KELOMPOK: (09) SAPTA TARUNA 1. Pendahuluan Pada era globalisasi saat ini perkembangan knowledge dan technology berkembang sangat cepat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang memiliki daya saing yang handal. Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah tercantum didalam Undang-Undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang direncanakan terarah dan realitasnya serta dilaksanakan secara bertahap dan bersungguh-sungguh. Seperti yang sudah tertera pada UU nomor 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil Negara. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat. Penyusunan aparatur Negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat bergantung kepada kualitas pegawai negeri dan mutu kerapian organisasi aparatur itu sendiri. Dapat diketahui bahwa Kedudukan Pegawai Negeri Sipil adalah sangat penting dan menentukan berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari aparatur negara karena pegawai negeri merupakan Aparatur Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Infrastruktur merupakan hambatan nomor tiga setelah korupsi dan birokrasi dalam membangun indonesia. Disebut hambatan salah satunya karena masih banyak ditemukan permasalahan terkait pengadaan barang/jasa sektor konstruksi. Pejabat Fungsional Teknik Pengairan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional penyelenggara pengembangan dan pengelolaan sumber daya air, irigasi, sungai serta rawa dan pantai. (Kepmen No. 63 Tahun 1999 Pasal 1 butir 1) Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional tersebut diatas diperlukan adanya Teknik Pengairan Ahli Pertama yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan pemerintahan bersatu padu, bermental baik, berwibawa berdaya guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi mempunyai kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur Negara, abdi Negara, serta abdi masyarakat. Dengan adanya perkembangan tersebut menuntut unsur dalam manajemen yaitu Teknik Pengairan Ahli Pertama harus memiliki kemampuan, keterampilan dan prestasi kerja yang tinggi dalam menguasai dan memahami ilmu pengetahuan baik secara teori maupun secara penerapannya. Teknik Pengairan Ahli Pertama merupakan aset terpenting dalam setiap kegiatan organisasi, karena bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan tanpa didukung oleh sumber daya manusia sebagai kegiatan operasionalnya tidak akan mampu menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat efesiensi yang diharapkan.
2. Ketahanan Pangan, Energi dan Air : Melalui Pengelolaan Sumber
Daya Manusia Demi Terjaganya Ketahanan Nasional 2.1. Pentingnya Ketahanan Energi, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Air Tiga hal penting yang sering dibahas di berbagai forum internasional, yaitu ketahanan energi, ketahanan pangan, dan ketahanan air. Ketahanan pangan akan memberikan keamanan dan ketenangan suatu negara, ketahanan energi akan memberi kemandirian, dan ketahanan air memberi keberlangsungan kehidupan. Berkenaan dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pentingnya penguasaan TIK dapat memperkirakan pada tahun-tahun kedepan sebagian besar lapangan pekerjaan akan berubah dan dikuasai perusahaan TIK. Bila sumber daya alam dan sumber daya manusia dapat dikelola dengan baik maka negara akan menjadi maju dan tidak hanya berjalan di tempat. Berdasarkan tren saat ini, Indonesia sedang berada di jalur menuju negara dengan perekonomian terbesar ketujuh di dunia pada tahun 2030-menyalip Jerman dan Inggris. Namun, untuk memenuhi tujuan menjadi negara berpendapatan tinggi dalam kerangka waktu ini, Indonesia harus mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang pesat sebesar 6-8% persen per tahun. (RPJMN, 2015-2019) Sampai saat ini, laju pertumbuhan ekonomi yang mantap telah didukung melalui strategi yang mengandalkan eksploitasi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Komoditas mencakup lebih dari separuh ekspor dan lebih dari 25% PDB Indonesia secara langsung berbasis sumber daya alam, melalui pertambangan (12%) dan pertanian (25%), dengan sebagian besar industri manufaktur (24%) Indonesia secara tidak langsung bergantung pada sumber daya alam negara. Sumber daya alam Indonesia yang melimpah meliputi cadangan batu bara, minyak, gas alam dan panas bumi yang melimpah; 57 juta hektar lahan pertanian; 98 juta hektar hutan tropis, yang merupakan ketiga terbesar di dunia; deposit mineral yang signifikan, termasuk tembaga, timah dan bauksit; serta sumber daya air terbarukan yang substansial. (Dutu, R., 2015) Selain memberikan manfaat ekonomi langsung, sumber daya alam Indonesia mendukung ketahanan air, energi dan pangan bagi jutaan penduduk pedesaan dan perkotaan, serta merupakan pilar kunci rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) Indonesia dan strategi untuk pertumbuhan inklusif.
