Anda di halaman 1dari 33

Makalah Perekonomian Indonesia

Peranan Dan Perkembangan APBN (Anggara Pendapatan dan Belanja Negara) di


Indonesia
Makalah ini ditunjukan untuk salah satu tugas mata kulian Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya
Manusia dengan dosen Henny Utarsih, S.E., M.Si

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Priani Lisnandar (A101701 Jihan Fauzia Dwitarsa (A101701


Diny Mardiyany (A10170143) Yuli Damayanti Siahaan (A10170188)
Nabila Nur Aidila Sekarani (A10170166 ) Angel (A101701
Debbi Devianty (A10170172)

S 1 MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS


BANDUNG 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
karuniaNya yang diberikan kepada kita semua sebagai umatnya. Kami kelompok 5 dapat
menyusun makalah dengan judul “Peranan Dan Perkembangan APBN (Anggara
Pendapatan dan Belanja Negara) di Indonesia” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perekonomian Indonesia yang memiliki suatu muatan soft skill yang membuat kita
menjadi diri yang mandiri.

Makalah yang disusun untuk mempelajari lebih detail mengenai perkembangan


perekonomian Indonesia baik di dalam negeri dan di Dunia, saya berharap informasi yang
saya dapatkan tidak hanya untuk saya sendiri melainkan untuk para pembaca sebagai ilmu
untuk menambah wawasan .

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dan memberikan manfaat dalam hidup kita nantinya .Dari
lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa, makalah yang kami buat masih jauh
dari sempurna . Oleh sebab itulah tidak ada salahnya saya mengharapkan berbagai kritik dan
saran yang membangun untuk lebih baik kedepannya.

Bandung, Maret 2020

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Pengertian APBN.............................................................................................................5
2.1.2 Peran APBN di Indonesia..............................................................................................6
2.1.3 Fungsi dan Tujuan APBN.............................................................................................7
2.1.4 Proses dan Pelaksanaan APBN.....................................................................................8
2.1.5 Struktur APBN..............................................................................................................9
2.1.6 Dampak APBN Dalam Kegiatan Perekonomian.........................................................11
2.2 Perkembangan APBN di Indonesia...........................................................................12
2.3 Kebijakan Maupun Hasilnya Mulai ORLA Hingga KIB (Orde Baru)......................24
BAB III.....................................................................................................................................27
KASUS.....................................................................................................................................27
3.1 Kasus e-KTP Jadi Bukti APBN Masih Jadi Bancakan DPR.................................................27
Daftar Panjang Penerima Uang Korupsi e-KTP hingga Jutaan USD..............................28
BAB IV....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN adalah wujud dari pengelolaan keuangannegara yang merupakan instrumen
bagi pemerintah untuk mengatur pengeluarandan penerimaan negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan danpembangunan, mencapai pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,mencapai stabilitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secaraumum. APBN memuat Rencana
Penerimaan dan Rencana Belanja Negara dalam satu tahun anggaran. Penerimaan perpajakan
merupakan salah satu dari unsur peneriman negara dan Hibah dalam APBN.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan APBN dan peranan APBN bagi perekonomian
Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan APBN di Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan maupun hasilnya mulai ORLA hingga KIB ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia.
2. Untuk mengetahui peranan APBN bagi perekonomian Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan APBN di Indonesia.
4. Untuk mengetahui kebijakan maupun hasilnya mulai ORLA hingga KIB.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian APBN

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintah Negara Indonesia. Perencanaan tersebut dibuat oleh pemerintah yang berisi
tentang perencanaan penerimaan dan pengeluaran yang akan dipergunakan negara selama
satu tahun (terhitung 1 Januari-31 Desember). Tetapi setelah perencanaan tersebut telah
dibuat, harus disetujui oleh DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat untuk dilaksanakan. 

Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara penyusunan
APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada pasal 23 ayat 1 UUD 1945
disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang - undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran
rakyat. Pada pasal 23 ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3 disebutkan
apabila DPR tidak menyetujui RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan Negara) yang
diusulkan Presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun lalu.

