Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH TUTORIAL

BLOK BERKAITAN DENGAN KELUHAN BAYI DAN ANAK

IMUNISASI

Disusun oleh

Eka Dewi Yanti

NIM 1710911120012

Dosen tutor

dr. Sukses Hadi, Sp.KK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
METODE.................................................................................................... 3
ISI ............................................................................................................... 5
A. Definisi Imunisasi............................................................................ 5
B. Tujuan Imunisasi.............................................................................. 6
C. Penyakit Yang Bisa Dicegah Dengan Imunisasi.............................. 6
D. Sasaran Pemberian Imunisasi........................................................... 9
E. Definisi, Klasifikasi Dan Cara Kerja Vaksin................................... 12
F. Program Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya Di
Indonesia.......................................................................................... 16
G. Imunisasi Dasar................................................................................ 22
H. Imunisasi Lanjutan........................................................................... 28
I. Manajemen Pelaksanaan Imunisasi Di Puskesmas.......................... 30
KESIMPULAN........................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 36
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak di
berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu
penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk
mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan
prioritas Kementerian kesehatan untuk menurunkan angka kematian anak di
Indonesia.1
Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai
tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi program pengembangan
imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis,difteri, pertussis,
campak, polio, tetanus serta hepatitis B.1

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi imunisasi dan perbadaannya dengan vaksinasi?
2. Apakah tujuan pemberian imunisasi?
3. Penyakit apa saja yang bisa dicegah dengan imunisasi?
4. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberian imunisasi?
5. Apakah definisi dan klasifikasi vaksin serta bagaimana cara kerja vaksin?
6. Apa saja program imunisasi yang diselenggarakan di Indonesia?
7. Apakah yang dimaksud dengan imunisasi dasar?
8. Apakah yang dimaksud dengan imunisasi lanjutan?
9. Bagaimana manajemen pelaksanaan imunisasi di Puskesmas?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :

1
Universitas Lambung Mangkurat
2

1. Mengetahui dan memahami definisi imunisasi dan perbedaannya dengan


vaksinasi
2. Mengetahui dan memahami tujuan pemberian imunisasi
3. Mengetahui dan memahami penyakit apa saja yang bisa dicegah dengan
imunisasi
4. Mengetahui dan memahami sasaran pemberian imunisasi
5. Mengetahui dan memahami definisi dan klasifikasi vaksin serta cara
kerja vaksin
6. Mengetahui dan memahami program imunisasi yang diselenggarakan di
Indonesia
7. Mengetahui dan memahami imunisasi dasar
8. Mengetahui dan memahami imunisasi lanjutan
9. Mengetahui dan memahami manajemen pelaksanaan imunisasi di
Puskesmas

Universitas Lambung Mangkurat


METODE

A. Sumber dan Jenis Data


Data yang digunakan dalam makalah ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan
langsung. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa buku dan laporan
ilmiah primer atau asli yang terdapat di dalam artikel atau jurnal (tercetak
dan/atau non-cetak). Pemilihan sumber didasarkan pada empat aspek
yakni provenance (bukti), objectivity (Objektifitas), persuasiveness
(derajat keyakinan) dan value (nilai kontributif).
Jenis makalah ini adalah literature review yaitu dengan metode
pengumpulan data pustaka atau penelitian yang obyek penelitiannya digali
melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah,
koran, majalah, dan dokumen) dan mengkaji atau meninjau secara kritis
pengetahuan, gagasan atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur
berorientasi akademik (academic-oriented literature) serta merumuskan
kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu.
B. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam makalah ini
adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode
pengumpulan data dengan mencari atau menggali data dari literatur yang
terkait dengan apa yang dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data-data
yang telah didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu
kesatuan dokumen yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan.
C. Analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman.
Analisis data yang digunakan dalam makalah ini adalah analisis anotasi
bibliografi (annotated bibliography). Anotasi berarti suatu kesimpulan
sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal atau beberapa sumber tulisan
3
Universitas Lambung Mangkurat
4

yang lain sedangkan bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber dari
suatu topik. Dari kedua definisi tersebut, anotasi bibliografi diartikan
sebagai suatu daftar sumber- sumber yang digunakan dalam suatu
penyusunan makalah / penelitian, dimana pada setiap sumbernya diberikan
simpulan terkait dengan apa yang tertulis di dalamnya. Terdapat tiga
hal yang harus diperhatikan dalam suatu analisis anotasi bibliografi.
Ketiga hal tersebut adalah identitas sumber yang dirujuk, kualifikasi dan
tujuan penulis, simpulan sederhana mengenai konten tulisan dan
kegunaan / pentingnya sumber yang dirujuk dalam menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan.
D. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan berisi rangkuman dan sintesa hasil pengumpulan data


dan literature makalah. Kesimpulan akan menjawab permasalahan dalam
makalah.

