0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan30 halaman
1. Tingkat pengawasan rendah dan kurangnya penjelasan kepada pasien menyebabkan ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat secara teratur.
2. Kurangnya informasi mengenai manfaat dan resiko obat yang dikonsumsi juga dapat mempengaruhi ketidaktaatan pasien.
3. Strategi penyampaian informasi kepada pasien yang tidak tepat sasaran juga dapat menyebabkan ketidaktaatan pasien dalam menjalani pen
1. Tingkat pengawasan rendah dan kurangnya penjelasan kepada pasien menyebabkan ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat secara teratur.
2. Kurangnya informasi mengenai manfaat dan resiko obat yang dikonsumsi juga dapat mempengaruhi ketidaktaatan pasien.
3. Strategi penyampaian informasi kepada pasien yang tidak tepat sasaran juga dapat menyebabkan ketidaktaatan pasien dalam menjalani pen
1. Tingkat pengawasan rendah dan kurangnya penjelasan kepada pasien menyebabkan ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat secara teratur.
2. Kurangnya informasi mengenai manfaat dan resiko obat yang dikonsumsi juga dapat mempengaruhi ketidaktaatan pasien.
3. Strategi penyampaian informasi kepada pasien yang tidak tepat sasaran juga dapat menyebabkan ketidaktaatan pasien dalam menjalani pen
1. Tingkat pengawasan rendah Pasien dalam mengkonsumsi obat sebaiknya
diperlukan pengawasan yang serius agar terkontrol dalam mengkonsumsi obat jika pengawasan rendah ditakutkan pasien justru tidak patuh dalam mengkonsumsi obat. 2. Kurang penjelasan/ekspilit Kurangnya penjelasan akan membuat pasien menjadi tidak patuh dalam mengkonsumsi obat, dimana pasien merasa tidak ada informasi yang mengharuskan dirinya harus mengkonsumsi obat sesuai aturan. 3. Kurang informasi antara resiko dan manfaat Kurangnya informasi menyebabkan pasien menjadi tidak atau apa manfaat yang diperoleh apabila mengkonsumsi obat secara teratur atau resiko akibat tidak patuh dalam mengkonsumsi obat. 4. Strategi penyampaian tidak sesuai Kurangnya strategi dalam menyampaikan himbauan atau informasi mengenai obat juga membuat pasien kurang patuh dalam pengobatannya. 5. Kepercayaan pasien kurang Pasien terkadang kurang percaya dengan obat-obatan sintetik sehingga lebih cenderung mengkonsumsi obat yang digunakan secara turun temurun. 6. Kepuasan interaksi rendah Terkadang interaksi antara pasien dan pemberi informasi haruslah cukup berkesan dan memuaskan agar pasien cenderung lebih menghargai pengobatan. 7. Interaksi dengan profesional kesehatan kurang atau tidak sama sekali Terkadang harus ada interaksi antara pasien dan profesional kesehatan untuk menjalin kepercayaan. Jika tidak terjalin hal tersebut pasien akan berpikir dua kali untuk mematuhi pengobatan. 8. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah atau kurang perhatian Komunikasi yang baik akan menjalin hubungan yang baik. Jika tidak terjalin komunikasi yang baik pasti pasien akan kurang menaati informasi yang diberitahukan. 9. Profesional kesehatan tidak melibatkan pasien terlibat dalam membuat keputusan. Profesional kesehatan hanya sebatas memberikan informasi semua keputusan tergantung pada pasien sendiri. Pasien berhak menentukan apa yang akan dilakukan dan kita sebagai profesional kesehatan cukup memberikan arahan kepada pasien untuk memilih keputusan yang tepat. Jika kita mendomisili keputusan pasien kita hanya membuat pasien merasa tertekan dan enggan patuh dalam proses pengobatan. Karen kurangnya pendekatan antara apoteker dengan pasien sehingga pasien merasa tidak penting, kurang kesadaran bahwa pasien sedang mengalami suatu penyakit dan kurangnya rasa takut pada pasien apabila penyakit tersebut tidak sembuh/sembuh dalam jangka waktu yang panjang Faktor yang menentukan kualitas pelayanan rumah sakit yaitu : a. Kehandalan yang mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya b. Daya tangkap, yaitu sikap tanggap para karyawan rumah sakit melayani saat dibutuhkan pasien c. Kemampuan, yaitu memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu d. Mudah untuk dihubungi atau ditemui e. Sikap sopan santun, respek dan keramahan karyawan f. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pasien g. Dapat dipercaya atau jujur h. Jaminan keamanan i. Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan pasien j. Bukti langsung yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, representasi fisik dan jasa. Karena saat ini di era yang maju sperti saat ini sebagian org perlu dilalukan pengawasan Extra karena sebagian dari mereka merasa kesehatan mereka baik2 saja . Dan mungkin pasien memerlukan penanganan khusus dan penyampaian yang jelas dari petugas kesehatan . - tingkat pengawasan rendah Tingkat pengawasan yang rendah maka akan mengurangi kepuasan pasien sehingga ia juga menjadi tidak patuh dengan pengobatannya -kurangnya penjelasan/eksplisit Kurangnya penjelasan kepada pasien yang diberikan maka akan membuat pasien tidak patuh atau tidak taat, karena penjelasan yang diberikan tidak tegas dan tidak rinci -kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat Hal dapat mempengaruhi ketidakpatuhan pasien karena pasien akan minum obat sesuka hatinya tanpa memikirkan efek sampingnya - strategi penyampaian tidak sesuai Strategi penyampaian yang tidak sesuai pada pasien maka pasien tidak menerima pengobatan yang seharusnya, dengan informasi yang seadanya maka pasien juga akan melaksanakan pengobatan dengan apa adanya pula -kepercayaan pasien kurang Dengan memberikan informasi yang tidak sesuai dan seadanya maka akan mengurangi kepercayaan pasien - kepuasan interaksi rendah Pasien tidak merasa puas sehinggal ia menjadi malas dan tidak peduli - interaksi dengan profesional kesehatan kurang dan tidak sama sekali Hal ini bisa menjadi pengaruh ketidaktaatan pasien karena tidak interaksi maka tidak ada informasi - profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian Hal ini bisa mengurangi kepatuhan pasien sebab jika profesional tidak ramah maka pasien akan merasa tersinggung dan malas untuk mengikuti arahan profesional - profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan Pasien akan merasa puas dengan keputusan profesional Yang menyebabkan faktor komunikasi berpengaruh karena jika pasien tersebut anak- anak atau lanjut usia tentunya harus memiloki pengingat atau pengawas dalam meminum obat dan menjalani perawatan karna mereka bisa saja lupa tentang hal itu, untuk pasien yang kurang mendapat informasi mengenai penyakitnya serta obat yang diberikan mengakibatkan ketidaktauan tentang efek serta manfaat dari penyakit dan obat yang digunakan, serta dengan kurangnya profesionalisme kesehatan dalam menangani pasien dapat mengakitbatkan pasien tidak mengetahui sama sekali tentang cara mengkonsumsi obat serta menyembuhkan penyakitnya. Karena kurangnya pendekatan antara apoteker dengan pasien sehingga pasien merasa tidak penting, kurang kesadaran bahwa pasien sedang mengalami suatu penyakit dan kurangnya rasa takut pada pasien apabila penyakit tersebut tidak sembuh / sembuh dalam jangka waktu yang panjang Karena kurangnya pendekatan antara apoteker dengan pasien sehingga pasien merasa tidak penting, kurang kesadaran bahwa pasien sedang mengalami suatu penyakit dan kurangnya rasa takut pada pasien apabila penyakit tersebut tidak sembuh atau sembuh dalam jangka waktu yang panjang karena tidak adanya pengertian dan tidak adanya pengawasan dalam menjalani terapi atau konseling yang telah di berikan sehingga pasien tidak taat terhadap apa yang telah disampaikan oleh dokter ataupun apoteker 1.tingkat pengawasan rendah adalah tidak ada yang yang mengawasi untuk minum obat secera tepat waktu baik itu dari pihak keluarga 2. kurangnya penjelasan adalah pasien tdk di berikan informasi secara seksama dan jelas mengenai penggunaan obat yang di berikan, dan beranggapan bahwa informasi yang 3. Kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat adalah pasien tdk dijelaskan secara lengkap mengenai apa saja yang tdk boleh di komsumsi atau hal apa saja yang harus di lakukan selama pengobatan, dan apa saja yang timbul jika pasien tdk melaksanakan anjuran yant di berikan 4.strategi penyampaian tdk sesuai adalah penyampaian informasi untuk pasien tdk sesuai dari segi bahasa. Contohnya pasien berumur senja kita menggunakan bahasa yang sulit di mengerti untuk pasien dgn memberikan penjelasan selingan menggunakan bahasa inggris 5.kepercayaan pasien kurang adalah pasien beranggapan bahwa obat yang diberikan tidak akan bisa menyembuhkan. 6.kepuasan interaksi rendah adalah pasien yang diberikan informasi belm merasa puas dari informasi yang diberika 7.interaksi profesional kurang adalah pasien sama sekali tdk pernah melakukan konsul kepada dokter atau memeriksakan kesehatan di rumah sakit karena beberapa faktor seperti jauhnya rumah sakit dari tempat tinggal 8.profesional kesehatan di anggap tdk ramah adalah pasien beranggapan bahwa cara penyampaian informasi yang diberikan dari tenaga profesioanal tidak sesuai dengan yang diinginkan. Seperti suara terlalu besar dan lain lain 9.profesional tidak memberikan pasien kesempatan untik menhambil keputusan Adalah tenaga profesional langsung memberikan obat tanpa menanyakan temtang apa apa saja keluhan yang pasien rasakan sebelm melakukan konsul 1. Tingkat pengawasan rendah akan membuat ketidaktaatan pada pasien hal tersebut dikarenakan pasien akan merasa bahwa tidak ada yang memperhatikan dalam hal konsumsi obat. 2. Pasien yang kurang penjelasan akan merasa ragu untuk meminum obat yang diberikan. Ada beberapa sediaan farmasi yang penggunaannya bukan secara oral atau topikal sehingga membutuhkan penjelasan yang valid dari tenaga kefarmasian. Ketika penjelasan yang diberikan kurang pasien jelas akan kesulitan bagaimana cara memakainya. Ketika si pasien pemakai atau meminum obat tidak sesuai dengan rute yang seharusnya makanya efek terapi obat tidak akan sampai sehingga membuat pasien tidak taat dalam menggunakannya karena merasa obat yang digunakan sia-sia. 3. Pasien akan melakukan tindakan ketidaktaatan manfaat yang diberikan kurang efektif. Contoh ketika pasien meminum suatu obat efek samping akan mengalami mual, muntah, atau bahkan urine yang dikeluarkan berwarna merah, pasien akan merasa bahwa obat yang diberikan hanya pembuat penyakit semakin memperparah keadaan. 4. Ketika pasien datang kepada seorang apoteker untuk melakukan konseling, dan strategi yang di sampaikan tidak sesuai contohnya pasien dengan daya ingat lemah kemudian konseling yang dilakukan hanya sekedar hubungan timbal balik (formal) tanpa ada yg dicatat di buku sebagai alat bantu pasien makanya strategi yang digunakan untuk konseling tidak sesuai. Pada saat konseling pasien akan mengingat apa yang dikatakan apoteker akan tetapi setelah konseling pasien akan lupa, karena tidak tau bagaimana cara penggunaan obat yang diberikan maka pasien akan tidak taat. 5. Ketika seorang apoteker memberikan konseling tetapi tidak percaya diri akan membuat pasien berfikir bahwa apakah benar apa yang dikatakan oleh apoteker tersebut. Ketika seorang apoteker tidak percaya diri akan membuat pasien juga sulit mempercayai apa yang dikatakan oleh apoteker sehingga menimbulkan ketidaktaatan pada pasein dalam mengonsumsi obat. 6. Ketika tidak ada interaksi antara pasien dan konselor maka pasien juga akan merasa gelisah sehingga pasien tidak leluasa memberikan informasi terkait penyakitnya sehingga akan menimbulkan perasaan yang canggung antara pasien dan apoteker dan tingkat kepercayaan pasien terhadap akan kurang sehingga menyebabkan ketidak taatan. 7. ketika interaksi antara pasien dan konselor berjalan tidak baik akan membuat pasien malas untuk melakukan konseling. pasien akan merasa bahwa konselor tidak memahami perasaan dan situasinya dengan benar sehingga apapun yang dikatakan oleh konselor tidak akan ditanggapi serius oleh pasien. Sehingga akan memunculkan fikiran kurang percaya terhadap konselor dan menimbulkan ketidaktaatan. 8. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. pasien akan merasa bahwa petugas kesehatan sama sekali tidak memperdulikan kesembuhannya dan masa bodoh terhadap penyakit yang diderita oleh pasien sehingga akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. 9. ketika profesional kesehatan mengambil keputusan dengan tidak melibatkan pasien akan membuat pasien merasa tidak terpedulikan. karena bagaimanapun hasil yang akan diperoleh akan berpengaruh pada kesehatan hidup pasien dan bukan kehidupan profesional kesehatan. karena dia tidak mudah untuk menerima keputusan dari orang lain, sehingga jika di berikan informasi dia akan mengalihkan perhatianya dan bersisat masa bodo, dan setelah itu dia merasa penjekalsan yang diberikan kurang kongkrit sehingga menyebabkan si pasien kurangtaat ketika kita melakukan konseling lantas dialog kita dengan pasien kurang,simpatik kita kurang,pengetahuan kita kurang, penyampaian kita tidak dapat diketahui atau dimengerti pasien karna mengunakan bahasa bakuu yang sebenarnya jika kita bisa melihat kondisi pasien contohnya ketika pasien kita orang awam yang kurang paham dengan bahasa baku. 1. faktornya yaitu dapat berupa pengawasan terhadap pasien dimana seorang pasien ini tidak ada yaang mengawasinya dalaam minum obat dan melangga pantangan yang diberikan dokter sehingga menimbulkan ketidaktaatan tersebut. 2. faktornya seperti seorang pasien pasien ini ragu untuk meminum obat yang diberikan atau pasien ini kurang memahami suatu penjelasan yang diberikan oleh apoteker sehingga menyebabkan ketidaktaatan muncul. 3. faktornya seperti ada seorang pasien yang mengalami mengalami mual, muntah, yang disebabkan oleh resiko dan efek samping suatu obat sehingga pasien ini mengangap bahwa obat yang diberikan kepadanya hanya akan menimbulkan penyakit yang semakin parah sehingga pasien ini memilih untuk tidak meminum obat nya lagi. 4.faktornya yaitu seorang pasien ini memiliki daya ingat yang rendah atau konseling yang dilakukannya itu tidak masuk kedalam pikirannya sama sekali sehingga dia lupa apa yang telah dikatakan apoteker kepadanya. 5. faktornya seperti kurang percaya diri nya seorang apoteker dalam melakukan konseling dengan apoteker sehingga membuat seorang pasien ini berfikir apakah yang dikatakan apoteker ini benar atau tidak. sehingga seorang pasien menimbilkan rasa ketidakpercayaan pada seorang apoteker. 6. yaitu tidak adanya interaksi antara pasien dengan konselor sehingga membuat pasien merasa gelisah sehingga pasien tidak terlalu leluasah untuk memberikan inormasi mengenai penyakitnya sehingga menimb[ulkan rasaa canggung terhadap apoteker dan pasien tersebut. 7. suatu interaksi antara paasien dan konselor berjalan tidak baik sehingga akan membuat pasien menjadi malas untuk melakukan koseling. pasien mengangap apoteker tidak sepenuhnya memahamai keadaanya dengan benar. 8. dimana pasien akan mengangap pegawai kesehatan sama sekali tidak mempedulikan kesembuhannya dan merasa tidak peduli dengan pasien tersebut. 9.dimana ketika profesional kesehatan saat mengambil keputusan tidak melibatkan seorang pasien juga sehingga membuat pasien merasa tidak diperdulikan. Faktor komunikasi diatas akan berpengaruh terhadap ketidaktaan seorang pasien. Hal ini disebabkan karna suatu komunikasi yang baik dapat diciptakan jika, anatara yang memeberikan informasi dan penerima informasi bisa saling mengerti. Maksudnya antara yang memberikan informasi jelas dan yang menerima mengerti dan paham. disinilah komunikasi dua arah akan berlangsung dan ketidakpatuhan pasien akan terminimalisir. 1. Tingkat pengawan rendah 1. ketika tingkat pengawasan rendah, pasien yang memiliki umur diatas 50 tahun akan mengalami penurunan daya kerja otak sehingga mereka biasanya lupa kapan waktu minum obat dan akan berpengaruh pada kondisi fisiologisnya sehingga dibutuhkan komunikasi keluarga untuk mengingatkan. 2. kurangnya penjelasan terhadap pengobatan atau obat-obatan tersebut membuat pasien tidak paham sebenarnya apa efek terapi yang diberikan kepada tubuh mereka, sehingga mereka akan kurang memperhatikan waktu-waktu minum obatnya, padahal sebenarnya komunikasi informasi tentang pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan. 3. informasi resiko dan manfaat pengobatan, ketika pasien tidak tidak memahami hal tersebut mereka akan merasa bahwa pengobatan dapat berjalan begitu saja yang penting mereka sudah meminum obat, padahal mereka tidak mengetahui smpai dimana pengobatan tersebut dapat menimbulkan resiko dan manfaat, makanya diperlukan memberika informasi yang jelas terhadap pasien. 4. strategi penyampaian juga sangat dibutuhkan pasien, ketika yang apoteker sampaikan tidak dipahami pasien maka pasien tidak akan mengerti tentang pengobatannya, dibutuhkan cara- cara untuk membuat pasien mengerti bahwa pentingnya pengobatan tersebut. 5. Kepercayaan pasien sangat dibutuhkan, ketika seorang apoteker memberikan informasi seputar obat, apoteker tersebut harus dapat memiliki pendekatan terhadap pasien sehingga pasien akan merasa bahwa apoteker tersebut peduli terhadapnya dan membuat pasien tersebut percaya kepada apoteker, ketika komunikasi tersebut tidak terbentuk maka akan membuat pasien tidak akan memperhatikan pengobatannya atau tidak akan patuh pada pengobatan tersebut. 6. kepuasan interaksi yang rendah akan membuat pasien tidak akan berkomunikasi yang baik, pasien tidak akan menceritakan semua tentang riwayat penyakit yang dialaminya karena merasa tidak perlu di bicarakan sehingga pasien juga tidak mendapatkan informasi tentang pengobatan dan menjalankan pengobatannya hanya dengar dari orang lain cara penggunaan obat-obat tersebut tanpa ada informasi yang benar dari apoteker. 7. interaksi profesional yang kurang membuat pasien hanya akan menanyakan obat untuk penyakitnya lalu kemudian langsung pulang, karena interaksi apoteker dan pasien tidak terjalin dengan baik maka langsung membawa obat tersebut pulang tanpa menanyakan informasi tentang obat tersebut, jika tidak adanya informasi maka akan membuat pasien tidak akan taat terhadap pengobatannya. 8. tidak ramah dan kurang perhatian, pasien akan merasa bahwa apoteker atau tenaga kesehatan tersebut tidak perduli terhadap penyakit yang dideritanya sehingga pasien tidak akan menanyakan hal-hal yang terlalu dalam yang dia rasakan dan cara pengobatannya seperti apaa. 9. tidak membiarkan pasien mengambil keputusan akan menimbulkan pikiran yang aneh terhadap penyakitnya dikarena kan dia berhak mengambil keputusan atau pilihan lain untuk pengobatan tersebut sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik terhadao apoteker dan pasien. 1. Adanya tingkat pengawasan pengobatan yang diberikan rendah sehingga pasien seenaknya dalam melanjatkan proses pengobatan yang seharusnya terkontrol oleh tenaga kesehatan. 2. Pasien mendapatkan penjelasan yang kurang jelas dari pemberi konseling 3. Kurangnya informasi atau minimnya informasi yang lengkap sehingga biasa di jelaskan hanya sebagian saja. 4. Ada orang2 tertentu dengan strategi khusus agar kinseling yang kita berikan tersampaikan secaa baik dan dapat diterima 5. Kurangnya percaya diri pada pasien sehingga mendorong pasien mudah putus asa terhadap pengobatan yang diberikan. 6. Pasien sepenuhnya belum atas informasi yang diberikan. 7. Pasien mendapatakan informasi bukan dari profesional kesehatan secara langsung seperti misalkan masalah obat yang harusnya dijelaskan oleh apoteker pasien hanya mendapatkan informasi dari bidan misalnya & perawat. 8. Pasien menganggap prodesional kesehatan tidak ramah dan kurang memerhatikan pasien. 9. Pengambilan keputusan secara sepihak yang membuat pasien sebenarnya merasa tidak nyaman. Tingkat pengawasan rendah. Kurangnya pengawasan dapat menurunkan ketaatan karena pasien jg sering lupa untuk mengonsumsi obat, pasien dapat melakukan terapi semaunya saja. Kurangnya penjelasan/eksplisit. Karena kurangnya penjelasan pasien tidak memiliki pengetahuan yang jelas tentang pengobatan sehingga menurunkan ketaatan. Yang seharusnya obatnya dimakan 3 x sehari jdi dimakan sesukanya sehingga tdk menghasilkan efek terapi atau bahkan overdosis Kurang informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat sehingga pasien bisa saja menganggap resiko lebih besar dibanding manfaat dan akibatnya dapat menurunkan ketaatan. Strategi penyampaian tidak sesuai sehingga kurang dipahami pasien dan dapat menurunkan ketaatan. Karena kepercayaan pasien kurang mengakibatkan pasien tidak mengikuti pengobatan sesuai anjuran. Bila pasien yakin, percaya, dan sadar maka pasien mengikuti pengobatan dengan baik dan bila sebaliknya mengakibatkan menurunnya ketaatan. Pasien tidak merasa puas terhadap interaksi, bisa saja ada pertanyaan yang tidak sempat ditanyakan atau tidak sempat dijawab sehingga menurunkan ketaatan pasien terhadap pengobatan. Interaksi dengan profesional kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali akibatnya pasien kurang pemahaman terkait pengobatannya sehingga dapat menurunkan ketaatan pengobatan. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian. Tidak adanya kemampuan profesional kesehatan untuk menghormati kekhawatiran pasian akan mengakibatkan menurunnya ketaatan pengobatan. Profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan, sehingga pasien tidak dapat mengambil keputusan atas kesehatan dirinya dan dapat menurunkan ketaatan pasien terhadap pengobatan. 1. Tidak memberikan pengawasan ketat 2. Tidak memahamkan kepada pasien 3. Mengurangi pemahaman pasien 4. Mengurangi terjadinya pengobatan efektif 5. Mengurangi kepercayaaan pasien 6. Interaksi rendah dapat mempengarubi kepengobatan yv kurang 7. Dapat mempengaruhi pasien yang tidak percaya dengan profesi kesehatan 8. Dapat mempengaruhi ketakutan pasien 9. Ikuti kemauan pasienl 1. Akibat kelalaian dari petugas kesehatan dalam pengawasan maka pasien tidak banyak menceritakan keluhan yang ia alami. 2. Terkadang beberapa petugas kesehatan kurang memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang di derita oleh pasien sehingga pasien kurang mendapatkan informasi. 3. Ini terjadi karena petugas yang melakukan konseling hanya memberikan penjelasan mengenai efek yang timbul dari penggunaan obat dan tidak terlalu menjelaskan manfaat yang dihasilkan dari penggunaan obat tersebut. 4. Karena petugas kesehatan banyak yang menggunakan bahasa medis yang kebanyakan orang awan tidak mengetahui hal tersebut. 5. Pasien kurang percaya dengan apa yang dikatakan oleh petugas kesehatan sehingga pasien ragu untuk menyampaikan keluhannya. 6. Hal ini biasanya banyak terjadi di antrian puskesmas karena banyaknya pasien jadi petugas kesehatan terburu-buru sehingga pasien tidak mendapatkan penjelasan. 7. Karena kurangnya interaksi antara petugas dan pasien sehingga pasien tidak terlalu paham mengenai pengobatan yang ia terima. 8. Karena petugas kesehatan tidak ramah sehingga pasien tidak mau kembali lagi berobat. 9. Petugas kesehatan tidak melibatkan pengambilan keputusan dengan pasien, sehingga keputusan pasien tidak sepenuhnya dari pasien. 1. Misalnya komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien tidak berjalan dengan baik makan tenaga kesahatan tersebut melakukan pengawasan terhdap pasien trsbut agar meminum obatnya sesuai dengan aturan yang diberikan apabila tingkat pengawasan rendah terhadap pasien bisa saja terjadi pasien tersebut lupa meminum obatnya apabila pasiennya orang lansia yang rentang dengan pelupa 2. maksud dari kurangnya penjelasan yaitu kan setiap obat mempunyai efeksamping apabila seorang apoteker lupa memberikan penjelasan tentang efek samping dari obat tersebut nanti pasien tersebut mengira bahwa obat itu tidak sesuai dengan yang diinginkan atau dapat memper parah sakitnya sehingga pasien tersebut tidak meminum obatnya lagi 3. misalnya seorang apoteker lebih menjelaskan secara detail tentang manfaat konsumsi obat tersebut dan lupa menjelaskan tentang resiko dalam mengkonsumsi obat tersebut maka akan berdampak pada pasien misalnya pasien mengkonsumsi obat paracetomol manfaatnya dapat meredakan nyeri dan demam dan paling aman dari obat pereda nyeri lainnya namaun apabila dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan pasien mengalami kerusakan hati dan keracunan 4. misalnya pasien dari seorang apoteker yaitu seorang lansia dan memiliki pendidikan yang rendah misalnya tamatan SD namun apoteker tersebut menyampaian PIO dengan sangat cepat dan menggunkan bahasa yang tinggi sehingga pasien tersebut tidak dapat mengingat semuanya dan kurang memahami maksud apoteker tersebut sehingga meneybabkan ketidakpatuhan pasien dalam menggunkan obat. 5. misalnya seorang apotekr tidak mahir berbicara atau tersendak karna kurang ilmu. seorang pasien tiba- tiba menyakan soal tentang obat namun apoteker tersebut menanggapi tunngu ya bu saya cari dulu, namun karna merasa lama pasien mulai kurang percaya dengan paoteker tersebut dikarenakan dia bertanya tentang obat namun apoteker tersebut mw mencari dulu informsi tentang obat tersebut, sehinnga pasien berpikir dia saja tidak tahu tentang obat itu buat apa saya bertanya kedia 6. karna kurangnya feed back atara pasien dan apoteker atau apotekernya yang jutek atau paisen yang jutek sehingga membuat interaksi kurang nyaman sehingga menimbulkan afek kejenuhan selama konseling atau PIO 7. misalnya seorang pasien beberapa kali datang ke salah satu apotek atau RS untuk melakukan konseling atau PIO namun pasien selalu bertemu dengan asisten apoteker namun pasien tersebut ingin meneumui dokter atau apotekernya secara langsung namun pihak dari RS dan apotek meminta untuk pasien tersebut menunggu terus namun tidak pernah bertemu dan menyebebkan seorang pasien tersebut tidak mempercayai lagi sehingga obat yang diberikan dia berpikir untuk tidak meminumnya lagi 8.apabila pasien sudah bertemu dengan apoteker namun apoteker tersebut kurang memperhatikan pasien tersebut misalnya hanya melakukan hal lain maka pasien tersebut akan merasa tidak enak dan meninggalkan temat walaupun konseling maupun PIO belum selesai 9. misalnya seorang pasien diberitahukan bahwa obat yang dibutuhan itu sangat mahal sehingga pasien bilng tidak ada obat yng lebih murah dari itu sehingga dapat mengurangi biaya yang keluar namaun dokter tetap meksa agar pasien ini tetap membeli obat ini tanpa meberikan penjelasan sedikitpun sehingga karna merasa obatnya mahal maka obat yng seharusnya dimunum 3x1 menjadi 1x1 agar penggunaannya lama Hal itu terjadi karena minimnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita suatu pasien dan informasi yang diberikan kurang maksimal maka si pasiennya tadi akan menganggap penyakitnya biasa saja dan tidak perlu perawatan lebih serius 1.tingkat pengawasan rendah akan membuat ketidaktaatan pada pasien hal tersebut dikarenakan pasien akan merasa bahwa tidak ada yang mengawasinya dalam mengonsumsi obat dan beberapa pantangan selama proses penyembuhan 2. Pasien yang kurang penjelasan akan merasa ragu untuk meminum obat yang diberikan. Ada beberapa sediaan farmasi yang penggunaannya bukan secara oral atau topikal sehingga membutuhkan penjelasan yang valid dari tenaga kefarmasian. Ketika penjelasan yang diberikan kurang pasien jelas akan kesulitan bagaimana cara memakainya. Ketika si pasien pemakai atau meminum obat tidak sesuai dengan rute yang seharusnya makanya efek terapi obat tidak akan sampai sehingga membuat pasien tidak taat dalam menggunakannya karena merasa obat yang digunakan sia- sia. 3. Pasien akan melakukan tindakan ketidaktaatan karena resiko dan manfaat yang diberikan kurang. Contoh ketika pasien meminum suatu obat dengan resiko atau efek samping akan mengalami mual, muntah, atau bahkan urine yang dikeluarkan berwarna merah, pasien akan merasa bahwa obat yang diberikan hanya pembuat penyakit semakin parah dan akan bertanya- tanya mungkin ini obat sudah kadarluarsa kemudian pasien memilih meninggalkan obatnya. 4. Ketika pasien datang kepada seorang apoteker untuk melakukan konseling, dan strategi yang di sampaikan tidak sesuai contohnya pasien dengan daya ingat lemah kemudian konseling yang dilakukan hanya sekedar hubungan timbal balik (formal) tanpa ada yg dicatat di buku sebagai alat bantu pasien makanya strategi yang digunakan untuk konseling tidak sesuai. Pada saat konseling pasien akan mengingat apa yang dikatakan apoteker akan tetapi setelah konseling pasien akan lupa, karena tidak tau bagaimana cara penggunaan obat yang diberikan maka pasien akan tidak taat. 5. Ketika seorang apoteker memberikan konseling tetapi tidak percaya diri akan membuat pasien berfikir bahwa apakah benar apa yang dikatakan oleh apoteker tersebut. Ketika seorang apoteker tidak percaya diri akan membuat pasien juga sulit mempercayai apa yang dikatakan oleh apoteker sehingga menimbulkan ketidaktaatan pada pasein dalam mengonsumsi obat. 6. Ketika tidak ada interaksi antara pasien dan konselor maka pasien juga akan merasa gelisah sehingga pasien tidak leluasa memberikan informasi terkait penyakitnya sehingga akan menimbulkan perasaan yang canggung antara pasien dan apoteker dan tingkat kepercayaan pasien terhadap akan kurang sehingga menyebabkan ketidak taatan. 7. ketika interaksi antara pasien dan konselor berjalan tidak baik akan membuat pasien malas untuk melakukan konseling. pasien akan merasa bahwa konselor tidak memahami perasaan dan situasinya dengan benar sehingga apapun yang dikatakan oleh konselor tidak akan ditanggapi serius oleh pasien. Sehingga akan memunculkan fikiran kurang percaya terhadap konselor dan menimbulkan ketidaktaatan. 8. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. pasien akan merasa bahwa petugas kesehatan sama sekali tidak memperdulikan kesembuhannya dan masa bodoh terhadap penyakit yang diderita oleh pasien sehingga akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. 9. ketika profesional kesehatan mengambil keputusan dengan tidak melibatkan pasien akan membuat pasien merasa tidak terpedulikan. karena bagaimanapun hasil yang akan diperoleh akan berpengaruh pada kesehatan hidup pasien dan bukan kehidupan profesional kesehatan. 1. adanya rasa bosan pada pasien yang harus teratur mengkonsumsi obat sehingga membutuhkan pengawasan dari orang lain. 2. kurangnya penjelasan sehingga timbul ketidak tahunya pasien terhadap obat yang harus ia konsumsi 3. kurangnya informasi antara resiko dan manfaat sehingga pasien tidak mengetahui akibat apa yang akan dia dapatkan apabila tidak meminum obat dan apa akibatnya ia jika meminum obat secara teratur sehingga ia akan merasa biasa saja dan tak mengapa jika tidak meminum obat. 4. strategi penyampaian yang tidak sesuai sehingga pasien tidak dapat menerimanya karena tidak dapat mengartikan yang disampaikan petugas kesehatan. 5. perlunya membangun kepercayan dengan pasien sangat penting sehingga pasien merasa menemukan obat terbaik untuk sakit yang sedang dia derita dibandingkan obat yang mungkin ia ketahui dari orang lain yang bukan petugas kesehatan. 6. kepuasan interaksi yang rendah menyebabkan pasien merasa tidak begitu penting dan juga menyepelekan penyakitnya sehingga menurunkan tingkat kepatuhan. 7. kurangnya interaksi dengan tenaga profesional sehingga pasien tidak memiliki kepercayaan. 8. tenaga profesional yang kurang perhatian menyebabkan pasien meraasa tidak diperhatikan dan merasa tidak penting. 9. pasien tidak ikut andil dalam memberikan keputusan sehingga merasa terberatkan dengan keputusan yang diambil sendiri oleh petugas kesehatan. 1. Jika pasien tidak diawasi maka paseien cenderung lupa dalam mengkonsumsi obat 2. Kurangnya penjelasan mengenai obat obatan yang diberikan sehingga pasien kebingungan dan tidak memahami cara penggunaannya 3. Setiap obat memiliki resiko dan manfaat, jika pasien kurang mengenai informasi tersebut sebagai contoh ketika pasien mengkonsumsi suatu obat dan memiliki efek samping yaitu mengantuk, mual dan muntah yang menyebabkan terganggunya aktivitas maka pasien akan menghentikan penggunaan obat tersebut karena kurangnya informasi 4. Cara penyampaian yang tidak sesuai dengan pemahaman pasien maka pasien akan bingung dan tidak mengerti dengan apa yang disampaikan 5. Pasien yang kurang percaya dengan konseling yang diberikan cenderung akan bersikap tidak peduli, acuh dan tidak mengikuti anjuran yang diberikan 6. Pasien meeasa tidak puas dengan informasi yang diberikan akan menyebabkan ketidaktaatan dalam pengobatan 7. Kurangnya interaksi dengan profesional kesehatan juga sangat berpengaruh karena pasien merasa bahwa tidakada informasi mengenai penggunaan obat 8. Profesional kesehatan yang kurang ramah akan menyebabkan pasien tidak nyaman untuk melakukan konseling sehingga tidak mendapatkan banyak informasi 9. Pasien memiliki kesempatan untuk menentukan pilihannya jika pasien tidak diberikan kesempatan itu maka ia akan merasa tertindas, diatur dan dikekang sehingga tidak nyaman dalam pengobatan 1. Tingkat pengawasan keluarga,tetangga,dan tenaga kesehatan yang berperan untuk ketaatan pasien dalam kesehatan sangat kuraang 2. Kurangnya penjelasan apoteker dan ttk terhadap pasien jika tidak taat dalam proses pengobatan. 3.kurangnya informasi faktor apa yang mempengaruhi pengobatan pasien jika tidak menaati pengobatan.dan kurang menjelaskan manfaat apa yang akan pasien dapat jika menaati pwngobatan. 4. Tempat penyampaian tentang pengobatan tersesebut tidak memberikan kenyamanan terhadap pasien sehingga pasien tidak tahan dan akan menjawab iy iya sja agar bisa kelur dari tempat tersebut. 5. Mungkin adanya suatu kasus yang menimpah rs,puskesmas,atau apotik tersebut sehingga kepercayaaan pasien kurang. 6.kurangnya penjelasan dan tatap muka terhadap pasien akan menimbulkan ketidak taatan terhadap pengobatan. 7.tidak adanya interaksi terhadap pasien tentang cara penggunaan obat, dosis obat,dan lain lain. 8.kurangnya perhatian dan tatakrama tenaga kesehatan terhadap pasien akan menimbulkan kurangnya semangat pasien untuk memenuhi ketaatan pengobatan. 9. tenaga kesehatan mengambil keputisan sendiri tanpa memberi tahukan pasienya terlebih dahulu. 1. Jika pasien tidak diawasi maka paseien cenderung lupa dalam mengkonsumsi obat. 2. Kurangnya penjelasan mengenai obat obatan yang diberikan sehingga pasien kebingungan dan tidak memahami cara penggunaannya. 3. Setiap obat memiliki resiko dan manfaat, jika pasien kurang mengenai informasi tersebut sebagai contoh ketika pasien mengkonsumsi suatu obat dan memiliki efek samping yaitu mengantuk, mual dan muntah yang menyebabkan terganggunya aktivitas maka pasien akan menghentikan penggunaan obat tersebut karena kurangnya informasi. 4. Cara penyampaian yang tidak sesuai dengan pemahaman pasien maka pasien akan bingung dan tidak mengerti dengan apa yang disampaikan. 5. Pasien yang kurang percaya dengan konseling yang diberikan cenderung akan bersikap tidak peduli, acuh dan tidak mengikuti anjuran yang diberikan. 6. Pasien meeasa tidak puas dengan informasi yang diberikan akan menyebabkan ketidaktaatan dalam pengobatan. 7. Kurangnya interaksi dengan profesional kesehatan juga sangat berpengaruh karena pasien merasa bahwa tidakada informasi mengenai penggunaan obat. 8. Profesional kesehatan yang kurang ramah akan menyebabkan pasien tidak nyaman untuk melakukan konseling sehingga tidak mendapatkan banyak informasi. 9. Pasien memiliki kesempatan untuk menentukan pilihannya jika pasien tidak diberikan kesempatan itu maka ia akan merasa tertindas, diatur dan dikekang sehingga tidak nyaman dalam pengobatan. kerena kurangnya faktor pendukung atau pendorong (enabling factors) dari individu, keluarga dan lingkungan sosial, kurangnya tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan, sulitnya mencapai cakup terapi, dan waktu pelayanan, dan kemudahan akses kesehatan yg terbatas. sehingga kurangnya kepercayaan pasien dalam membuat keputusan. 1. dengan pengawasan yang rendah akan berpengaruh pada ketidaktaatan karena dengan begitu ia percaya apa saja yang dibilang oleh orng lain, tanpa tau pengetahuan umumnya seperti apa. 2. dengan kurangnya penjelasan, akan berpengaruh dwngan ketidaktaatan karena bisa saja, apa yg disampaikan oleh apoteker, ia langsung terima tanpa tau maksud dari apoteker itu apa. 3. kurang informasi seimbang antara resiko dan manfaat, si pasien tidak memikirkan jika hal ini yg dilakukan, sebwrapa besar manfaat dan seberapa besar resiko yang ia hadapi. pasien langsung mengambil keputusan yang akan dia jalani tanpa pemikiran panjang. 4. dengan penyampaian yang tidak sesuai strategi, bisa saja pasien salah tangkap informasi yang diberikan apoteker, dengan begitu dia yakin kalau informasi yang iya dapatkan sudah betul, padahal apoteker yang salah strategi dalam menyampaikan informasi 5. kepercayaan pasien kurang, dengan begitu pasien menganggap bahwa dia tidak perlu ke apoteker, mending dia ke dukun atau minum jamu saja, jika dengan minum jamu dia merasa cepat sembuh daripada harus konseling lagi. 6. dengan pasiwn kerasa kepuasan interaksi yang rendah, pasien akan lebih tertutup lagi kepada kita, dengan tidak memberitahu kejadian yang dialami sesungguhnya. 7. berkurangnya interaksi dengan profesional juga memengaruhi ketidaktaatan, karena dengan berinteraksi secara profesional, pasien akan lebih mengetahui hal hal apa sja yang ia lakukan dan akan menuju keberhasilan dalam pengobatan. 8. profesional kesehatan yang kurang perhatian, akan di anggap pasien bahwa iya tidak diperhatikan, dia merasa tidak ada sentuhan langsung dari profesional kesehatan. 9. profesional kesehatan yang tidak melibatkan asien dalam pengambilan keputusan, dwngan bwgitu pasien merasa bahwa dia hanya di perintah, dia harus mengikuti apa katanya profesional kesehatan, padahal dia tau ada keputusan yang lwbih nyaman dari keputusan seorang profesional keswhatan Kurangnya ketidakpercayaan dan juga tempat penyampaian yg kurang strategis sehingga pasien tidak terlalu mendengarkan 1. Kurangnya pengawasan dari apoteker atau keluarga sehingga si pasien tidak patuh minum obat. 2. Kurang penjelasan dari apoteker. 3. Apoteker tidak menjelaskan semua informasi tentang resiko dan manfaat obat. 4. Adanya kesalahan penyampaian kepada pasien sehingga informasinya tidak semua di mengerti oleh pasien. 5. Kepercayaan kepada apoteker kurang karena biasa pasien merasa penyakitnya bisa sembuh sendiri tanpa minum obat. 6. Kurangnya interaksi antara pasien dan apoteker. 7. Kurangnya pasien bertanya dan apoteker tidak banyak memberikn informasi. 8. Anggapan pasien bahwa tenaga medis/apoteker kurang perhatian. 9. Adanya keputusan sepihak yang dilakukan tenaga kesehatan sehingga pasien hanya mengikuti. Faktor komunikasi juga bisa berpengsruh terhadap ketidaktaan 1. Jika tingkat pengawasan rendah, maka kita tidak dapat mengetahui apakah pasien masih minum obat secara rutin atau masih menjaga kesehatannya dengan baik. Jika tidak dilakukan pengawasan bisa saja pasien tidak akan mematuhi apa yang sudah dikunsultasikan kepada mereka. 2. Apabila kurang penjelasan diberikan kepada pasien maka bisa saja pasien tidak akan mengerti atau melakukan hal- hal yang tidak di inginkan 3. Begitupun informasi yang kita berikan antara resiko dan manfaatnya kurang seimbang. Misalnya manfaat yang paling banyak dijelaskan kepada pasien, mereka tidak lagi berfikir akan resikonya begitupun sebaliknya. Pasien pasti hanya condong atau fokus kepada salah satunya saja. Contoh apabila yang dibicarakan hanya tentang resiko trus maka pasein akan takut minum obat atau melakukan hal tersebut yang kita telah sampaikan 4. Dalam memberi tahu informasi juga harus melihat kondisi atau harus punya strategi. Kita harus tau mau mulai bicaranya dari mana. Jika kita salah strategi maka bisa jadi pasien tidak mau mendengarkan apa yang kita bicarakan. 5. Jika pasien kutang percaya dengan penjelasan kita maka pastinya mereka tidak mau mengikuti apa yang kita sarankan. 6. Begitupun dengan kepuasan interaksi. Misalnya kita dalam melalukan konsultasi terlalu terburu-buru maka pasien bisa jadi masih banyak yang ingin dia tanyakan kita sebagai apoteker tidak tenang pasien pun tidak banyak mendapatkan informasi. 7. Apabila pasien tidak pernah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan misalnya dokter, apoteker pasti dia tidak tau mengenai bagaimana kesehatannya dan pasti mereka bersikap atau merasa tidak ada gangguan terhadap kesehatannya. Jika begitu terus maka penyakit akan parah 8. Apalagi profesional kesehatan di ang tidak ramah atau tidak baik. Maka bisa jadi pasien akan marah atau kurang hati dan tidak mau mendengarkan apa yang di sampaikan kepadanya. 9. Begitu juga jika pasien tidak diberikan kesempatan untuk bicara atau mengambil kepputuskanutusan bagaiamana yang pasien senangi otomatis pasien akan tidak taat karena dia tidak setuju dengan apa yang apoteker atau profesional kesehatan lainnya tentukan atau putuskan. berdasarkan faktor yang disebutkan diatas, pasien tidak menerima konseling untuk pengobatan yang baik. sehingga pasien tidak akan disiplin dalam pngobatan. mempengaruhi ketaatan pasien, karena pasien akan lebih berpusat menilai kekurangan yang diperlihatkan profesional kesehatan saat konseling dibandingkan dengan informasi yang diberikan. Ketika komunikasi kita dengan selrang pasien tidak meyakinkan dengan ciri ciri kita seperti kebingungan ,ini akan berpengaruh terhadap persepsi pasien yang kurang yakij dengan informasi yang telah di berikan 1. kurangnya tingkat pengawasan rendah dapat mempengaruhi ketidakpatuhan karena menganggap bahwa setiap obat dapat dikonsumsi kapan saja, apa lagi jika tidak diawasi mereka akan memakan obat tersebut kapan saja ia mau 2. kurangnya penjelasan yang baik menyebabkan ketidakpatuhan karena bisa saja mereka menganggap bahwa pemakaian obat semua sama dan dapat digunakan kapan saja karena mereka tidak mendapat penjelasan yang baik 3. kurangnya informasi yg seimbang antara resiko dan manfaat dapat mempengaruhi katidaktaatan karena mereka tidak tahu seberapa besar resiko ketika mereka tidak menjalankan aturan pemakaian yang baik dan bahkan bisa saja mereka berfikir bahwa manfaatnya lebih banyak dari pada risiko 4. strategi penyempaian tidak sesuai dapat menyebabkan ketidakpatuhan karena mungkin seseorang sulit untuk memehami penyampaian tersebut. 5. kepercayaan pasien kurang dapat menyebabkan ketidakpatuhan karena bisa saja karena faktor diatas, sehingga pasien tidak mudah untuk percaya begitu saja dengan penjelasan yg diberikan 6. kepuasan interaksi rendah dapat menyebabkan ketidakpatuhan karena mereka dapat bermasa bodoh jika mendapat interaksi yang kurang baik\ 7. karena mereka tidak mendapatkan simpati dan empati yang baik sehingga memungkinkan mereka malas untuk patuh 8. faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakpatuhan karena pasien merasa bahwa kesehatan itu tidak penting ditambah dengan kurangnya perhatian dari profesional kesehatan 9. mereka bahkan tidak mengetahui pertimbangan-pertimbangan kesehatan untuk mereka sendiri maka dari itu tingkat kepetuhan mereka kurang 2. Menurut saya: 1. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena tingkat pengawasan yang rendah dan kurangnya konsultasi dengan pasien itu menyebabkan kurangnya informasi terkait penyakit pasien 2. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena kurang penjelasan ataupun informasi tentang obat ataupun penyakit itu menyebabkan pasien tidak akan percaya dan tidak akan melakukan konsultasi 3. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena jika kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan maanfaat akan membuat pasien ragu-ragu jika dia hanya menerima informasi tentang resiko, dan pasien akan terlalu percaya diri jika informasi yang diberikan hanya tentang manfaat saja 4. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena strategi penyampaian tidak sesuai atau tidak jelas itu akan membuat pasien tidak percaya dan tidak akan melakukan konsultasi lagi 5. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena kepercayaan pasien itu didapatkan dari cara kita menyampaikan informasi tentang penyakitnya ataupun obatnya. 6. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, interaksi dengan profesional kesehatan itu sangat penting karena bisa mendapatkan informasi yang sangat penting juga 7. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena jika profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian itu akan sulit untuk memberikan ataupun menerima informasi 8. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, profesional kesehatan tidak efektif dalam memberikan informasi sehingga membuat pasien terlihat ragu dalam membuat keputusan Kurangnya komunikasi antara pasien akan menyebabkan ketidaktaatan dikarenakan pasien akan berpikir bahwa semakin kurang informasi yang di sampaikan maka mereka tidak akan menganggap serius penyakit tersebut dan mungkin akan menyebabkan pasien tidak akan mengikuti atau mendengarkan informasi yang disampaikan itu penting di kemudian hari. 1. mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan pengobatan 2.kurangnya pengetahuan sudah didokumentasi atau telah disimpan dalam bentuk nyata seperti media dan lainnya 3. meninggkatkan resiko penyakit yang tidak baik dalam pasien 4. kabar yang disampaikan tidak sesuai kepada pasien 5. diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur mereka kurang percaya 6. kurangnya interaksi pasien dan dokter 7. dalam interaksi maka mereka berhubungan dengan pasien kurang memenuhi kebutuhan 8. pada seorang anggota profesi yang kurang mencakup kemampuan dan kemahiran dalam menjalankan profesinya disertai dengan sikap moral yang cuek. 9. dokter menjadi lebih baik dalam menyelesaikan berbagai tantangan etis yang akan dihadapi dalam praktek keseharian dan menemukan jalan yang efektif untuk ”menempatkan pasien di urutan pertama” Karena kurangnya pendekatan antara tenaga kesehatan dengan pasien, tenaga kesehatan kurang memberikan kenyamanan saat berkomunikasi, dan pasien mungkin adalah orang yang tertutup tidak ingin berbicara banyak Tingkat pengawasan rendah. Kurangnya pengawasan dapat menurunkan ketaatan terhadap pengobatan, pasien dapat melakukan terapi semaunya saja. Kurangnya penjelasan/eksplisit. Karena kurangnya penjelasan pasien tidak memiliki pengetahuan yang jelas tentang pengobatan sehingga menurunkan ketaatan. Kurang informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat sehingga pasien bisa saja menganggap resiko lebih besar dibanding manfaat dan akibatnya dapat menurunkan ketaatan. Strategi penyampaian tidak sesuai sehingga kurang dipahami pasien dan dapat menurunkan ketaatan. Karena kepercayaan pasien kurang mengakibatkan pasien tidak mengikuti pengobatan sesuai anjuran. Bila pasien yakin, percaya, dan sadar maka pasien mengikuti pengobatan dengan baik dan bila sebaliknya mengakibatkan menurunnya ketaatan. Pasien tidak merasa puas terhadap interaksi, bisa saja ada pertanyaan yang tidak sempat ditanyakan atau tidak sempat dijawab sehingga menurunkan ketaatan pasien terhadap pengobatan. Interaksi dengan profesional kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali akibatnya pasien kurang pemahaman terkait pengobatannya sehingga dapat menurunkan ketaatan pengobatan. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian. Tidak adanya kemampuan profesional kesehatan untuk menghormati kekhawatiran pasian akan mengakibatkan menurunnya ketaatan pengobatan. Profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan, sehingga pasien tidak dapat mengambil keputusan atas kesehatan dirinya dan dapat menurunkan ketaatan pasien terhadap pengobatan. 1.tingkat pengawasan rendah Kurangnya pengawasan akan mempengaruhi ketidaktaatan orang dalam meminum obat, ada orang yang lupa unruk minum obat jika tidak diawasi atau diingatkan, sehingga pengawasan sangat penting 2.kurang penjelasan atau eksplisit Kurangnya penjelasan akan membuat oasien malas untuk mematuhi atau taat minum obat karna informasi yg tidsk jelas seperti tidak adanya aturan minum dsb 3.kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat akan mempengaruhi kepatuhaan pasien dalam mengkonsumsi obat karena terkadang orang hanya mengetahui manfaat saja tanoa mengetahui efek samping dan resikonya 4.strategi penyampaian tidak sesuai Jika stategi penyampaian tidak sesuai akan membuat orang malas untuk taat dalam mengkonsumsi obat karna oenyampaian yang tidak bagus 5. Kepercayaan pasien kurang Jika pasien kurang percaya maka pasien pun akan malas untuk mentaati aturan minum obat nya karena ragu dengan apoteker atau pun dokternya sehingga ia tidak mengikuti instruksinya 6.kepuasan interaksi rendah Jika pasien tidak merasa puas dengan interaksi antar apoteker ataupun dokter dengannya maka ia akan merasa malas dan engan untuk mematuhi aturan minum obatnya ataupun taat dalam pengobatan 7. Kurangnya interaksi dengan profesional kesehatan atau tidak ada sama sekali akan membuat pasien tidak tahu dan kebinggungan obat apa sebenarnya yang ia konsumsi dan akan binggung pula bagaimana aturan minumnya sehingga akan membuat dia untuk tidak menaati aturan minumnya. 8.prfesional kesehatan yang tidak perhatian dan tidak ramah akan membuatpasoen atau orang malas mendengarkannga sehingga orang akan tidak taat dalam menfkonsumsi obatnya 9. Jika profesional kesehatan tidak melibatkan pasien dalam mengambil keputusan maka akan membuat pasien atau orang tersebut merasa kesal dan akan malas dan engan untuk mentaati aturannya Pendapat saya adalah kembali lagi pada diri masing-masing pekerja kesehatan seperti apoteker atau bahkan asisten apoteker bagaimana mereka memperlakukan pasien dengan sebaik mungkin. maksud dari sebaik mungkin ini sendiri adalah bagaimana mereka menyampaikan informasi obat dengan baik tanpa membuat pasien bingung serta selalu berperilaku baik terhadap pasien ataupun kepada siapa saja. Sehingga tidak akan menimbulkan hal hal yang tidak diinginkan jika seorang pekerja kesehatan memperlakukan pasien dengan tidak baik contoh kecilnya seperti pasien akan hilang kepercayaan kepada tenaga kerja tersebut. hal ini karena kurangnya pendekatan antara APOTEKER dengan pasien sehingga pasien merasa tidak penting, kurangnya rasa empati seorang APOTEKER terhadap pasien sehingga menimbulkan ketidakpercayaan pasien kepada APOTEKER dan menimbulkan rasa takut kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya akan sembuh atau tidaknya penyakit tersebut 1. Karena, adapasien yang akan patuh ketika diadiawasi, contohnyamakananatau minuman yang dilarang tetap itetap dimakan karena hobi atau keinginan dirisendiri seperti penyakit diabetes, dimana pasienharus mengurangikonsumsiuntukmakananatauminuman yang mengandung gula yang berlebihan. Oleh Karen itu, perluadanya pengawasan yang lebih. 2. Contohnya waktu meminum obat yang harusnya 3x1 tiap 8 jam terkadang pasien minumya tiap 6 atau 5 jam sehingga, pasien terkadang melanggar aturan pakai obat tersebut. Oleh karenaitu, diharapkan agar apoteker bisamenyampaikan tentang aturan pakai obat tersebut. 3.Kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat juga merupakan hal yang penting contohnya ketika pasien meminta obat kepada apoteker sebaiknya baik pasien maupu napoteker harus memberikan informasi obat tersebut baik aturan pakai, manfaat, maupun efek atau resiko yang akan ditimbulkan jika diminum secara berlebihan atau tidak sesua idengan takaran(dosis). 4.Strateg ipenyampaian yang tidak sesuai merupakan salah satu faktor penyebab ketidaktaan, misalnya sebagai apoteker kita harus menyampaikan informasyi yang mudah dan dipahami oleh pasien tersebut atau diberikan gerakan tubuh yang dapat dipaham ioleh pasien. Bisa juga kitamenyuruh pasien tersebut mengulangapa yang kitasampaikankepadanya agar kita tau seberapa pahan pasien tersebut. 5.Jika kepercayaan pasien kurang, oleh sebab itu kita harus memberikan kepercayaan atau bukt imaupun contoh bahwa penyakit tersebut bisa sembuh melalui pengobatan dan lain-lain. Karena apabila kepercayaan pasien kurang dapat menyebabkan ketidaktaatan. 6.Biasanya karena kurangnya interaksi atau keterbatasan waktu pasien maupun dokter atau apoteke rsehingga pasien merasa tidakpuas atau merasakurangnya pelayanan sehingga aturan terkadang diabaikan. 7.Seperti yang saya jelaskan pada sebelumnya pada no.6 bahwa komuniksi maupun interaksi ituperlu, karena seorang pasien ingin menanyakan mengenai pengobatan atau obat- obatanserta menyampaikan sesuatu. Olehkarena itu interaksi dibutuhkan. 8.Kita sebagai orang kesehatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat (pasien) harus ramah atau murahsenyum sertamemberikan perhatian kepada mereka karena jika ekspresi wajah kita sedang marah bisa-bisa pasien takut dengan kita atau tidak tenang (risih) dengankita. Jadi, pasien takut bertanya dan bisa juga tidak memahami apa yang disampaikan kepada mereka karena rasa takut yang lebih dulu ada atau rasa ketidak nyamanan. 9.Sikap professional harus diterapkan karena nantinya pasien akan berpikir bahwa mereka tidak mempunyai haksuara atau pendapat bahkan bisa saja mereka berpikir bahwa merkakurangpengetahuan atau tidak tau apa-apa sehingga akan berpengaruh terhadap ketidaktaatan. kurangnya komunikasi yang baik antara apoteker dan pasien akan membuat pasien kurang pengetahuannya tentang sakitnya atau tentang obat yang pasien minum dan kurangnya kepercayaan pasien sehingga pasien tersebut tidak patuh. 1. Tingkat pengawasan rendah Tingkat pengawasan rendah, disini pasien merasa bahwa mereka tidak terlalu diawasi oleh tenaga kesehatan sehingga pasien meminum obat tidak sesuai aturan pakainya. 2. Kurang penjelasan/eksplisit Kurang penjelasan/eksplisit, disini apoteker, dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya menjelaskan dengan bahasa yang tinggi yang bisa dipahami oleh sesama tenaga kesehatan saja. 3. Kurang informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat Kurang informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat, dimana apoteker atau dokter cuman menjelaskan efek samping dari obat ini dan manfaat nya cuman sedikit sehingga pasien beranggapan bahwa obat ini tidak menyembuhkan penyakit malah menambah penyakit. 4. Strategi penyampaian tidak sesuai Strategi yang tepat ketika ada pasien melakukan konseling yaitu pada saat akhir dari komunikasi sebaiknya apoteker menanyakan ulang kepada pasien. Contoh apakah bapak/ibu sudah mengerti cara penggunaan obat ini? 5. Kepercayaan pasien kurang Sebaiknya apoteker memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian ketika memberikan konseling alangkah baiknya disertai dengan bukti tentang penyakit tersebut sehingga pasien tidak akan melakukan pelanggaran atau ketidaktaatan. 6. Kepuasan interaksi rendah Ketidaktaan pasien sering terjadi karena kurangnya interaksi antara pasien dengan apoteker, dimana pasien takut dalam menjelaskan semua tentang penyakitnya. 7. Interaksi dengan profesional kesehatan kurang/ tidak ada sama sekali Ketidaktaan pasien bisa terjadi jika interaksi konselor dengan pasien tidak berjalan sama sekali dimana konselor dan pasien lebih mementingkan egonya masing-masing sehingga pasien tidak mau melakukan apa yang dikatakan konselor meskipun itu benar. 8. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian Pasien akan beranggapan bahwa saya tidak begitu dipedulikan oleh tenaga kesehatan yang hanya mementingkan uang tanpa memikirkan kesembuhanya sehingga terjadi ketidaktaatan pasien. 9. Profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan Apapun yang diputuskan oleh apoteker harus ditaati oleh pasien, jika tidak pasien akan mengalami sakit atau kesehatanya kurang maksimal. Faktor di atas jelas bahwa si pasien tidak mendapatkan kepuasan dalam melakukan sebuah konseling kesehatan, yang seharusnya dia mendapatkan sebuah solusi untuk kesehatannya tapi tidak mendapatkannya. Karena ia merasa kurang mendpat penjelasan yang sesuai atau kurang komplit. Menurut saya: 1. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena tingkat pengawasan yang rendah dan kurangnya konsultasi dengan pasien itu menyebabkan kurangnya informasi terkait penyakit pasien 2. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena kurang penjelasan ataupun informasi tentang obat ataupun penyakit itu menyebabkan pasien tidak akan percaya dan tidak akan melakukan konsultasi 3. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena jika kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan maanfaat akan membuat pasien ragu-ragu jika dia hanya menerima informasi tentang resiko, dan pasien akan terlalu percaya diri jika informasi yang diberikan hanya tentang manfaat saja 4. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena strategi penyampaian tidak sesuai atau tidak jelas itu akan membuat pasien tidak percaya dan tidak akan melakukan konsultasi lagi 5. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena kepercayaan pasien itu didapatkan dari cara kita menyampaikan informasi tentang penyakitnya ataupun obatnya. 6. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, interaksi dengan profesional kesehatan itu sangat penting karena bisa mendapatkan informasi yang sangat penting juga 7. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena jika profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian itu akan sulit untuk memberikan ataupun menerima informasi 8. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, profesional kesehatan tidak efektif dalam memberikan informasi sehingga membuat pasien terlihat ragu dalam membuat keputusan 1. tingkat pengawasan yang rendah dapat mengakibatkan rutin tidaknya pasien dalam menangani penyakitnya tanpa ada pengawasan. 2. kurangnya penjelasan atau eksplisit dapat menyebabkan pasien kurang paham dengan pengobatan yang dijalaninya sehingga pengobatannya bisa saja tidak teratur 3. kurangnya indormasi yang seimbang antara resiko dan manfaat dapat menyebabkan pasien tidak tau menahu apa saja manfaat dan resiko yang disebabkan oleh pengobatan yang dilakukannnya 4. strategi penyampaian seharusnya dilakukan sesuai dengan orang yang di beri informasi, ha ini agar peenyampaian yang diberikan kepada pasien gampang untuk diterima oleh pasien 5. kepercayaan pasien yang kurang terhadap penyampaian yang diberikan, dapat menyebabkan ketidak taatan terhadap penyampaian yang diberi tau. 6. kepuasan interaksi yang rendah terhadap pasien, dapat menyebabkan ketidaktaatan pasien terhadap apa yang diberi tau 7. interaksi dengan profesional kesehatan tidak ada sama sekali, menyebabkan pasien mengalami ketidak taatan yang lebih. karena kurangnya interaksi antar profesional kesehatan dengan pasien 8. profesional kesehatan yang tidak ramah sangat mempengaruhi ketidak taatan pasien ataaerhadap pengobatan yang dijalaninya 9. profesional kesehatanyang tidak memberikan pasien terlibat dalam membuat keputusan mengakibatkan pasien merasa bahwa privasinya sangat tidak tihargai.hal ini salah satu faktor pengaruh ketidaktaatan pasien. 1.Rendahnya tingkat pengawasan pada pasien akan membuat ketidaktaatan pada pasien hal tersebut dikarenakan pasien akan merasa bahwa tidak ada yang mengawasinya dalam mengonsumsi obat dan beberapa pantangan selama proses penyembuhan. 2. Pasien yang merasa kurang penjelasan akan merasa ragu untuk meminum obat yang diberikan. Ada beberapa sediaan farmasi yang penggunaannya bukan secara oral atau topikal sehingga membutuhkan penjelasan yang valid dari tenaga kefarmasian. Ketika penjelasan yang diberikan kurang pasien jelas akan kesulitan bagaimana cara memakainya. Ketika si pasien pemakai atau meminum obat tidak sesuai dengan rute yang seharusnya makanya efek terapi obat tidak akan sampai sehingga membuat pasien tidak taat dalam menggunakannya karena merasa obat yang digunakan sia-sia. 3. Pasien akan melakukan tindakan ketidaktaatan karena resiko dan manfaat yang diberikan kurang. Contoh ketika pasien meminum suatu obat dengan resiko atau efek samping akan mengalami mual, muntah, atau bahkan urine yang dikeluarkan berwarna merah, pasien akan merasa bahwa obat yang diberikan hanya pembuat penyakit semakin parah dan akan bertanya- tanya mungkin ini obat sudah kadarluarsa kemudian pasien memilih meninggalkan obatnya. 4. Ketika pasien datang kepada seorang apoteker untuk melakukan konseling, dan strategi yang di sampaikan tidak sesuai contohnya pasien dengan daya ingat lemah kemudian konseling yang dilakukan hanya sekedar hubungan timbal balik (formal) tanpa ada yg dicatat di buku sebagai alat bantu pasien makanya strategi yang digunakan untuk konseling tidak sesuai. Pada saat konseling pasien akan mengingat apa yang dikatakan apoteker akan tetapi setelah konseling pasien akan lupa, karena tidak tau bagaimana cara penggunaan obat yang diberikan maka pasien akan tidak taat. 5. Ketika seorang apoteker memberikan konseling tetapi tidak percaya diri akan membuat pasien berfikir bahwa apakah benar apa yang dikatakan oleh apoteker tersebut. Ketika seorang apoteker tidak percaya diri akan membuat pasien juga sulit mempercayai apa yang dikatakan oleh apoteker sehingga menimbulkan ketidaktaatan pada pasein dalam mengonsumsi obat. 6. Ketika tidak ada interaksi antara pasien dan konselor maka pasien juga akan merasa gelisah sehingga pasien tidak leluasa memberikan informasi terkait penyakitnya sehingga akan menimbulkan perasaan yang canggung antara pasien dan apoteker dan tingkat kepercayaan pasien terhadap akan kurang sehingga menyebabkan ketidak taatan. 7. ketika interaksi antara pasien dan konselor berjalan tidak baik akan membuat pasien malas untuk melakukan konseling. pasien akan merasa bahwa konselor tidak memahami perasaan dan situasinya dengan benar sehingga apapun yang dikatakan oleh konselor tidak akan ditanggapi serius oleh pasien. Sehingga akan memunculkan fikiran kurang percaya terhadap konselor dan menimbulkan ketidaktaatan. 8. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. pasien akan merasa bahwa petugas kesehatan sama sekali tidak memperdulikan kesembuhannya dan masa bodoh terhadap penyakit yang diderita oleh pasien sehingga akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. 9. ketika profesional kesehatan mengambil keputusan dengan tidak melibatkan pasien akan membuat pasien merasa tidak terpedulikan. karena bagaimanapun hasil yang akan diperoleh akan berpengaruh pada kesehatan hidup pasien dan bukan kehidupan profesional kesehatan. karena hubungan antara apoteker dan pasien tidak saling terbuka atau tidak ingin tahu, kurangnya kesadaran akan pentingnya suatu penyakit yang dialami sehingga akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dalam jangka waktu yang lama, tenaga kesehatan dan pasien bersikap acuh tak acuh. 1. Pengawasa baik dari orang terdekat, keluarga maupun tenaga kesehatan atau tenaga kefarmasian harus selalu ada untuk pasien dalam tahap pengobatan, ketika pengawasan tidak lagi di lakukan secara rutin, maka akan berdampak pada ketidaktaan pasien. 2. Biasanya pada saat pasien berobat tenaga kesehatan hanya memberikan resep dan pelayanan informasi obat tetapi tidak menjelaskan secara detail mengenai efek akibat dari ketidaktaan pasien misalnya penjelasan mengenai obat ini harus diminum secara rutin samapi habis kalau tidak maka penyakit bapak tidak akan sembuh. biasanya penjelasan seperti ini sangatlah jarang, sehingga pasien menganggap bahwa cukup dengan pengobatan sekali sja. 3. Biasanya tenaga kesehatan tidak memberikan informasi mengenai resiko yang timbul akibat pengobatan yang tidak teratur, dan manfaatnya ketika pengobatannya teratut, maka sering kali pasien menganggap bahwa tidak ada resiko yang terjadi ketika saya tidak rutin minum obat, hal inilah yang mempengaruhi pemikiran pasien. 4. Biasanya penyampaian pengobatan tidak sesuai dengan proporsi tenaga kesehatannya, misalnya farmasi hanya menyampaikaan mengenai informasi mengenai obat-obatan, terkadang farmasi menyampaikan yang sudah diluar proporsinya yang seharusnya itu di jelaskan oleh dokter. 5. kurangnya rasa percayapasien terhadap pengobatan medis yang dapat menyembuhkan, terkadang mereka lebih mempercayai dukun yang di percayai dari sejak nenek moyang mereka, 6. Mungkin pada saat pengobatan kurangnya interaksi dari pasien dan tenaga kesehatan sehingga penyampaian informasi menjadi kurang efektif. 7. Mungkin pada saat berobat pasien hanya membeli obat tanpa menanyakan efek samping dan manfaat dari obat tersebut. 8. Sikap tenaga kesehatan yang acuh tak acuh, dan agak emosional, menyebabkan pasien tidak nyaman dalam berobat. 9. Seringkali tenaga kesehatan memutuskan sendiri dalam tahap pengobatan tanpa menanyakan atau mengkaji kembali riwayat pasien sebelumnya. sehingga biasanya pengobatan tidak efektif dan pasien tidak taat menjalani pengobatan. 1. Akibat kelalaian petugas kesehatan dalam pengawasan maka banyak pasien yang tidak ingin menceritakan apa yang sedang di alaminya kepada petugas kehesatan 2. Ini lebih kepada petugas kesehatan yang terkadang tidak jelas memberikan informasi ataupun pada saat melakukan konseling kepada pasien maka dari itu pasien menjadi malas dan tidak ingin datang untuk memeriksakan kesehatan 3. Terkadang ini terjadi juga pada saat konseling dimana petugas kesehatan biasanya hanya memberikan informasi resiko atau bahaya dari obat yang dikonsumsinya dan tidak menjelaskan ap manfaat dan kegunaan dari obat yang telah di konsumsinya sehingga pasien menjadi takut untuk mengonsumsi obat tersebut dan begitu pula sebaliknya. 4. Penyampaikan kata kata yang terkadang dikeluarkan oleh petugas kesehatan dapat membuat pasien menjadi ragu dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh petugas karena tidak mengerti dan bahakan dari strategi penyampaian ini apabila petugas salah kata dan membuat pasien menjadi tersinggung maka pasien terkadang tidak ingin lagi untuk melakukan pemeriksaan ataupun konseling 5. Pasien kurang percaya dengan apa yang di katakan oleh petugas kesehatan biasa terjadi karena petugas kesehatan ragu dan terlihat binggung pada saat melakukan konseling 6. Biasanya terjadi di sebuah puskesmas yang bisa di lihat terlihat banyak antrian maka petugas kesehatan terlihat buru buru dalam melakukan konseling kepada pasien sehingga tingkat kepuasa yang didapatkan oleh pasien menjadi berkurang 7. Karena kurangnya berinteraksi dengan petugas kesehatan maka pasien cenderung diam dan pasien akan menjadi binggung dan juga canggung tentang apa yang harus dikatakan kepada petugas kesehatan sehingga memilih untuk diam 8. Pasien yang terladang menganggap petugas kesehatan tidak ramah maka akan berpikir untuk tidak kembali untuk melakukan konseling dan juga pemeriksaan lagi 9. Petugas kesehatan terlihat seperti memaksa psien ataupun menekankan pasien untuk mengambil keputusan yang telah dibuatnya oleh sepihak sehingga membuat pasien menjadi tidak nyaman dan tidak akan mengikuti apa yang dikatakan oleh petugas kesehatan 1. Kurangnya kominikasi terhadap pasien juga berdampak pada fase penyembuhan pasien tersebut yang mengakibatkan kurangnya pengawasan terhadap pasien, contoh pada pasien yang sudah lanjut usia yang daya ingatnya sudah berkurang bisa saja dia lupa minum obatnya, jika ada komunikasi dan pengawasan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, kemungkinan terjadinya hal tersebut tidak ada. 2.kurangnya penjelasan, ini sering terjadi, kurangnya penjelasan obat yang akan di berikan, contohnya kita sebagai apoteker yang memberikan obat terhadap pasien harus memberi info tentang obat ini, misalkan dari efek sampingnya dan aturan pakainya 3. Dalam memberikan obat apoteker harusnya tidak cuek kepada pasien, dan jangan langsung memberikan obat sesuai penyakitnya tetapi harus mempertimbangkan kembali resikonya ketika mengonsumsi obat tersebut, bisa di berikan penjelasan terkait efek samping dari obatnya 4. Setelah memberikan obat dan menjelaskan efek samping dan aturan pakai dari obat, tidak luput juga apoteker harus memberi info cara penyimpanan obat yang benar, harus sesuai dengan suhu yang tidak terkena sinar matahari langsung 5. Kepercayaan pasien masih kurang terhadap pengobatan medis karena kurangnya sosialisasi terhadap penggunaan obat modern 6. Kepuasan interaksi rendah, ini mungkin sering di keluhkan dari pasien karena kesalahan dari apoteker, seharusnya kita sebagai apoteker bersifat terbuka terhadap pasien dalam artian siap menerima dan mendengarkan keluhan penyakit pasien agar terjalinnya hubungan emosional yang baik dengan apoteker dan pasien 7. Kebanyakan apoteker saat ini hanya sekedar memberikan obat yang akan di beli pasien, tanpa ada percakapan penggunaan,peyimpanan ataupun penyakit pasien derita, seharusnya kita melayani dengan setulus hati agar terjalin percakan tentang kesehatan, agar pasien tidak terkena penyakit yang sama 8. Professional kesehatan di anggap tidak ramah mungkin karena faktor kelalaian dari tenaga kesehatan tersebut, sehingga pasien merasa tidak puas akan pelayanan yang diberikan 9. Disinilah pentingnya komunikasi terhadap pasien agar memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pasien sehingga timbul keputusan yang enak dan tidak merugikan pasien dan tenaga kesehatan 1. tingkat pengawasan rendah : belum banyak orang yang sadar orang yang sakit itu butuh pengawasa dalam rutinitas obatnya, dalam minum obatnya dan sebagainya 2. kurang penjelasan : pasien kurang mendapatkan penjelasan yang akurat tenntang penyakitnya 3. kurang informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat : terkadang seorang tenaga medis kurang memberi penjelasan tentang pengobatan yang baik buat pasien dan kurang nya informasi tentang manfaat ataupun resiko yang akan di hadapi pasien dalam pengobatan, akhirnya membuat pasien tidak tau menau tentang simbangnya resiko dan manfaatnya dari pengobatan tersebut. 