Pendapatan yang diterima oleh suatu negara akan dirinci dan selanjutnya akan dibuat
pengalokasian pada keperluan belanja negara. Hal tersebut diharapkan dapat memaksimalkan
penggunaan dana untuk keperluan-keperluan dalam hal pembangunan dan kemajuan negara.
Pengelolaan APBN yang baik akan menjadi kunci keberhasilan pencapaian kesejahteraan
masyarakat negara tersebut. Untuk itu diperlukan komitmen, konsisten, dan tanggung jawab
dari semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan APBN tersebut.

5
2.1.2 Peran APBN di Indonesia

Dalam pengerjaannya, APBN berperan sebagai alat mobilisasi dana investasi, APBN di


negara-negara yang sedang berkembang adalah sebagai alat untuk memobilisasi dana
investasi dan bukannya sebagai alat untuk mencapai sasaran stabilisasi jangka pendek. Oleh
karena itu besarnya tabungan pemerintah pada suatu tahun sering dianggap sebagai ukuran
berhasilnya kebijakan fiskal baik pengeluaran maupun penerimaan pemerintah mempunyai
pengaruh atas pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dapat memperbesar pendapatan
nasional (expansionary), tetapi penerimaan pemerintah dapat mengurangi pendapatan
nasional (contractionary).

Selain itu APBN juga berperan sebagai alat Stabilisasi Ekonomi, yakni :

1. Pemerintah menentukan beberapa kebijaksanaan di bidang anggaran belanja dengan


tujuan mempertahankan stabilitas proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Anggaran belanja dipertahankan agar seimbang dalam arti bahwa pengeluaran total
tidak melebihi penerimaan total
2. Tabungan pemerintah diusahakan meningkat dari waktu ke waktu dengan tujuan agar
mampu menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan luar negeri sebagai sumber
pembiayaan pembangunan.
3. Basis perpajakan diusahakan diperluas secara berangsur-angsur dengan cara
mengintensifkan penaksiran pajak dan prosedur pengumpulannya.
4. Prioritas harus diberikan kepada pengeluaran-pengeluaran produktif pembangunan,
sedang pengeluaran-pengeluaran rutin dibatasi. Subsidi kepada perusahaan-
perusahaan negara dibatassi.
5. Kebijaksanaan anggaran diarahkan pada sasaran untuk mendorong pemanfaatan
secara maksimal sumber-sumber dalam negeri.

6
2.1.3 Fungsi dan Tujuan APBN

Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara
agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja,
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum, pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur
material maupun spiritual berdasarkan sila ke 5 dari Pancasila dan UUD 1945.

Dalam penggunaannya APBN mempunyai fungsi dalam mengatur pengeluaran dan


pendapatan negara yang digunakan dalam aktivitas pemerintahan dan pembagunan. Pada
dasarnya semuanya bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi agar perekonomian
stabil dan meningkatkan pendapatan nasional. APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Dalam APBN terdapat
penerimaan dan pengeluaran dimana dapat terjadi kondisi Defisit dan Suplus. Apabila
mengalami surplus maka dana digunakan untuk periode anggaran selanjutnya.

Fungsi dari APBN yaitu :


 Fungsi otorisasi: anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau
pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.

7
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

2.1.4 Proses dan Pelaksanaan APBN

APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:


 Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
 Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
 Penajaman prioritas pembangunan.
 Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang.
Dalam penggunaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) tidaklah mudah
karena harus melewati beberapa tahap dan persetujuan beberapa pihak. Dalam
penyusunannya, APBN yang sudah dibuat oleh pemerintah harus diajukan dalam bentuk
RUU tentang APBN. Setelah itu Rancangan APBN tersebut akan diserahkan kepada Badan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Rancangan ini akan dibahas oleh DPR dan DPR akan
menetapkan Undang-Undang mengenai APBN. Proses ini akan memakan waktu sekitar 2
bulan pastinya sebelum masa diberlakukan APBN tersebut.

Dalam pelaksanaannya belum tentu berjalan sempurna sehingga akan diadakan revisi atas
APBN yang dilakukan dalam Peraturan Presiden.  Proses tersebut dimulai dari pemerintah
yang akan mengajukan RUU Revisi APBN, kemudian harus diserahkan kepada DPR dan
disetuji oleh DPR baru bisa digunakan lagi. Untuk revisi APBN harus diajukan dengan batas
waktu paling lambat akhir maret. Untuk pengeluaran diluar anggaran atau yang belum
tersedia anggarannya dapat diberlakukan apabila dalam keadaan darurat contohnya Bencana
Alam.

Setelah masa penggunaan APBN ini habis atau setelah 31 Desember Presiden harus
menyampaikan RUU mengenai pertanggung jawaban pelaksanaan APBN. Pertanggung

8
jawaban ini dibuat dalam bentuk Laporan Keuangan, Jadi bukan Cuma perusahaan yang
punya laporan keuangan tapi Negara juga punya. Laporan keuangan yang dibuat Presiden ini
harus diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Harus diserahkan selambat-lambatnya 6
bulan setelah masa anggaran berakhir.

2.1.5 Struktur APBN


APBN terdiri dari anggaran rutin dan pembangunan , yaitu pendapatan dan pengeluaran
dana untuk pembangunan.

1. Pendapatan Negara
 Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh
masyarakat di suatu negara selama satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan
warga negara asing yang ada di wilayah negara tersebut.
 Produk Nasional Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
suatu negara selama satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
negara tersebut yang berada di Negara lain.
 Produk Nasional Neto adalah jumlah nilai barang dan jasa yang diperoleh dengan cara
mengurangi GNP dengan penyusutan (depresiasi).
 Pendapatan Nasional Neto adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima masyarakat
sebagai balas jasa faktor produksi selama satu tahun setelah dikurangi pajak tidak
langsung (indirect tax).
 Pendapatan Perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang
dalam masyarakat.
 Pendapatan Bebas adalah pendapatan yang sudah menjadi hak mutlak bagi penerimanya.
Jadi, pendapatan bebas adalah pendapatan yang sudah siap untuk dibelanjakan.

Selain yang diatas, pendapatan Negara yang rutin didapat dalam pertahun adalah dari sisa
anggaran pendapatan tahun lalu, kontribusi-kontibusi yang meliputi; dana Subsidi,
pembayaran PBB, dan pajak daerah. Pajak daerah yaitu pajak yang didapat dari daerah-
daerah, didapat dari pembayaran Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Pemotongan Hewan, Pajak
Reklame ( barang maupun jasa), Pajak Penerangan Jalan ( lampu-lampu jalan kota dan
daerah), Pajak Pendaftaran Perusahaan.

9
Pendapatan Negara juga masuk dari Restribusi daerah seperti retribusi Bus dan Taksi,
Retribusi Parkir, Retribusi Parkir, Retribusi Pasar dan Sewa Kios, tempat rekreasi dan lain
lain.

2. Pengeluaran Negara
Pengeluaran yang rutin dilakukan Negara adalah Pembayaran gaji pegawai dan pensiun,
belanja barang, subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak), subsidi non BBM, belanja hibah,
pembelian Mesin dan Peralatan, perbaikan dan pemeliharaan barang, perjalanan dinas dan
transportasi.

Pengeluaran negara yang terjadi di dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan,


Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara. Dan pengeluaran yang
digunakan untuk pembiayaan Luar Negeri, meliputi: Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri
atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri,
terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium. Dalam memenuhi kebutuhan negara dana negara
digunakan untuk belanja Pemerintah Daerah. Belanja yang digunakan untuk kegiatan
pembangunan daerah yang kemudian akan masuk dalam APBD daerah yang bersangkutan.
Belanja daerah terdiri dari dana bagi hasil, DAU (Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi
Khusus) dan Dana Otonomi Khusus (seperti Aceh dan Papua). 

Dana yang digunakan untuk pembangunan dan Alokasi membutuhkan biaya yang besar,
pembangunan yang sering dilakukan pemerintahan biasanya diutamakan untuk kepentingan
masyarakat dan kebutuhan negara. Dana untuk membangun sekolah negeri, membantu dana
untuk pembangunan ruang kelas, perlengkapan kelas, dan bahkan laboratorium yang tercatat
dalam APBN.

Dalam pembangunan jalan, jembatan untuk memudahkan urusan negara dan transportasi
masyarakat merupakan tanggunng jawab pemerintahan yang membutuhkan biaya besar.

10
2.1.6 Dampak APBN Dalam Kegiatan Perekonomian

APBN sangat berperan dalam kegiatan perekonomian Indonesia, karena APBN


membantu pembangunan jalur transportasi, pembangunan dana yang memudahkan
pemerintah mengembangkan ekonominya. Dengan APBN, dapat diketahui arah, tujuan, serta
prioritas pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan. Dengan demikian, peningkatan
pembangunan sarana dan prasarana ekonomi juga akan meningkatkan produktivitas faktor-
faktor produksi.

