Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KARAKTERISTIK BAHAN BAKU

TUNA EKOR PANJANG


(Thunnus tonggol)
Dosen Pengampu : Azwin Apriandi S.Pi, M.Si

Disusun Oleh:
Tri Wulan Dari 180254244004

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Klasifikasi Ikan Tuna
Ekor Panjang (Thunnus Tonggol)

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah
ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas
perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Tanjungpinang, 12 April 2020

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ….…......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN…... ..................................................................... 5

1.1 Latar Belakang………………………………………………...5

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6

1.3 Tujuan ...................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 7

2.1 Klasifikasi Ikan Tuna Ekor Panjang ........................................ 7

2.2 Identifikasi Ikan Tuna Ekor Panjang ....................................... 7

BAB III RANGKUMAN ............................................................................... 9

3.1 Sebaran Hidup Tuna Ekor Panjang ( Thunnus tonggol) .......... 9

3.2 Distribusi Ikan Tuna Ekor Panjang (Thunnus tonggol) ........... 10

3.1 Data Statistik ......................................................................... 11

BAB IV KARAKTERISASI ......................................................................... 13

3.1 Karakteristik............................................................................. 13

3.1 Kandungan Nilai Gizi Ikan Tuna Ekor Panjang ....................... 13

BAB V PEMANFAATAN ............................................................................. 15

3.1 Pemanfaatan Ikan Tuna Ekor Panjang ....................................... 15

3.1 Nilai Ekonomis Ikan Tuna Ekor Panjang ................................. 16

iii
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 18

DAFTARPUSTAKA ……………………….................................................. 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan tongkol abu-abu atau longtail tuna (Thunnus tonggol) merupakan salah satu jenis
ikan pelagis yang bersifat oseanodromous dan populasinya terutama berada di perairan
neritik yang jernih (Carpenter & Niem, 2001). Ikan ini tersebar di seluruh wilayah Indo-
Pasifik Barat (antara 47°LU dan 33°S) mulai dari utara Australia, Papua Nugini dan
Indonesia sedangkan dari barat laut melalui Malaysia dan Thailand, terus tersebar hingga ke
timur laut dan selatan Jepang, barat laut Iran hingga Laut Merah (Collette & Nauen, 1983;
Froese & Pauly, 2010).
Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) adalah ikan pelagis yang mempunyai nilai
ekonomis dalam perikanan Indonesia. Penyebaran spesies ini tergolong unik dibandingkan
spesies lain yang termasuk genus Thunnus yang umumnya ditemukan di laut dalam.
Tongkol abuabu hanya ditemukan di perairan dangkal yang dekat daratan atau kepulauan
(Yesaki, 1991). Menurut Cheunpan (1984) ikan tongkol abu-abu ini termasuk neritik tuna
yang tertangkap di perairan sekitar 15-30 mil laut dari darat dengan kedalaman 20-45m.
Spesies ini terdapat di perairan tropis dan subtropis di wilayah Indo Pasifik antara 47° LU
sampai 33° LS (Froese & Pauly, 2009). Menurut Collete & Nauen (1983) penyebaran ikan
ini terdapat di perairan Indo Pasifik mulai selatan Jepang, Filipina, Papua Nugini sampai
Australia dan ke arah barat dari perairan India, Semenanjung Arab, Laut Merah sampai
Pantai Somalia.
Perairan Laut Cina Selatan (LCS) merupakan daerah penangkapan ikan tongkol yang
potensial pada kedalaman rata-rata 70 m. Hasil tangkapan di perairan LCS didaratkan di
beberapa wilayah sekitarnya, seperti Bangka Belitung, Tanjung Pinang dan Pemangkat. PPN
Pemangkat merupakan salah satu tempat pendaratan utama dari kapalkapal ikan yang
beroperasi di Laut Cina Selatan, Laut Natuna dan sekitarnya. Produksi pelagis besar yang
didaratkan di PPN pemangkat mencapai 48 % dari total produksi seluruh Laut Cina Selatan,
Laut Natuna dan sekitarnya