Universitas Lambung Mangkurat


5

ISI

A. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.1
Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. Melalui
program imunisasi dapat diupayakan mempertinggi kekebalan penjamu terhadap
penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme penyebab penyakit,
tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu.2
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya,
atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu.
Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin melalui disuntikkan maupun
diteteskan ke dalam mulut untuk meningkatkan produksi antibodi guna
menangkal penyakit tertentu. Sedangkan, imunisasi merupakan proses dalam
tubuh agar seseorang memiliki kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit.
Imunisasi terbagi menjadi imunisasi aktif dan pasif. Vaksinasi termasuk dalam
imunisasi aktif sebagai upaya memicu tubuh mengeluarkan antibodi terhadap
penyakit tertentu. Berbeda dengan imunisasi pasif yang berarti tubuh diberikan
antibodi dan bukan dipancing untuk menghasilkan ketahanan tubuh, misalnya
suntikan imunoglobulin. Imunisasi aktif dapat bertahan lebih lama untuk jangka
panjang hingga seumur hidup, sedangkan imunisasi pasif hanya bertahan dalam
hitungan minggu hingga bulan.1

B. Tujuan Imunisasi

Universitas Lambung Mangkurat


6

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada


seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat
(populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada
keberhasilan imunisasi cacar variola.3
Secara umum imunisasi memiliki dua tujuan berikut ini:
1.Tujuan umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
2. Tujuan khusus
a.Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/
kelurahan pada tahun 2014.
b.Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
c.Eradikasi polio pada tahun 2015.
d.Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e.Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis (safety injection practise and waste disposal management).4

C. Penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi


Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Yang disebut dengan
PD3I adalah penyakit-penyakit yang sudah tersedia vaksinnya untuk upaya
pencegahannya. Vaksin tersebut apabila diberikan kepada sasaran akan
memberikan perlindungan baik sebagian maupun secara keseluruhan kepada
sasaran tersebut. Penyakit-penyakit tersebut merupakan target Program
Pengembangan Imunisasi (PPI).5

Berbagai jenis vaksin baru direkomendasikan oleh WHO untuk dimasukan ke


dalam program imunisasi rutin tiap negara anggota WHO. Misalnya vaksin
hepatitis B, vaksin rotavirus untuk mencegah diare, vaksi pneumococcus dan
vaksin-vaksin yang digunakan untuk mencegah ISPA yang disebabkan oleh Hib

Universitas Lambung Mangkurat


7

dan pneumokokus, bakteri yellow fever (demam kuning) dianjurkan bagi negara
endemis yellow fever.5

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang menjadi target
program pengembangan imunisasi dan vaksinnya yaitu bacillus tuberculosis
dengan vaksin BCG (Bacillus Calmete Guirine), Poliovirus dengan vaksin polio
oral (diteteskan) / OPV, vaksin polio in aktif (disuntikkan) / IPV,
Corynebacterium diphtheriae dengan Vaksin DT (difteri vaksin yang dikombinasi
dengan tetanus), Clostridium tetani (Tetanus) dengan Vaksin TT (Tetanus
toksoid), DT (kombinasi dg tetanus), DPT (difteri, pertusis dan tetanus), Pertussis
dengan vaksin pertusis ada dua macam wP dan aP (bebas dari sel), Campak
(measles virus) dengan vaksin campak, Hepatitis B virus dengan vaksin hepatitis
B, Rotavirus dengan vaksin rotavirus, Haemophilus influenzae type B (Hib)
dengan Vaksin Hib conjugate, Streptococcus Pneumoniae (infeksi oleh
pneumococcus) dengan Vaksin pneumokok, Yellow fever virus dengan Vaksin
Yellow Fever.5

Tabel Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)6

Universitas Lambung Mangkurat


8

Universitas Lambung Mangkurat


9

D. Sasaran pemberian imunisasi


a. Sasaran Imunisasi Rutin

1) Bayi pada Imunisasi Dasar


Jumlah bayi lahir hidup di tingkat Provinsi dan Kabupaten dihitung/ditentukan
berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Sasaran ini
digunakan untuk menghitung Imunisasi Hepatitis B, BCG dan Polio1.7
Jumlah bayi baru lahir di tingkat kecamatan dan desa dapat dihitung sebagai
berikut :