Peningkatan sumber daya manusia yang dapat menerapkan teknologi tinggi dalam proses
produksi, sehingga hasil-hasil produksi semakin meningkat. Peningkatan produksi yang tidak
dikonsumsi akan meningkatkan tabungan masyarakat. Akhirnya, peningkatan tabungan akan
meningkatkan investasi sehingga semakin banyak barang dan jasa yang tersedia bagi
masyarakat

APBN disusun pengalokasian dana pembangunan dapat berjalan seimbang. Namun dalam
penerapannya tidak jarang anggaran pembangunan melebihi anggaran penerimaan sehingga
belum menutupi secara biaya kebutuhan negara secara keseluruhan. Lalu dari mana mendapat
dana untuk menutupi kekeurangan?  Biasanya mengandalkan pinjaman dari luar Negeri. Jadi
hutang terus bertambah, Namun saat ini pemerintah sedang memperbesar tabungan
pemerintah. Sampai saat ini tabungan pemerintah telah lebih besar dari jumlah pinjaman luar
negeri sehingga Negara tidak memiliki ketergantungan terhadap sumber daya lain. Sejauh ini
upaya pemerintah dalam mencegah terjadinya defisit adalah dengan menguatkan sektor migas
dan Mempertinggi Tarif Pajak selain itu Indonesia juga memperkuat relasi dengan Organisasi
internasional agar dapat memperoleh pinjaman dana dari luar negeri.

11
2.2 Perkembangan APBN di Indonesia

Tema besar APBN Tahun Anggaran 2020 adalah “Mendukung Indonesia Maju”.


Kebijakan fiskal akan diarahkan untuk mendukung akselerasi daya saing melalui inovasi dan
penguatan kualitas sumber daya manusia. Berbagai kebijakan di bidang pendidikan dan
kesehatan akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar siap
berkompetisi dan beradaptasi dengan kemajuan industri dan teknologi.
Di sisi lain, Pemerintah akan melanjutkan pembangunan infrastruktur yang semakin merata,
mengalokasikan sumber daya ekonomi dengan lebih efisien dan efektif, serta mendorong
birokrasi yang efektif, melayani, dan bebas korupsi.

12
Asumsi dasar makro adalah indicator utama ekonomi makro yang digunakan
sebagai acuan dalam menyusun postur APBN. Asumsi dasar makroekonomi sangat
berpengarus terhadap besaran komponen dalam struktur APBN. Asumsi dasar
makroekonomi terdiri atas 7 indikator utama yaitu: (1) Pertumbuhan Ekonomi, (2)
Inflasi, (3) Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar US, (4) Suku Bunga SPN 3 Bulan, (5)
Harga Minyak Mentah Indonesia, (6) Lifting Minyak Indonesia dan (7) Lifting Gas.
Besaran angka setiap jenis pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan
anggaran dihitung berdasarkan indicator asumsi dasar makroekonomi yang terkait
serta parameter pendukung lainnya.

13
14
PENDAPATAN NEGARA
Target pendapatan negara di tahun 2020 merupakan target yang optimal namun tetap
realistis untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan namun tetap mampu adaptif
menghadapi risiko perekonomian.

15
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
(triliun rupiah)

Belanja Pemerintah Pusat naik Rp13,5 T dari RAPBN 2020. Terdiri dari kenaikan belanja
Kementerian/Lembaga (K/L) Rp25 T dan penurunan belanja Non-K/L Rp11,5 T.

16
17
18
19
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

(triliun rupiah)

Pada APBN 2020 dialokasikan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai
Rp856,9 triliun. TKDD tersebut terdiri dari Transfer ke Daerah sebesar Rp784,9 triliun dan
Dana Desa sebesar Rp72 triliun.

