komplikasi

1. Hiportemia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal

dan stabil yaitu 360 sampai dengan 370 C. Segera setelah lahir bayi

dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Selain itu

hipotermi dapat terjadi karena kemampuan mempertahankan panas dan

kesanggupan menambah produksi panas sasngat terbatas karena

pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang

sedikit, belum maatangnya system saraf mengatur suhu tubuh, luas

permukaan tubuh relative lebih besar dibandingkaan dengan berat badan

sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda kliniks hipotermi:

a. Suhu tubuh dibawah normal

b. Kulit dingin

c. Akral dingin

d. Sianosis

13
2. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan

bahwa hipoglikemi dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa

merupakan sumber utama energy selama masa janin. Kecepatan glukosa

yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya

hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberiaan

glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL

selama 72 jam pertama, sedangkan BBLR dalam kadar 40mg / dL. Hal ini

disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemi bila

kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20mg / dL.

Tanda klinik hipoglikemia:

a. Gemetar atau tremor

b. Sianosis

c. Apatis

d. Kejang

e. Apnea intermitem

f. Tangisan lemah atau melengking

g. Kelumpuhaan atau letargi

h. Kesulitan minum

i. Terdapat gerakan putar mata

j. Keringat dingin

k. Hipotermia

l. Gagal jaantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul

bersama-sama)

14
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,

2009) :

1. Sindrom aspirasi mekonium.

Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi

baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke

paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan

kesulitan bernafas pada bayi).

2. Hipoglikemi simptomatik

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum

yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa

dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena

cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.

3. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan

belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi

mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga

dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.

4. Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

5. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati) Hiperbilirubinemia

(ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam

jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat

tubuh lainnya berwarna kuning.

15
2.1.9 Cara pengkuruan spo2

Penilaian saturasi oksigen dilakukan dengan menggunakan

oksimetri nadi yang diletakkan di kaki bayi selama 1 menit dengan kisaran

normal 90% - 100%.

2.2 Konsep murottal al qur’an

2.2.1 Definisi

Mendengarkan Murottal Qur'an adalah salah satu terapi musik yang dapat

dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang usia. Temuan penelitian ini

mengungkapkan bahwa Murottal Qur'an memiliki efek yang signifikan (95% CI, p

<0,05) pada peningkatan tingkat saturasi oksigen selama 3 hari intervensi,

2.2.2 Manfaat

Al-Qur'an memberi banyak manfaat bagi mereka yang membaca dan

yang mendengarkan, Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang

mendengarkan Al-Qur'an dengan baik dibandingkan dengan mereka yang

mendengarkan selain Al-Qur'an seperti musik (Hussain, 2013). Allah berfirman

dalam QS Al-A'raf ayat 204 yang berarti, "dan ketika itu dibacakan oleh Al-

Qur'an, rujuk dengan cermat dan perhatikanlah dengan saksama sehingga Anda

dapat rahmat" (Al-Quran). Al-Qur'an adalah sebagai pedoman utama bagi semua

Muslim di dunia dalam berperilaku dan berpikir dalam kehidupan sehari-hari.

Mendengarkan Murottal Qur'an dapat merasakan perubahan fisiologis diri

yang hebat, seperti mengurangi depresi, kesedihan, mendapatkan ketenangan

dan melawan berbagai penyakit karena suara Murottal Al-Qur'an merespons

dengan meningkatkan ritme sistem tubuh (Mirghafourvand, Shafaie, Mohammad-

Alizadeh-Charandabi, & Jabbari, 2016; Vaghefi et al., 2015). Stimulasi

mendengarkan mempengaruhi pola pikir yang ada di sistem saraf pusat yang

16
kemudian mengalihkan rangsangan motorik di sistem saraf tepi untuk

membangun kembali proses homeostatis dalam mengkompensasi sistem tubuh

(Dale, O'Hara, Keen, & Porges, 2011).

2.2.3 Cara pmberian intervensi

Ar-Rahman ayat 1-78 dipilih, didengar dengan volume 65-75 dB atau sekitar

1000 Hz menurut meteran tingkat suara digital. Jarak pengeras suara sekitar 30

cm dari telinga bayi dan terdengar saat tidur di inkubator. Selama mendengarkan

Murottal Qur'an, instrumen audiometrik ditempatkan di dalam inkubator untuk

mengukur tingkat kebisingan musik untuk mengendalikan suara murottal Alquran

tetap pada volume 65-75 dB. Mendengarkan Murottal Qur'an dilakukan 3x15

menit setiap hari selama 3 hari berturut-turut.