4. strategi penyampain tidak sesuai : biasanya pengobatan tidak disampaikan terhadap orang yang ahli sehingga penyampain di sampaikan kurang dan tidak membuat pasien paham. 5. kepercayaan pasien kurang: biasanya pasien kurang yakin dengan kemampuan tenaga medis terutama yang masih baru 6. kepuasan interaksi rendah : terkadang tenaga medis membatasi dalam memberikan iformasi kepada pasien, enggan menjawab pertanyaan pasien secara detail 7. interaksi dengan profesional kesehatan kurang : pasien jarang berkomunikasi/berhubungan dengan tenaga medis atau praktisi kesehatan dan kurang nya interaksi tenaga medis kepada pasien. 8. profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang pasien juga mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan karena jika tenaga medis tidak ramah kepada pasien membuat ketidaknyamanan dalam pengobatan dan bahkan mengabaikan info yang di berikan karena cara penyampaian nya yang tidak ramah. 9. profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan ini juga mempengaruhi kepatuhan pasien dalam berobat karena terkadang ada seorang dokter langsung mengambil keputusan sendiri dalam pengobatan yang lebih lanjut tanpa menanyakan pasien atau keluarga pasien yang belum tentu setuju denga keputusan dokter. 1. pasien harus selalu dipantau dan diingatkan dalam minum obat. kurangnya pengawasan akan membuat pasien acuh,ataupun lupa karna faktor kesibukan, pekerjaan maupun faktor usia sehingga akan menurunkan ketaatan pasien. 2. kurangnya penjelasan yang diterima pasien akan mengakibatkan penerimaan informasi yang keliru sehingga pasien misalnya akan mengonsumsi obat dengan cara yang salah yang tidak akan memberkan efek. sehingga pasien merasa pengobatannya tidak efektif dan memberhentikan pengobatan. 3. Kurangnya komunikasi mengenai manfaat, petunjuk penggunaan, dan efek samping obat-obatan juga dapat berkontribusi terhadap ketidakpatuhan, terutama pada orang tua dengan masalah ingatan. 4. strategi penyampaian yang tidak sesuai akan mengakibatkan penerimaan informasi yang tidak tepat yang bisa mengakibatkan kesalahan terapi. 5. saat kepercayaan pasien kurang, bisa mngakibatkan pasien tidak yakin dengan pengobatannya sehingga bisa meninggalkan terapi yang sedang dijalani. 6. kurangnya interaksi atau feed back yang didapatkan akan mengurangi kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan. 7. pasien awam biasanya mencari tenaga kesehatan yang profesional untuk membangun kepercayaan terhadap terapinya untuk yang akan berdampak pada ketaatan terapinya nanti. 8. tenaga profesional kesehatan yang tidak ramah dan kurang perhatian akan berdampak pada psikis dan emosional pasien dan berdampak pada ketaatan terapi. 9. akan mengakibatkan pasien merasa tidak dihargai ataupun keputusan yang diambil nantinya tidak sesuai dengan kondisi pasien. misalnya faktor keuangan mungkin pasien tidak sanggup secara keuangan untuk mengonsumsi obat yang dipilih oleh tenaga kesehatan sehingga pasien tersebut tidak mengonsumsi obat yang disarankan. 1. Tingkat pengawasan yang rendah akan mempengaruhi ketidaktaatan pasien, terutama untuk pasien berkebutuhan khusus atau lansia maupun anak anak perlu pengawasan tinggi dalam minum obat, karena mereka rawan lupa kapan jam jam minum obat dalam satu hari. 2. Kurangnya penjelasan dari seorang apoteker mengenai cara dan waktu minum obat dapat membuat pasien tidak paham, apalagi banyak pasien yang malu atau malas bertanya apabila tidak paham, sehingga membuatnya meminum obat asal asalan yang menurutnya benar. 3. Yang pasien tau saat membeli obat adalah manfaatnya, jarang mencari tahu ataupun diberitahu resiko yang timbul apabila tidak taat dalam meminum obat. Itulah pentingnya peran apoteker dalam hal ini, yaitu memberitahu secara rinci mengenai obat yang diberikan. Contohnya antibiotik, pasien cuma tau manfaatnya tanpa tau resiko apa yang terjadi jika ia meminum asal asalan. 4. Strategi penyampaian tidak sesuai, sehingga menyebabkan pasien tidak paham, apalagi kalau pasiennya berkebutuhan khusus, atau lansia, membutuhkan strategi khusus dalam penyampaian informasi obat. 5. Pasien yang tidak percaya dengan seorang apoteker yang menyampaikan informasi menyebabkan pasien masa bodoh dan merasa apa yang disampaikan oleh apoteker tersebut tidak benar. Oleh karena itu penting sekali menumbuhkan kepercayaan satu sama lain antara apoteker dan pasien. 6. Pasien yang merasa tidak puas atas penjelasan informasi obat dari seorang apoteker atau dokter akan kehilangan kepercayaan atas informasi yang disampaikan. 7. Rendahnya interaksi dengan profesional kesehatan dapat menyebabkan kurangnya informasi validmengenai pengetahuan tentang obat yang dimiliki oleh pasien sehingga sering mengabaikan atau tidak menaati aturan meminum obat yang benar. 8. Sikap seorang profesional kesehatan sangat penting untuk memulai hubungan baik dengan pasien, bila seorang profesional kesehatan tidak ramah dan cuek pada pasien, pasien juga akan acuh tak acuh dengan informasi yang diberikab sehingga mengurangi ketaatan dalam meminum obat. 9. Sebaiknya sebagai profesional kesehatan harus selalu melibatkan pasien dalam mengambil keputusan, karena bagaimanapun juga keputusan tersebut ada sepenuhnya ditangan pasien, profesional kesehatan seperti apoteker atau dokter hanya meluruskan keputusan yang diambil agar tidak salah dan memberikan pertimbangannya. karena kurangnya pendekatan antara apoteker dengan pasien sehingga pasien merasa tidak penting, kurang kesadaran bahwa pasien sedang mengalami suatu penyakit dan kurangnya rasa takut pada pasien apabila penyakit tersebut tidak sembuh/ sembuh dalam jangka waktu yang panjang. 1. Tingkat ke efektifan dalam pengawasan maupun mengamati rendah 2. Sebab tingkat pengetahuan yang rendah antara penanya dan yang ditanya 3. Sebab tingkat pengetahuan yang rendah 4. Strategi penyampaian dalam berkomunikasi kurang dikuasai 5. Penyampaian yang tidak jelas, yang menyampaikan bingung dan biasanya membawa kata mungkin 6. Penyampaian informasi yang terlalu berbelit-belit 7. Pasien ragu dalam hal bertanya dengan tenaga medis 8. Komunikasi yang tidak beretika dalam menyampaikan sesuatu 9. Tidak mempercayai pasien atas apa yang dikeluhkan Komunikasi menjadi faktor penting terhadap ketaatan pasien dalam minum obat edukasi yang diberikan berupa komunikasi akan memberikan dampak besar dalam ketaatan minum obat ditambah tenaga kesehatan profesional seharusnya tetap melibatkan pasien atau keluarga pasien dalam membuat keputusan terhadap pengobatan pasien interaksi dan perhatian yang diberikan oleh tenaga kesehatan juga berdampak besar terhadap ketaatan pasien dalam menjalani pengobatan Karena pasien kurang informasi dan tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Dengan demikian seorang apoteker perlu meningkatkan komunikasi dengan pasien dan membantu mereka memahami tujuan obat. Menurut saya: 1. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena tingkat pengawasan yang rendah dan kurangnya konsultasi dengan pasien itu menyebabkan kurangnya informasi terkait penyakit pasien 2. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena kurang penjelasan ataupun informasi tentang obat ataupun penyakit itu menyebabkan pasien tidak akan percaya dan tidak akan melakukan konsultasi 3. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena jika kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan maanfaat akan membuat pasien ragu-ragu jika dia hanya menerima informasi tentang resiko, dan pasien akan terlalu percaya diri jika informasi yang diberikan hanya tentang manfaat saja 4. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena strategi penyampaian tidak sesuai atau tidak jelas itu akan membuat pasien tidak percaya dan tidak akan melakukan konsultasi lagi 5. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena kepercayaan pasien itu didapatkan dari cara kita menyampaikan informasi tentang penyakitnya ataupun obatnya. 6. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, interaksi dengan profesional kesehatan itu sangat penting karena bisa mendapatkan informasi yang sangat penting juga 7. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, karena jika profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian itu akan sulit untuk memberikan ataupun menerima informasi 8. Itu berpengaruh terhadap komunikasi, profesional kesehatan tidak efektif dalam memberikan informasi sehingga membuat pasien terlihat ragu dalam membuat keputusan 9. Faktor komunikasi juga dapat berpengaruh terhadap ketidaktaatan. Dalam hal ini kualitas komunikasi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Komunikasi yang baik diperlukan agar dapat diperoleh umpan balik positif dari pasien setelah ia memperoleh informasi mengenai keluhannya. Komunikasi yang baik dapat berisi mengenai informasi yang jelas mengenai kondisi pasien saat ini, penyebab, dan apa yang dapat dilakukan, menerangkan informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat, informasi yang diberikan tidak berbelit-belit (eksplisit) dan dengan strategi penyampaian yang sesuai. Profesional kesehatan juga dapat berusaha untuk meningkatkan kepercayaan pasien, bersikap empati, memiliki kemampuan untuk menghormati kekhawatiran pasien dan membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan mengenai kondisinya. Hal-hal ini dapat menunjang kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Karena pada saat akan melakukan konseling yaitu ketika seorang farmasi atau pada saat akan melakukan konseling dengan pasien kita harus membangun komunikasi yang baik,serta berintert dengan baik dengan pasien, agar informasi tentang obat yang kita jelaskan dapat tersampaikan dengan baik. Apabila kepercayaan pasien kurang pada kita makan konseling tidak akan berjalan dengan efektif, karena ketika kita akan melakukan konseling dibutuhkan suatu kepercayaan pada pasien. Kita juga harus membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan karena pasien mempunyai hak untuk mengetahui kesehatan nya serta pengambilan keputusan. Ketika akan menjelaskan tentang obat-obatan kita harus memberikan penjelasan yang jelas dan bahasa yg di mngerti oleh pasien agar pasien dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Sehingga konseling berjalan dengan lancar dan terjadi ketaatan. 1. Pengawasan yang dilakukan dalam bentuk komunikasi pada pasien rendah, pengontrolan terhadap pasien kemudian rendah sehingga pasien tidak taat 2. Komunikasi kepada pasien dalam bentuk penjelasan tentang penyakit dan banyak hal yang diperlukan pasien untuk kesembuhan kurang disampaikan secara baik kepada pasien. sehingga kurangnya pengetahuan pasien dan menimbulkan ketidaktaan 3. Informasi yang disampaikan antar resiko yang akan diterima dan manfaat tidak seimbang. sehingga pasien tidak memahami apa resiko yang akan ia terima ketika taat dan manfaat apa yang ia akan terima ketika ia taat 4. Penyampaian informasi yang tidak baik seperti penyampaian informasi dengan terburu-buru, ditempat yang tidak nyaman sehingga tidak informasi tidak tersampaikan dengan baik 5. Komunikasi yang kurang baik dan kurang tepat kemudian ekspresi dan gerak-gerik yang terlihat bingung dan tidak meyakinkan membuat kepercayaan pasien kepada tenaga medis atau apoteker yang menyampaikan infomasi berkurang. Ketidakpercayaan ini akan membuat pasien ragu dan malah membuat ia tidak taat karena merasa informasi yang diberikan salah 6. Interaksi pasien dengan pemberi informasi kurang, tingkat kepercayaan menjadi rendah, hal yang diinginkan dan hal yang ingin pasien ketahui malah tidak didapatkan membuat pasien juga acuh terhadap pengobatan yang kemudian membuat ia tidak taan 7. Pasien kurang memiliki interaksi dengan tenaga kesehatan profesional membuat kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakit, dorongan dan penjelasan yang diberikan kurang sehingga pasien tidak taan 8. Perilaku profesional kesehatan yang kurang baik, dan kurang ramah membuat pasien merasa terganggu, komunikasi tidak tersampaikan dengan baik, perhatian yang diterima pasien kurang sehingga pasien juga acuh pada kesehatan dan aturan, membuat ia tidak taat 9. Pendapat pasien, pemikiran pasien yang tidak diterima atau tidak diikut sertakan dalam pengambilan keputusan membuat pasien tidak taat Itu sangat berpengaruh sebab lewat komunikasi yang baik pasirn akan mendapatkan informasi yang akurat mengenai penyakit yang di deritanya. Kita senagai tenaga kesehatan jangan memberikan info yang asal tetapi harus yang akurat dan benar menurut perhitungan dan hasil pemeriksaan 1. Karena Kurangnya komunikasi antar si pasien dan si Apoteker. 