Langkah Kebijakan Transfer ke Daerah ( 784,9 T)

Dana Bagi Hasil ( 117,6 T)

 Menggunakan minimal 50% DBH CHT untuk mendukung program JKN


 Memperluas program DBH Dana Reboisasi
 Memperkuat implementasi penggunaan 25 persen dana transfaer umum untuk belanja
infrastuktur
 Pengendalian alokasi DBH dengan mempertimbangkan realisasi DBH 3 (tiga) tahun
terakhir
 Penyaluran DBH berdasarkan realisasi penerimaan Negara dengan
mempertimbangkan kondisi keuangan Negara
Dana Alokasi Khusus Fisik (72,2 T)

 Diarahkan untuk peningkatan dan pemerataan infrastuktur layanan public


 Memperkuat kebijakan afirmasi
 Melakukan restrukturisasi bidang DAK Fisik dengan mengalihkan beberapa bidang
pada jenis regular ke jenis penugasan
 Penambahan bidang social dan trasfortasi laut

20
Dana Insentif Daerah (15 T)

 Memperkuat DID sebagai instrument insentif yang lebih focus untuk meningkatkan
daya saing dan perbaikan kinerja daerah
 Penguatan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan DID di daerah

Dana Alokasi Umum ( 427,1 T)

 DAU bersifat final untuk memberi kepastian pendanaan bagi daerah


 Kebijakan dukungan pendanaan kelurahan, Siltap Kepala Desa dan Perangkat Desa,
dan pengajian pengawasan PPPK
 Menyempurnakan formulasi DAU untuk pemerataan kemampuan fiscal antar daerah
 Memperkuat implementasi penggunaan 25 persen Dana Transfer Umum untuk
belanja infrastuktur

Dana Alokasi Khusus non- Fisik (130,3 T)

 Meningkatkan kualitas SDM dan daya saing daerah


 Meningkatkan kualitas pengalokasian dan penyaluran
 Menyempurnakan unit cost BOS (naik) dan memutahirkan data sasaran penerima

Dana Otsus, dan Dana Keistimewaan DIY (22,7 T)

 Memperbaiki tata kelola dana otonomi khusus dan dana tambahan infrastuktur Prov.
Papua dan Papua Barat dengan memperkuat peran APIP dalam mengawasi dan
memberikan rekomendasi penyaluran
 Meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi Dana
Keistimewaan DIY

Langkah Kebijakan Dana Desa (72 T)

 Menyempurnakan kebijakan pengalokasian, dengan:


 Penyesuaian bobot Alokasi Dasar (AD) dan Alokasi Formula (AF) dengan
memerhatikan pemerataan dan keadilan.
 Pemberian Alokasi Afirmasi (AA) kepada desa tertinggal dan desa sangat
tertinggal dengan jumlah penduduk miskin tinggi.
 Meningkatkan porsi penggunaan Dana Desa terutama untuk pemberdayaan
masyarakat desa dan pengembangan potensi ekonomi desa.

21
DEFISIT APBN2020

(triliun rupiah)

1. APBN tahun 2020 diproyeksikan mengalami defisit sebesar Rp307,2 triliun atau
sebesar 1,76 persen terhadap PDB (sama dengan defisit RAPBN tahun 2020).
2. Upaya menjaga keberlanjutan fiskal juga terlihat dari defisit keseimbangan primer
yang mendekati nol sebesar minus Rp12 triliun. Tren penurunan menuju positif ini
memberikan bukti kuat, sekaligus sinyal positif bahwa pengelolaan APBN selama ini
telah berada pada jalur positif.
3. Rasio defisit APBN dan defisit keseimbangan primer ini merupakan yang terendah
dalam enam tahun terakhir.

22
Penurunan Pembiayaan Utang sebagai Upaya menjaga kesinambungan fiskal

PEMBIAYAAN ANGGARAN

(triliun rupiah)

Untuk menutup defisit APBN tahun 2020, pembiayaan anggaran sebesar Rp307,2 triliun atau
turun 1,15 persen dari outlook APBN tahun 2019. Pembiayaan anggaran berasal dari
pembiayaan utang baik berupa Surat Berharga Negara (SBN) Konvensional dan Surat

23
Berharga Syariah Negara (SBSN), pembiayaan utang tersebut tumbuh negatif sebesar minus
5,88 persen dari outlook APBN tahun 2019. Selain itu pembiayaan anggaran juga untuk
kegiatan investasi. Pembiayaan investasi tahun 2020 ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, percepatan pembangunan infrastruktur, juga mendorong ekspor nasional dan
meningkatkan daya saing bangsa.

