Anda di halaman 1dari 21

USAHA PENGGEMUKAN SAPI DENGAN KONSEP

PENGEMBANGAN “ USAHA BANK SAPI SYARIAH”

BUSINESS PLAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan manajemen dan kewirausahaan

OLEH:
1. AGUNG SEDAYU (070210102092/2007)
2. BAGUS DWI JAYA (070210102104/2007)
3. ABD. LATIF (070210102112/2007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010
SUMMARY

Suatu usaha paling potensial yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani terutama daging adalah usaha penggemukan sapi. Penggemukan sapi
adalah suatu usaha memberikan nutrisi dan gizi yang baik pada sapi sehingga nantinya
sapi yang dihasilkan akan memiliki bobot yang lebih baik. Potensi penggemukan sapi
di Kabupaten Jember yang dapat memenuhi kebutuhan daging sapi di pasar lokal cukup
cerah. Usaha penggemukan sapi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
harga jual sapi dengan menggemukkannya terlebih dulu selama beberapa bulan
sebelum dijual di pasaran. Pada usaha penggemukan sapi ini awalnya kita membeli sapi
dengan harga murah pada kondisi sapi yang kurus namun masih berpotensi untuk
digemukkan. Kemudian kita melakukan metode Fattening yaitu menggemukannya
dengan cara memberikan nutrisi dan gizi yang cukup sehingga sapi yang tadinya kurus
dapat diharapkan mengalami pertumbuhan berat badan secara signifikan. Hal ini akan
berdampak pada nilai jual dari sapi tersebut menjadi lebih tinggi. Keuntungan usaha ini
selain menghasilkan pertambahan bobot sapi yag akan dijual, juga mendapatkan
keuntungan dari pengolahan kotoran sapinya menjadi pupuk kandang. Artinya pupuk
kandang yang diproduksikan pada waktu penggemukan itu dapat lebih ditingkatkan
nilai ekonomisnya. Pembuatan pupuk kandang menjadi kompos bukan hanya sekedar
meningkatkan kualitasnya sehingga harganya akan lebih mahal, tetapi juga sebagai
langkah untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Format usaha ini juga kami kombinasikan dengan model pengembangan usaha
dengan sistem Bank Sapi Syariah. Sistem ini pada prakteknya kami lakukan untuk
mempercepat lini usaha kami, memberdayakan potensi uang yang tidak diinvestasikan
oleh masyarakat, dan membantu mempercepat roda perekonomian masyarakat.
Diharapkan dengan pengembangan model usaha ini akan memberikan nilai tambah
tersendiri sehingga perpaduan antara disiplin ilmu dunia Agribisnis dan ekonomi dapat
memberikan sumbangsih pada masyarakat.

2
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini, kegiatan usaha agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek
yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus
meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian
nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini
impor ketiga produk tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi
sebagai akibat adanya perubahan global maupun dinamika nasional.
Saat ini negara Indonesia masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan
karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional. Pada
umumnya usaha peternakan rakyat di Indonesia bersifat tradisional dan metode
pengelolaannya masih menggunakan teknologi seadanya dan hanya bersifat sambilan,
oleh karena itu hasil yang diperoleh kurang maksimal. Ketergantungan pada produk
daging dan produk-produk lainnya harus secepatnya dikurangi. Untuk dapat mencukupi
kebutuhan domestik terhadap daging sapi maka kita harus mengubah cara dan tindakan
dalam kegiatan peternakan sapi di dalam negeri.
Dewasa ini usaha peternakan sapi rakyat telah mengalami perkembangan ke
arah usaha penggemukan sapi. Perkembangan usaha penggemukan sapi didorong oleh
permintaan daging yang terus-menerus meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan
usaha penggemukan sapi juga tidak terlepas dari upaya pemerintah yang telah
menyebarkan kredit penggemukan sapi di daerah pulau Jawa. Menurut data statistik
peternakan, permintaan daging selama periode 2006-2010 terus mengalami
peningkatan dengan rata-rata peningkatan 7,24% /tahun, sedangkan kemampuan
produksi daging dalam negeri untuk memenuhi permintaan daging itu rata-rata
91,96% /tahun. Dengan usaha penggemukan sapi ini diharapkan dapat mencukupi
kekurangan produksi daging dalam negeri untuk memenuhi permintaan daging
domestik.
Profil usaha penggemukan sapi skala 1000 ekor sapi bakalan setiap siklus
dengan tiga siklus per tahun, akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 1,83 miliar
dengan R/C ratio 1,18. Profil usaha cow-calf operation (pembibitan) sapi skala 1500