2.1.1. Ketahanan Air
Sumber daya air melimpah tetapi tidak merata di seluruh nusantara, dan iklim muson menyebabkan banjir di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Pertanian menggunakan 90% air, meskipun pembangunan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang meningkatkan permintaan dari pusat perkotaan dan industr. Kapasitas penyimpanan air yang rendah, air tanah yang berkurang, degradasi daerah aliran sungai dan kondisi infrastruktur irigasi yang buruk merupakan tantangan penting dalam meningkatkan pasokan air. Tujuan kunci ketahanan air di Indonesia adalah untuk meningkatkan pasokan air bagi masyarakat, industri dan pertanian serta untuk mengurangi risiko dari banjir. Dalam meningkatkan pasokan air, ada target untuk memperbaiki baik infrastruktur alami (ekosistem hutan) maupun infrastruktur buatan (waduk dan jaringan irigasi). Target untuk peningkatan pengelolaan daerah aliran sungai mencakup rehabilitasi dari 5,5 juta hektar lahan kritis di kesatuan pengelolaan hutan dan pengembangan 12,7 juta hektar hutan rakyat. Meningkatkan target infrastruktur yang dibangun mencakup merehabilitasi 3 juta hektar jaringan irigasi yang rusak dan pembentukan 1 juta hektar lahan tambahan untuk irigasi. (ADB, 2015)
2.1.2. Ketahanan Energi
Indonesia memiliki cadangan minyak, batu bara dan gas alam yang melimpah. Indonesia juga memiliki potensi energi terbarukan yang substansial, termasuk tenaga air, surya, biomassa, angin dan panas bumi. Meskipun hanya sedikit potensi energi terbarukan yang telah dikembangkan sejauh ini, kebijakan energi nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pangsa dari bauran energi dari di bawah 6% ke 23% pada tahun 2025. Target utama untuk ketahanan energi di dalam RPJMN adalah untuk mempertahankan pasokan energi dan mencapai rasio elektrifikasi sebesar 100%. Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan bauran energi dari energi baru dan terbarukan sebesar 10 – 16% pada tahun 2019, sementara juga meningkatkan produksi batu bara dan gas alam. Pemerintah telah menentukan sejumlah strategi untuk mencapai target ini termasuk meningkatkan pemanfaatan bahan bakar hayati untuk transportasi dan sumber daya air untuk pembangkit listrik tenaga air. (ADB., 2015)
2.1.3. Ketahanan Pangan
Global Food Security Index menempatkan Indonesia pada peringkat 74 dari 109 negara untuk ketahanan pangan pada tahun 2015. Lebih dari sepertiga di bawah usia balita menunjukkan pertumbuhan yang terhambat. Beras adalah makanan pokok utama di Indonesia dan berkontribusi sebesar 45% dari total asupan pangan atau 80% dari sumber karbohidrat utama dalam diet masyarakat Indonesia. Indonesia adalah importir bersih gandum, ternak dan hortikultura. Bencana alam merupakan ancaman besar bagi ketahanan pangan di Indonesia, terutama kekeringan dan banjir. Selama periode 2000- 2013, banjir berdampak pada lebih dari 1 juta ha padi di seluruh nusantara. Tujuan kunci untuk meningkatkan status ketahanan pangan mencakup pencapaian swasembada bahan pangan pokok melalui peningkatan produksi domestik. Indonesia memiliki target swasembada untuk padi, kedelai, jagung dan gula. Strategi kunci untuk mencapai swasembada termasuk meningkatkan produktivitas, memperluas area tanam, dan melindungi lahan budidaya dari konversi ke penggunaan lahan lainnya. Diversifikasi pangan juga dianggap penting dalam mencapai ketahanan pangan. (World Food Programme, 2015)
2.2. Pengelolaan Sumber Daya Air
Permasalahan air yang semakin komplek ini menuntut Teknik Pengairan Ahli Pertama untuk mengelolah sumber daya air sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat dengan baik. Berdasarkan UU No 7/2004 tentang Sumber Daya Air, Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Sudah menjadi pemandangan yang biasa dan gampang dilihat, air sudah menjadi permasalahan. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial. Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, Teknik Pengairan Ahli Pertama tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber daya air. Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi kompleksitas perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan air dalam dimensi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras; mewujudkan pengelolaan sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah; memberikan perhatian yang lebih baik terhadap hak dasar atas air bagi seluruh rakyat; mewujudkan mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan rencana pengelolaan sumber daya air yang lebih demokratis, perlu dibentuk undang-undang baru sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. (Sjarief, 2001) Salah satu cara yang harus diperhatikan dalam pengelolaan air adalah pengelolaan yang berdasarkan pada ‘watershed’ (Daerah Aliran Sungai/DAS). Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak- anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Dengan pengelolaan air berdasarkan DAS maka diharapkan akan tercipta kesinambungan sumber daya air karena air tidak bisa dilihat satu bagian wilayah saja. Pengelolaan air pada suatu daerah tidak bisa begitu saja hanya memperhatikan variabel– variabel hidrologis pada wilayah itu saja. Bahkan, pengelolaan Waduk Saguling untuk keperluan PLTA, misalnya, tidak bisa hanya memperhatikan variabel–variabel disekitar waduk. Seluruh masalah pengelolaan sumber daya air harus memperhitungkan keseluruhan DAS karena bagaimanapun juga bahkan sebuah titik di ujung terluar DAS pun memiliki pengaruh terhadap keberadaan dan kualitas air di sungai utama. Jadi Pengelolaan sumber daya air yang bersifat parsial harus ditinggalkan. Selain itu, untuk mengelola sumber daya air berbasis DAS ini, peran Teknik Pengairan Ahli Pertama harus mengacu pada aspek–aspek yang ada dalam DAS tersebut. Bukan hanya dibatasi pada aspek fisika saja. Tapi juga sosial–budaya, kualitas air, aktivitas industri, politik, ekonomi, demografi (kependudukan). (Sugiyanto, 2000) Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources Management – IWRM) yang menjadi perhatian dunia internasional untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air dalam mencapai kesejahteraan umum dan pelestarian lingkungan. Sejalan dengan konsep IWRM yang berkembang di forum internasional, beberapa tindakan telah diambil di tingkat nasional dan daerah dalam rangka reformasi kebijakan sumber daya air. (GWP, 2000) Reformasi dalam pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu tindakan penting untuk mengatasi pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan konservasi sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya, telah diterbitkan beberapa kebijakan antara lain diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA) yang sejalan dengan prinsip-prinsip IWRM. Undang-undang ini bertujuan untuk pelaksanaan pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, berkelanjutan, dan melalui pendekatan terbuka sehingga memberikan pilihan bagi masyarakat bisnis dan organisasi non-pemerintah untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air terpadu. 3. Kesimpulan 1. Teknik Pengairan Ahli Pertama merupakan aset terpenting dalam setiap kegiatan organisasi, karena bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan tanpa didukung oleh sumber daya manusia sebagai kegiatan operasionalnya tidak akan mampu menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat efesiensi yang diharapkan. 2. Sumber daya alam Indonesia mendukung ketahanan air, energi dan pangan bagi jutaan penduduk pedesaan dan perkotaan, serta merupakan pilar kunci rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) Indonesia dan strategi untuk pertumbuhan inklusif. 3. Sejalan dengan prinsip demokratis, Teknik Pengairan Ahli Pertama tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber daya air. 4. Reformasi dalam pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu tindakan penting untuk mengatasi pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan konservasi sumber daya alam.
Daftar Pustaka
ADB. (2015) Summary of Indonesia’sagriculture, natural resources, and
environment sector assessment. EricQuincieu. ADB papers on Indonesia. No 8 Oktober 2015. Dutu, R. (2015) “Making the Most of Natural Resources in Indonesia”, OECD Economics. GWP. 2000. Integrated Water Resources Management. TAC Background Paper No.4. Stockholm:GWP. Helmi, Ifdal, Erigas Ekaputra, Osmet, Sugiyanto. 2000. Studi Penggunaan dan Air di Sub-Daerah Aliran Sungai Bt. Ombilin Sumatera Barat. Padang: PSI- SDALP UNAND. https://uwityangyoyo.wordpress.com/2012/07/02/pengelolaan-sumber-daya-air- yang-terpadu-dan-berkelanjutan/ https://www.itb.ac.id/news/read/5408/home/ketahanan-pangan-energi-dan-air- melalui-pengelolaan-sumber-daya-manusia-demi-terjaganya-ketahanan-nasional McKinsey. (2012) The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential. Mckinsey Global Institute. Pemerintah Indonesia. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), 2015 – 2019. Sjarief, Roestam. 2001. Arah Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air. Makalah disajikan.dalamDiseminasi Konsep Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Satuan Wilayah Sungai (BWRM). Padang, November 2001. World Food Programme. (2015) Indonesia - Food Security and Vulnerability Atlas.