Universitas Lambung Mangkurat


10

Kecamatan :
Jml bayi lahir hidup kecamatan thn lalu x Jml bayi kab/kota tahun ini
Jml bayi lahir hidup kab/kota tahun lalu

Desa/Kel :
Jml bayi lahir hidup desa/kel tahun lalu x Jml bayi kecamatan tahun ini
Jml bayi lahir hidup kecamatan tahun lalu
Atau
Desa = Pendataan sasaran per Desa

Jumlah bayi yang bertahan hidup (Surviving Infant) dihitung/ditentukan


berdasarkan jumlah bayi baru lahir dikurangi dengan jumlah kematian bayi yang
didapat dari perhitungan angka kematian bayi (AKB) dikalikan dengan jumlah
bayi baru lahir. Jumlah ini digunakan sebagai sasaran Imunisasi bayi usia 2-11
bulan.7,8
Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi baru lahir – (AKB x Jumlah bayi baru lahir)

2) Anak dibawah dibawah usia 2 tahun (Baduta) pada Imunisasi lanjutan7,8

a) Untuk sasaran Imunisasi lanjutan pada baduta sama dengan jumlah


Surviving Infant (SI) tahun lalu.7

b) Jumlah Baduta dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah Surviving infant


(SI).7

Universitas Lambung Mangkurat


11

3) Anak sekolah dasar pada Imunisasi lanjutan


Untuk sasaran Imunisasi lanjutan pada anak sekolah dasar didapatkan dari
data Kementerian Kesehatan.7,8

4) Wanita Usia Subur (WUS) pada Imunisasi lanjutan


Batasan Wanita Usia Subur WUS yang menjadi sasaran Imunisasi lanjutan
adalah antara 15-49 tahun. Jumlah sasaran WUS ini didapatkan dari data
Kementerian Kesehatan. Wanita usia subur terdiri dari WUS hamil dan tidak
hamil.7,8
WUS = 21,9% x Jumlah Penduduk

Universitas Lambung Mangkurat


12

b. Sasaran Imunisasi Tambahan


Sasaran Imunisasi tambahan adalah kelompok resiko (golongan umur) yang
paling beresiko terkenanya kasus. Jumlah sasaran didapatkan berdasarkan
pendataan langsung.7

c. Sasaran Imunisasi Khusus


Sasaran Imunisasi khusus ditetapkan dengan keputusan tersendiri (misalnya
jemaah haji, masyarakat yang akan pergi ke negara tertentu).7

E. Definisi, klasifikasi dan cara kerja vaksin


1. Definisi

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme


yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya,
atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu.9

2. Klasifikasi

a. Penggolongan Vaksin

Vaksin digolongkan menjadi dua golongan, yaitu penggolongan berdasarkan


asal antigen dan sensitivitas terhadap suhu.10

1. Penggolongan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential)

A. Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated)

1)  Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever

2)  Bakteri : BCG

Universitas Lambung Mangkurat


13

B. Bakteri berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)

1)  Seluruh partikel diambil :

-Virus : IPV (Injectable/Inactivated Polio Vaccine), Rabies

-Bakteri : Pertusis

2)  Sebagian partikel diambil :

-Murni : Meningococal

-Gabungan : Hib (Haemofilus Influenza type B)

3)  Rekombinan (rekayasa genetika) : Hepatitis B

2. Penggolongan vaksin berdasarkan sensitivitas terhadap suhu :

a. Vaksin sensitif suhu beku (freeze sensitive = FS), yaitu golongan vaksin
yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0°C (beku) seperti Hepatitis B,
DPT , DPT-HB, DT dan TT

b. Vaksin sensitif panas (heat sensitive = HS) yaitu golongan vaksin yang
akan rusak terhadap paparan panas yang berlebihan yaitu BCG, Polio
dan Campak

b. Jenis Vaksin

Vaksin yang digunakan pada program imunisasi di Indonesia saat ini


berjumlah delapan jenis, yaitu vaksin BCG, vaksin DPT, vaksin TT, vaksin Polio
(Oral PolioVaccine), vaksin Campak, vaksin Hepatitis B, dan vaksin DPT-HB.11