5
Tongkol abu-abu adalah spesies terkecil kedua dari delapan spesies Thunnus, tumbuh
dengan ukuran maksimal 142 cm dan bobot 35,9kg (Griffiths et al., 2009). Jenis ini
umumnya menjadi target penangkapan pada perikanan pukat cincin,jaring insang dan
pancing, meliputi mackerel tuna (Euthynnus affinis) dan frigatetuna (Auxisthazarddan
Auxisrochei) (Yesaki,1994). Ikan tongkol merupakan salah satu sumber daya perikanan
pelagis yang termasuk ke dalam komoditas unggulan perikanan laut di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Klasifikasi dan Identifikasi Ikan Tuna Ekor Panjang ( Thunnus tonggol)
2. Sebaran hidup, distribusi dan data statistik Ikan Tuna Ekor Panjang (Thunnus
tonggol)
3. Karakterisasi dan Kandungan Gizi Ikan Tuna Ekor Panjang ( Thunnus tonggol)
4. Pemanfaatan dan Nilai Ekonomis Ikan Tuna Ekor Panjang ( Thunnus tonggol)

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan identifikasi yang terdapat pada ikan Tuna Ekor
Panjang (Thunnus tonggol)
2. Untuk mengetahui sebaran hidup, distribusi dan data statistik (cari dari Statistik
Perikanan KKP) dari ikan Tuna Ekor Panjang (Thunnus tonggol)
3. Untuk mengetahui Karakterisasi dan Kandungan Gizi Ikan Tuna Ekor Panjang
(Thunnus tonggol)
4. Untuk mengetahui Pemanfaatan dan Nilai Ekonomis Ikan Tuna Ekor Panjang
(Thunnus tonggol)

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Tuna Ekor Panjang ( Thunnus tonggol)

Klasifikasi sebagai berikut:

• Filum : Chordata
• Subfilum : Vertebrata
• Kelas : Teleostei
• Subkelas : Actinopterygi
• Ordo : Perciformes
• Subordo : Scombridae
• Genus : Thunnus
• Spesies : Thunnus tonggol
• Nama Local: ikan tongkol abu-abu / Tuna Ekor Panjang
• Nama Latin: Thunnus tonggol
• Habitat: perairan tropis Indo-Pasifik Barat
• Distribusi: pesisir Somalia, Laut Merah, pesisir selatan Semenanjung Arabia, ke arah
timur ke pesisir anak-benua India, pesisir dan laut-laut pedalaman di Asia Tenggara dan
Nusantara
• Manfaat/Keunikan: produk makanan

2.2. Identifikasi Ikan Tuna Ekor Panjang (Thunnus tonggol)

7
Tongkol abu-abu memiliki ciri fisik lebih ramping dan sirip dada yang lebih pendek
dibandingkan dengan jenis-jenis tuna yang lain. Panjang badan bisa mencapai 145
sentimeter (57 in) dan beratnya bisa mencapai 35,9 kilogram (79 pon). Dibanding tuna lain
yang seukuran, pertumbuhan tongkol abu-abu lebih lamban dan hidup lebih lama;
menjadikannya rentan terhadap penangkapan yang berlebihan.Bentuk badannya
serupa cerutu pendek dengan moncong runcing. Sisir saring berjumlah 19-27 pada
lengkung insang yang pertama. Sirip punggung kedua lebih tinggi daripada yang pertama;
sirip dada pendek atau agak panjang, sekira 22-31% FL (fork length) pada spesimen kecil
di bawah 60 cm FL atau 16-22% FL untuk spesimen yang lebih besar.

