Anda di halaman 1dari 22

HEMOGLOBIN

Untuk memenuhi tugas Hematologi Teori

Di susun oleh :

1. Anita Hesti Mawanti (1173091)


2. Cahya Krisna (1173093)
3. Eny Wahyuni (1173095)
4. Fa’at Advianita (1173097)
5. Indro Dwi Suryanti (1173099)

PROGRAM D-III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

SURAKARTA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dengan semakin tingginya tingkat penddikan,


kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
layanan kesehatan menuntut penyedia jasa layanan kesehatan seperti laboratorium
untuk memberikan pelayanan yang baik. Karena keberadaan penyediaan
pelayanan yang memadai baik di bidang diagnostik maupun pengobatan akan
semakin dibutuhkan, di lain pihak siring dengan kemajuan teknologi,
perkembangan teknologi di bidang laboratorium juga berkembang pesat dimana
telah menghasilkan berbagai cara-cara diagnostk baru yang dapat memberikan
informasi mengenai berbagai macam metode pemeriksaan antara lain seperti
pemeriksaan hemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu hal
penting dalam penentu diagnosis adanya anemia.

Hemoglobin (Hb) adalah suatu protein di dalam eritrosit yang mengandung


besi dalam bentuk hem (heme) dan protein globulin, yang memiliki afinitas (daya
ikat) terhadap oksigen. Eritrosit akan membawa oksigen menuju ke jaringan dan
mengangkut kembali karbon dioksida dari jaringan paru melalui pembuluh darah
seperti arteri, vena dan kapiler.

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,


yang banyak di pakai dalam laboratorium klinik adalah cara fotoelektrik
(sianmethemglobin), kolorimetrik visual (cara sahli) dan menggunakan POCT.
Pemeriksaan hemoglobin dengan metode sahli, mempunyai kelebihan yaitu murah
dan mudah karena dalam mengukur besarnya kadar hemoglobin di dasari analisa
kandungan besi molekul hemoglobin yang di ubah menjadi asam hematin,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar warna
(Ganda Soebrata, 1992).

Kelemahan metode sahli dalam penentuan kadar hemoglobin, banyak sekali


kekurangannya salah satunya tidak semua macam hemoglobin dapat di ubah
menjadi hematin misalnya karboxy hemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin, dan juga alat Hemometer sukar di standarisasi.

Poin Of Care Testing (POCT) adalah pemeriksaan kesehatan yang dapat


memberikan hasil yang cepat, sehingga pengambilan keputusan dapat segera
dilakukan untuk management pasien yang lebih baik. Kelebihan dari POCT yaitu
mudah digunakan dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga pasien untuk

2
monitoring pasien, volume sampel yang digunakan sangat sedikit, alat lebih kecil
sehingga tidak perlu ruangan khusus.

Pemeriksaan hemoglobin merupakan suatu hal penting sebagai pemeriksaan


penyaring untuk membantu penegakkan diagnosa, sebagai pencerminan reaksi
tubuh terhadap suatu penyakit, dan sebagai petunjuk kemajuan terapi penderita
anemia atau penyakit lain. Resiko yang terjadi jika penetapan kadar hemoglobin
tidak tepat akan membuat kesalahan dalam diagnosis suatu penyakit dan pola
pengobatan terhadap pasien (Ganda Soebrata, 1992)

Tetapi pada kenyataannya di Indonesia khususnya Kalimantan Tengah


pemeriksaan hemoglobin metode sahli masih banyak di pakai di Puskesmas,
Pustu-pustu, Polindes, dan daerah terpencil. Pada pemeriksaan hemoglobin
dengan menggunakan POCT diharapkan dapat membuat kesalahan-kesalahan
pemipetan, inkubasi dan pembacaan hasil menjadi lebih minim.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian tersebut dapat dirumuskan


identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Adanya gambaran hasil dari pemeriksaan hemoglobin menggunakan


metode sahli dan POCT.
2. Adanya kelemahan dari pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode
sahli dan POCT.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
bagaimana gambaran pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan metode sahli
dan POCT?