Universitas Lambung Mangkurat


14

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Vaksin BCG adalah vaksin bentuk kering yang mengandung mycobacterium


bovis yang sudah dilemahkan dari strain Paris no.1173.P2. Vaksin BCG
digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap tuberkulosa. Kemasan
dalam vial, beku kering, 1 box berisi 10 vial vaksin. Setiap vial vaksin dilarutkan
dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9% = 80 dosis, namun efektivitas pemakaian di
lapangan 2-3 dosis. Setiap satu vial dilarutkan dalam 1 ml pelarut sama dengan 10
dosis (1 dosis = 0,1 ml) untuk orang dewasa atau anak-anak usia 12 bulan dan
lebih dari 12 bulan atau 20 dosis ( 1 dosis = 0,05 ml) untuk bayi dan anak-anak
usia dibawah 12 bulan. Vaksin yang sudah dilarutkan harus dibuang setelah 4-6
jam.11

2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

Vaksin jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus
yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi dan teradsorbsi ke
dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Vaksin DPT digunakan untuk memberikan
kekebalan secara simultan terhadap difteri, tetanus, dan batuk rejan. Vaksin
berrbentuk cairan dalam kemasan vial. Satu buah vial berisi 10 dosis.11

3. Vaksin TT (Tetanus Toxoid)

Vaksin jerap TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus ang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Vaksin TT
dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan
tetanus pada ibu bayi. Vaksin berbentuk cairan.11

4. Vaksin DT (Difteri Tetanus)

Vaksin jerap DT adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus
yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat.

Universitas Lambung Mangkurat


15

Vaksin DT digunakan untuk memberikan kekebalan simultan terhadap difteri dan


tetanus. Vaksin DT berbentuk cairan dengan setiap vial berisi 10 dosis.11

5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)

Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3. Vaksin polio digunakan untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.11

6. Vaksin Campak

Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin


Campak digunakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap penyakit
campak. Vaksin berbentuk beku kering dengan setiap vial berisi 10 dosis.11

7. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan


dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan DNA rekombinan. Vaksin Hepatitis B
digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan
oleh virus Hepatitis B, tapi tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus
Hepatitis A atau C yang diketahui dapat menginfeksi hati.11

8. Vaksin DPT-HB

Vaksin mengandung DPT-HB berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktif serta vaksin hepatitis B yang merupakan
subunit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non
infectious.Vaksin DPT-HB digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan Hepatitis B. Warna vaksin putih
keruh seperti vaksin DPT.11

Universitas Lambung Mangkurat


16

3. Cara kerja

Kekebalan dari penyakit : ketika seorang anak menderita penyakit tertentu,


sistem kekebalan tubuhnya memproduksi kekebalan yang mencegah kembalinya
penyakit itu.

Kekebalan dari vaksinasi : vaksinasi dibuat dari bakteri atau virus yang sama
yang menyebabkan suatu penyakit, tapi telah diperlemah atau dibunuh agar aman.
Sistem kekebalan tubuh anak memberikan respon pada vaksinasi dengan cara
yang sama seandainya anak itu menderita penyakit tersebut. Artinya, anak itu
akan mengembangkan kekebalan tubuh tanpa harus jatuh sakit terlebih dahulu.4

F. Program imunisasi berdasarkan sifat penyelenggaraannya di Indonesia

Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang


sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi program terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus.1

1. Imunisasi Rutin

a. Imunisasi Dasar

(Tabel Jadwal Pemberian Imunisasi)

Universitas Lambung Mangkurat


17

b. Imunisasi Lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin


terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia
subur (WUS) termasuk ibu hamil.1

Vaksin DPT-HB-Hib terbukti aman dan memiliki efikasi yang tinggi,


tingkat kekebalan yang protektif akan terbentuk pada bayi yang sudah
mendapatkan tiga dosis Imunisasi DPT- HB-Hib.Walau Vaksin sangat efektif
melindungi kematian dari penyakit difteri, secara keseluruhan efektivitas
melindungi gejala penyakit hanya berkisar 70-90 %.

Hasil penelitian (Kimura et al,1991) menunjukkan bahwa titer antibodi


yang terbentuk setelah dosis pertama <0.01 IU/mL dan setelah dosis kedua
berkisar 0.05-0.08 IU/mL dan setelah 3 dosis menjadi 1,5 -1,7 IU/mL dan
menurun pada usia 15-18 bulan menjadi 0.03 IU/mL sehingga dibutuhkan
booster. Setelah booster diberikan didapatkan titer antibodi yang tinggi sebesar
6,7 – 10.3 IU/mL.