Permukaan ventral dari hati polos, tak bergaris-garis. Punggung berwarna biru
gelap metalik; sisi badan dan perut putih keperakan, dengan bercak-bercak oval
memanjang tak berwarna yang bersusun dalam deretan mendatar. Sirip-sirip punggung,
dada, dan perut kehitaman; sirip dubur keperakan; ujung-ujung sirip punggung kedua dan
sirip dubur tersaput warna kuning; sirip ekor kehitaman dengan coret-coret hijau
kekuningan; sirip-sirip kecil di depan ekor (finlet) kuning dengan tepi keabu-abuan.

Berdasarkan analisis GSI dan TKG musim pemijahan tongkol abu-abu terjadi pada
bulan Mei dan Agustus. Hal ini sama dengan musim pemijahan tongkol abu-abu di
perairan Thailand terjadi pada bulan Mei dan Agustus (Hassadee et al., 2014). Musim
memijah ikan ini di perairan India yang terjadi pada bulan Oktober-November
(Abdussamasd et al., 2012). Sedangkan musim memijah ikan ini di perairan Taiwan sekitar
bulan Desember (Wei et al., 2011). Sementara Cheunpan (1984) menyatakan musim
memijah ikan ini di perairan Thailand adalah bulan Maret-Mei dan Juli-Desember.
Perbedaan musim memijah dikarenakan kondisi perairan/habitat ikan ini berbedabeda.

8
BAB III

RANGKUMAN

3.1 Sebaran Hidup Tuna Ekor Panjang ( Thunnus tonggol)

Tongkol abu-abu menyebar luas terutama di perairan tropis dan ugahari Indo-Pasifik
Barat, yakni di wilayah Samudera Hindia mulai dari pesisir Somalia, Laut Merah, pesisir
selatan Semenanjung Arabia, ke arah timur ke pesisir anak-benua India, pesisir dan laut-laut
pedalaman di Asia Tenggara dan Nusantara; hingga menyeberang ke sisi barat Samudera
Pasifik, ke utara sampai ke perairan Jepang bagian selatan, dan ke selatan sampai ke wilayah
pesisir Australia sejauh Freemantle di sisi barat dan Twofold Bay di sisi timur. Ikan ini
bersifat epipelagis, dan terutama neritik, namun menghindari perairan-perairan yang keruh
dan bersalinitas rendah dekat estuaria. Jenis tuna ini kadang menggerombol dalam campuran
berbagai ukuran tubuh. Dalam hal makanan, tongkol abu-abu tidak memilih-milih mangsa,
yang terdiri dari krustasea, kerabat cumi-cumi dan sotong, serta aneka jenis ikan.

Tongkol abu-abu merupakan ikan tangkapan nelayan di pelbagai Negara wilayah

sebarannya. Di antaranya di Uni Emirat Arab (350 ton pada tahun1981), India
, Indonesia, Filipina, Jepang (sangat sedikit), serta Papua Nugini dan Australia (9-59 ton
pertahun di antara tahun 1975-1980). Angka-angka ini jelas di bawah angka tangkapan
tahunan yang sebenarnya, yang kebanyakan tidak tercatat dengan baik. Sementara antara
tahun 1990-1995, Statistik Perikanan FAO merekam angka produksi tahunan dunia antara
33.857 hingga 105.072 ton. Alat-alat tangkap yang digunakan di antaranya pancing tonda,
pancing rawai, dan jaring hanyut.

9
3.2 Distribusi Ikan Tuna Ekor Panjang (Thunnus tonggol)

Ikan tuna merupakalu mencapaian komoditi yang memiliki prospek cerah di dalam
perdagangan internasional permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya mengalami
peningkatan baik permintaan dalam bentuk segar maupun olahan beku. Indonesia
merupakan pengekspor ikan tuna terbesar di asia tenggara. Ekspor komoditi tuna Indonesia
sebagian besar dalam bentuk beku, segar dan tuna dalam kaleng Negara tujuan utama ekspor
produk tuna Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, Eropa dan Thailand. Jepang
merupakan sentral pasar tuna dunia Negara tersebut mendominasikan permintaan tuna
dengan volume konsumsi sebesar 660.000 ton yang terdiri dari 80.000 ton permintaan
terhadap produk tuna kaleng dan 580.000 ton tuna yang untuk konsumsi sashimi. Sedangkan
1,3 juta ton berasal dari permintaan Negara lain.