2. Karena kuranya penjelasan terhadap si pasien maka dari itu si pasien tidak taat terhadap pengobatannya. 3. Kurangnya informasi dari si Apoteker maka dari itu bisanya si pasien salah menggunakannya. 4. Strategi penyampaian tidak sesuai. Faktor informasi yang biasanya si pasien salah mendengarkan apa yang di jelaskan kepadanya. 5. Kepercayaan pasien kurang. Karena biasanya si pasien kurang mempercayaai tentang pengobatannya dan kurang mendapatkan informasi. 6. Kepuasan interaksi rendah. Karena kurangnya informasi yang di dapatkannya. 7. Interaksi dengan profesional kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali. Kurangnya informasi yang di dapatkan dari kesehatannya. 8. Profesional kesehatan di anggap tidak ramah dan kurang perhatian. Karena bisanya si pasien kurang mendapatkan informasi maka dari itu si pasien beranggapan kurangnya perhatian si profesional kesehatan terhadap si pasien. 9. Profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan. Karena kurangnya konseling antar si pasien dan profesional kesehatan untuk membuat keputusan yang tepat. 1. Karena, ada pasien yang akan patuh ketika dia diawasi, contohnya makanan atau minuman yang dilarang tetapi tetap dimakan karena hobi atau keinginan diri sendiri seperti penyakit diabetes, dimana pasien harus mengurangi konsumsi untuk makanan atau minuman yang mengandung gula yang berlebihan. Oleh Karen itu, perlu adanya pengawasan. 2. Contohnya waktu meminum obat yang harusnya 3x1 tiap 8 jam terkadang pasien minumya tiap 6 atau 5 jam sehingga, pasien terkadang melanggar aturan pakai obat tersebut. Oleh karena itu, diharapkan agar apoteker bisa menyampaikan tentang aturan pakai obat tersebut. 3. Kurangnya informasi yang seimbang antara resiko dan manfaat juga merupakan hal yang penting contohnya ketika pasien meminta obat kepada apoteker sebaiknya baik pasien maupun apoteker harus memberikan informasi obat tersebut baik aturan pakai, manfaat, maupun efek atau resiko yang akan ditimbulkan jika diminum secara berlebihan atau tidak sesuai dengan takaran (dosis). 4. Strategi penyampaian yang tidak sesuai merupakan salah satu faktor penyebab ketidaktaan, misalnya sebagai apoteker kita harus menyampaikan informasi obat yang mudah dan dipahami oleh pasien tersebut atau diberikan gerakan tubuh yang dapat dipahami oleh pasien. Bisa juga kita menyuruh pasien tersebut mengulang apa yang kita sampaikan kepadanya. 5. Jika kepercayaan pasien kurang, oleh sebab itu kita harus memberikan kepercayaan atau bukti maupun contoh bahwa penyakit tersebut bisa sembuh melalui pengobatan dan lain-lain. Karena apabila kepercayaan pasien kurang dapat menyebabkan ketidaktaatan. 6. Biasanya karena kurangnya interaksi atau keterbatasan waktu pasien maupun dokter atau apoteker sehingga pasien merasa tidak puas atau merasa kurangnya pelayanan sehingga aturan terkadang diabaikan. 7. Seperti yang saya katakana pada no.6 bahwa komuniksi maupun interaksi itu perlu, karena seorang pasien ingin menanyakan mengenai pengobatan atau obat-obatan serta menyampaikan sesuatu. Oleh karena itu interaksi dibutuhkan. 8. Kita sebagai orang kesehatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat (pasien) harus ramah atau murah senyum serta memberikan perhatian kepada mereka karena jika ekspresi wajah kita sedang marah bisa-bisa pasien takut dengan kita atau tidak tenang (risih) dengan kita. Jadi, pasien takut bertanya dan bisa juga tidak memahami apa yang disampaikan kepada mereka karena rasa takut yang lebih dulu ada atau rasa ketidaknyamanan. 9. Sikap professional harus diterapkan karena nantinya pasien akan berpikir bahwa mereka tidak mempunyai hak suara atau pendapat bahkan bisa saja mereka berpikir bahwa merka kurang pengetahuan atau tidak tau apa-apa sehingga akan berpengaruh terhadap ketidaktaatan. Faktor komunikasi diatas akan berpengaruh terhadap ketidaktaatan karena kurangnya penjelasan yang baik dari apoteker kepada pasien, kurangnya pendekatan apoteker terhadap pasien sehingga pasien merasa tidak penting. Apoteker yang tidak bisa memberikan kepercayaan terhadap pasien akan mengakibatkan pasien merasa tidak yakin dengan pengobatan yang ia jalani. Selain itu, apoteker tidak memiliki rasa empati terhadap penyakit yang diderita oleh pasien mengakibatkan pasien merasa tidak puas menerima informasi. apabila seorang profesional kesehatan misalnya apoteker saat memberikan konseling kepada pasien terlihat tidak ramah dan kurang perhatian, pasien akan merasa tidak nyaman dan dapat mengurangi kepercayaan pasien, sehingga pasien akan kesulitan menerima informasi dari apoteker dan akan mengakibatkan ketidaktaatan pasien. oleh karena itu, seorang profesional kesehatan lebih baik menyampaikan informasi lengkap dengan ramah dan membangun interaksi dua arah yang baik dengan pasien sehingga akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan interaksi pasien. Dikarenakan informasi yang disampaikan dari tenaga kesehatan itu tidak menarik atau bisa dikatakan cara penyampaiannya tidak bisa dipahami dengan baik oleh si pasien sehingga dari faktor inilah muncul di benak pasien bahwa informasi yang diberikan itu tidak memberikan pemahaman bahwa informasi ini sangat penting. Dan juga sebisa mungkin tenaga kesehatan memahami dulu apa yang dikeluhkan oleh si pasien sehingga ada timbal balik antara si pasien mengeluhkan tentang ini, dan si tenaga kesehatan juga dapat memberi saran yang tepat kepada si pasien. Sehingga apa yang dimaksudkan dapat tercapai dengan baik. 1. Pasien bisa saja lupa minum obat 2. Pasien tidak paham cara penggunaan obat ataupun penyimpanan obat 3. Bisa saja pasien lebih banyak tahu tentang risiko atau efek samping obat daripada manfaatnya 4. Pasien tidak mengerti penyampaian dengan bahasa yang terlalu baku 5. Pasien tidak percaya dengan orang, bisa karena terbiasa dengan dukun atau sandro. 6. Pasien merasa interaksi mengenai penyakitnya belum jelas 7. Informasi belum lengkapa atau tidak ada sama sekali 8. Pasien tidak akan mendengarkan dan percaya dengan kata-kata apoteker misalnya yang menurut nya bersikap tidak baik 9. Pasien tidak suka dipaksa 1. tingkat pengawasan rendah akan membuat ketidaktaatan pada pasien hal tersebut dikarenakan pasien akan merasa bahwa tidak ada yang mengawasinya dalam mengonsumsi obat dan beberapa hal yang tidak diperbolehkan selama proses penyembuhan. 2. Pasien yang kurang penjelasan akan merasa ragu untuk meminum obat yang diberikan. Ada beberapa sediaan farmasi yang penggunaannya bukan secara oral atau topikal sehingga membutuhkan penjelasan yang valid dari tenaga kefarmasian. Ketika penjelasan yang diberikan kurang pasien jelas akan kesulitan bagaimana cara memakainya. Ketika si pasien pemakai atau meminum obat tidak sesuai dengan rute yang seharusnya makanya efek terapi obat tidak akan sampai sehingga membuat pasien tidak taat dalam menggunakannya karena merasa obat yang digunakan sia-sia. 3. Pasien akan melakukan tindakan ketidaktaatan karena resiko dan manfaat yang diberikan kurang. Contoh ketika pasien meminum suatu obat dengan resiko atau efek samping akan mengalami mual, muntah, sakit kepala, atau bahkan urine yang dikeluarkan berwarna merah, maka pasien akan merasa bahwa obat yang diberikan hanya pembuat penyakit semakin parah dan akan bertanya- tanya mungkin ini obat sudah expired kemudian pasien memilih meninggalkan obatnya. 4. Ketika pasien datang kepada seorang apoteker untuk melakukan konseling, dan strategi yang di sampaikan tidak sesuai contohnya pasien dengan daya ingat lemah kemudian konseling yang dilakukan hanya sekedar hubungan timbal balik (formal) tanpa ada yg dicatat di buku sebagai alat bantu pasien makanya strategi yang digunakan untuk konseling tidak sesuai. Pada saat konseling pasien akan mengingat apa yang dikatakan apoteker akan tetapi setelah konseling pasien akan lupa, karena tidak tau bagaimana cara penggunaan obat yang diberikan maka pasien akan tidak taat. 5. Ketika seorang apoteker memberikan konseling tetapi tidak percaya diri akan membuat pasien berfikir bahwa apakah benar apa yang dikatakan oleh apoteker tersebut. Ketika seorang apoteker tidak percaya diri akan membuat pasien juga sulit mempercayai apa yang dikatakan oleh apoteker sehingga menimbulkan ketidaktaatan pada pasein dalam mengonsumsi obat. 6. Ketika tidak ada interaksi antara pasien dan konselor maka pasien juga akan merasa gelisah sehingga pasien tidak leluasa memberikan informasi terkait penyakitnya sehingga akan menimbulkan perasaan yang canggung antara pasien dan apoteker dan tingkat kepercayaan pasien terhadap akan kurang sehingga menyebabkan ketidak taatan. 7. Ketika interaksi antara pasien dan konselor berjalan tidak baik akan membuat pasien malas untuk melakukan konseling. Pasien akan merasa bahwa konselor tidak memahami perasaan dan situasinya dengan benar sehingga apapun yang dikatakan oleh konselor tidak akan ditanggapi serius oleh pasien. Sehingga akan memunculkan fikiran kurang percaya terhadap konselor dan menimbulkan ketidaktaatan. 8. Profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. Pasien akan merasa bahwa petugas kesehatan sama sekali tidak memperdulikan kesembuhannya dan masa bodoh terhadap penyakit yang diderita oleh pasien sehingga akan menimbulkan ketidaktaatan pada pasien. 9. Ketika profesional kesehatan mengambil keputusan dengan tidak melibatkan pasien akan membuat pasien merasa tidak terpedulikan. Karena bagaimanapun hasil yang akan diperoleh akan berpengaruh pada kesehatan hidup pasien dan bukan kehidupan profesional kesehatan. Karena : 1. Tidak seringnya keluarga/teman yang mengingatkan untuk 2. Tidak adanya penjelasan yang selengkap-lengkapnya mengenai penyakit dan pentingnya menjalani pengobatan yang teratur. 3. Kurangnya informasi pada pasien mengenai resiko apa yang terjadi bila tdk mengokonsumsi obat secara teratur serta manfaat apa saja yang pasien akan dapatkan. 4. Terlalu banyak kata-kata ilmiah yang tidak dimengerti oleh seorang pasien 5. Tidak disertakan bukti yang menunjang 6. Kurangnya penyampain hanya menunggu untuk ditanya dan mendapatkapn penjelsan yang singkat. 7. Tidak aktifnya/tdk ada sama sekali interaksi dari profesional kesehatan atau dari pasien itu sendiri mengenai obatnya atau pemnyakitnya. 8. Karena professional kesehatan terlalu capek atau kurangya istirahat dengan banyaknya pasien yang datang, mengurus keluarga apalagi kalau tdk diabantu dengan asisten dari professional kesehatan tersebut. 9. Tidak bertanya kepada pasien apa yang membuat nyaman pasien dalam mengonsumsi obat, misalnya dalam waktu minum obatnya jam-jam berapa saja yang bpk/ibu atau anak tersebut nyaman dengan waktu minum obatnya.