3
ekor induk untuk menghasilkan 1000 ekor sapi bakalan per tahun, akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp 0,42 miliar dengan R/C ratio 1,21. Sedangkan profil usaha
pabrik pakan skala 10 ton per hari, akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 0,5 miliar
per tahun dengan R/C ratio 1,31. Untuk satu rumah pemotongan hewan dibutuhkan
setidaknya 20 ekor sapi dengan omset Rp 80 juta perhari. Sedangkan penggemukan
sapi akan mencapai kondisi yang ideal jika setidaknya dalam sehari dipotong 300 ekor
dengan harga berkisar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per ekor, sehingga perputaran omset
setiap harinya bisa mencapai sekitar Rp 150 juta (Diari, 2007).
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan
kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu
relatif singkat (3-5 bulan). Penggemukan sapi dapat dilakukan melalui pasture
fattening (dilakukan di padang penggembalaan), drylot fattening (pemberian pakan
konsentrat/butiran), kombinasi pasture dan drylot fattening, serta kereman (mirip
dengan sistem drylot fattening). Ransum yang diberikan berupa pakan hijauan yang
meliputi rumput dan legum sebanyak 10% bobot badan (bb), konsentrat 1% bb, garam
15-30 g bb, kalsium fosfat (tepung tulang/kapur) 13-30 g bb, dan air secukupnya
(Anonim, 2007).
Penggemukan sapi merupakan bagian dari kegiatan agribisnis yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan. Potensi penggemukan sapi di Kabupaten Jember
untuk dapat memenuhi kebutuhan daging sapi domestik cukup cerah. Saat ini
penggemukan sapi di Kabupaten Jember belum banyak diusahakan, oleh karena itu
kelompok kami memiliki ide atau gagasan untuk melakukan usaha penggemukan sapi
yang kemudian akan kami kembangkan menjadi sebuah bank sapi syariah. Bank sapi
syariah merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan dan membeli sapi-sapi yang
kemudian akan dirawat dengan menggunakan sistem bagi hasil di akhir periode
(setelah penjualan) dengan para pelaksana dilapangan berasal dari pihak kami. Kami
memutuskan untuk melakukan usaha penggemukan sapi yang dikembangkan menjadi
bank sapi syariah karena prospek usaha penggemukan sapi tersebut sangat bagus, selain
itu nilai tambah usaha yang kami lakukan ini juga dapat membantu program
pemerintah untuk bangkit bersama dalam rangka pemenuhan kebutuhan daging sapi di
Indonesia.

4
Visi dan Misi
Berdasarkan latar belakang yang kami angkat diatas visi dan misi yang ingin
kami capai adalah sebagai berikut:
Visi
1. Memenuhi permintaan daging sapi domestik
2. Meningkatkan nilai tambah penjualan sapi dan hasil sampingannya berupa kotoran
sapi yang dijadikan pupuk.
3. Memberdayakan potensi investasi masyarakat
4. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang kami dapat diperkuliahan pada kegiatan usaha
nyata di lapangan.
Misi
1. Melakukan pemberian nutrisi dan gizi yang baik pada sapi bakalan.
2. Melakukan pengolahan terhadap kotoran sapi menjadi pupuk kandang.
3. Mengembangkan system ekonomi Bank Sapi Syariah.

Tujuan dan Sasaran


Berdasarkan latar belakang mengenai usaha penggemukan sapi di atas, maka tujuan
utama dari program usaha kami adalah memenuhi kebutuhan daging sapi untuk pasar
domestik. Selain itu tujuan lain yang hendak kami capai adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan minat mahasiswa dalam berwirausaha.
2. Meningkatkan nilai penjualan sapi beserta hasil sampingannya.
3. Meningkatkan pendapatan para calon nasabah Bank sapi syariah
4. Meningkatkan pendapatan mahasiswa atau masyarakat sekitar yang terlibat dalam
usaha penggemukan sapi.

5
ANALISIS PASAR DAN PRODUK

ANALISIS PRODUK
 Penggemukan Sapi
Usaha penggemukan sapi yang disebut juga kegiatan Fattening merupakan
salah satu bentuk dari kegiatan pemberian nilai tambah pada sapi yang untuk nantinya
dijual dengan harga lebih tinggi. Kegiatan usaha ini diawali dengan membeli sapi
bakalan berumur antara 1,5 – 2 tahun (kami mengusahakan mencari yang dalam
kondisi kurus) dari masyarakat sekitar dan nantinya akan dilakukan proses
penggemukan dalam rentang waktu antara 3 – 5 bulan untuk mencapai bobot maksimal
sapi siap jual melalui pemberian pakan bergizi secara intensif, terhitung dan terjadwal
dengan tepat.
Hal ini kami lakukan karena faktanya di masyarakat yang memelihara sapi
secara tradisional (sebagai sambilan dari usaha bertani), mereka hanya memelihara sapi
dengan pakan seadanya. Umumnya hanya diberi hijauan berupa rumput, jerami ataupun
dedak saja, sehingga sapi-sapi yang dihasilkan sebenarnya masih berpotensi untuk
digemukkan kembali. Apabila dilihat dari sifat genetis sapi, sapi lokal sebenarnya dapat
berpeluang untuk mengalami tingkat pertumbuhan rata-rata 0,3 Kg/hari dan sapi jenis
silang (cross) dapat mencapai 0,6 Kg/hari. Asalkan pemberian nutrisi pakan dilakukan
tepat dan terukur, potensi kedua jenis sapi tersebut dapat dimaksimalkan diatas rata-
rata per harinya. Ini telah dibuktikan pada bebagai penelitian yang telah dilakukan
mahasiswa yang menempuh perkuliahan di fakultas peternakan.
Kesimpulanya, produk yang akan kami hasilkan adalah sapi sehat siap jual
berumur 2 – 2,5 tahun dengan bobot yang telah kami targetkan mencapai ±500 kg di
akhir masa penggemukan dalam rentang waktu pengemukan 3-5 bulan. Keunggulan
dari sapi yang kami hasilkan terletak pada kualitas karkas dari daging yang dihasilkan.
Karena pemberian pakan kami perhitungkan kandungan karbohidrat, protein, vitamin,
dan mineralnya, otomatis optimalisasi persentase karkas yang dihasilkan jauh lebih
tinggi. Meskipun faktanya di pasaran Jember acuanya masih pada bobot daging, bukan
pada kuantitas dan kualitas karkas yang dihasilkan, namun paling tidak kami sudah