Negara-negara pesaing Indonesia di pasar internasional antara lain Australia,spanyol,


korea selatan,Taiwan dan guam. Peluang pasar tuna dan cakalang dibeberapa Negara
importer utama masih terbuka lebar, dari peluang tersebut Indonesia baru mencapai pangsa
pasar dunia sebesar 7,52 % sehubungan dengan iu ekspor tuna dan cakalang masih perlu
ditingkatkan . Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki potensi besar sebagai
penghasil komoditi perikanan dunia selain jumlahnya , jenis ikannya pun beranekaragam
sehingga dapat ditemukan ikan tuna dengan berbagai jenis antara lain tuna dengan jenis
albacore tuna, big eye tuna, bonito, southtem Bluefin tuna , skipjack tuna, longtail tuna (
thunnus tonggol) dan yellowfin.

10
3.3 Data Statistik

Komposisi produksi tongkol secara Nasional di 11 WPPNRI sebagaimana tersebut pada


Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Komposisi Produksi Ikan Tongkol di 11 WPPNRI

Sumber : Statistik Perikanan Tangkap

Dari Tabel 1 sebagaimana tersebut di atas, dapat diketahui bahwa secara Nasional
hasil komposisi produksi berturut-turut didominasi oleh tongkol komo (26,0%), tongkol
krai (24,8%), tenggiri (23,2%), tongkol abuabu (20,9%), tenggiri papan (4,2%) dan lisong
(0,9%).

11
Tabel 2 Estimasi produksi tongkol di WPPNRI 716 dan WPPNRI 717 tahun 2005-2012

Sumber : Statisti Perikanan Tangkap


Dari tabel 63 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa produksi rata-rata tahun
2005-2012 untuk 6 (enam) jenis tongkol berfluktuasi, dan dari sisi jumlah didominasi
secara berturut-turut oleh tongkol abu-abu (18.002 ton/tahun),tenggiri (7.986
ton/tahun),tongkol krai (7.185 ton/tahun), tongkol komo (6.645 ton/tahun), tenggiri
papan (920 ton/tahun),dan lisong (7 ton/tahun).Namun demikian,tren produksi
menunjukkan adanya kecenderungan produksi meningkat

12
BAB IV
KARAKTERISASI

4.1 Karakteristik

Karakteristik Ikan Tuna Ekor Panjang Kebiasaan makanan ikan tongkol abu-abu
menunjukkan makanan utamanya ikan tembang, cumi-cumi dan ikan layang. Makanan
pelengkap berupa cumi-cumi dan hancuran ikan. Sedangkan makanan tambahan ikan teri,
ikan petek dan hancuran ikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan tongkol abu-
abu tergolong ikan karnivora yang preferensi makanannya tidak sama tiap bulan artinya
bersifat opportunistik, memakan mangsa yang banyak tersedia saat itu di alam. Hal ini
hampir sama dengan Collete & Nauen (1983) yang menyatakan bahwa ikan ini tergolong
karnivora yang makanannya terdiri dari berbagai jenis krustacea, chephalopoda dan ikan.
Griffiths et al. (2007) menyatakan ikan ini merupakan predator opportunistik yang
memangsa ikan pelagis kecil, chephalopoda dan krustacea dan juga terindikasi ada
perbedaan komposisi makanan sesuai dengan waktu, tempat dan ukuran ikan.

Memangsa berbagai ikan, sefalopoda, dan krustasea. Membentuk kelompok besar.