17
BAB 3

LAPORAN PELAKSANAAN

3.1 Pelaksanaan

terapi Terapi ini di laksanakan pada tanggal 9 Oktober 2019 – 11 Oktober

2019 di ruangan alamanda Rsud bangil .morattal alqur’an di berikan selama 3

hari berturut turut surat Ar-Rahman adalah ayat 1-78 dipilih, didengar dengan

volume 65-75 dB atau sekitar 1000 Hz m. Jarak pengeras suara sekitar 30 cm

dari telinga bayi dan terdengar saat tidur di inkubator. Murottal Qur'an dilakukan

3x15 menit setiap hari.

3.2 Evaluasi

Bayi prematur berisiko mengalami masalah kesehatan di awal kehidupan

karena organ yang belum matang dalam tubuh. Menurut laporan WHO (World

Health Organization) pada tahun 2015,

Bayi dengan BBLR (prematur ) adalah bayi yang beratnya kurang dari 2.500

gram, dan bayi biasanya akan mengalami penurunan spo2. Karena organ dalam

tubuhnya masih belum matang , Negara maju dan berkembang telah

menggunakan banyak metode terapi yang sehat sebagai intervensi yang aman,

efektif dan efisien dalam mengembangkan sistem saraf sensorik dan motorik

anak-anak sejak lahir hingga lahir (Alipour, Eskandari, Hossaini, & Sangi, 2013;

Standley, 2002). Mendengarkan Murottal Qur'an adalah salah satu terapi suara

yang mempengaruhi otak dan merangsang gelombang alfa untuk mengurangi

stres, mengurangi emosi negatif, menciptakan relaksasi, menstabilkan tanda-

tanda vital dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Abdurrochman,

18
Wulandari, & Fatimah, 2007; Vaghefi, Nasrabadi, Golpayegani, Mohammadi, &

Gharibzadeh, 2015).

Di ruang alamanda bayi prematur banyak yang mengeluhkan sesak dan

saturasi oksigen menurun . kami sebagai perawat mencoba memberikan

intervensi morottal alqur’an. Terapi ini untuk untuk meningkatkan pada bayi ,di

berikan 3 hari,dan surat Ar rahman adalah surat yang di pilih pada intervensi ini.

hasilnya setelah di berikan terpai morattal alqur’an spo2 bayi yang awalnya 82%

naik menjadi 92%. Yang artinya terdapat pengaruh pemberian terapi morattal

alqur’an terhadap peningkatan spo2 pada bayi prematur.

Berdasarkan uraian di atas dapat di jelaskan bahwasanya terapi murottal al

quran sangat efektif dalam meningkatkan spo2 pada bayi prematur, dan

intervensi ini bisa di gunakan di kalangan kesehatan khusunya di ruang bayi,

agar bayi dengan bblr (prematur ) bisa sehat.

19
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Murottal Qur'an dapat

membantu merangsang dan menstabilkan organ bayi prematur dengan

meningkatkan saturasi oksigen selama perawatan di NICU. Temuan ini

diharapkan dapat membantu proses penyembuhan bayi prematur di NICU

untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.

4.2 SARAN

Penelitian dapat di aplikasikan dalam intervensi keperawatan dalam

membantu mengatasi permasalahan saturasi oksigen pada bayi selama

perawatan di NICU dan dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan

oleh perawat pendidik dalam meningkatkan kemampuan dalam

memahami pengaruh mendengarkan murrottal qur’an terhadap tingkat

saturasi oksigen pada bayi neonatus di ruang alamanda Rsud bangil.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dina Sulviana Damayanti, Djauhar Ismail, 2018. the effect of listening to murottal
qur'an on theoxygen saturation level in preterm infants in the neonatal
intensive care unit;. Belitung Nursing Journal ;4(5):457-461

Dyah Maria Ulfah¹, Gita Permata Sari,2018. Efek terapi murottal al-qur’an
terhadap peningkatan berat badan bayi prematur (studi eksperimen pada
bayi prematur), ;. Nursing Journal ;4(3):437-431

21

Anda mungkin juga menyukai