Universitas Lambung Mangkurat


18

Hasil serologi yang didapat pada anak yang diberikan DPT- HB-Hib pada
usia 18-24 bulan berdasarkan penelitian di Jakarta dan Bandung (Rusmil et
al,2014) diketahui Anti D 99.7 %, Anti T 100 %, HbSAg 99.5%. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa Imunisasi DPT harus diberikan 3 kali dan
tambahan pada usia 15-18 bulan untuk meningkatkan titer anti bodi pada anak-
anak.1

Penyakit lain yang membutuhkan pemberian Imunisasi lanjutan pada usia


baduta adalah campak. Penyakit campak adalah penyakit yang sangat mudah
menular dan mengakibatkan komplikasi yang berat. Vaksin campak memiliki
efikasi kurang lebih 85%, sehingga masih terdapat anak-anak yang belum
memiliki kekebalan dan menjadi kelompok rentan terhadap penyakit campak.1

Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Catatan:

- Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat


diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan

- Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan
DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.

Hasil serologi Campak sebelum dilakukan Imunisasi campak pada anak


sekolah dasar diketahui titer antibodi terhadap campak adalah 52,60% – 65,56%.
Setelah Imunisasi campak pada BIAS diketahui titer antibodi meningkat menjadi
96.69% - 96.75%.

Universitas Lambung Mangkurat


19

Hasil serologi Difteri sebelum dilakukan Imunisasi difteri pada anak


sekolah dasar diketahui titer antibodi adalah 20.13% – 29,96% setelah Imunisasi
difteri pada BIAS diketahui titer antibodi meningkat menjadi 92.01% - 98.11%.

Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan
- Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.

Catatan:

- Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih


dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.

Universitas Lambung Mangkurat


20

- Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai


T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau
rekam medis.

2. Imunisasi Tambahan

Yang termasuk dalam kegiatan Imunisasi Tambahan adalah:

a. Backlog fighting

Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi


dasar pada anak yang berumur di bawah tiga tahun. Kegiatan ini diprioritaskan
untuk dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai
UCI.

b. Crash program

Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk


wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya
KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah:

1)  Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi;

2)  Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan

3)  Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis Imunisasi,
misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.

c. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

Merupakan kegiatan Imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak


di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata
rantai penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd immunity (misalnya

Universitas Lambung Mangkurat


21

polio, campak, atau Imunisasi lainnya). Imunisasi yang diberikan pada PIN
diberikan tanpa memandang status Imunisasi sebelumnya.1

d. Cath Up Campaign (Kampanye)

Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan massal yang dilaksanakan


serentak pada sasaran kelompok umur dan wilayah tertentu dalam upaya
memutuskan transmisi penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I.
Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan pemberian
Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi baru.1

e. Sub PIN

Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah


terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).5

f. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response


Immunization/ORI)

Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan


situasi epidemiologis penyakit masing-masing.1

3. Imunisasi Khusus.1

a. Imunisasi Meningitis Meningokokus

b. Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning)

c. Imunisasi Rabies

d. Imunisasi Polio

Universitas Lambung Mangkurat


22

B. Imunisasi Pilihan

Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam Imunisasi
program, namun dapat diberikan pada bayi, anak, dan dewasa sesuai dengan
kebutuhannya dan pelaksanaannya juga dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.1

G. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan di atas ambang pelindungan. Setiap bayi umur (0-11 bulan) wajib
mendapatkan imunisasi Hepatitis B ( 1 kali ). Polio (4 kali) DPT - HB - Hib (3
kali) dan Campak (1 kali).12

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun


2013 tentang penyelengaraan imunisasi terdapat enam imunisasi dasar dalam
program imunisasi nasional yaitu imunisasi hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio,
dan campak. Sejak tahun 2014 digunakan vaksin kombinasi DTP-HB-Hib atau
dikenal sebagai vaksin Pentabio. Vaksin ini digunakan di seluruh fasilitas
kesehatan pemerintah dan diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan dengan vaksin
ulangan pada usia 18 bulan.13

Tahun 2017 Kementrian Kesehatan RI mengupayakan penambahan tiga jenis


kekebalan untuk melengkapi program imunisasi dasar lengkap yaitu: vaksin
Measles Rubella (MR), vaksin Pneumococcus, dan vaksin Japanese Encepahalitis
(JE).14

Macam Imunisasi dasar :


a. Vaksin BCG

Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis
(TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama
Mycobacterium tuberculosis complex.

Universitas Lambung Mangkurat


23

1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C


2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian

Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.


Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26).
7) Efek samping: jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi: tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC
atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.

b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,


kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari
toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan
dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus
yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga
kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi
dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella
pertusis yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml

Universitas Lambung Mangkurat


24

4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada


label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan.Kadang-kadang terdapat efek samping yang
lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur
pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang
demam kompleks, anak yangdiduga menderita batuk rejan, anak yang
menderitapenyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang
ringan bukan merupakan kotra indikasi yang mutlak, disesuaikan dengan
pertimbangan dokter.
 
c. Vaksin Poliomielitis

Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masingmengandung


virus polio tipe I, II dan III yaitu vaksin yang mengandung virus polio yang sudah
dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, vaksin yang mengandung
virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin) dan cara pemberian per oral dalam
bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak
ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhananggota gerak
seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
 

Universitas Lambung Mangkurat


25

d. Vaksin Campak

Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.Kemasan untuk


program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin
dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella
(campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5
ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam
ringan dan sedikit bercak merah pada pipidi bawah telinga pada hari ke 7-8
setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak
30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi
dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari
pula pemberian pada ibu hamil.

e. Vaksin Hepatitis B

Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu


bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara
pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin.
Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai
berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkindisertai rasa panas
atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian

Universitas Lambung Mangkurat


26

c. Kemasan :HB PID


d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efeksamping yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.

f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)

Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus


yangdimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B
yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni
dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas,
demam, pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan.Kadang terjadi gejala
berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam
setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2
hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf yang merupakankontraindikasi pertusis,
hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat yang
disertai kejang.15

Catatan : 

Universitas Lambung Mangkurat


27

- Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi < 24 jam pasca


persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus
daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7
hari.

- Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi
BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.

- Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai


usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.

- Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib 2,


dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
- IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
- Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum
bayi berusia 1 tahun.

Berikut salah satu contoh tabel yang digunakan untuk memudahkan pencatatan
imunisasi dasar.

Universitas Lambung Mangkurat


28

Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan


tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar
pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia
subur (termasuk ibu hamil).

Jenis imunisasi lanjutan

a. Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun
(Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-
Hib) dan Campak.

b. Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada bulan
imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada
anak usia sekolah dasar terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak , Tetanus
diphteria (Td).

c. Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia berupa Tetanus
Toxoid (TT). Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada
waktu melakukan pelayanan antenatal.15

Jadwal imunisasi lanjutan

a. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak di bawah tiga tahun

Umur Jenis Imunisasi

19 bulan DPT-HB-HiB

24 bulan Campak

b. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Universitas Lambung Mangkurat


29

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

Catatan:

- Batita yang telah mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan


mempunyai status imunisasi T3.

- Anak usia sekolah dasar yang telah mendapatkan imunisasi DT dan Td


dinyatakan mempunyai status imunisasi T4 dan T5

c. Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)

Status Imunisasi Interval Minimal Masa Perlindungan


Pemberian
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Catatan:

- Sebelum imunisasi dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih


dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.

- Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan apabila pemberian imunisasi TT


sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, rekam medis, dan/atau kohort.

I. Manajemen pelaksanaan imunisasi di puskesmas


Penyelenggaraan imunisasi
A. Perencanaan pelayanan Imunisasi Wajib4

Universitas Lambung Mangkurat


30

1. Penentuan Sasaran Imunisasi Rutin Wajib


a. Bayi Pada Imunisasi Dasar
Jumlah bayi baru lahir dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi yang lain. Dapat
juga dihitung dengan rumus: Bayi = CBR x Jumlah Penduduk. Sasaran ini
digunakan untuk menghitung imunisasi HB 0, BCG, dan Polio 1.
Jumlah bayi yang bertahan hidup (surviving infant) dihitung/ditentukan
dengan rumus: Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi – (IMR x Jumlah bayi).
Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi usia
2–11 bulan. Jumlah batita dihitung berdasarkan jumlah Surviving Infant (SI).
b. Anak Sekolah Dasar pada Imunisasi Lanjutan
Jumlah sasaran anak sekolah didapatkan dari data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan atau Kementerian Agama (untuk siswa MI) atau
pendataan langsung pada sekolah.
c. Wanita Usia Subur (WUS) pada Imunisasi Lanjutan
Batasan Wanita Usia Subur (WUS) adalah antara 15–49 tahun. Rumus untuk
menghitung jumlah sasaran WUS = 21,9% x Jumlah Penduduk. Wanita Usia
Subur terdiri dari WUS hamil dan tidak hamil.