Tuna ekor panjang mungkin tumbuh lebih lambat dan hidup lebih lama dari spesies tuna
berukuran serupa lainnya. Kedewasaan bervariasi berdasarkan lokasi – di Thailand ikan
betina dewasa pertama kali pada FL 34 cm, dengan 50% betina dewasa pada FL 39,6 cm.
Diperkirakan pertama dewasa di Thailand pada usia 2 tahun. Perkiraan usia maksimum,
berdasarkan catatan, adalah 4,5 tahun di perairan India,10 tahun di Australia,dan dapat
hidup hingga 18 tahun di Indo-Pasifik bagian tengah

4.2 Kandungan Nilai Gizi


Ikan tuna merupakan jenis ikan dengan kandungan protein tinggi, berkisar antara 22,6 -
26,2 g/100 g daging dan lemak yang rendah berkisar antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging,
mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin,
riboflavon, dan niasin). Bagian ikan tuna yang dapat dimakan berkisar antara 50% - 60%.
Kadar protein daging putih tuna lebih tinggi daripada daging merahnya. Berbanding
terbalik dengan kadar lemaknya yang daging putih tuna lebih rendah dari daging
13
merahnya. Ikan ini memiliki nilai jual tinggi, dan termasuk jenis ikan yang paling banyak
dicari dan dicuri dari laut Indonesia. Itu disebabkan rasanya yang lezat. Selain itu, banyak
kandungan zat gizi yang mampu menyehatkan orang dewasa dan mencerdaskan anak-
anak.Tuna memiliki semua jenis asam amino yang dibutuhkan tubuh.
Apapun jenis tuna yang dikonsumsi, dapat memberikan protein dalam jumlah besar
yakni sekitar 24-30 gram protein per 85 gram.Protein yang lengkap dari ikan ini ini akan
menjaga jaringan tubuh untuk berfungsi dengan baik. Mulai dari pembentukan hormon,
enzim, kolagen, antibodi, hingga menjaga jaringan otot di dalam tubuh bisa didapatkan dari
konsumsi protein dalam ikan tuna. manfaat ikan tuna lainnya adalah mengandung lemak
yang sehat. Ini karena kandungan lemak jenuh yang ada di dalam ikan ini terbilang rendah,
sehingga bermanfaat baik untuk menjaga kesehatan jantung.Sebaliknya, lemak jenuh
dalam kadar yang tinggi justru dapat berdampak buruk karena akan menyumbat pembuluh
darah dan membuat Anda berisiko terserang penyakit kardiovaskular. Menariknya lagi,
ikan ini memiliki kandungan asam lemak esensial omega-3 jenis EPA dan DHA yang
tinggi. Jenis asam lemak esensial tersebut mampu mencegah berbagai peradangan di dalam
tubuh, yang dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung serta
stroke.

Ikan ini juga mengandung vitamin B6 tinggi. Terlebih ikan tuna jenis yellowfin dan
albacore. Vitamin B6 yang didapatkan dari ikan berdaging merah ini menyumbang
berbagai fungsi penting untuk tubuh. Salah satunya seperti membantu meningkatkan
produksi hemoglobin.Hemoglobin adalah protein yang berfungsi menangkap dan
membawa oksigen dalam darah ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan oksigen.
Tanpa adanya oksigen yang cukup di setiap jaringan, maka fungsi jaringan tersebut akan
terus menurun dan membuat tubuh terasa lemas atau mudah lelah. Sedangkan dalam 85
gram tuna, mengandung kurang lebih 185-265 mg fosfor, tergantung dari jenis ikan tuna
yang dikonsumsi. Mineral magnesium yang terkandung dalam ikan juga dibutuhkan oleh
lebih dari 300 reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh.Pasalnya, mineral tersebut bertugas
untuk membantu menjaga kesehatan saraf, otot, menjaga detak jantung tetap stabil,
membantu menguatkan jaringan tulang, dan juga membantu mengatur pelepasan gula
darah.

