Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEKANIKA TANAH II
“Permeabilitas & Rembesan”

Disusun oleh :
Nazilah Pangestuti Abas
18012004
IVA-KBG/D4

Dosen Pengajar :
Pendekar Trio Lonan,.ST, MT

POLITEKNIK NEGERI MANADO

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Air tanah merupakan air yang terdapat di bawah permukaan bumi.Sumber


utama air ini adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat ruang pori diantara butiran
tanah. Air sangat berpengaruh pada sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah berbutir
halus. Demikian juga air merupakan faktor yang sangat penting dalam masalah-masalah
seperti: penurunan, stabilitas pondasi, stabilitas lereng, dan lain-lain.

Terdapat tiga zona penting pada lapisan tanah yang dekat dengan permukaan
bumi, yaitu: zona jenuh air, zona kapiler, zona jenuh sebagian.

 Pada zona jenuh atau zona di bawah muka air tanah, air mengisi seluruh rongga-
rongga air tanah. Pada zona ini tanah dianggap dalam keadaan Jenuh sempurna. Batas
atas dari zona penuh adalah permukaan air tanah atau Permukaan freatis. Selanjutnya,
air yang berada di dalam zona ini disebut sebagai air tanah atau air freatis. Pada
permukaan air tanah, tekanan hidrostatis adalah nol.
 Zona kapiler terletak di atas zona jenuh. Ketebalan zone ini tergantung dari macam
tanahnya. Akibat tekanan kapiler, air mengalami isapan atau tekanan negative.
 Zona tak jenuh berkedudukan paling atas, adalah zone didekat permukaan tanah,
dimana air dipengaruhi oleh penguapan dan akar tumbuh-tumbuhan.

Air tanah berasal dari beberapa sumber, tapi umumnya berasal dari air hujan. Sebagian
air meresap ke tanah menuju ke muka air tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan tanah.
Menurut Kezdi (1974), air di dalam tanah dapat dibedakan ke dalam cara seperti berikut:
a. Air tanah, yaitu air di bawah permukaan yang mengisi pori secara kontinyu dan tidak
berpengaruh oleh gaya-gaya selain gravitasi. Permukaan air bebas dari air tanah dapat
diamati dari sumur atau lubang bor.
b. Air kapiler, yaitu air yang terangkat oleh tarikan permukaan di atas muka air tanah.
Pada jarak tertentu dari muka air tanah, air kapiler mengisi seluruh pori dalam tanah.
Di atas zona kapiler ini, terletak zona kapiler terbuka. Dalam zona ini, air kapiler yang
tertahan dalam pori-pori halus tersambung lewat jaringan pori-pori oleh air tanah,
sedang dalam pori-pori yang lebih besar, air digantikan oleh udara.
c. Air resapan, yaitu lapisan air yang sangat tipisyang tertarik ke permukaan mineral
tanah. Karena gaya serapnya sangat besar, air serapan tidak bisa digerakkan oleh
gaya-gaya hidrodinamik. Air serapan tertahan pada permukaan butiran, dan sifat-
sifatnya berbeda dengan air pada umumnya.
d. Air film, yaitu air disekitar butiran dalam bentuk lapisan tipis akibat tarikan
permukaan. Kontak ait kapiler adalah air yang tertahan dalam sudut-sudut di sekitar
titik-titik kontak antara butiran. Air yang sepenuhnya mengisi kelompok saluran pori-
pori di atas muka tanah, tanpa kontak dengan air tanah disebut air gantung.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Apa definisi dari permeabilitas?
2. Bagaimana penerapan Teorema Bernaulli pada permeabilitas?
3. Bagaimana penerapan Hukun Darcy pada permeabilitas?
4. Apa saja jenis-jenis pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas di
laboratorium?
5. Bagaimana penerapan Hukun Darcy pada rembesan?

1.3. TUJUAN

Adapun tujuan pada poembuatan makalah ini adalah:


1. Mengetahui definisi dari permeabilitas
2. Mengetahui penerapan Teorema Bernaulli pada permeabilitas
3. Mengetahui penerapan Hukun Darcy pada permeabilitas
4. Mengetahui jenis-jenis pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas di
laboratorium
5. Mengetahuipenerapan Hukun Darcy pada rembesan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PERMEABILITAS

Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran


rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Untuk
tanah, Permeabilitas dilukiskan sebagai sifat tanah yang mengalirkan air melalui rongga
pori tanah. Tahanan terhadap aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, bentuk
butiran, rapat massa, serta bentuk geometri rongga pori.