6
berusaha memberikan daging kualitas terbaik dengan kandungan gizi tinggi pada
masyarakat.
Selain itu terdapat produk tambahan dari usaha ini yaitu peningkatan nilai
ekonomis limbah kotoran dan urine sapi untuk diolah menjadi pupuk baik cair maupun
padat. Penjualan pupuk ini akan memberikan pemasukan tambahan selain usaha pokok
kami.
 Bank Sapi Syariah
Pengembangan konsep usaha penggemukan sapi melalui model Bank Sapi
Syariah sebenarnya hampir mirip dengan system “Gado” yang sering dilakukan
masyarakat yang ingin memelihara sapi. Umumnya mereka menitipkan sapi
peliharaanya untuk dipelihara orang lain di pedesaan dengan pembagian keuntungan
bagi hasil. Kami mengembangkan usaha kami berawal dari konsep tersebut. Namun
keunggulan usaha kami adalah pengelolaan sapi yang lebih masiv, intensif, terpantau,
dan nasabah akan lebih diuntungkan karena mereka akan mendapatkan tambahan
pemasukan rutin setiap 5 bulan. Mereka tidak perlu repot lagi untuk memilih sapi,
memberi makan sapi, dan sebagainya karena pengelolaan teknis ada pada tim kami.
Selain itu penerapan system syariah yang berkekuatan pada hukum islam menjadi
kelebihan kami di banding format bank yang lain. Keunggulan lainya, asset dari bank
sapi wujudnya jelas, hal ini memudahkan nasabah untuk memantau perkembangan
asset dari tabungan mereka.

ANALISIS PASAR
Pangsa pasar dari kegiatan usaha kami adalah para masyarakat terutama yang
mengkonsumsi daging sapi di wilayah Jember. Berdasarkan data yang kami peroleh,
dengan tingkat populasi sapi sebayak 183.000 ekor seharusnya jumlah sapi yang
dipotong untuk dikonsumsi hanya 10% dari jumlah populasi. Namun menurut data dari
dinas peternakan Jember, ternyata jumlah sapi yang dipotong maupun yang dikirim ke
RPH (Rumah Pemotongan Hewan) di luar wilayah Jember mencapai 12%. Jika kondisi
ini diteruskan, maka akan terjadi kelangkaan jumlah penawaran sapi. Padahal sampai
saat ini tingkat konsumsi masyarakat atas daging sapi di Jember mengalami
peningkatan rata-rata 7% setiap tahunnya. Hal ini terjadi dikarenakan peningkatan
tingkat pendapatan perkapita masyarakat dan peningkatan pola konsumsi masyarakat.

7
Dengan pertambahan jumlah permintaan yang tidak diimbangi dengan jumlah
penawaran sebenarnya dapat menyimpulkan bahwa usaha ini akan tetap berprospek
dalam jangka panjang. Fakta di lapangan menunjukkan Jember masih belum memiliki
peternak sapi skala besar yang mampu memenuhi mayoritas permintaan pasar. Selain
peternak tradisional (1-3 ekor), para peternak sapi di Jember umumnya didominasi
peternak skala menengah dengan jumlah sapi antara 5 - 10 ekor tersebar di setiap
kecamatan. Namun jumlah kompetitor tersebut sepertinya tidak berpengaruh karena
faktanya kondisi pasar masih terbuka lebar, permintaan masih belum terpenuhi.
Sedangkan untuk produk dari Bank Sapi Syariah, kami merupakan pelaku
pertama di daerah Jember. Pasar masih cukup terbuka lebar karena begitu banyak
masyarakat yang sebenarnya mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. Disini yang
utama adalah kepercayaan, karena usaha Bank Sapi adalah bisnis Trus. Pelayanan
terbaik, kepercayaan dan kejujuran merupakan modal dari usaha kami untuk merebut
hati para calon nasabah.
Untuk kompetitor, sejauh ini kami belum mendapatkan data adanya pengusaha
lain yang menerapkan system Bank sapi syariah sehingga memungkinkan bagi kami
untuk melakukan penetrasi pasar dan mengembangkan berbagai produk bank sapi
syariah kedepannya. Mengingat permintaan akan daging sapi yang masih akan terus
meningkat di waktu mendatang, secara tidak langsung akan mengerek permintaan akan
produk bank sapi syariah, hal ini yang menjadikan kami sangat yakin dengan prospek
usaha kami.

8
MARKETING PLAN

Perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar sasaran
merupakan campuran dari 4 unsur, yaitu produk (product), harga (price), tempat
(place), dan promosi (promotion), dikenal dengan 4P atau dikenal dengan bauran
pemasaran (marketing mix). Demikian pula pada usaha penggemukan sapi yang kami
rencanakan, yaitu:
a. Produk
 Produk yang kami hasilkan dari usaha ini adalah sapi potong sehat dengan
bobot mencapai ±500 kg. Produk sapi yang kami gemukkan merupakan jenis
sapi lokal. Sapi ini kami pelihara dengan cara memberikan kepercayaan kepada
seseorang untuk memeliharanya kemudian sapi tersebut dijual dan hasil
keuntungan akan dibagi secara adil. Usaha ini diawali dengan pembelian sapi
muda, umur 1,5-2 tahun, kemudian proses penggemukan dimulai dengan
pemberian nutrisi dan gizi yang cukup melalui pemberian pakan yang teratur
dengan tambahan konsentrat serta suplemen khusus bagi sapi. Hasil dari
serangkaian tindakan ini akan menghasilkan sapi yang gemuk sehat sehingga
siap dijual dipasaran, tentunya dengan harga yang tinggi. Tidak hanya produk
sapi yang gemuk yang akan kita hasilkan, akan tetapi kotoran ternak dari sapi
juga mempunyai nilai ekonomis. Satu ekor sapi mampu menghasilkan 18 kg
kotoran perhari sehingga satu ekor saja akan mampu menghasilkan 540 kg per
bulan. Kotoran sapi termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis
tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
 Untuk usaha Bank sapi syariah, hasil dari produk ini adalah nilai tambah waktu
atas uang yang kami wujudkan melalui asset berupa sapi dimana di akhir
periode (4-6 bulan) masyarakat mendapatkan pemasukan yang didapat dari hasil
pembagian keuntungan penjualan sapi. Sedangkan nilai pokok uangnya akan
terus diputar menjadi bentuk sapi, sehingga masyarakat masih akan terus

9
mendapatkan nilai bagi hasil untuk beberapa kali selama masyarakat masih
menggunakan jasa Bank sapi ini.

b. Harga
 Sapi-sapi yang digemukkan akan dijual setelah dipelihara kurang lebih selama 5
bulan dengan taksiran harga Rp 12.000.000 hingga Rp 16.000.000 sesuai
dengan bobot sapi yang dihasilkan. Harga ini bervariasi sesuai dengan taksiran
harga dari pembeli atau tengkulak berdasarkan kriteria jenis dan besarnya sapi,
kesehatan, bebas dari kecacatan serta kebersihan sapi. Sedangkan kotoran sapi
yang diolah menjadi pupuk organik sebagian akan dijual dengan harga Rp
350,00 per kilogramnya.
 Sedangkan untuk usaha bank sapi, kami akan mematok berapa modal dasar
yang dapat ditanamkan kepada nasabah. Sehingga masyarakat tidak perlu
menanamkan modal seharga sebuah sapi untuk menjadi nasabah di bisnis ini.
Bisa saja sebuah sapi dibeli dari dana yang dihimpun oleh 2-3 nasabah. Jadi
hasil keuntungan penjualan sapi nantinya juga akan dibagi sejumlah nasabah
yang dananya ditanamkan pada sapi tersebut.

c. Tempat
Lokasi merupakan hal utama yang harus dipertimbangkan agar usaha
penggemukan sapi ini dapat beroperasi secara efisien dan efektif. Usaha
penggemukan sapi ini kami lakukan di Desa Jubung, Kecamatan Sukorambi,
Kabupaten Jember. Pemilihan ini kami tetapkan berdasarkan aspek kelancaran
bisnis dan alur operasional peternakan. Secara spesifik lokasi tersebut telah melalui
persyaratan sebagai berikut :
 Kondisi Agroklimat
Desa Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember secara geografis
menguntungkan untuk menjadi tempat penggemukan sapi potong. Suhu
lingkungan daerah tersebut cukup ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
sapi potong. Daerah tersebut juga memiliki kelembapan ideal sehingga mampu
meminimalisir konsentrasi debu yang bisa menjadi perantara berbagai penyakit
menular.

10
 Ketersediaan Air
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi sebuah usaha peternakan, mengingat sapi
membutuhkan air dalam jumlah besar untuk dapat berkembang. Kebutuhan
akan air di Desa Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember tidak perlu
diragukan, sebab daerah ini memiliki sungai yang dapat dimanfaatkan untuk
memandikan ternak, membersihkan kandang serta menyirami tanaman pakan
ternak.
 Ketersediaan Tenaga Kerja
Sapi potong yang dikelola sebagai usaha penggemukan profit oriented harus
dikelola oleh orang-orang yang cukup kompeten. Di desa Jubung banyak
terdapat tenaga kerja yang dapat dipercaya untuk memelihara dalam usaha
penggemukan sapi, melalui jalinan komunikasi dan keakraban yang sebelumnya
telah terjalin.
 Ketersediaan Bahan Pakan
Desa Jubung, Kecamatan Sukorambi mampu memenuhi bahan pakan dan
menjaga kontinyuitas ketersediaan pakan. Daerah ini memiliki lahan yang
ditumbuhi rumput dan dapat dipergunakan untuk memenuhi pasokan makanan
ternak.
 Infrastruktur transportasi
Untuk masalah infrastruktur dan transportasi tidak mengalami kendala yang
berarti karena ketersediaan sarana transportasi dan letak dari lokasi
pemeliharaan juga tidak begitu jauh.
Hal atas menjadi pertimbangan kami untuk menetapkan Desa Jubung sebagai
lokasi tempat usaha penggemukan sapi kami. Selain itu lingkungan desa tersebut
cukup mendukung untuk dikembangkannya usaha penggemukan sapi karena dekat
dengan sungai. Untuk kegiatan penjualan sapi juga kami lakukan di Desa Jubung
karena pada umumnya para calon pembeli datang secara langsung ke Desa Jubung.

. Promosi
 Promosi yang kami lakukan melalui promosi mulut ke mulut, blogger dan
facebook. Promosi ini kami lakukan dengan tujuan agar sapi kami lebih dikenal,
dan usaha bank sapi cepat berkembang. Strategi penetrasi pasar yang kami

11
gunakan, terkait dalam usaha untuk meningkatkan penguasaan pasar dan
sekaligus meningkatkan penjualan. Strategi ini tidak terlepas dengan usaha
penggemukan sapi ini untuk memasuki pasar dengan suatu produk baru. Dalam
usaha ini, kami menggunakan salah satu strategi penetrasi pasar yaitu, strategi
slow skimming. Stategi ini dijalankan dengan menetapkan harga penjualan yang
tinggi dan kegiatan promosi yang rendah. Tujuan penetapan harga jual yang
tinggi adalah untuk menjaga kualitas dari sapi yang kami hasilkan serta untuk
menjaga harga spekulan dari para pembeli. Sedangkan tujuan penetapan
kegiatan promosi yang rendah adalah karena pada umumnya sapi telah dikenal
sebagai sumber protein hewani sehingga masyarakat banyak yang telah
mengenalnya. Kami juga mengembangkan hubungan dengan para pelaku pasar
hewan dan untuk jagal kebetulan kami telah memiliki hubungan jadi
kemungkinan kami tidak akan terlalu banyak mengalami kendala untuk
mempromosikan atau mencari calon pembeli dari sapi kami.
 Untuk usaha bank sapi, strategi promosi kami awali dari orang-orang dekat
yang akan kami tawarkan untuk kami jadikan nasabah. Bagaimanapun
kepercayaan harus diawali dari yang paling dekat terlebih dahulu. Kami yakin
kekuatan promosi yang dibangun melalui bisnis kepercayaan, kejujuran, dan
loyalitas akan dengan sendirinya mendongkrak penyebaran berita tentang model
usaha kami. Semakin banyak nasabah yang menanamkan modal, dibalik mereka
akan semakin banyak calon nasabah-nasabah baru.

12
OPERATING PLAN

Kegiatan Penggemukan (Fattening) sapi memiliki konsep dasar seperti kegiatan


bertani yang dikenal dengan Panca Usaha Tani. Pada kegiatan usaha ini, yang menjadi
dasar utama untuk diperhatikan yaitu :
1. Bakalan/Bibit sapi
2. Kandang
3. Ransum makanan
4. Antisipasi Penyakit
5. Pengolahan Pasca Panen
Kelima aspek tersebut akan menentukan sejauh mana kualitas produk yang dihasilkan
dari proses produksi yang dihasilkan.
1. Bakalan/Bibit Sapi
Bakalan sapi umumnya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu jenis sapi lokal (Sapi Jawa,
Madura, bali) dan sapi hasil persilangan (sapi Limosine, Simental, Brahman,
Angus, dll). Sapi lokal memiliki kemampuan genetis pertumbuhan bobot sapi
mencapai 0,3 Kg/hari sedangkan sapi hasil persilangan umumnya dapat mencapai
pertumbuhan bobot sebesar 0,6 Kg/harinya. Perbedaan keduanya juga diikuti
perbedaan harga beli maupun jualnya.
Sebagai awal kami berencana membeli 3 Sapi bakalan hasil persilangan karena
menitik beratkan pada pertimbangan harga jual dan potensi tumbuhnya. Diluar 3
ekor sapi milik kami sendiri, kami akan berupaya secepatnya mencari nasabah
untuk Bank sapi syariah. Kami mentargetkan untuk awalnya tersedia dana yang
mampu dihimpun untuk membeli 2 ekor sapi. Jadi jumlah sapi yang kami pelihara
di awal sebanyak 5 ekor.
2. Kandang
Rencananya kami akan membuat kandang yang mampu menampung kapasitas
sampai 10 ekor sapi. Meskipun awalnya sapi yang kita miliki hanya 5 ekor namun
kita lebih berfikir bahwa ke depan usaha dengan sistem Bank Sapi akan semakin
besar, oleh karenanya kami berinvestasi di awal pada kandang.

13
Kandang akan kami bangun berdasarkan beberapa perencanaan antara lain :
 Kandang dibuat model semi permanen terbuat dari kayu dengan lantai dari
plester beratap genting dengan saluran fentilasi model terbuka.
 Dengan asumsi dasar setiap ekor sapi membutuhkan ruang 2,2m x 1,5m,
maka kandang yang akan dibangun kami rencanakan berukuran 2,5m x
15m.
 Di depan sapi akan disediakan tempat pakan dan minum berukuran 0,5m
memanjang sepanjang ukuran kandang.
 Kandang akan dilengkapi got sebagai saluran sanitasi untuk menampung
urine sapi dan dibangun tempat penampungan urine di ujung saluran.
 Disamping kandang akan dibangun tempat penampungan kotoran (faces)
sekaligus tempat pengolahan kompos, sehingga dibutuhkan tempat
penampungan cadangan untuk menampung kotoran ketika tempat
penampungan utama sedang dalam proses memproduksi kompos.
 Disekitar kandang akan ditanam juga pohon lamtoro dan rumput gajah
untuk sumber pakan hijauan.
 Kedepannya, disekitar kandang akan kami coba untuk lahan pembudidayaan
tanaman/sayuran organik. Jadi akan ada produk tambahan berupa sayuran
organik yang dihasilkan dari pupuk kompos produksi sendiri.

Gudang pakan

TEMPAT PAKAN DAN MINUM TERNAK ( 0,5m x 15 m )

Pengola
han
KANDANG SAPI ( 2,5m x 15m )

Kotora Penampungan urine


n

Rumput Gajah

Gambar 1. Susunan Layout Kandang

14
3. Ransum Pakan Ternak
Pada usaha penggemukan sapi, ransum makanan untuk ternak merupakan hal utama
yang akan mendongkrak produktifitas pertambahan bobot sapi. Seperti halnya
manusia, sapi membutuhkan ransum makanan yang didalamya terdiri unsur
karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Seringkali pada peternak tradisional,
mereka hanya memberi makanan berupa hijauan seperti rumput, jerami, dan
sesekali diberi dedak. Akibatnya potensi pertambahan bobot yang dimiliki sapi
tidak dikembangkan secara optimal.
Karena target kami merupakan penggemukan se-optimal mungkin dalam waktu 3-5
bulan, langkah terbaik adalah memberi asupan nutrisi terbaik dengan perhitungan
biaya yang realistis. Kebutuhan pakan sapi per hari sebesar 10% dari bobotnya.
Dari jumlah tersebut sebanyak 82% - 85% dipenuhi dari sumber karbohidrat.
Sedangkan sisanya dipenuhi dari sumber protein, mineral, dan vitamin.
Jenis-jenis makanan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi antara lain:
 Sumber Karbohidrat : Rumput, Jerami, Daun-daunan, Limbah pengolahan
pertanian, dll. (Proporsinya 82 %)
 Sumber Protein : Ampas tahu, Bungkil, kulit kacang-kacangan, tepung
ikan, tepung tulang, dll. (Proporsinya 16%)
 Sumber Vitamin & Mineral : Berbagai bahan yang makanan yang menjadi
sumber vitamin seperti halnya manusia. (Proporsinya 2 %)
Oleh karenanya pemberian pakan akan kami lakukan berdasarkan proporsi diatas
dengan melihat jenis makanan yang harganya saat itu sedang lebih murah di
pasaran yang akan mensubsitusi jenis makanan yang lainnya.
Target kami adalah mampu mencapai potensi pertumbuhan bobot sapi sebesar 0,8
Kg/harinya. Sehingga kontroling jumlah dan kualitas dari asupan nutrisi pakan
adalah hal mutlak dalam usaha ini.
4. Antisipasi dan Penanggulangan Penyakit
Seperti halnya manusia, hewan juga akan mudah terjangkiti penyakit apabila tidak
dirawat dengan baik. Oleh karenanya kebersihan kandang dan saluran sanitasi
adalah kunci agar sapi tidak mudah terjangkiti penyakit. Adapun penyakit yang
umumnya menjangkiti sapi antara lain :

15
a. Cacingan
Dilakukan langkah antisipasi dengan memberikan obat cacing setiap 3
bulan sekali.
b. Penyakit Metabolisme
Umumnya disebabkan karena kesalahan dalam meransum makanan,
keracunan, dsb. Penanggulanganya dengan cara diobati. Jenis penyakit
metabolism antara lain :
i. Kembung
ii. Diare
Kedua penyakit diatas umumnya karena asupan protein yang berlebih
ataupun karena pergantian jenis makanan sehari-harinya dengan terlalu
drastic.
c. Luka
Luka luar sering kali diderita sapi. Apabila tidak dilakukan penanganan
dini dapat menjalar menjadi infeksi dan menimbulkan bekas pada sapi.
Dampaknya harga sapi dapat turun drastis saat dijual. Solusinya adalah
penanganan yang cepat saat menemukan luka pada sapi, pembersihan
dengan disinfectan agar tidak menimbulkan infeksi. Kemudian
perawatan luka secara intensif agar luka cepat mongering dan tidak
menimbulkan bekas.

5. Pengolahan Pasca Panen


Hasil yang dihasilkan saat panen merupakan sapi siap jual. Sapi tersebut akan
langsung dijual dengan menawarkan pada jagal ataupun menjualnya di pasar sapi.
Tergantung penawaran mana yang lebih tinggi.
Sedangkan hasil sampingan yang berupa kotoran sapi akan kami olah sendiri
menjadi pupuk kandang. Waktu pengolahan rata-rata memakan waktu sekitar 2
minggu. Pupuk ini akan langsung dijual kepada gerai-gerai tanaman hias yang telah
kami jadikan rekanan yang siap menampung pupuk kami.

16
MANAGEMENT AND PERSONNEL PLAN

A. Struktur Organisasi
Berkaitan dengan struktur organisasi, kelompok kami membuat perencanaan
melalui pengembangan tenaga yang sudah ada, yang terdiri dari seluruh anggota
kelompok (3 orang) ditambah 2 orang dari luar kelompok. Secara garis besar kami
mengelompokkan tenaga kerja berdasarkan 4 Divisi utama yaitu Divisi Produksi, Divisi
Operasional, Divisi Pemasaran dan Divisi Manajemen Keuangan. Untuk lebih jelasnya
kami juga menyusun struktur organisasi melalui bagan berikut ini.

Manajer/ pimpinan

Divisi produksi Divisi operasional Divisi pemasaran Divisi adm. & keuangan

Pekerja

Pekerja

Bagan 1. Struktur Organisasi FAT COW

B. Job Description
Berdasarkan struktur organisasi yang terdapat pada usaha kami, maka dapat
diketahui bahwa perusahaan tersebut memiliki sistem pembagian kerja (job
description). Masing-masing divisi memiliki pembagian tugas dan kerja sebagai
berikut:
1. Manajer/pimpinan
a. Menentukan kebijakan perusahaan baik yang bersifat umum maupun khusus
mengenai divisi produksi, divisi operasional, divisi pemasaran, dan divisi
adminstrasi dan keuangan.
b. Menentukan rencana usaha.
c. Melimpahkan tugas dan tanggung jawab kepada masing-masing bawahan.

17
2. Divisi Produksi
a. Memilih jenis sapi bakalan yang memiliki kualitas yang baik.
b. Menentukan lokasi usaha yang ideal bagi kegiatan penggemukan sapi.
c. Bertanggungjawab terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
d. Mengkoordinasi, mengawasi, dan bertanggung jawab atas kegiatan
penggemukan sapi yang dilaksanakan dengan system Bank Sapi Syariah.
3. Divisi Operasional
a. Mengkoordinir dan bertugas menyiapkan kebutuhan pakan sapi, suplemen
untuk menggemukkan sapi dan kebutuhan lain-lain.
b. Bekerjasama dengan Divisi Produksi atas kegiatan penggemukan sapi.
c. Menyiapkan segala kebutuhan untuk usaha bank sapi syariah.
4. Divisi Pemasaran
a. Bertugas memasarkan (menjual) sapi sebagai hasil usaha penggemukan.
b. Melakukan promosi terhadap sapi sebagai hasil penggemukan kepada
konsumen.
c. Melakukan promosi dan pencarian calon nasabah Bank Sapi Syariah.
d. Membentuk komunitas dengan nasabah bank Sapi Syariah.
e. Membangun image usaha kepercayaan dengan nasabah Bank sapi syariah.
5. Divisi Administrasi dan Keuangan
a. Melakukan analisis kelayakan usaha (analisis usaha) atas kegiatan
penggemukan sapi.
b. Melakukan pencatatan keuangan dan menyusun laporan pemasukan,
pengeluaran serta Laporan Rugi-Laba selama kegiatan penggemukan sapi
berlangsung.
c. Mengelola manajemen keuangan perusahaan sesuai kebijakan
manajer/pimpinan.
d. Mengatur pola pembagian hasil usaha kepada masing-masing Divisi dan
pekerjanya.

