Agregat Lansia
Agregat Lansia
LANSIA DI KOMUNITAS
1. Konsep lansia
1.1 Pengertian lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65
dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah
kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74
tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada
tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang
aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan
untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat
keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Menurut Nugroho (2008), tidak ada batasan yang pasti tentang pembagian
usia pada lansia. Menurut pendapat beberapa ahli batasan usia dapat dibedakan
sebagai berikut.
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada empat tahap, antara lain:
1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)
3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
b. Menurut Masdani (Tanpa Tahun), lanjut usia merupakan kelanjutan usia
dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun
2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun
3) Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun
4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia
c. Menurut Setyonegoro (Tanpa Tahun), lanjut usia dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun)
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)
3) Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi:
- Usia 70-75 tahun (young old)
- Usia 75-80 tahun (old)
- Usia lebih dari 80 tahun (very old)
d. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:
1) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)
2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)
3) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)
4) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)
5) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)
e. Menurut Hurlock (1979), perbedaan usia lansia terbagi dalam dua tahap,
antara lain:
1) Early old age (usia 60-70)
2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)
f. Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, antara lain:
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
a) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan
bahwa di dalam tubuh terdapat waktu biologis yang mengatur gen
dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa
menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.
Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu waktu genetik
atau jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia
yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu
sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati (Nugroho,
2008).
b) Teori Mutasi Somatik
Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat
pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga
akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel
menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel
kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
Menurut Azizah (2011), terjadinya mutasi yang progresif pada
DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
2) Teori Non-Genetik
a) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini dapat terbentuk di alam
bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau
proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas
merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan
berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal bebas
dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi
sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi
dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigmen dan kolagen pada proses menua.
b) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh
lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen)
bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan
yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan
hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2008).
c) Teori Imunologis (Auto-Immune Theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya (self
recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga akan
dirusak.
d) Teori Fisiologis
Terdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan teori
oksidasi stress. Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal) (Nugroho,
2008).
Menurut Stanley (2006), teori ini mengutarakan bahwa
akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak
sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan
akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya
bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal.
e) Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan
seperti karsinogen dari industri, sinar matahari, trauma dan infeksi
dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun
faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak
dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder (Stanley &
Beare, 2006).
f) Teori Metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa
pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Nugroho, 2008). Perpanjangan umur
karena jumlah kalori tersebut disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya
insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara hidup yang
kurang aktif menjadi lebih aktif mungkin dapat juga
meningkatkan umur panjang (Azizah, 2011).
g) Teori Keracunan Oksigen
Teori ini menjelaskan tentang adanya sejumlah penurunan
kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari
oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi,
tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur
membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi
kesalahan genetik (Azizah, 2011).
h) Teori Stres
Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh tidak dapat
melakukan regenarasi (Maryam et al, 2008).
b. Teori Psikososial
a) Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas putusnya
pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Teori ini pertama kali diajukan oleh
Cumming dan Henry (1961), menyatakan bahwa dengan bertambah
lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas,
sehingga sering para lansia mengalami kehilangan peran, hambatan
kontak sosial dan berkurangnya komitmen. Menurut teori ini, seorang
lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila
ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri
pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi
kematiannya.
b) Teori Aktivitas
Menurut Nugroho (2008), teori ini mengemukakan ketentuan
tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan lansia secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial, lansia akan
merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin dan
mempertahankan hubungan antara sistem sosial-individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. Stanley dan Beare
(2006), berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah
dengan cara tetap aktif.
c) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau tingkah
laku tidak berubah pada lansia. Teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh
tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian,
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup,
perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia
telah berusia lanjut.
d) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba menjelaskan
mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar
hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status
sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok
teori ini yaitu masyarakat terdiri atas pelaku sosial yang berupaya
mencapai tujuannya masing-masing dan untuk mencapai tujuan akan
terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.