14
BAB V
PEMANFAATAN

5.1 Pemanfaatan Ikan Tuna Ekor Panjang ( Thunnus tonggol)


Produksi tuna neritik (tongkol komo, tongkol abu-abu dan tenggiri) sebanyak 84%
diperoleh dari kapal jaring insang hanyut (drift gill net), dan 26% diperoleh dari kapal pukat
cincin (purse seine). Menurut Wujdi & Suwarso (2014), komposisi hasil tangkapan jaring
insang hanyut Pemangkat dengan rata-rata operasi 10 hari adalah tongkol komo 49,7%,
tongkol abu-abu 33,4% dan tenggiri 15,9 %. Produksi tongkol abu-abu di PPN Pemangkat
menunjukkan tren fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir, produksi tahun 2009 sebesar
4295 ton meningkat sampai 6125 ton di tahun 2011, produksi menurun sampai 3241 ton di
tahun 2013 kemudian kembali naik di tahun 2015 sebesar 3617 ton. Hasil tangkapan per
upaya (CPUE) jarring insang hanyut masih meningkat dari tahun 4,1 ton/trip pada 2009
sampai 5,7 ton/trip pada tahun 2011, CPUE menurun di tahun 2012 sebesar 3,3 ton/trip
selanjutnya tren CPUE cenderung mendatar sampai tahun 2015 sebesar 3,5 ton/trip. Secara
umum tampak tingkat eksploitasi intensif dengan tren CPUE yang sudah mendatar,
sementara permintaan pasar terus meningkat, oleh karena itu perlu upaya pengelolaan agar
penangkapan bisa berkelanjutan.
Pemanfaatan terhadap sumberdaya Ikan Tongkol Abu-Abu dikhawatirkan akan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan ikan tersebut. Pertumbuhan adalah perubahan
ukuran panjang, bobot dan volume suatu individu pada periode waktu tertentu
(Kusumaningrum et al., 2014). Effendie (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan
dipengaruhi faktor internal (keturunan, jenis kelamin, umur, dan penyakit) dan eksternal
(jumlah makanan yang tersedia dan kualitas air). Ikan Tongkol Abu-Abu memiliki panjang
cagak maksimum sebesar 150 cm dan berat maksimum sebesar 35,9 kg. Dibandingkan tuna
lain, pertumbuhan Ikan Tongkol Abu-Abu lebih lamban dan hidup lebih lama,
menjadikannya rentan terhadap penangkapan yang berlebihan (overfishing) (Griffiths,
2010). Kegiatan penangkapan Ikan Tongkol Abu-Abu secara terus menerus dapat
mengancam keberadaan ikan ini disuatu perairan. Besarnya tingkat pemanfaatan yang tidak
diimbangi dengan pengetahuan tentang cara pengelolaan Ikan Tongkol Abu-Abu dapat
menyebabkan terganggunya pola pertumbuhan. Karakteristik pertumbuhan Ikan Tongkol

15
Abu-Abu mampu memberikan gambaran mengenai kondisi dan ancaman terhadap
keberadaan ikan disuatu perairan dan dapat berbeda-beda pada masingmasing perairan. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi dan
ancaman terhadap Ikan Tongkol AbuAbu di perairan sekitar Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) melalui pertumbuhan sebagai input untuk rencana pengelolaan sumberdaya Ikan
Tongkol Abu-Abu secara berkelanjutan
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian P4KSI tentang ikan tongkol abu-abu di
perairan WPPNRI 711 berbasis produksi alat penangkapan ikan jaring insang diperoleh nilai
Lc>Lm. Mengacu pada nilai tersebut, maka jaring insang masih dapat dipertahankan untuk
memanfaatkan sumber daya ikan tongkol abu-abu, meskipun nilai tingkat pemanfaatannya
belum diketahui. Penelitian di perairan WPPNRI 712 menunjukkan bahwa kisaran ukuran
panjang tongkol abu-abu yang tertangkap pukat cincin adalah 10-89,0 cm, dengan nilai
tingkat pemanfaatan (E) yang tinggi yaitu 0,82. Nilai E yang tinggi ini mengindikasikan
bahwa telah terjadi kondisi lebih tangkap. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan untuk
menurunkan upaya pukat cincin dalam penangkapan tongkol abu-abu. Di perairan WPPNRI
716, penggunaan alat penangkapan ikan pukat cincin untuk penangkapan tongkol abu-abu
memberikan nilai Lc>Lm, dengan kisaran ukuran panjang ikan yang tertangkap antara 14,5-
86,5 cm. Nilai tersebut memberikan indikasi bahwa pengembangan perikanan pukat cincin
masih dimungkinkan dengan disertai pemantauan yang intens terhadap produksi .

5.2 Nilai Ekonomis Ikan Tuna Ekor Panjang (Thunnus tonggol)

Sumber daya Ikan Tuna memiliki nilai ekonomis penting dan banyak tersebar hampir
di seluruh wilayah perairan Indonesia. Nilai ekonomis yang dimiliki Ikan Tuna
menjadikannya sebagai komoditas utama dari sub sektor perIkanan. Ikan Tuna merupakan
bagian dari Ikan pelagis besar yang memiliki karakteristik oseanik atau memiliki sifat selalu
beruaya dari suatu perairan ke perairan lain yang mempunyai kondisi oseanografi, biologis
dan meteorologis yang sesuai dengan habitatnya (Sibagariang et al., 2011). Tuna dan
Cakalang merupakan komoditas ekspor penting di Indonesia. Daerah penangkapannya
tersebar mulai dari kawasan barat sampai dengan timur Indonesia. Kawasan barat meliputi
wilayah pengelolaan perIkanan Samudera Hindia dan untuk kawasan timur meliputi wilayah
pengelolaan perikanan Selat Makasar dan Laut Flores, wilayah pengelolaan perIkanan Laut

16
Banda, wilayah pengelolaan perIkanan Laut Maluku dan wilayah pengelolaan perIkanan
Sulawesi Utara dan Samudera Pasifik. Menurut Mertha et al. (2006) ada dua jenis perIkanan
Tuna yaitu Tuna industri dan artisanal. Eksploitasi Tuna skala industri terutama
menggunakan alat tangkap Tuna long line untuk menangkap Ikan-Ikan Tuna besar

17
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Ikan tongkol abu-abu atau longtail tuna (Thunnus tonggol) merupakan salah satu
jenis ikan pelagis yang bersifat oseanodromous dan populasinya terutama berada di
perairan neritik yang jernih .Ikan ini tersebar di seluruh wilayah Indo-Pasifik Barat (antara
47°LU dan 33°S) mulai dari utara Australia, Papua Nugini dan Indonesia sedangkan dari
barat laut melalui Malaysia dan Thailand, terus tersebar hingga ke timur laut dan selatan
Jepang, barat laut Iran hingga Laut Merah. salah satu spesies dari tuna yang hidup di
perairan tropis Indo-Pasifik Barat. Nama-namanya dalam bahasa Inggris adalah Longtail
tuna atau, di Australia, Northern bluefin tuna. Penggunaan kata northern bertujuan untuk
menghindari kerancuan dengan Southern bluefin tuna (Thunnus maccoyi). Namun dalam
pada itu, nama Northern bluefin tuna juga dapat menyesatkan, karena digunakan pula
bagi Thunnus thynnus, yang sebarannya tidak mencapai Australia.