2. Sasaran Imunisasi Tambahan


Sasaran imunisasi tambahan adalah kelompok risiko (golongan umur) yang
paling berisiko terkenanya kasus. Jumlah sasaran didapatkan berdasarkan
pendataan langsung.

3. Sasaran Imunisasi Khusus


Sasaran imunisasi khusus ditetapkan dengan keputusan tersendiri
(misalnya:jemaah haji, masyarakat yang akan pergi ke negara tertentu).

B. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi Wajib4


Berdasarkan tempat pelayanan imunisasi wajib, pelaksanaan imunisasi dibagi
menjadi:

Universitas Lambung Mangkurat


31

1. Pelayanan imunisasi di dalam gedung (komponen statis), seperti


puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, bidan praktik, dokter
praktik.
a. Kebutuhan logistik untuk unit pelayanan kesehatan swasta/UPKS
(vaksin dan pelarutnya, alat suntik/ADS, safety box) diperoleh dari
Dinas Kesehatan kabupaten/kota melalui puskesmas di wilayahnya.
b. Pemakaian logistik harus dilaporkan setiap bulan kepada puskesmas
setempat bersamaan dengan laporan cakupan pelayanan imunisasi.
c. Laporan imunisasi dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(dalam buku KIA, rekam medis, dan atau kohort).

2. Pelayanan imunisasi di luar gedung (komponen dinamis), seperti


posyandu,di sekolah, atau melalui kunjungan rumah.
Dalam pemberian imunisasi di luar gedung harus diperhatikan dalam kualitas
vaksin, pemakaian alat suntik harus menggunakan ADS, dan hal-hal penting saat
pemberian imunisasi (dosis, cara dan tempat pemberian, interval pemberian,
tindakan antiseptik, dan kontra indikasi).
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kualitas dan
keamanan vaksin:
a. Vaksin belum kadaluwarsa.
b. Vaksin sensitif beku belum pernah mengalami pembekuan.
c. Vaksin belum terpapar suhu panas yang berlebihan.
d. Vaksin belum melampaui batas waktu ketentuan pemakaian vaksin
yang telah dibuka.
e. Pencampuran vaksin dengan pelarut harus berasal dari pabrik yang
sama.

Pelaksanaan Pemberian imunisasi


A. Penyuluhan Sebelum dan Sesudah Pelayanan Imunisasi4

Penyuluhan menjadi sangat penting untuk menurunkan, bahkan memberantas


kematian, khususnya pada bayi akibat tetanus, campak, TBC, dipteri, dan

Universitas Lambung Mangkurat


32

hepatitis. Kesadaran orang dewasa, khususnya orangtua bayi terlebih lagi ibu dari
bayi, untuk membawa bayinya ke sarana pelayanan kesehatan terdekat, misalnya
posyandu, untuk memperoleh imunisasi yang lengkap. Penyuluhan yang diberikan
berupa manfaat imunisasi, efek samping dan cara penanggulangannya, serta kapan
dan di mana pelayanan imunisasi berikutnya dapat diperoleh.
Berbagai macam alat peraga untuk mendukung penyuluhan yang akan Anda
berikan terhadap sasaran, yaitu ibu yang memiliki bayi, salah satunya poster.
Poster bertujuan untuk memengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada
objek atau materi yang diinformasikan atau juga untuk memengaruhi seseorang
atau kelompok untuk mengambil suatu tindakan yang diharapkan. Poster dapat
diletakkan di ruang tunggu Puskesmas, digunakan sebagai alat bantu
peragaannsaat melakukan ceramah atau penyuluhan, bahan diskusi kelompok, dan
lainnya.
Berikut ini langkah-langkah dalam memberikan penyuluhan.
1. Pemberian Imunisasi kepada Bayi/Anak
a. Mengucapkan salam dan terima kasih kepada orangtua atas
kedatangannya dan kesabarannya menunggu.
b. Menjelaskan jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan
pemberianimunisasi.
c. Menjelaskan manfaat pemberian imunisasi.
d. Menjelaskan efek samping setelah pemberian imunisasi dan apa yang
harus dilakukan jika terjadi efek samping.
e. Menjelaskan kapan ibu perlu membawa bayinya ke pusat kesehatan
atau RS jika terjadi efek samping yang hebat.
f. Menjelaskan secara lengkap jika bayi harus mendapatkan imunisasi
lengkap secara berurutan.
g. Menuliskan tanggal untuk pemberian imunisasi berikutnya pada buku
KIA dan memberitahukan kepada orangtua kapan harus kembali untuk
mendapatkan imunisasi berikutnya.
h. Menjelaskan kepada orangtua tentang alternatif tanggal dan waktu jika
tidak bisa datang pada tanggal yang sudah dituliskan.