24
2.3 Kebijakan Maupun Hasilnya Mulai ORLA Hingga KIB (Orde Baru)

Kabijakan Orde Lama ( Kebijakan Moneter)

Secara sederhana kebijakan moneter adalah peraturan ataupun keputusan yang diambil
pemerintah demi mempengaruhi perkembangan faktor – faktor moneter agar sesuai dengan
target yang ingin dicapai. Faktor – faktor moneter yang dipengaruhi di sini adalah

 Jumlah uang beredar


 Tingkat inflasi
 Nilai suku bunga
 Nilai bunga kredit
 Nilai tukar mata uang

Secara bahasa, kebijakan moneter terdiri dari kata kebijakan dan moneter. Kebijakan di sini
bisa memiliki sebuah arti pemikiran, keahlian dan kepandaian yang dirangkai untuk membuat
rencana dalam menjalankan suatu pekerjaan. Kata moneter sendiri juga bisa diartikan uang
atau hal yang berkaitan dengan uang. Nah, jika disatukan kebijakan moneter berarti sesuatu
yang didesain dengan pemikiran untuk mengatur masalah uang.

Dalam penggunaan kebijakan ini, pemerintah berusaha mengatasi masalah ekonomi seperti
inflasi, pengangguran dan kelancaran perdagangan internasional. Nah, keputusan penggunaan
kebijakan moneter berbeda tergantung negaranya. Di Indonesia, kebijakan moneter ada
ditangan Bank Indonesia. Pemerintah hanya perlu menyetujui ataupun menolak ajuan
kebijakan dari BI.

Kebijakan pada saat orde lama dinamakan Kebijakan Moneter karena, keadaan ekonomi
keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh :

25
a. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for
Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang
beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga
b. Adanya blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup
pintu perdagangan luar negeri RI.
c. Kas Negara kosong.
d. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan

Kebijakan Orde Baru (Kebijakan Fiskal)

Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa itu dituangkan pada Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN), yang pada akhirnya selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) untuk disahkan menjadi APBN. Format APBN pada masa Orde baru
dibedakan dalam penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan terdiri dari penerimaan rutin dan
penerimaan pembangunan serta pengeluaran terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Sirkulasi anggaran dimulai pada 1 April dan berakhir pada 31 Maret tahun
berikutnya. Kebijakan yang disebut tahun fiskal ini diterapkan seseuai dengan masa panen
petani, sehingga menimbulkan kesan bahwa kebijakan ekonomi nasional memperhatikan
petani.

APBN pada masa itu diberlakukan atas dasar kebijakan prinsip berimbang, yaitu anggaran
penerimaan yang disesuaikan dengan anggaran pengeluaran sehingga terdapat jumlah yang
sama antara penerimaan dan pengeluaran. Hal perimbangan tersebut sebetulnya sangat tidak
mungkin, karena pada masa itu pinjaman luar negeri selalu mengalir. Pinjaman-pinjaman luar
negeri inilah yang digunakan pemerintah untuk menutup anggaran yang defisit.

Ini artinya pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut ditempatkan pada anggaran penerimaan.
Padahal seharusnya pinjaman-pinjaman tersebut adalah utang yang harus dikembalikan, dan

26
merupakan beban pengeluaran di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pada dasarnya
APBN pada masa itu selalu mengalami defisit anggaran.

Penerapan kebijakan tersebut menimbulkan banyak kritik, karena anggaran defisit negara
ditutup dengan pinjaman luar negeri. Padahal, konsep yang benar adalah pengeluaran
pemerintah dapat ditutup dengan penerimaan pajak dalam negeri. Sehingga antara
penerimaan dan pengeluaran dapat berimbang. Permasalahannya, pada masa itu penerimaan
pajak sangat minim sehingga tidak dapat menutup defisit anggaran.

Namun prinsip berimbang ini merupakan kunci sukses pemerintah pada masa itu untuk
mempertahankan stabilitas, khususnya di bidang ekonomi. Karena pemerintah dapat
menghindari terjadinya inflasi, yang sumber pokoknya karena terjadi anggaran yang defisit.

27
BAB III

KASUS

3.1 Kasus e-KTP Jadi Bukti APBN Masih Jadi Bancakan DPR

Maikel Jefriando - detikFinance

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN) boleh saja bernilai ribuan triliun. Akan
tetapi itu bukan berarti dana yang dicairkan bisa
tepat sasaran. Buktinya pada kasus korupsi proyek elektronik Kartu Tanda Penduduk alias e-KTP.

Kasus e-KTP melibatkan banyak nama besar di Indonesia. Dalam dakwaan jaksa Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), tercatat ada 70 nama terlibat dalam proyek senilai Rp 5,9 triliun
tersebut. Dana yang dikorupsi hampir setengahnya, yakni Rp 2,3 triliun.

"Memang sampai sekarang pun masih ada celah di APBN," ungkap Direktur Institute for
Development of Economic and Finance (Indef), Enny Sri Hartati kepada detikFinance, Jumat
(10/3/2017).

Enny menilai penyalahgunaan anggaran terjadi karena pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) tidak menjalankan peran dengan benar. Pemerintah adalah pihak yang mengajukan dan
pelaksana anggaran. Sementara DPR menyetujui serta mengawasi anggaran.

"Kalau pemerintah mengajukan anggaran, yang harus diteliti DPR adalah outcome-nya. Apakah
anggaran itu akan berdampak ke masyarakat atau tidak," jelasnya.

Dalam proses pembahasan anggaran, memang ada perdebatan yang terjadi. Akan tetapi itu sifatnya
politik anggaran. Perang DPR paling signifikan harus ada ketika pengawasan ketika APBN itu
berjalan.

"Pengawasan anggaran berjalan itu tidak pernah benar-benar terjadi," tegas Enny.

Area paling rawan dalam APBN adalah ketika adanya proyek yang bersifat kontrak tahun jamak. Ada

28
kecenderungan anggaran membengkak dari yang diproyeksi saat awal diajukan. Kesalahan
pemerintah menurut Enny karena tidak adanya standar yang jelas dalam penganggaran.

"Karena nggak pernah ada standar biaya minimum dan outcome yang jelas. Misalnya bendungan, ada
biaya standar minimum sehingga tidak membengkak. Kemudian output yang penting itu enggak
pernah terdefinisi," paparnya.

"Makanya ada ruang dan peluang untuk melakukan transaksional. Jadi seolah-olah DPR memegang
hal persetujuan anggaran, sehingga untuk bisa dipersetujui itu, harus menerima haknya,"
tandasnya. (mkj/ang)

Daftar Panjang Penerima Uang Korupsi e-KTP hingga Jutaan USD

Jakarta - Jaksa KPK menguraikan satu


per satu para pihak yang disebut menerima
aliran dana haram terkait dengan proyek e-
KTP. Para pihak itu berasal dari 3 klaster,
yaitu birokrat, politikus, dan korporasi.

Di antara pihak-pihak itu, ada beberapa


nama-nama besar, seperti Gamawan Fauzi, Agun Gunandjar, dan Marzuki Ali. Bukan hanya itu,
perusahaan-perusahaan yang mengikuti pengadaan proyek tersebut juga kecipratan uang.

Dalam surat dakwaan yang dibacakan jaksa KPK di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (PN
Tipikor) Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis (9/3/2017), 2 terdakwa, yaitu Irman
dan Sugiharto, juga menerima uang. Irman mengantongi Rp 2.371.250.000 dan USD 877.700 serta
SGD 6 ribu, sedangkan Sugiharto mendapatkan USD 3.473.830.

"Selain memperkaya diri sendiri, perbuatan para terdakwa juga memperkaya orang lain dan
korporasi," ucap jaksa KPK.

Berikut ini para pihak yang disebut jaksa KPK menerima aliran dana proyek e-KTP dalam surat
dakwaan:

29
1. Gamawan Fauzi USD 4,5 juta dan Rp 50 24. M Jafar Hapsah USD 100 ribu
juta 25. Ade Komarudin USD 100 ribu
2. Diah Anggraini USD 2,7 juta dan Rp 22,5 26. Abraham Mose, Agus Iswanto, Andra
juta Agusalam, dan Darma Mapangara selaku
3. Drajat Wisnu Setyaan USD 615 ribu dan Rp direksi PT LEN Industri masing-masing Rp 1
25 juta miliar
4. 6 orang anggota panitia lelang masing- 27. Wahyudin Bagenda selaku Direktur Utama
masing USD 50 ribu PT LEN Industri Rp 2 miliar
5. Husni Fahmi USD 150 ribu dan Rp 30 juta 28. Marzuki Ali Rp 20 miliar
6. Anas Urbaningrum USD 5,5 juta 29. Johanes Marliem USD 14,880 juta dan Rp
7. Melcias Marchus Mekeng USD 1,4 juta 25.242.546.892
8. Olly Dondokambey USD 1,2 juta 30. 37 anggota Komisi II lain seluruhnya
9. Tamsil Lindrung USD 700 ribu berjumlah USD 556 ribu, masing-masing
10. Mirwan Amir USD 1,2 juta mendapatkan uang USD 13-18 ribu
11. Arief Wibowo USD 108 ribu 31. Beberapa anggota tim Fatmawati yaitu
12. Chaeruman Harahap USD 584 ribu dan Rp Jimmy Iskandar Tedjasusila alias Bobby, Eko
26 miliar Purwoko, Andi Noor, Wahyu Setyo, Benny
13. Ganjar Pranowo USD 520 ribu Akhir, Dudi, dan Kurniawan masing-masing
14. Agun Gunandjar Sudarsa selaku anggota Rp 60 juta
Komisi II dan Banggar DPR USD 1,047 juta 32. Manajemen bersama konsorsium PNRI Rp
15. Mustoko Weni USD 408 ribu 137.989.835.260
16. Ignatius Mulyono USD 258 ribu 33. Perum PNRI Rp 107.710.849.102
17. Taufik Effendi USD 103 ribu 34. PT Sandipala Artha Putra Rp
18. Teguh Djuwarno USD 167 ribu 145.851.156.022
19. Miryam S Haryani USD 23 ribu 35. PT Mega Lestari Unggul yang
20. Rindoko, Nu'man Abdul Hakim, Abdul merupakan holding company PT Sandipala
Malik Haramaen, Jamal Aziz, dan Jazuli Artha Putra Rp 148.863.947.122
Juwaini selaku Kapoksi pada Komisi II DPR 36. PT LEN Industri Rp 20.925.163.862
masing-masing USD 37 ribu 37. PT Sucofindo Rp 8.231.289.362
21. Markus Nari Rp 4 miliar dan USD 13 ribu 38. PT Quadra Solution Rp
22. Yasonna Laoly USD 84 ribu 127.320.213.798,36
23. Khatibul Umam Wiranu USD 400 ribu

30
31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintah Negara Indonesia. Perencanaan tersebut dibuat oleh pemerintah yang berisi
tentang perencanaan penerimaan dan pengeluaran yang akan dipergunakan negara selama
satu tahun (terhitung 1 Januari-31 Desember). Tetapi setelah perencanaan tersebut telah
dibuat, harus disetujui oleh DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat untuk dilaksanakan. 
APBN berperan sebagai alat mobilisasi dana investasi, APBN di negara-negara yang
sedang berkembang adalah sebagai alat untuk memobilisasi dana investasi dan bukannya
sebagai alat untuk mencapai sasaran stabilisasi jangka pendek.

Dalam perkembangan APBN, terdapat Kebijakan fiskal. Itu akan diarahkan untuk
mendukung akselerasi daya saing melalui inovasi dan penguatan kualitas sumber daya
manusia. Berbagai kebijakan di bidang pendidikan dan kesehatan akan dilakukan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar siap berkompetisi dan beradaptasi dengan
kemajuan industri dan teknologi. Acuan dalam menyusun postur APBN yaitu dengan asumsi
dasar makro yang merupakan indikator utama ekonomi makro.

Selain itu, perkembangan APBN pada orde lama pemerintah berusaha mengatasi masalah
ekonomi seperti inflasi, pengangguran dan kelancaran perdagangan internasional. Sedangkan,
pada orde baru APBN diberlakukan atas dasar kebijakan prinsip berimbang, yaitu anggaran
penerimaan yang disesuaikan dengan anggaran pengeluaran sehingga terdapat jumlah yang
sama antara penerimaan dan pengeluaran

32
DAFTAR PUSTAKA

www. Google.com 
www.staffsite.gunadarma.ac.id
www. Wikipedia.com

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3443496/kasus-e-ktp-jadi-bukti-apbn-masih-jadi-
bancakan-dpr

33

Anda mungkin juga menyukai