Inti Komunitas
a. Sejarah
b. Demografi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK
yang dikaji yang terdiri dari1697 penduduk. Perbandingan sex ratiodari
jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk
berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang (48.62%) dan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 872 orang (51.38%). Hal ini menggambarkan
pertumbuhan penduduk perempuan lebih tinggi. komposisi jumlah
penduduk berdasar rentang usia dari 1697 penduduk yang dilakukan
pengkajian. Sebagian besar penduduk yang dikaji terdiri dari kelompok
usia dewasa sebanyak 931 penduduk (54.9%) dan sebagian kecil terdiri
dari kelompok bayi, batita, balita sejumlah 164 penduduk (9.7%). Data
tersebut menjelaskan kelompok usia produktif menempati urutan jumlah
tertinggi sehingga angka ketergantungan semakin kecil.
c. Etnisitas
Suku di Desa Pondokrejo mayoritas adalah suku Madura. Beberapa
tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat
mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor budaya
Subsistem Komunitas
a. Lingkungan
Desa Pondokrejo memiliki luas wilayah 1.601.053,62 ha
merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman 43.835 ha, persawahan
12,50 ha, perkebunan 1.600.017 ha, kuburan 3,50 ha, pekarangan 42,835
ha, taman 20 ha, perkantoran 2,70 ha dan prasarana umum lainnya 10,25
ha. Desa Pondokrejo merupakan wilayah dengan dataran rendah dengan
sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pemukiman dan perkebunan
.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
Puskesmas sebanyak 261warga (42,86%). Kebiasaan keluarga untuk
minta tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64warga (12,70%).
Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke perawat sebanyak
101warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
bidan sebanyak 107 warga (21,23%). Kebiasaan keluarga untuk minta
tolong bila sakit ke ke fasilitas lain sebanyak 9 warga (1,79%).Beberapa
tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar lansia terutama laki-
laki memiliki kebiasaan merokok.dan juga tokoh masyarakat mengatakan
bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin
karena faktor budaya.di desa pondok rejo sudah memiliki posyandu
namun tdak semua posyandu terdapat posyadu lansia .dan para lansia di
pondok rejo mengatakn tidak ada kegiatan rutin untuk kesehatan lansia di
masyarakat .
c. Ekonomi
Sebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu buruh tani
sebanyak 807 orang dan karyawan sebesar 654 orang.
.
d. Transportasi dan Keamanan
Transportasi di Kecamatan tempurejo desa pondok rejo mayoritas
menggunakan kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang
menggunakan kendaraan roda empat dalam melakukan mobilisasi, dan
ada juga yang hanya berjalan kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan.
3.1. Diagnosa
Ketidakefektifan koping komunitas pada kelompok lansia di Desa
Pondokrejo Kecamatan Tempurejo terkait dengan adanya masalah
kesehatan seperti pusing, hipertensi, dengan kurangnya informasi
tentang kesehatan lansia di masyarakat.
3.2. Intervensi
3.4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.dengan kriteria Minimal 85% peserta
penyuluhan hadir dan mampu menjelaskan tentang hipertensi.dan standart yg di
gunakan adalah :
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia Dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Daerah
2. Klasifikasi Hipertensi: Hipertensi ringan (sistolik 140-159 mmHg) dan
(distolik 90-99 mmHg), Hipertensi sedang (sistolik 160-179 mmHg) dan
(distolik 100-109 mmHg).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas :
Teori dan Praktek. Jakarta: EGC..
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2.
Jakarta: EGC.
Friedman, M. Marliyin. 2010. Family Nursing Research. Theory and Practice. (5th
Ed). CT : Appleton-Century-Cropts.
Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien Hipertensi. Jakarta: EGC
NAMA KK : ____________________________________
ALAMAT : _______________________No___________
RT____________RW______KEL__________
PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah label komposisi keluarga dengan benar
2. pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda ( √ )
3. Jawaban dapat lebih dari satu untuk pertanyaan menulis.
4. mengisi titik-titik sesuai pertanyaan.
A. Komposisi Keluarga
No Nama Hubungan Umur L/P Tingkat Pekerjaan Agama Ket.
. dengan KK pendidikan