2. Pekerja
Merupakan tenaga kerja dari masing-masing bagian yang menjalankan proses
produksi pada usaha/ bisnis penggemukan sapi melalui sistem Bank Sapi Syariah.

18
FINANCIAL PLAN

Asumsi awal dana yang mampu dikumpulkan adalah sebanyak Rp 40.000.000


Dana tersebut akan kami kelola untuk keperluan biaya investasi awal dan biaya
operasional penggemukan sapi. Diluar dana tersebut kami mentargetkan pembiayaan
tambahan untuk membeli 2 bakalan sapi dari hasil pengumpulan dana Bank sapi
syariah sebesar Rp. 16.000.000. Rincian pemasukan dan pengeluaran keuangan antara
lain :

BIAYA INVESTASI
1 Sewa tanah 1,500,000
2 Kandang 5,000,000
3 Peralatan Kandang 500,000
7,000,000

Biaya Produksi
1 Pembelian Sapi (3 x 8 jt) 24,000,000
  Tambahan Pembelian sapi untuk nasabah 2 ekor   16,000,000
2 Pakan
a. Hijauan (5ekor x 5bulan x 600kg x Rp200) 3,000,000
b
. Konsentrat (5ekor x 5bulan x 15kg x Rp2000) 750,000
c. Ampas Tahu (5ekor x 5bulan x 30kg x Rp1000) 750,000
d
. Vitamin (5ekor x Rp100.000) 500,000
3 Tenaga Kerja (1orang x 5bulan x Rp500.000) 2,500,000
4 Perawatan Kesehatan (5ekor x 5bulan x Rp100.000) 2,500,000
5 Penyusutan Kandang (20%/tahun) 417,000
6 Penyusutan Peralatan (masa pakai 1tahun) 250,000
Total Biaya Produksi 50,667,000

Proyeksi Pendapatan
1 Penjualan Sapi (5 x 14 jt) 70,000,000
2 Pupuk Kandang 500,000
Total Pendapatan 70,500,000
Jadi Proyeksi Laba rugi sebesar :
Total pendapatan – ( Biaya Investasi + Biaya Produksi ) =
Rp 70.000.000 – ( Rp 7.000.000 + Rp 50.667.000 ) =

19
Laba Rp 12.883.000
Namun kenutungan 2 ekor sapi dari sistem Bank sapi akan dibagi bersama sebesar 50%
dengan nasabah sehingga laba bersih dari usaha ini adalah =
LABA
Keuntungan sapi milik sendiri 7,729,800
Keuntungan Bank sapi 2,566,600
Total Laba Bersih 10,296,400

Keterangan : Perhitungan di atas dapat berubah meningkat ataupun menurun seiring


dengan jumlah sapi tambahan yang mampu dibeli dari dana yang berhasil dihimpun
oleh bank sapi.
 Perhitungan BEP sebagai titik impas
Dengan proyeksi pendapatan bersih setiap 5 bulan sebesar Rp 10.296.400 dan
modal awal usaha ini yang sebesar Rp 40.000.000, kita dapat menghitung titik
Break even point dari usaha ini yang dapat dicapai dalam dalam 4 kali masa panen
atau kurang lebih dalam kurun waktu 20 bulan ( 1 tahun 8 bulan).
 Proyeksi Kinerja Keuangan
a) ROE ( Return on Equity)
laba bersih
ROE=
total modal
10.296.400
ROE=
40.000 .000
ROE=25,74 %
Ini berarti setiap satu aset perusahaan kami dapat menghasilkan margin keuntungan
mencapai 25%. Kami rasa prosentase ini masih berada pada tahap normal dan
sangat menguntungkan.

b) Rasio Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan kami untuk
memenuhi kewajiban jangka panjang. Kewajiban disini dalam arti nominal uang
yang disimpan nasabah pada Bank Sapi Syariah.
Rasio Total Hutang Terhadap total Aset (THTA)
total kebutuhan
THTA=
total aset

20
16.000.000
THTA=
34.667 .000
THTA=0,48=48 %
Artinya setiap 0,48 hutang akan dijamin oleh satu aset. Sebenarnya, dilihat
dari rasio ini jelas kami cukup buruk kinerjanya karena hampir separuh dari total
aktiva yang dijaminkan terhadap kewajiban jangka panjang kami. Namun ini dapat
diminimalisir dengan bermain pada hanya membeli sedikit sapi yang berasal dari
hasil uang nasabah di awalnya. Bisa saja kami hanya membuka bank sapi untuk
satu ekor sapi dulu saja di awal. Namun secara garis besar rasio ini bukan menjadi
acuan kami di usaha ini.

21

Anda mungkin juga menyukai