Temperatur juga sangat mempengaruhi tahanan aliran (kekentalan dan tegangan


permukaan). Walaupun secara teoritis, semua jenis tanah lebih atau kurang mempunyai
rongga pori, dalam praktek, istilah mudah meloloskan air dimaksudkan untuk tanah yang
memang benar-benar mempunyai sifat meloloskan air. Sebaliknya, tanah disebut kedap
air, bila tanah tersebut mempunyai kemampuan meloloskan air yang sangat kecil.

2.1.1. Aliran Air Dalam Tanah

Menurut Bernoulli, tinggi energi total (total Head) adalah tinggienergi elevasi
atau Elevation Head(z) ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h) yaitu

Ketinggian kolom air h A atau hB. Didalam pipa diukur dalam millimeter atau meter
diatas titiknya.

Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik dibawah muka air
tanah. Untuk mengetahui besar tekanan air pori, Teorema Bernaulli dapat diterapkan.
Menurut Bernaulli, tinggi energi total (total Head) pada suatu titik dapat dinyatakan
oleh persamaan :

2
p v
+ +z
h = γ w 2g

Dengan :

h = tinggi energi total (total head)(m)


p/ γ w = tinggi energi tekanan (pressure head) (m)

p = tekanan air (t/m2,kN/m2)

v2/2g = tinggi energi kecepatan (velocity head) (m)

v = kecepatan air (m/det)

γ w = berat volume air (t/m3,kN/m3)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

z = tinggi energi elavasi (m)

Karena kecepatan rembesan di dalam tanah sangat kecil, maka tinggi energi
kecepatan dalam suku persamaan Bernoulli dapat diabaikan. Sehingga persamaan tinggi
energi total menjadi :

p
+z
h= γ w

Jadi, tinggi energi total (h) sama dengan tinggi energi elevai di tambah tinggi
energi tekanan padi titik tertentu yang ditinjau, yaitu sama dengan jarak vertikal yang
diukur dari bidang referensi ke permukaan air dalam pipa.

2.1.2. Hukum Darcy

Dalam tanah jenuh, asalkan rongga pori tanah tidak sangat besar, aliran air
adalah laminer. Pada rentang aliran laminer, Darcy (1956), mengusulkan hubungan
antara kecepatan dan gradient hidrolik sebagai berikut :

v = ki

Dengan :

v = Kecepatan air mengalir dalam tanah (cm/det)

k = Koefisien permeabilitas (m/det)

i = h/L = Gradien hidrolik


L = Panjang garis aliran (m)

Debit rembesan (q) dinyatakan dalam persamaan :

q = vA = kiA

Dengan :

v = Kecepatan air mengalir dalam tanah (cm/det)

i = h/L = Gradien hidrolik

L = Panjang garis aliran (m)

k = Koefisien permeabilitas (m/det)

A =luas penampang pengaliran (m²)

Koefisien permeabilitas (k) mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan


cm/det atau mm/det. Yaitu menunjukkan ukuran tahanan tanah terhadap air, bila
pengaruh sifat-sifatya dimasukkan, maka :

k ρw g
k (cm/det) = μ

Dengan :

2
K = koefisien absolute (cm ), tergantung dari sifat butiran tanah

ρw = Rapat massa air (g/cm


3
)

μ = koefisien kekentalan air (g/cm.det)

2
g = percepatan gravitasi ( cm/det )

Kecepatan yang dinyatakan dalam persamaan debit rembesan adalah kecepatan air
yang dihitung berdasarkan luas kotor penampang tanah. Karena air hanya dapat
mengalir lewat rongga pori, maka persamaan kecepatan sebenarnya rembesan lewat
tanah ( v s) dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut ini.

Untuk tanah dengan volume satuan, porositas (n) dinyatakan dengan:


vv Av x 1
n= = =A v / A
v A x1

Dimana:

vv = volume rongga pori (m³)

v = volume total(m³)

Av = luas rongga tanah pada tampang ditinjau

A = luas yang terdiri dari rongga dan butiran pada tampang ditinjau

Debit rembesan: q = v ( A v + A s) = v s A v

Dengan:

As = luas penampang tanah yang ditinjau

Karena untuk volume satuan, A v / ( A v + A s) = A v / A = n ; maka dapat diperoleh:

vs = v / n

v s = ki / n

Pada sembarang temperatur T, koefisien permeabilitas dapat diperoleh dari


persamaan:

k 20 ( γ w 20) ( μ T )
=
kT ( γ wT ) ¿ ¿
Dengan:
k 20 , k T = koefisien permeabilitas pada T ° dan 20 ° C
γ wT , γ w20 = berat volume air pada T ° dan 20 ° C

μT , μ20 = koefisien kekentalan air pada T ° dan 20 ° C

Karena nilai γ wT /γ w 20mendekati 1, maka


μT
k 20=k T
μ20
Temperatur T , ° C μT /μ 20
21 0,975
22 0,952
23 0,930
24 0,908
Nilai koreksi temperatur μT /μ 20 25 0,887
26 0,867
Temperatur T , ° C μT /μ 20 27 0,847
10 1,298 28 0,829
11 1.263 29 0,811
12 1,228 30 0,793
13 1,195
14 1,165
15 1,135
16 1,106
17 1,078
18 1,051
19 1,025
20 1,000

2.1.3. Uji Permeabilitas Di Laboratorium

Ada empat macam pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas


dilaboratorium, yaitu :

a) Uji tinggi energi tetap (Constant – Head)

Uji permeabilitas constant head cocok untuk tanah granular.

b) Uji tinggi energi turun (failing – Head)

Uji permeabilitas failing head cocok digunakan untuk mengukur tanah berbutir
halus

c) Penentuan secara tidak langsung dari uji konsolidasi


d) Penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal
2.1.4. Uji Permeabilitas Dengan Menggunakan Sumur Uji

Cara pemompaan dari air sumur uji dapat dipakai untuk menentukan koefisien
permeabilitas (k) di lapangan. Dalam cara ini,sebuah sumur digali danairnya di pompa
dengan debit air tertentu secara kontinu. Permukaan penurunan yang telah stabil yaitu
garis penurunan muka air tanah yang terendah.

Jari-jari R dalam teori hidrolika sumuran di sebut jari-jari pengaruh kerucut


penurunan (radius of influence of the depression cone).Aliran air ke dalam sumur
merupakan aliran gravitasi,dimana muka air tanah mengalami tekanan atmosfer.Debit
pemompaan pada kondisi aliran yang telah stabil dinyatakan oleh persamaan DARCY :

q = vA = kiA = k (dy/dx) A

Dengan :

v = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas aliran (m2)

i = dy/dx = gradient hidrolik

dy = ordinat kurva penurunan

dx = absis kurva penurunan

Koefisien permeabilitas dinyatakan oleh persamaan:

q r
k= ln 2
π ( h2 ²−h 1 ²) r 1

atau

2,303 q r
k= log 2
π ( h2 ²−h 1 ²) r1

Jika penurunan muka air maksimum pada debit Q tertentu adalah Smax ,
sedangkan Smax =H−h, maka akan diperoleh
2,303 q R
k= log
π ( 2 H−Smax ) S max r0
2.1.5. Uji Permeabilitas Pada Sumur Artesis

Air yang mengalir dipengaruhi oleh tekanan artesis.

Debit arah Radial :

dy
q = kA dx

Dengan :

3
q = Debit arah radial (m /det)

2
A = 2π ¿ T = Luas tegak lurus arah aliran (m )

T = Tebal lapisan lolos air (m)

dy/dx = i = Gradien Hidrolik

Aliran air ke sumur dengan pipa berlubang yang tertutup pada bagian dasarnya,
berupa aliran radial.

q q dy
v= = =k
A 2 πxT dx

2.1.6. Hitungan Koefisien Permeabilitas Secara Teoritis

Menurut Hagen dan Poiseuille,banyaknya aliran air dalam satuan waktu (q) yang
lewat pipa dengan jari-jari R,dapat dinyatakan dengan persamaan :

γwS 2
R a
q = 8μ

Dengan :

γw = Berat volume air

μ = Koefisien kekentalan absolute

S = gradient hidrolik
Jari-jari hidrolik R H dari pipa kapiler dinyatakan dalam persamaan :

A πR 2 R
Rh = = =
keliling basah 2 πR 2

2.2. REMBESAN

Di alam, aliran air melewati tidak hanya satu arah atau seragam diseluruh luasan
yang tegak lurus arah aliran. Pada kasus yang demikian aliran air tanah umumnya
ditentukan dengan menggunakan grafik yang di sebut jaring arus (flownet). Konsep
jaring arus didasarkan pada persamaan kontinuitas lapelace.

Rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua dimensi. Bila
tanah dianggap homogen dan isotropis (k x =k z =¿ k), maka dalam bidang x-z hukum
darcy dapat dinyatakan sebagai berikut:

δh
v x = ki x = -k δx

δh
v z = ki z = -k δz

2.2.1. Jaring Arus (Flow Net)

Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut jaring arus (flow net). Garis
ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi energi potensial yang sama (h

konstan). Permeabilitas lapisan lolos air dianggap isotropis ( k x =k 1 = k ). Apabila


tanh anisotropis, maka permeabilitas tanah pada arah horizontal tidak sama dengan arah
vertikalnya, meskipun tanahnya homogen.

2.2.2. Tekanan Rembesan

Air pada keadaan statis di dalam tanah, akan mengakibatkan tekanan hidrostatis
yang arahnya ke atas (uplift). Akan tetapi, jika air mengalir lewat lapisan tanah, aliran
air akan mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan hidrodinamis yang bekerja
menurut arah alirannya. Besarnya tekanan rembesan akan merupakan fungsi dari
gradient hidrolik

2.2.3. Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya Piping

Telah disebutkan bahwa bila tekanan rembesan keatas yang terjadi dalam tanah

sama dengan i c , maka tanah akan pada kondisi mengapung. Keadaan semacam ini
juga dapat berakibat terangkutnya butir-butir tanah halus, sehingga terjadi pipa-pipa
didalam tanah yang disebut Piping. Akibat pipa-pipa yang berbentuk rongga-rongga,
dapat mengakibatkan fondasi bangunan mengalami penurunan, hingga mengganggu
stabilitas bangunan. Faktor keamanan bangunan air terhadap bahaya piping, sebagai
berikut :

ie
SF = ie

Dengan i e adalah gradien keluar maksimum (maximum exit gradient ).

Gradien keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari jaring arus dan besarnya
sama dengan tinggi energi antara garis ekipotensial terakhir, dan l adalah panjang dari
elemen aliran.

Lane (1935) menyelidiki keamanan struktur bendungan terhadap bahaya piping.


Panjang lintasan air melalui dasar bendungan dengan memprhatikan bahaya
pipingdihitung dengan cara pendekatan empiris, sebagai berikut :

Σ Lh
+ Σ LV
L W = 3

Dengan :

L W = Weighted – creep – distance

Σ Lh = Jumlah jarak horizontal menurut lintasan terpendek

Σ Lv = Jumlah jarak vertical menurut lintasan terpendek


Setelah weighted – creep – distance dihitung, weighted – creep – ratio (WCR)
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Σ LW
WCR = H 1− H 2

Dengan:

WRC = weighted – creep – ratio

ΣLW = Jumlah Weighted – creep – distance

2.2.4. Rembesan Pada Struktur Bangunan

Hukum Dracy dapat digunakan untuk menghitung dabit rembesan yang melalui
struktur bendungan. Dalam perencanaan sebuah bendungan, perlu diperhatikan
stabilitasnya terhadap bahaya longsoran, erosi lereng dan kehilangan air akibat
rembesan yang melalui tubuh bendungan.

2.3. CONTOH SOAL

Pada uji permeabilitas falling head, diperoleh tinggi energi hidrolik awal (h1) 35 cm.
Pada waktu (t) 8 menit, tinggi energi hidrolik menjadi ( h2 ) 30 cm. Jika contoh tanah
mempunyai luas tampang (A) 45 cm², luas tampang (a) pipa pengukuran 0,2 cm² dan
ketebalannya (L) 4 cm, berapakah koefisien permeabilitas tanah dan berapakah waktu
yang dibutuhkan untuk menghasilkan tinggi energi hidrolik (h3 ) 15 cm.

Penyelesaian:

Koefisien permeabilitas:

aL h
k =2.303 x log 1
At h2
0,2 x 4 35
k =2.303 x log
45 x 8 x 60 30

0,8
k =2.303 x log 1,16
21600
k =2.303 x 3,704 x 10−5 x 0,064
k = 5,459 x 10−6 cm/s

Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan tinggi energi hidrolik (h3 ) 15 cm


aL h
t=2.303 x log 1
Ak h3
0,2 x 4 35
t=2.303 x log
45 x 5,459 x 10 −6
15
0,8
t=2.303 x log 2,3
2,456 x 10−4
t=2.303 x 3257,329 x 0,362

t ¿ 2715,589 s
BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah yang telah dibuat adalah:

1. Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan


dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewar rongga pori.
2. Teorema Bernaulli dapat diterapkan untuk mengetahui besar tekanan air pori, karena
kecepatan rembesan di dalam tanah sangat kecil,maka tinggi energi kecepatan dalam
suku persamaan Bernoulli dapat diabaikan. Jadi, tinggi energi total sama dengan
tinggi energi elevai di tambah tinggi energi tekanan padi titik tertentu yang ditinjau,
yaitu sama dengan jarak vertikal yang diukur dari bidang referensi ke permukaan air
dalam pipa.
3. Apabila rongga pori tanah tidak sangat besar pada tanah jenuh, maka aliran air adalag
laminer.
4. Uji Permeabilitas Di Laboratorium di bagi menjadi empat macam, yaitu uji tinggi
energi tetap, uji tinggi energi turun, penentuan secara tidak langsung dari uji
konsolidasi, dan penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal.

Anda mungkin juga menyukai