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan hasil pemeriksaan


hemoglobin menggunakan metode sahli dan POCT.

3
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemeriksaan
hemoglobin metode sahli dan POCT.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini mengetahui gambaran dari
pemeriksaan hemoglobin, dengan pemeriksaan menggunakan metode yang
berbeda metode sahli dan metode POCT.

F. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi yang tepat unuk menggambarkan hasil pemeriksaan


kadar hemoglobin metode sahli dan POCT. Untuk penelitian diharapkan mampu
menerapkan ilmu pengetahuan yang di pelajari selama penelitian sehingga dapat
mengaplikasikan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemoglobin
1. Pengertian Hemoglobin

Sel darah merah (eritrosit) merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti,
komponen utamanya adalah protein hemoglobin (Hb) yang berfungsi mengangkut
oksigen dan karbondioksida (Price, 1995).

Menurut Prijanti (1999) :

Hemoglobin adalah suatu molekul yang terdiri dari gabungan molekul hem
dan globulin yang merupakan kandungan utama dalam eritrosit dengan berat
molekul 64.450 dalton. Hemoglobin terdiri dari bahan yang mengandung besi
yang di sebut hem (heme) dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul
hemoglobin dalam setiap sel darah (Corwin, 2000).

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat


yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang
berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang
mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin
dari molekul hemoglobin (Shinta, 2005).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan


conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan
globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb
berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya
merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

Molekul-molekul hemoglobin (Hb) terdiri dari dua pasang rantai polipeptida


(globin) dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi.
Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna (Price,
1994)

5
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-
paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.


Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin
adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut
berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin
memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin
(Brooker, 2001).

2. Jenis-jenis Hemoglobin

Jenis hemoglobin dapat ditentukan kira-kira telah didefinisikan 300 jenis


hemoglobin yang berbeda dalam kode genetik dan urutan asam amino. Walaupun
sebagian besar jenis hemoglobin tidak mempunyai makna klinik dan dapat
berfungsi normal, namun berbagai jenis hemoglobin dapat meningkatkan
morbiditas dan mortilitas yang bermakna.

Secara normal pada umumnya hemoglobin mempunyai 4 rantai globin yang


berbeda. Semua hemoglobin normal terdiri atas 2 rantai-α, yang masing-masing
membentuk pasangan dengan salah satu rantai-β, -γ, dan –δ.

6
Bentuk variasi dari hemoglobin yaitu :

1. Hemoglobin fetus (Hb F).


2. Hemoglobin dewasa (Hb A).
3. Hemoglobin A2.
4. Hemoglobin pada sel sabit (Hb S).
(Price, 1995)

3. Struktur Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein Fe yang dinamakan conjugated


protein. Sebgai intinya Fe dengan rangka protoporphyrin dan globin (tetraphyrin),
menyebabkan warna merah pada darah (Bakrie, 1986)

Struktur hemoglobin terdiri dari suatu golongan heme dan globin yang terdiri
dari 4 rantai polipeptida. Polipeptida terdiri dari asam amino yang terikat menjadi
rantai dengan urutan tertentu. Sintesis hemoglobin di mulai dalam proeritroblas
dan kemudian dilanjutkan sedikit di dalam retikulosit, karena retikulosit
meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit
tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya (Kosasih,
2008).

Tahap dasar kimiawi pembentukan heomoglobin. Pertama, suksinil-KOA


yang terbentuk di dalam siklus Kerbs berikatan dengan glisin membentuk molekul
pirol. Kemudian, 4 pirol bergabung untuk membentuk protorfirin IX, yang
kemudian bergabung untuk membentuk molekul hem. Akhirnya setiap molekul
hem bergabung dengan rantai polipeptida panjang di sebut globin, yang disintesis

7
oleh ribosom membentuk suatu sub unit hemoglobin di sebut rantai hemoglobin
(Guyton, 1996).

4. Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein berupa pigmen merah pembawa oksigen yang


kaya zat besi. Ikatan antara oksigen dan hemoglobin adalah ikatan khusus. Tujuan
pengikatan oksigen oleh suatu hemoglobin ialah agar oksigen terebut dapat di
bawa dalam jumlah besar. Jumlah oksigen yang larut secara fisik sangat sedikit
dan sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor terpenting yang
mempengaruhi daya ikat atau afinitas hemoglobin terhadap oksigen ialah yang
terdapat di dalam molekul hemoglobin itu sendiri, faktor metabolisme dalam
SDM dan pH. (Sadikin, 2002).

Fungsi utama hemoglobin adalah sebagai media transport oksigen dari paru-
paru menuju keseluruh jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
Mengikat dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil dari
metabolisme ke paru-paru untuk dibuang. Hemoglobin juga berperan
mempertahankan keseimbangan asam – basa dari tubuh. (Hafiz, 2004).

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-


jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).

5. Nilai Normal kadar Hemoglobin adalah :

Zat besi merupakan mineral yang sangat penting untuk membentuk


hemoglobin, sebagai suatu senyawa yang berperan penting dalam pengikatan dan
pelepasan oksigen. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat
darah menjadi berwarna merah, seperti diketahui penurunan jumlah sel darah
adalah masalah serius yang dapat menjadi tanda-tanda anemia, untuk mengetahui
kadar hemoglobin maka ditetapkan nilai normal.

8
Menurut Wintrobe (2009) nilai-nilai normal kadar hemoglobin adalah :

a. Laki-laki dewasa : 14,0 – 18,0 g/dl.


b. Wanita dewasa : 12,0 – 16,0 g/dl.
c. Anak-anak (2 – 6 tahun) : 11,0 – 14,0 g/dl.
d. Anak-anak (6 – 12 tahun) : 12,0 – 16,0 g/dl.
e. Bayi : 10,0 – 15,0 g/dl.
f. Bayi baru lahir : 16,0 – 25,0 g/dl.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :

1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin,


sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah
merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga
merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang
berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk
dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain
pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan
peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah
merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh
(60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di
dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis,
2006).

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin


dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan
flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai
peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen
menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom,
flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi
lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan
Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi.
Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi
penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada

9
peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (WHO dalam
Zarianis, 2006).

Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang


direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari
makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang
sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia
kekurangan besi (Zarianis, 2006).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang


dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam
sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150
mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg).
Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai
untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.
Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah
bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan.
Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi
fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin
adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan
sumsum tulang.

Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan,


pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).

7. Bentuk Ikatan
1. Karboksihemoglobin

Hb memiliki kemampuan untuk mengikat CO, sama halnya dengan O 2,


namun dengan afinitas yang berbeda. Ikatan Hb dan CO diketahui 210 kali
lebih kuat dibandingkan dengan ikatan yang terdapat pada HbO2, sehingga
peningkatannya yang derastis dapat menimbulkan keadaan hipoksia yang
membahayakan. Sekalipun berbahaya, namun bukan berarti tubuh kita tidak
memiliki HbCO sama sekali. Sebanyak 1-3% HbCO beredar di tubuh manusia
dan dapat meningkat sampai dengan 5% pada seseorang yang merokok.

10
Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya
kerja eritrosit dalam fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi
seperti ini dapat berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan
keracunan serta gangguan metabolisme otot dan fungsi enzim intra seluler.

2. Sulfhemoglobin

Hemoglobin jenis ini merupakan hasil reaksi antara hemoglobin dan


hidrogen sulfida. Jenis hemoglobin ini menghasilkan perubahan yang
irreversible pada rantai polipeptida. Sulfhemoglobin tidak dapat berikatan
dengan O2 namun dapat berikatan dengan CO2 dan membentuk
karboksisulfhemoglobin. Kadar normal sulfhemoglobin dalam darah kurang
dari 1% dan apabila terjadi peningkatan dapat menimbulkan asidosis yang
asimtomatik.

3. Methemoglobin

Methemoglobin adalah jenis hemoglobin yang tidak mengandung


unsur ferro (Fe2+), melainkan unsur ferri (Fe3+). Hal ini kelak mengakibatkan
ketidakmampuan Hb berikatan dengan O2. Methemoglobin muncul akibat efek
metabolik ataupun kelainan genetik. Normalnya terdapat sekitar 2%
methemoglobin dalam tubuh, pada kadar seperti ini tubuh masih dapat
monolerir sehingga tidak muncul keadaan patologis. Saat kadarnya meningkat
sampai 10% maka akan muncul sianosis dan apabila mencapai 60% maka
dapet terjadi keadaan hipoksia.

B. Tinjaun Klinis Kadar Hemoglobin


1. Pengertian Anemia

Anemia didefinisikan berkurangnya kadar hemoglobin di dalam tubuh, anemia


juga merupakan keadaan dimana masa eritrosit atau hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Secara laboratorium anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin.

Secara derajat anemia dapat di tetapkan kadar hemoglobin, klasifikasi derajat


anemia yang umum adalah sebagai berikut:

1. Ringan = Hb 8 gr/dl - 9,9 gr/dl.


2. Sedang = Hb 6 gr/dl - 7,9 gr/dl.
3. Berat = Hb < 6 gr/dl.

11
Penyebab anemia bermacam-macam sehingga jenis anemia beragam, ada
gejala umum yang sama yang menimbulkan dugaan seseorang menderita penyakit
ini. Gejala yang paling umum ialah pucat, yang mudah dilihat pada wajah
penderita. Gejala ini akan tampak jelas lagi pada selaput lendir, yang mudah
dilihat pada mulut dan bagian dalam kelopak mata (Sadikin, 2002).

Anemia memiliki bermacam-macam jenis diantaranya:

1. Anemia Defesiensi besi adalah mikrositik hipokromik yang terjadi akibat


defesiensi besi dalam gizi.
2. Anemia defisiensi folat (asam folat) adalah anemia makrositik-
normokromik akibat defisiensi vitamin folat.
3. Anemia hemolitik adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat
destruksi berlebihan sel darah merah.
4. Anemia aplastik adalah anemia normokromik normositik yang disebabkan
oleh disfungsi sumsum tulang sedemikian sehingga sel-sel darah yang
mati tidak diganti.

2. Gejala Klinis Anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai syndrome anemia atau anemic
syndrome adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar
hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa. Gejala ini timbul karena
anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh .terhadap penurunan
hemoglobin. Gejala-gejala tersebut antara lain yaitu lesu, cepat lelah, palpitasi,
sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunanag-kunang dan
kelemahan otot (Bakta, 2006).

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut


misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh oleh infeksi cacing
tambang akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan
bewarna kuning seperti jerami.

3. Penyebab Anemia

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor. Sel darah

12
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah
terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut ,bilirubin yang
terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah.

Pada dasarnya karena dua hal sebagai berikut :

1. Anoksia organ target, kekurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa


oleh darah kejaringan.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut
sindrom anemia. Penyebab anemia sebagian besar adalah kekurangan zat
besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut
anemia kekurangan zat besi.
Kekurangan zat besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena :
a. Kurangnya kosumsi makanan kaya zat besi terutama yang berasal dari
sumber hewani.
b. Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada
kehamilan, masa tubuh pada penyakit penyakit infeksi.

C. Sistem Transportasi Hemoglobin

Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh


tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari
tubuh. Alat transportasi pada manusia terutama adalah darah. Di dalam tubuh
darah beredar dengan bantuan alat peredaran darah yaitu jantung dan pembuluh
darah. Tujuan sistem transportasi yang terdapat dalam tubuh adalah untuk
menyalurkan bahan – bahan yang diperlukan tubuh dan mengeluarkan bahan –
bahan yang tidak diperlukan lagi.

Seluruh zat makanan diedarkan oleh suatu sistem transport keseluruh bagian
tubuh. Sari – sari makanan hasil proses pencernaan diangkut oleh darah dari usus
ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin (Hb) mengangkut oksigen ke sel – sel
jaringan dan sebaliknya mengangkat hasil oksigen dari jaringan sel – sel itu.
Darah merupakan alat pengangkut utama di dalam tubuh kita. Darah manusia
berwarna merah, tetapi warna itu tidak tetap.

Kadang – kadang warna itu merah tua atau merah muda, hal ini tergantung kadar
oksigen dan kadar karbondioksida. Sistem peredaran dalam tubuh terdiri dari
jantung, pembuluh darah dan saluran limfe (Pearce, 2000).

13
Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran
darah melalui saluran tubuh. Pembuluh darah arteri membawa darah dari jantung,
pembuluh darah vena membawa darah dari jantung dan kapiler menggabungkan
arteri dan dan vena, yang terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas
antara makanan dan bahan buangan. Cairan dalam tubuh akan di ambil oleh
pembuluh – pembuluh limfa dan seterusnya akan di masukan ke dalam pembuluh
darah kembali, maka cairan tubuh dapat di edarkan melalui pembuluh – pembuluh
darah. Tenaga atau energi untuk peredaran tersebut pada umumnya di timbulkan
oleh denyutan jantung dan pembuluh darah (Irianto, 2004).

D. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Penetapan kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan bermacam- macam cara


yang banyak dipakai di laboratorium klinik ialah cara fotoelektrik dan
kalorimetrik visual. Kadar hemoglobin dinyatakan dalam gr/dl darah.Pada pria
memiliki rata-rata sedikit lebih tinggi dari pada wanita. Kadar hemoglobin dapat
diukur dengan menggunakan dua cara terbaik ialah dengan teknik kalorimetri atau
fotometri (Gandasoebrata, 1992).

 Macam-macam penetapan kadar hemoglobin :


1. Cara Tallquist
Prinsip : Membandingkan darah asli dengan suatu skala warna
yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai
warna merah tua. Cara ini hanya mendapat kesan dari kadar
hemoglobin saja, sebagai dasar diambil adalah 100%=15,8 gram
hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist mempergunakan skala
warna dalam satu buku mulai dari merah muda 10%.Ditengah-
tengah ada lowong di mana darah yang akan dibandingkan secara
langsung sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara
25-50%.

2. Cara Sahli
Prinsip : Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar
dalam alat. Cara sahli ini banyak dipakai di Indonesia, walaupun
cara ini tidak tepat 100%, akan tetapi masih dianggap cukup baik
untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah. Kesalahan

14
dalam melakukan pemeriksaan ini kira-kira 10% (Gandasoebrata,
1992).
Pemeriksaan hemoglobin metode sahli dapat menimbulkan
berbagai macam kesalahan seperti :
a. Alat atau reagen kurang sempurna. Seperti, volume pipet Hb
tidak selalu tepat 20 µl, warna standar sering pucat, kadar
larutan HCl sering tidak dikontrol, dan alat-alat hemometer
sahli tidak dapat dikalibrasi.
b. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan kedalam HCl
karena tidak dibilas.
c. Tidak memperhatikan waktu dalam pembentukan asam
hematin.
d. Ada gelembung udara dipermukaan pada saat pembacaan hasil.
e. Membandingkan warna dengan standar pada cahaya yang
kurang terang.

Cara sahli bukanlah cara yang teliti, di Indonesia cara sahli masih
banyak dipakai di laboratorium-laboratorium kecil yang tidak
memiliki fotokolorimetri. Cara sahli masih dipakai karena lebih
praktis dan ekonomis (Gandasoebrata, 1992).

3. Cara Cupri Sulfat


Prinsip : Cara ini hanya dipakai untuk menetapkan kadar
hemoglobin dari donor yang diperlukan untuk transfusi darah.
Hasil metode ini adalah persen hemoglobin. Kadar hemoglobin
dari seorang donor cukup kira- kira 80% hemoglobin. Kadar
minimum ini ditentukan dengan setetes darah yang tenggelam
dalam larutan cupri sulfat dengan berat jenis 1,053 (Gandasoebrata,
1992).

4. Cara Photo ElektrikKalorimetri


Prinsip : Hemoglobin diubah menjadi sianmethemoglobin dalam
larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianida.
Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm.
Larutan drabkin dipakai untuk mengubah hemoglobin. Cara ini
sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk
penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standar
sianmethemoglobin kadamya stabil dan dapat dibeli. Larutan
drabkin terdiri dari natrium biokarbonat 1 gram, kalium sianida 50
mg, kalium ferisianida 200 mg, aquadest 1000 ml (Gandasoebrata,
1992).

15
5. Menggunakan Hematology Analyzer
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Hematologi Analyzer ini
menggunakan mesin/alat otomatis. Pemeriksaan Hematologi
Analyzer termasuk sebagai gold standar dalam membantu
menegakan diagnosis dalam berbagai pemeriksaan hematologi
termasuk penetapan kadar hemoglobin.

Prinsip :
Instumen ini menggunakan metode pengukuran sel yang disebut
“volumetrik independence”, pada metode ini larutan diluent
(elektrolit) yang telah dicampur dengan sel-sel darah dihisap
melalui operture. Pada klinik pengukuran terdapat 2 elektrolit yang
terdiri dari, internal elektrode dan eksternal elektode yang terletak
dengan operture, hambatan antara kedua elektrode tersebut akan
naik sesaat dengan terjadi perubahan tegangan yang sangat kecil
sesuai dengan tahapannya. Kemudian sinyal tegangan dikuatkan
atau diperbesar lalu dikirim ke rangkaian penghilang, yang
berfungsi untuk menghilangkan sinyal yang diakibatkan oleh
gangguan listrik, gelombang elektrolit, debu dan pertikel sisa.

Meskipun human error lebih kecil, namun alat ini perlu


perawatan yang khusus salah satunya yaitu di maintenance secara
berkala. Sampai sekarang alat otomatis (Hematology Analyzer)
masih menjadi gold standart karena kelebihannya yang dapat
secara langsung dan cepat untuk mengetahui kadar hemoglobin.

E. Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli
 Masukan larutan HCL 0,1 N dalam tabung hemometer sampai
batas skala 2.
 Hisap sampel (darah vena + EDTA) dengan pipet sahli sampai
tepat pada tanda 20 µl.
 Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan
tissue secara hati-hati (jangan sampai volume darah dalam pipet
berkurang).

16
 Masukan darah ke dalam tabung hemometer yang berisi larutan
HCl 0,1 N tanpa menimbulkan gelembung, bilas beberapa kali dan
homogenkan.
 Tunggu selama 5 menit untuk pembentukan asam hematin.
 Asam hematin yang terbentuk diencerkan dengan aquadest setetes
demi setetes sambil di aduk dengan batang pengaduk sampai warna
yang terbentuk sama dengan warna standard.
 Baca kadar hemoglobin pada garis miniskus bawah dan nyatakan
dalam g/dl.

2. Pemeriksaan Hemoglobin menggunakan POCT


 Persiapkan Alat POCT dan strip test.
 Masukkan strip test ke dalam slot kemudian secara otomatis alat
akan hidup.
 Kode nomor akan muncul dalam layar menu, penambahan sampel
di lakukan ketika muncul tanda atau gambar pada layar menu.
 Sampel di tambahkan ke dalam zona strip test.
 Hasil akan muncul setelah enam detik.
(Sumber: Leaflet POCT)

3. Pemeriksaan Hemoglobin menggunakan Hematologi Analyzer


 Pastikan alat dalam keadaan siap (Ready).
 Sampel (darah EDTA) yang akan diperiksa dihomogenkan terlebih
dahulu.
 Sampel diletakkan di bawah Aspiration Probe.
 Dipastikan ujung Probe menyentuh dasar botol sampel ( darah
EDTA) agar tidak menghisap udara.
 Ditekan tombol Start Swith untuk memulai proses analisis.
 Ditarik botol sampel dari bawah probe setelah ada bunyi ‘’Beep’’ 2
kali dan proses analisis berjalan.
 Hasil akan terbaca oleh alat (Hematology Analyzer) dan dapat
mencetak data hasil analisis (print out).
(Sumber : Leaflet Hematology Analyzer).

17
BAB III
KESIMPULAN

Hemoglobin adalah protein berupa pigmen merah pembawa oksigen yang


kaya zat besi, memiliki daya gabung terhadap oksigen untuk membentuk
hemoglobin dalam sel darah merah, dengan adanya fungsi ini maka oksigen di
bawa dari paru-paru ke dalam jaringan.(Syaifuddin, 2006).

Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan bermacam


metode diantaranya metode sahli dan POCT. Terlihat bahwa ada perbedaan atau
selisih rata-rata kadar hemoglobin dengan menggunakan pemeriksaan yang
berbeda dengan menggunakan metode sahli dan POCT. Perbedaan ini karena dari
segi pemeriksaan kadar hemoglobin masing-masing metode mempunyai
kelemahan dan kelebihan yang berbeda.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode sahli merupakan cara yang


tidak teliti dengan tingkat kesalahannya kira-kira 10 % , metode sahli merupakan
satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan
HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi asam hematin. Untuk dapat
menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran
tersebut dengan aquades sampai warna sama dengan warna tabung gelas standar.
Tetapi tidak semua macam hemoglobin dapat di ubah menjadi hematin misalnya
karboxy hemoglobin, methemoglobin dan suffhemoglobin.

Selain itu masih ada kelemahan metode sahli, yaitu kesalahan- kesalahan
pemipetan, inkubasi dan pembacaan hasil sehingga memungkinkan ketidaktelitian
dalam pemeriksaan, namun masih sering digunakan karena lebih mudah dan
hanya memerlukan biaya yang relatif murah (ekonomis).

Sedangkan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan alat


POCT lebih mudah di bawa kemana-mana dan juga tidak memerlukan reagen
tambahan dalam prosedurnya dibandingkan metode sahli. Tetapi alat ini perlu
perawatan yang khusus salah satunya yaitu di maintenance secara berkala.

POCT menggunakan sampel darah dalam jumlah sedikit dan memberikan


hasil yang cepat, sehingga penggambilan keputusan dalam hasil dapat segera
dilaporkan. Kelebihan yang diharapkan berupa hasil lebih cepat sehingga cocok
dipakai di puskesmas, Pustu-pustu, Polindes, dan daerah terpencil.

18
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Corwin E.J., 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.


Gandasoebrata., 1992. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Guyton, Arthur. 1996. Fsikologi Kedokteran. Jakarta : ECG.
Irianto Kus., 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama
Widya.
Kosasih. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Yang Benar (Good
Laboratory Practice).
Leaflet Hematology Analyzer.
Leaflet POCT.
Mohammad Sadikin. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika
Pearce E.C., 1995. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia.
Price A.S dan Wilson L.M., 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Price A.S. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik : Proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.
Prijanti. dan Ani Retno., 1999. Penuntun Laboratorium Biokimia Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta : Widya
Medika.

19
LAMPIRAN

Hemometer Sahli

Alat Pemeriksaan Kadar Hb dengan POCT

20
Proses Pembacaan Hasil Pemeriksaan

Kadar Hb Dengan Menggunakan POCT

Proses Pemeriksaan Kadar Hb Dengan Menggunakan Metode Sahli

21
22

Anda mungkin juga menyukai