Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

Prostitusi Mbaben
di Kabupaten Magetan

Nama :
Nadiya Rizki Safitri
I8318017

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2019
Setiap masyarakatdalam kehidupan sosialnya pasti memiliki sistem keteraturan
sosial yang disebut nilai dan norma. Sistem tersebut mengatur keberlangsungan kehidupan
suatu masyarakat. Nilai dan norma dalam masyarakat tidak selamanya berjalan
sebagaimana mestinya. Ada juga perilaku masyarakat yang dirasa tidak sesuai
dengan nilai dan norma tersebut. Hal inilah yang kemudian menimbulkan masalah-
masalah sosial. Salah satu masalah sosial yang saat ini masuk dalam kategori
pelanggaran norma adalah tindak prostitusi. Prostistusi dikategorikan sebagai
perbuatanyang menyimpang, karena tidak sesuai dengan sistem sosial nilai dan
norma yang dianut. Karena praktek prostitusi yang mengkomersialkan tubuh untuk
berhubungan seksual dianggap rendah dalam masyarakat Indonesia.
Prostitusi atau pelacuran adalah penjualan jasa seksual untuk uang. Postitusi
atau praktik pelacuran ialah salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus
dihentikan penyebarannya, serta tanpa mengabaikan upaya pencegahan ataupun
perbaikan. Prostitusi sudah ada sejak dulu, namun masalah prostitusi yang
dulu dianggap tabu atau tidak biasa. Berbeda dengan era masa kini, prostitusi oleh
masyarakat Indonesia dianggap menjadi sesuatu yang sudah biasa. Seseorang yang
menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja
seks komersial (PSK).
Kali ini saya akan membahas tentang permasalahan sosial prostitusi yang
latarnya sangat dekat dengan daerah tempat tinggal saya. Bahasan yang saya ulas
mengenai latar belakang dan kondisi saat ini prostitusi di Mbaben Kabupaten
Magetan Jawa Timur. Menurut berita Magetan prostitusi Mbaben berawal
dengan adanya praktik ilegal belasan tempat usaha karaoke, posisi tempat hiburan
di pertigaan mengarah ke Ngawi dan ke arah jalan Malang Maospati, Kabupaten
Magetan, Jawa Timur menjadi sorot pandang. Berawal dengan disusupi Pemandu
Lagu (PL) yang asalnya dari PSK eks-lokalisasi Dolly di Surabaya maupun Gude,
di Kabupaten Madiun. Seperti diketahui, banyak lokalisasi di Jawa Timur yang
ditutup. Dilihat dari itu kenyataanya prostitusi menjadi ajang bisnis yang terus
berkembang, baik yang praktiknya memang dipusatkan atau dengan sengaja dibuat
lokalisasi,maupun prostitusi rumahan yang yang dikelola sendiri, yang tersebar di
rumah penduduk dalam suatu desa atau wilayah.
Kondisi eks lokalisasi Mbaben sudah digusur dan direncanakan akan
dibongkar dan dikembalikan ke fungsi awal sebagai Pasar Produk Unggulan.
Tahun 2013 lalu, Pemerintah Kab. Magetan telah menutup lokalisasi Madusari atau
Mbaben di Kelurahan/Kecamatan Maospati. Selanjutnya secara marathon Satpol
PP Kabupaten Magetan kerap menggelar razia bagi para pekerja Seks. Bupati
Magetan Suprawoto memerintahkan jajaranya untuk membongkar Pasar Produk
Unggulan (PPU) di Maospati, Magetan. Sebanyak 52 Warung Remang (Warem) di
sepanjang jalan Nasional Maospati- Mantren diratakan dengan tanah. Hal itu
diketahui Bupati setelah Satpol PP membongkar pasar prostitusi di PPU itu dan
menemukan sejumlah PSK. masalah PPU itu akan dipelajari kembali yang jelas.
Selain itu saya juga akan membahas motif apa yang memicu PSK di
Mbaben. Perempuan-perempuan yang terjerumus dalam dunia prortitusi
disebabkan aleh berbagai faktor yang sifatnya struktural, antara lain menjadi korban
penipuan, korban ilmu gendam, koraban dating rape, korban keluarga broken
home, korban child abuse, kekecewaan karena love affair yang gagal, kurangnya
kesempatan kerja, desakan kebutuhan hidup. Menurut salah satu PSK di Mbaben
menjadi PSK hanya agar bisa karaoke dan bisa minu- minum dengan gratis.
Akhirnya berpikiran untuk menjadi pemenuh nafsu bagi para pelanggan khususnya
para PNS, dan orang orang kaya yang datang ke Mbaben. Selain itu menjadi PSK
merupakan salah satu cara untuk bertahan hidup dengan keadaan sekarang yang
semuanya serba mahal apalagi keadaan ekonomi di Magetan yang kurang merata,
selain itu yang berlatar belakang masyarakat pedesaan yang minim pendidikan
moral dan sosial, melainkan juga melingkupi faktor ekonomi, agama, dan bahkan
juga ada unsur politik yang menunggangi fenomena PSK tersebut sebagai pemulus
langkah mereka dalam mencapai jabatan yang diinginkan.
Dari lalu bagaimana sebaiknya sikap dan tindakan kita terhadap prostitusi?
Hingga sekarang, belum ada seorangpun yang berhasil secara tuntas
mendeskriminalisasi prostitusi dan mengeliminasi semua masalah yang berkaitan
dengan prostitusi. Namun, jika Pemerinta Indonesiahanya sebatas melarang
kegiatan prostitusi dengan undang-undang dan regulasi lainnya.
hal itu justru akan mendorong prostitusi berlangsung secara “bawah tanah”,
maksudnya secara illegal.
Penutupan terhadap kawasan praktik prostitusi maupun tempat karaoke
yang tidak berizin. Memberi pesangon baik bagi pekerja, maupun terdampak
disediakan oleh pemerintah, sebagai modal untuk melakukan usaha tidak semua
pekerja yang ada di lokalisasi merupakan PSK. Sehingga, ada dua tindakan yang
diambil. Pertama, pekerja yang terbukti sebagai PSK akan dikirimkan ke Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Panti Rehabilitasi Sosial di Kediri dan Sidoarjo. Mereka
akan dibina di tempat tersebut selama 6 bulan. Selanjutnya dievaluasi
perkembangannya. Jika sudah ada kemajuan dikembalikan ke keluarganya. Namun,
pekerja yang tidak terbukti sebagai PSK langsung dikembalikan.
Prostitusi atau pelacuran sebagai salah satu penyakit masyarakat
mempunyai sejarah yang panjang. Bahkan, bisa jadi sejarah prostitusi berjalan
beriringan dengan sejarah kehidupan manusia yang telah diatur oleh norma-norma
perkawinan. Prostitusi sudah ada sebagai salah satu penyimpangan dari norma-
norma perkawinan tersebut. Dan seakan tidak ada habisnya, fenomena pelacuran
berhasil memenuhi permukaan berita di semua negara di dunia. Yang menjadikan
prostitusi sebagai patologi sosial adalah karena perilaku ini dilakukan di tengah-
tengah masuyarakat yang memiliki tatanan nilai dan norma yang sama sekali
bertolak belakang dengan fenomena prostitusi, sehingga dapat dikatakan bahwa
prostitusi adalah bentuk penyelewengan norma atau nilai dari satu atau beberapa
pihak untuk tujuan tertentu. Di antara faktor yang mendorong terjadinya prostitusi
adalah faktor ekonomi, pendidikan, kebudayaan, moral dan agama yang lemah
sehingga benteng diri mereka mudah dijebol oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Sedangkan prostitusi juga berakibat pada rusaknya sendi-sendi
kehidupan keluarga, sendi-sendi moral, susila, hukum dan agama, dan berkorelasi
dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika dan minuman keras,
menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit dan lain-lain. Saat
ini lokalisasi eks Mbaben sudah tutup, telah dilaksanakan pembinaan dan sosialisasi
oleh pihak instansi terkait, diimbau untuk segera sadar jangan sampai pihak Pol PP
dan Kepolisian melaksanakan penindakan
Daftar Pustaka

Maulida, Affaf. 2015. “Prostitusi di Indonesia”. [Makalah]. Yogyakarta :


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Puji, Riska. 2014. “Cyber Prostitution: Bergesernya Masalah Sosial Ke Dalam


Ruang Virtual”. Jurnal Analisa Sosiologi. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/183060/masih-ada-psk-di-eks-
lokalisasi-madusari-warga-resah
Diakses hari Selasa tanggal 7 Januari pukul 20.34

https://beritatrends.com/2018/03/01/warem-ditutup-menjadi-sepi-kembali-ke-
lokalisasi-mbaben/
Diakses hari Selasa tanggal 7 Januari pukul 20.39

https://m.facebook.com/OriginalPlatAE/posts/878885338811631?locale2=id_ID
Diakses hari Selasa tanggal 7 Januari pukul 21.05

https://suryamalang.tribunnews.com/2019/03/03/begini-kalau-kios-pasar-
dibiarkan-kosong-beralih-jadi-warung-prostitusi-hingga-ada-psk-masuk-rs
Diakses hari Selasa tanggal 7 Januari pukul 21.05

https://www.timesindonesia.co.id/read/nePws/182707/pemkab-magetan-akan-
kembali-tertibkan-bekas-lokalisasi-madusari
Diakses hari Selasa tanggal 7 Januari pukul 21.29

Anda mungkin juga menyukai