Tongkol abu-abu memiliki ciri fisik lebih ramping dan sirip dada yang lebih pendek
dibandingkan dengan jenis-jenis tuna yang lain. Panjang badan bisa mencapai 145
sentimeter (57 in) dan beratnya bisa mencapai 35,9 kilogram (79 pon). Dibanding tuna lain
yang seukuran, pertumbuhan tongkol abu-abu lebih lamban dan hidup lebih lama;
menjadikannya rentan terhadap penangkapan yang berlebihan. Ikan tuna merupakan jenis
ikan dengan kandungan protein tinggi, berkisar antara 22,6 - 26,2 g/100 g daging dan
lemak yang rendah berkisar antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging, mineral kalsium, fosfor, besi
dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin, riboflavon, dan niasin). Bagian
ikan tuna yang dapat dimakan berkisar antara 50% - 60%. Kadar protein daging putih tuna
lebih tinggi daripada daging merahnya.

Sumber daya Ikan Tuna memiliki nilai ekonomis penting dan banyak tersebar
hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Nilai ekonomis yang dimiliki Ikan Tuna
menjadikannya sebagai komoditas utama dari sub sektor perIkanan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Norita, Mala Nurilmala, Asadatun Abdullah . 2019. KUALITAS IKAN TONGKOL ABU-ABU
(Thunnus tonggol) PADA KONDISI PENYIMPANAN BERBEDA. Kualitas ikan
tongkol abu-abu (Thunnus tonggol), Norita et al. Available online: JPHPI 2019, Volume
22 Nomor 3:491-492. file:///C:/Users/HP/Downloads/28947-Article%20Text-90528-1-1

Karsono Wagiyo, Endah Febrianti.2015. ASPEKBIOLOGI DANPARAMETERPOPULASI


IKANTONGKOLABU ABU (Thunnustonggol) DIPERAIRAN LANGSA DAN
SEKITARNYA. BAWAL Vol.7(2)Agustus 2015: 59-61.
file:///C:/Users/HP/Downloads/226-460-1-SM.pdf

Hidayat, Thomas, Tegoeh Noegroho.2018. BIOLOGIREPRODUKSIIKANTONGKOLABU-


ABU(Thunnustonggol) DIPERAIRAN LAUT CINA SELATAN. BAWAL WIDYA
RISET PERIKANAN TANGKAP. Volume 10 Nomor 1 April 2018 : 17-19.
file:///C:/Users/HP/Downloads/2622-18823-2-PB.pdf

Alfiansyah, Muhammad M, I Wayan Restu, dkk.2019. Pertumbuhan Ikan Tongkol Abu-Abu


(Thunnus Tonggol) yang Didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kedonganan.
Current Trends in Aquatic Science II (2), 1-9 (2019):1-2.
file:///C:/Users/HP/Downloads/49412-1676-137909-1-10-20200

Desrita.2014. POTENSI DAN PEMANFAATAN IKAN TONGKOL KRAI (Auxis thazard) DI


PERAIRAN SELAT MALAKA, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA
UTARA.Sumatra Utara.

Hatala, M. Rustam, M. Yusuf .2015. PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL PENGELOLAAN


PERIKANAN TUNA BERKELANJUTAN.Jakarta. WWF-Indonesia.

Hanung cahyono.2015. TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA,


CAKALANG DAN TONGKOL.Jakarta. file:///C:/Users/HP/Downloads/1-107-
kepmen-kp-2015-ttg-rencana-pengelolaan-perikanan-tuna-cakalang......pdf

Maulana Firdaus.2018. PROFIL PERIKANAN TUNA DAN CAKALANG DI INDONESIA


The Profile of Tuna and Cakalang Fishery in Indonesia. Profil Perikanan Tuna dan

19
Cakalang di Indonesia. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Gedung BRSDMKP I Lt. 4. file:///C:/Users/HP/Downloads/7328-22543-1-PB.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Tongkol_abu-abu
https://fishider.org/id/guide/osteichthyes/scombridae/thunnus/thunnus-tonggol

https://www.dictio.id/t/apa-yang-anda-ketahui-tentang-ikan-tongkol-abu-abu/44280

20

Anda mungkin juga menyukai