Universitas Lambung Mangkurat


33

2. Pemberian Imunisasi kepada WUS


a. Memberitahukan kepada sasaran WUS tentang berapa kali, kapan, dan
di mana mereka harus kembali untuk mendapatkan imunisasi TT.
b. Mengingatkan agar selalu membawa kartu imunisasi TT setiap kali
datang ke tempat pelayanan imunisasi.

B. Melakukan Skrining dan Pengisian Register4


1. Pemeriksaan Sasaran
Setiap sasaran yang datang ke tempat pelayanan imunisasi, sebaiknya
diperiksa sebelum diberikan pelayanan imunisasi. Tentukan usia dan status
imunisasi terdahulu sebelum diputuskan vaksin mana yang akan diberikan,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi usia bayi;
b. Mengidentifikasi vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh bayi;
c. Menentukan jenis vaksin yang harus diberikan;
d. Imunisasi untuk bayi sakit atau mempunyai riwayat kejang demam
sebaiknya
dikonsultasikan kepada dokter spesialis anak;
e. Kontraindikasi terhadap imunisasi.

C. Konseling4

Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain


dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman
terhadap fakta-fakta, kebutuhan dan perasaan klien.

Klien mempunyai hak untuk menerima dan menolak pelayanan imunisasi.


Petugas klinik berkewajiban untuk membantu klien dalam membuat keputusan

Universitas Lambung Mangkurat


34

secara arif dan benar. Semua informasi harus diberikan dengan menggunakan
bahasa dan istilah yang mudah dimengerti oleh klien.

Lingkup Konseling:

1. Konseling membantu klien agar dapat membuat keputusan tentang


imunisasi yang akan diterima.
2. Konseling mencakup komunikasi dua arah di antara klien dan konselor.
3. Dalam konseling memberikan informasi yang objektif, pemahaman isi
informasi dapat diimplementasikan oleh klien.
4. Empat pesan penting yang perlu disampaikan kepada orangtua, yaitu:
a. Manfaat dari vaksin yang diberikan (contoh BCG untuk mencegah
TBC).
b. Tanggal imunisasi dan pentingnya buku KIA disimpan secara aman
dan dibawa pada saat kunjungan berikutnya.
c. Efek samping ringan yang dapat dialami dan cara mengatasinya, serta
tidak perlu khawatir.
d. Lima imunisasi dasar lengkap untuk melindungi si buah hati sebelum
usia 1 tahun.

Universitas Lambung Mangkurat


KESIMPULAN
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap
infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi
angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Macam-macam dari imunisasi adalah imunisasi
aktif dan pasif. Jenis-jenis imunisasi adalah BCG,Hepatitis B,Polio,DTP,Campak.

DAFTAR PUSTAKA

35
Universitas Lambung Mangkurat
36

1. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi; 2017
2. Ditjen PPPL. Profil Data Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2012.
3. Ranuh dkk.Buku Imunisasi di Indonesia.Jakarta:Satgas Imunisasi IDAI;2011.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Buku Ajar Imunisasi.Edisi 2.Jakarta:2015.
5. WHO. Dasar – dasar kemanan vaksin pelatihan melalui elektronik. 2020
6. Hadianti D.N, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H, Sumastri H, dkk. Buku
Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014.
7. Kemenkes RI. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan imunisasi. 2017.
8. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI. Modul
Pelatihan Imunisasi bagi petugas Puskesmas (Basic Health Worker’s training module).
2013.
9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta :
Departemen Kesehatan. 2013.
10. WHO, UNICEF, dan World bank. State of the World’s Vaccines and Immunization
Third edition. World Health Organization. Geneva, Switzerland. 2009.
11. Gunardi H, B Cissy, Hadinegoro, et al. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sari Pediatri 2017 Februari;18(5).
12. Info datin imunisasi. Situasi dan analisis imunisasi. 2014.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013 tentang
penyelengaraan imunisasi.
14. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20170103/3119321/tahun-kemenkes-
upayakan-tiga-vaksin-lengkapi-program-imunisasi-nasional/
15. Sujatmiko.Gunardi.Sekartini.Medise. Intisari Imunisasi. Edisi 2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2015.
16. https://www.immunize.org/vis/in_multi.pdf

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai